Hasbi Ashshiddiqi W.K.
Hasbi Ashshiddiqi W.K.
TESIS
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN
MEMPEROLEH GELAR MAGISTER
OLEH:
RINGKASAN
Kata Kunci: Foam Mat Drying, Metode Permukaan Tanggap, dan Serbuk Lobak.
vi
Hasbi Ashshiddiqi W.K. 176100300111015. Process of Radish Powder
Production with Foam Mat Drying Method. FP. Supervisor Prof. Dr. Ir. Sri
Kumalaningsih, M.App.Sc. and Dr. Dodyk Pranowo, STP., M.Sc.
SUMMARY
Keywords: Foam Mat Drying, Response Surface Methods, and Radish Powder.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan tesis yang berjudul “Optimasi Proses
Pembuatan Serbuk Lobak dengan Metode Foam Mat Drying”. Dalam
penyusunan, demi kesempurnaan laporan Tesis ini penulis banyak memperoleh
bimbingan dan arahan. Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada:
2. Dr. Dodyk Pranowo, STP., M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan sumbangan ide penulisan
sehingga penulis bisa menyelesaikan dengan baik.
4. Dr. Ir Sukardi., MS. Selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat
menyelesaian dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tesis ini masih jauh dari
sempurna. Kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan. Semoga laporan tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dalam bidangnya.
Penulis
i
IDENTITAS TIM PENGUJI
ii
RIWAYAT HIDUP
Pertanian. Selama masa pendidikan, penulis aktif dalam staf muda EKM bidang
seni dan olahraga pada tahun 2014. Penulis juga pernah menjadi anggota
Kemudian pada Tahun 2018 penulis mengikuti pelatihan HACCP, ISO 22000,
iii
iv
DAFTAR ISI
ix
3.4.1 Data Primer ............................................................................ 34
3.4.1 Data Sekunder ....................................................................... 39
3.5 Uji Validitas ..................................................................................... 40
3.6 Lokasi Penelitian ............................................................................ 40
3.7 Analisis Data ................................................................................... 40
DAFTAR TABEL
x
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Lobak (100 Gram Bahan) .......................................... 10
Tabel 3.1 Variabel Penelitian Pada Proses Pembuatan Serbuk Lobak .............. 27
Tabel 3.2 Komposisi Bahan Pembuatan Serbuk Lobak ...................................... 27
Tabel 3.3 Matriks Rancangan Komposit Terpusat Dalam Rancangan
Percobaan ............................................................................................. 30
Tabel 3.4 Faktor Dan Taraf Yang Dipelajari di Dalam Penelitian ........................ 30
Tabel 4.1 Analisis kadar air, Aktivitas Antioksidan dan Total Fenol pada
lobak .................................................................................................... 41
Tabel 4.2 Kriteria Mutu Serbuk Minuman Fungional ........................................... 43
Tabel 4.3 Annova Total Fenol .............................................................................. 44
Tabel 4.4 Annova Antioksidan.............................................................................. 48
Tabel 4.5 Annova Rendemen............................................................................... 52
Tabel 4.6 Kriteria Penentuan Formula Optimal Serbuk Buah ............................. 55
Tabel 4.7 Solusi Formula Optimal Yang Diperoleh dari Hasil Optimasi .............. 56
Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Pengukuran Respon Aktual Dengan Nilai Predik-
Si Serbuk Buah Terpilih ........................................................................ 57
Tabel 4.9 Laju Pengeringan Rata-Rata Lobak..................................................... 63
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 25
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Bubur Lobak ........................................... 33
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Serbuk Lobak .......................................... 35
Gambar 4.1 Respon Total Fenol Serbuk Berdasarkan Suhu dan Konsentrasi
Maltodekstrin..................................................................................... 46
Gambar 4.2 Respon Aktivitas Antioksidan Serbuk Berdasarkan Suhu dan
Konsentrasi Maltodekstrin ................................................................ 50
Gambar 4.3 Respon Rendemen Serbuk Berdasarkan Suhu dan Konsentrasi
Maltodekstrin..................................................................................... 54
Gambar 4.4 Diagram Alir Pembuatan Serbuk Lobak .......................................... 60
Gambar 4.5 Kurva Pengeringan (Kadar Air Terhadap Waktu) Serbuk Lobak .... 63
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Lampiran 1. Annova Total Fenol ......................................................................... 87
Lampiran 2. Annova Antioksidan ......................................................................... 88
Lampiran 3. Annova Rendemen .......................................................................... 90
Lampiran 4. Neraca Massa Proses Pembuatan Serbuk Lobak .......................... 91
xiii
BAB I PENDAHULUAN
sayuran berumbi, berasal dari Cina dan Jepang yang tumbuh dan dikonsumsi di
seluruh dunia. Sayuran dalam keluarga ini seperti wasabi, mustar, selada air,
selada kebun yang kaya fitokimia (fenol, flavonoid, dan vitamin C) (Kim et al.,
2014; Zhang et al., 2003). Komponen kimia yang terkandung dari umbinya antara
lain flavonoid, vitamin A, B1, B2, niasin, minyak atsiri, kolin, serat kasar, kalsium,
fosfor, zat besi, asam oksalat, alkaloid, senyawa nitrogen, coumarin, enzim,
32,381; 27,279; 39,048; 32,372; 31,861 Ton. Dari data tersebut dapat kita lihat
Potensi yang dimiliki lobak sangat besar sehingga sangat baik untuk
karena teknologi untuk pengolahannya masih sederhana. Saat ini lobak hanya
dikonsumsi mentah sebagai makanan seperti salad dan asinan, dimasak dengan
acar dan olahan seperti lobak kering, juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak
(Noreen dan Muhammad, 2009). Seperti tanaman sayuran lainnya, yaitu sumber
yang kaya antioksidan dan beberapa metabolit penting lainnya. Sayur ini adalah
bahan pangan yang jarang dikonsumsi karena rasanya yang agak pedas, dan
kurang enak. Selain itu, adalah sejenis bahan pertanian yang umur simpannya
pendek karena terkandung kadar air yang cukup tinggi didalamnya sehingga
1
2
tercipta sebuah produk baru yang didalamnya terkandung nilai yang lebih tinggi.
Xanthine oxidase (XOD) adalah enzim kunci untuk pengkatalis produksi asam
kimia pada sayur lobak yang bermanfaat. Salah satunya adalah senyawa
polifenol. Perannya dalam penyakit asam urat dengan cara penghambatan kerja
xantin oksidase (Juwita et al., 2017). Obat tersebut harus disajikan dalam bentuk
yang lebih baik agar seseorang tidak terkesan sebagai peminum obat setiap hari.
Salah satu alternatif penyajiannya dibuat dalam bentuk bubuk yang dapat
harga yang dimiliki murah yaitu sebesar Rp 500/kg. Tanaman ini banyak manfaat
kesehatan dan gizi. Mereka kaya asam folat, vitamin C dan antosianin (Patil et
al., 2009). Umbinya adalah sumber vitamin C yang baik, asam folat, mineral,
polifenol, dan glukosinolat (GSL) (Hanlon dan Barnes, 2011). Oleh karena itu,
harus diolah lebih lanjut agar tercipta sebuah produk baru yang nilai tambahnya
tinggi. Jika tanaman tersebut tidak diolah lebih lanjut dan dibiarkan begitu saja,
maka harganya akan tetap murah dan nilai jual yang dimiliki tetap rendah. Selain
itu, tidak ada inovasi produk baru dari bahan baku sayur ini. Sehingga
biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan alat pengering spray drying,
sehingga dalam skala kecil kurang efisien. Metode pengeringan foam mat drying
adalah salah satu alternatif yang bisa digunakan. Keuntungannya suhu lebih
3
rendah sehingga kualitas rasa, warna dan kandungan produk nutrisi produk akhir
yang lebih baik (Kudra dan Ratti, 2008; Muthukumaran et al., 2008). Digunakan
pada bahan peka panas, kental dan tinggi kandungan gula, sehingga dihasilkan
bubuk yang mudah direhidrasi dan karakteristik seperti warna, rasa, tekstur dan
2013). Pada metode tersebut dibutuhkan adanya bahan pengisi (filler) dan bahan
pembusa (foam mat agent). Bahan pengisi yang digunakan dalam penelitian ini
fenol pada proses pengolahannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait suhu yang digunakan dan konsentrasi maltodekstrin yang
dengan nilai fenol dan aktifitas antioksidan yang optimal. Salah satu metode
yang digunakan dalam penentuan nilai optimum suatu formula yakni dengan
sebagai berikut:
2. Berapa total fenol yang terdapat pada serbuk yang paling optimal?
4
berikut:
2. Didapatkan total fenol yang terdapat pada serbuk yang paling optimal.
Manfaat yang akan didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Diketahui total fenol yang terdapat pada serbuk yang paling optimal.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
tersebut memiliki umbi yang berbentuk seperti wortel, tapi isi dan kulitnya
berwarna putih. Termasuk dalam jenis tanaman perdu semusim dengan tinggi
sebagai sayur dan tanaman obat. Berasal dari negeri Cina, namun telah banyak
tinggi (pegunungan) (Fattah, 2016). Jenis tanaman ini yang digunakan adalah
bagian akarnya. Mempunyai batang berwarna putih pucat dan lunak, kandungan
demam, dan rematik (Jusup, 2010). Zat-zat yang terdapat pada tanaman ini
2007).
tumbuh pada akar tunggang. Akar tunggang ini berubah bentuk dan fungsinya
menjadi umbi yang besar. Tanaman ini memiliki biji berbentuk bulat, berukuran
besar, dan berwarna kekuningan. Sedangkan bunga mirip bunga petsai, tetapi
berwarna putih. Batangnya pendek dan daunnya lonjong berbulu (Supriati dan
Ersi, 2010). Sayuran ini ditanam di berbagai lokasi di dunia dan merupakan
anggota keluarga kubis yang memiliki tipe yang berbeda, tipe yang pertama
berasal dari daerah tropis yang tidak memerlukan periode dingin untuk berbunga.
5
6
Di daerah tropis, sayuran ini tumbuh di tempat beriklim sejuk. Tipe yang kedua
adalah tipe dua tahunan yang berasal dari iklim nontropis dan memerlukan
periode dingin untuk berbunga. Lobak Jepang, Amerika dan Eropa termasuk
sebagai obat gangguan ginjal dan demam. Selain itu, juga dapat menghilangkan
lendir dalam kerongkongan sehingga baik sekali untuk obat batuk. Umbinya
dapat dimakan mentah atau dibuat acar (asinan), namun umumnya dibuat
sebagai campuran soto. Sayuan ini dapat digunakan sebagai lalap, lalap yang
masih mentah lebih baik daripada yang telah dimasak, namun rasanya lebih
pedas. Daunnya juga enak untuk dimasak menjadi sayur (Sunarjono, 2013).
Lobak dari jenis Raphanus sativus L. Var hortensis Baker memiliki sifat diuretik
yang cukup kuat. Minuman jus dari sayuran ini dapat membantu pembuangan
asam urat melalui urine. Selain itu, dapat digunakan sebagai perangsang nafsu
makan dan memperbaiki kerja pencernaan. Sayuran ini juga mempunyai enzim
pencernaan zat pati dalam usus. Kemudian dapat dipakai untuk menghalangi
penumpukan lemak dalam jaringan tubuh. Jus jeruk dan lobak memiliki
kandungan vitamin B yang tinggi sehingga sangat baik untuk sistem saraf karena
dapat mengurangi ketegangan (stres). Minyak yang terdapat dalam sayuran ini
baik untuk pembersihan empedu dan ginjal sehingga mencegah timbulnya batu
ginjal (Adi, 2007). Khasiat-khasiat kesehatan herbal pada lobak yang lain seperti:
saluran nafas, batuk, tekanan darah tinggi, mengatasi influenza, dan penyakit
jantung (Fattah, 2016). Lobak juga memiliki manfaat untuk kecantikan. Manfaat
7
tersebut antara lain untuk memperkuat dan memperbaiki akar rambut serta
Lobak memiliki beberapa jenis varietas antara lain adalah lobak putih,
dalam bahasa inggris dikenal sebagai radish. Sebenarnya tidak semua radish
berwarna putih. ada juga yang berwarna hitam, dan ada yang berwarna merah.
Meskipun warnanya putih, rasanya hampir sama yaitu pedas dengan sari manis.
Sayuran ini adalah keluarga sawi yang batangnya menjadi berisi membentuk
lobak. Sedangkan lobak merah merupakan keluarga seleri yang akarnya menjadi
berisi membentuk lobak. Rasa sayuran ini tidak sama dengan lobak merah dan
benihnya juga berbeda (Sutomo dan Hayyana, 2015). Kemudian tanaman lobak
dikenal ada tiga jenis. Jenis yang pertama adalah Raphanus sativus L. var.
hortensis Backer merupakan lobak yang memiliki umbi panjang dan berwarna
putih. kemudian, jenis yang kedua adalah R. sativus L. var. radicula Pres. A. DC
atau dikenal dengan nama radish. Memiliki umbi yang bulat dan berwarna merah
atau putih. Jenis yang terakhir adalah Raphanus sativus L. var. niger Mirat atau
dikenal sebagai lobak hitam. Memiliki umbi yang hitam dan panjang serta
berwarna merah tua sampai hitam. Ketiga Raphanus sativus tersebut dapat
dibedakan secara mudah satu sama lain dengan melihat bentuk dan warna pada
umbinya. Rasa yang pedas terdapat pada umbi yang masih mentah. Namun,
Sementara di luar negeri, bentuk umumnya adalah bulat dengan kulit berwarna
merah. Sayuran ini memiliki banyak jenis, ada juga warna-warna khusus seperti
8
hitam, ungu, kuning, atau hijau. Ukuran dari 2,5 cm sampai sepanjang 3 kaki,
berat 100 g sampai 50 kg. Rasanya juga bervariasi ada yang sedikit pedas
kecil-kecil seperti buah ceri. Varietas lain, tumbuhnya lambat, umbinya besar dan
panjang (Dalimartha dan Felix, 2011). Terdapat 3 jenis lobak, yaitu lobak
hortensis baker, rades, dan lobak hitam. Ketiga jenis ini menghasilkan umbi lobak
yang memiliki rasa pedas dalam keadaan mentah. Umbi lobak ini kaya vitamin
A, B1, dan C. Selain itu, mengandung niacin, enzim diastase, minyak atsiri,
19 kalori (Winarto, 2006). Ada beberapa jenis lobak yang umumnya ditanam,
yaitu comet, sprakier, golden globe, early scarlet globe, white strasburg, white
karbohidrat 4,2 g, lemak 0,1 g, protein 0,9 g,vitamin B 0,03 mg, vitamin C 32 mg,
dan pH sebesar 6.0 – 7.0. Rasanya segar agak sedikit pedas, dimanfaatkan
melancarkan air kencing, dan gangguan ginjal (Setyaningrum dan Cahyo, 2011).
Seluruh varietas dan daunnya memiliki kalori yang sangat rendah, namun
enam kali lipat dari lobaknya sendiri dan juga sumber kalsium dan protein. Lobak
asam folat, kalium, raphanusin, erucic acid, sinapine, coumaric acid, raphanin,
dan gentisic acid. Sayur ini juga dapat dijadikan sumber tembaga dan kalium.
2011). Lobak mengandung minyak, enzim diastase, dan kaya vitamin B (Adi,
2007).
Kandungan kimia pada umbi lobak antara lain vitamin A, B1, B2, serat
kasar, niasin, kalsium, fosfor, minyak atsiri, kotin, zat besi dan asam oksalat.
mengandung 30-40 persen minyak lemak dan minyak atsiri. Zat-zat tersebut
2016). Kandungan zat gizi dan fitonutrien pada lobak yaitu enzim diastase,
et al., 2007; Liu et al., 2008). Kandungan nutrisi lobak segar nilai gizinya dapat
2.1.2 Polifenol
kaya akan polifenol seperti asam ellagic, asam galat dan corilagin. Hou et al.,
(2012) melaporkan bahwa ekstrak biji kelengkeng memiliki efek mengurangi urat,
10
Oxidase (XOD) dan modulasi dari transporter urat. Honda et al., (2014)
yang berasal dari bunga krisan, mengurangi tingkat serum asam urat melalui dua
XOD di hati dan percepatan ekskresi asam urat dengan modulasi dari transporter
gen asam urat di ginjal. Senyawa fenolik dengan satu atau lebih cincin fenolik,
penghambatan XOD (Goufo dan Trindade, 2014; Sang et al., 2003; Özyurek et
al., 2009).
Jumlah
Kandungan Gizi Umbi Daun
1 2 2
Kalori 21,00 kal 19,00 kal 30,00 kal
Protein 0,60 g 0,90 g 2,30 g
Lemak 0,10 g 0,10 g 0,40 g
Karbohidrat 5,3 g 4,20 g 5,80 g
Serat 0,60 g - -
Abu 0,50 g - -
Kalsium 32,00 mg 35,00 mg 140,00 mg
Fosfor 21,00 mg 26,00 mg 33,00 mg
Zat Besi 0,60 mg 0,60 g 3,70 mg
Natrium 10,00 mg - -
Kalium 218,00 mg - -
Vitamin A - 10,00 SI 1.000,00 S.I
Vitamin B1 0,02 mg 0,03 mg 0,07 mg
Vitamin B2 0,03 mg - -
Vitamin C 25,00 mg 32,00 mg 109,00 mg
Niacin 0,30 mg - -
Air - 94,10 g 90,00 g
Sumber: 1 Food and Nutrition Research Center, Handbook No. 1, Manila (1964).
2 Direktorat Gizi, Depkes R.I. (1981).
Oxidase (PPO) (Yoruk dan Marshall, 2003). PPO lobak menunjukkan aktivitas
dan polifenol (asam klorogenik, asam galat, asam pyrogallic). Asam p-cumaric
11
pada struktur substrat yang menyebabkan interaksi bervariasi antara enzim situs
dan Marshall, 2003) bervariasi dari 4,0 hingga 7,0 tergantung pada asal material,
5,72 untuk katekol dan substrat metil katekol (Gawlik et al., 2007). Aktivitas
digunakan. Sedangkan untuk asam pyrogallic adalah 20°C, untuk asam galat
adalah 60°C dan untuk pyrocatechol berada di kisaran 20-40°C. Suhu optimum
enzim untuk 4-metil katekol dan oksidasi pirogallol adalah 20°C, untuk catechol
45°C (Arslan et al., 2004). Untuk pyrocatechol dan asam pyrogallic, suhu tinggi
penyakit asam urat. Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari
proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen
12
ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Asam urat adalah
senyawa alkaloida turunan purin (xanthine) (Pratama dan Putu, 2016). Asam urat
bantuan enzim xanthin oxidase akan membentuk asam urat. Xanthine oxidase
(XOD) adalah enzim kunci dalam proses metabolisme purin, yang mengkatalisis
hidrogen peroksida dan anion superoksida (Harrison, 2002; Yan et al., 2013).
aktivitas enzim xanthin oxidase sehingga menurunkan kadar asam urat (Susanti,
alkaloid juga mampu menekan dan mengurangi frekuensi serangan akut dan
leukotriene (Rakanita et al., 2017). Asam klorogenat, sebagai salah satu yang
paling polifenol bundar dalam obat-obatan Cina, dilaporkan oleh Meng et al.,
(2014) untuk secara signifikan menurunkan kadar serum asam urat melalui
menghambat aktivitas XOD tetapi tidak meningkatkan kadar asam urat urin.
berlangsung dengan inhibisi kompetitif dan interaksi dengan enzim pada gugus
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat DNA). Senyawa ini sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan
hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat,
13
adalah kondisi patologis yang terlibat dalam penyakit yang dikenal sebagai gout,
yang dicirikan oleh nyeri pada artritis inflamasi yang disebabkan oleh
pengendapan kristal natrium urat (asam urat) di sendi, cairan sinovial dan
jaringan lain (Albrecht et al., 2014). Tingginya kadar asam urat dalam tubuh
dapat diakibatkan oleh defisiensi ekskresi zat ini atau oleh peningkatan produksi.
usia, etnis dan gaya hidup, yang mempengaruhi terutama setengah baya
kadar asam urat serum diatas normal. Pada sebagian besar penelitian
epidemiologi, disebut sebagai hiperurisemia jika kadar asam urat serum orang
dewasa lebih dari 7,0 mg/dl dan lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan. Penyakit
normal yaitu kadar >7 mg/dl pada laki-laki dan >6 mg/dl pada perempuan. Artritis
urat dalam jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstra seluler yang sudah
mengalami supersaturasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat
mempunyai 3 stadium yaitu stadium akut, interkritikal, dan kronik (Hidayat, 2009).
Faktor-faktor tersebut di atas dapat meningkatkan kadar asam urat, jika terjadi
peningkatan kadar asam urat serta di tandai linu pada sendi, terasa sakit, nyeri,
merah dan bengkak keadaan ini dikenal dengan gout. Gout termasuk penyakit
dibiarkan saja kondisi ini dapat berkembang menjadi artritis yang melumpuhkan
(Vitahealth, 2007).
Asam urat adalah hasil akhir produk metabolisme purin (Victor, 2009).
transplantasi organ. Risiko kejadian gout meningkat pada orang yang banyak
makanan laut), etanol (bir dan alkohol), minuman ringan dan fruktosa. Gout
sering terjadi pada laki-laki, yaitu sekitar 95%, dan jarang terjadi pada
suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun, ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan gaya
proses teknik, riset industri, dan penelitian biologi. Keuntungan utama dari RSM
hasil yang secara statistik dapat diterima (Hwang et al., 2002; Kim et al., 2002).
15
RSM digunakan untuk menentukan nilai optimum dari proses kimia maupun
biokimia yang terdiri dari banyak faktor independent. Penentuan batas atas
maupun batas bawah dalam setiap level faktor sangat penting karena secara
kriteria yang diinginkan dan untuk mencari signifikansi parameter desain pada
dan statistik yang berguna untuk pemodelan dan analisis masalah dimana
untuk mengoptimalkan parameter desain pada nilai yang diinginkan dari fungsi
kecil data uji sintetik standar dan kondisi eksperimen yang kurang optimal
(Lizotte et al., 2012). Sebuah alat yang sangat berguna yang dapat membantu
untuk hasil statistik yang dapat diterima (Jawad et al., 2015). Teknik statistik dan
ekonomis dengan hasil interaksi (Sharma et al., 2018). Selain itu merupakan
mengoptimalkan respon. RSM adalah salah satu teknik statistik standar, telah
peneliti untuk mempelajari interaksi antara dua atau lebih parameter (Sulaiman et
al., 2018). Dapat dianggap sebagai proses multi tahap yang terdiri dari langkah-
independen, Xj
3. Periksa pelanggaran asumsi regresi linier, tidak ada fit dll. (Residual
Foam mat drying adalah proses dimana suatu bahan cair atau setengah
padat diubah menjadi suatu busa yang stabil dengan memasukkan banyak
volume udara atau gas Iainnya dari bahan pembusa, yang bekerja sebagai foam
inducer atau stabilizer. Metode yang relatif sederhana dengan biaya murah yang
busa selama pengeringan (Widyastutil dan Srianta, 2011). Busa yang terbentuk
17
tersebar sebagai lembaran tipis dan terkena aliran udara panas sampai
stabil bisa kemudian dikeringkan dengan beberapa metode seperti udara panas
2011). Metode ini, tiga kali Iebíh cepat dari ketebalan pengeringan berupa cairan.
Pengeringan yang cepat dan suhu yang rendah dapat menghasilkan produk
menjadi busa stabil dengan bekerja sama dengan agen berbusa atau
menstabilkan agen. Metode ini relatif mudah dan dapat dilakukan dengan rendah
2015). Kandasamy et al. (2014) menyebutkan metode ini cocok untuk sampel
bahan yang sensitif panas, lengket, dan kental yang tidak bisa dikeringkan
dengan pengeringan semprot. Prinsip dasar kerja dari metode ini adalah
penggunaan udara panas untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada
suatu bahan dengan menggunakan prinsip kerja evaporasi dan bantuan foaming
Keuntungan dari proses ini adalah proses relatif sederhana dan murah,
tingkat pengeringan cepat dengan suhu rendah, bubuk yang dihasilkan mampu
rehidrasi instan dalam air dingin dan meningkatkan kualitas produk (Falade et al.,
2. Suhu pengeringan tidak terlalu tinggi sebab dengan adanya busa maka
terlalu tinggi, suhu yang digunakan sekitar 50°C — 80°C dan dapat
3. Bubuk hasil dari metode foam mat drying mempunyai kualitas warna dan
rasa cukup bagus, sebab hal tersebut dipengaruhi oleh suhu penguapan
yang tidak terlalu tinggi sehingga warna produk tidak rusak dan rasa tidak
siap saji lainnya sebab tidak terlalu rumit dan cepat dalam proses
5. Produk hasil foam mat drying lebih stabil selama proses penyimpanan
densitas atau kepadatan yang rendah dengan banyak gelembung gas yang
2.1.7 Maltodekstrin
unit α-D-glukosa yang saling berikatan oleh ikatan glikosidik. Kualitas bahan ini
kemampuan sebagai perekat, dan tidak bersifat toksik sehingga dapat digunakan
bahan dalam industri pangan telah banyak dipakai karena aman dan terdaftar
dalam produk pangan, yang mengandung sakarida tinggi 95% dan dextrose
equivalent rendah mempunyai sifat gel yang dapat lumer dan bersifat
dari proses modifikasi secara enzimatis oleh enzim α-amilase yang memiliki nilai
Dextrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Bahan ini dapat bercampur dengan air
al., 2012). Bahan ini biasanya digunakan untuk minuman susu bubuk, minuman
berenergi (energen) dan minuman prebiotik. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain
memiliki sifat daya larut yang tinggi, memiliki sifat membentuk film, membentuk
sifat hidroskopis yang rendah, memiliki sifat browning yang rendah, dapat
menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat kuat (Fitriana et al., 2014).
2.1.8 Tween 80
nanoemulsi. Selain memiliki HLB yang besar yaitu 15, bahan ini stabil terhadap
elektrolit, asam lemah, dan basa. Bahan ini merupakan ester asam lemak
berwarna kekuningan dan berminyak, memiliki aroma yang khas, berasa pahit,
larut dalam air dan etanol, dan tidak larut dalam minyak mineral. Kegunaannya
antara lain sebagai zat pembasah, emulgator, dan peningkat kelarutan (Rowe,
emulsifier dan sebagai agen pelarut. Selain digunakan dalam campuran dengan
2007).
aldolase, dan fosfofruktokinase (McNally and Jayne, 2008). Bahan ini adalah
surfaktan nonionik dan mengandung rantai asam lemak tak jenuh. Penambahan
MNP. Surfaktan termasuk Tween 20, Tween 40, Tween 60, Tween 80 dan 3 -
oksigen di delignifikasi kraft pulp dan hasil dalam meningkatkan kecerahan lebih
pengeringan susu bubuk dengan menggunakan metode foam mat drying dengan
kajian konsentrasi dan jenis bahan pengisi yaitu maltodekstrin dan gum arab
konsentrasi 8%. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhia et al. (2012) tentang
pembuatan tepung Iidah buaya dengan menggunakan metode foam mat drying
yang menggunakan bahan pengisi maltodekstrin dan bahan pembusa Tween 80.
et al (2014), Pembuatan bubuk susu kacang hijau instan dengan metode foam
mat drying diperoleh hasil terbaik dari analisa organoleptik yaitu menggunakan
Penelitian yang dilakukan Franco et al. (2015) tentang foam mat drying
pada jus yaconn menggunakan oven (Fabbe-Primar, Sao Paulo, Brazil) dengan
variasi suhu sebesar 50, 60 dan 70 °C. Pada penelitian tentang efek suhu foam
mat drying terhadap kandungan psikokimia dan struktur mikro bubuk shrimp,
Company, Iran) dengan temperatur yang berbeda (45, 60, 75, and 90 °C)
sebesar 50, 65, dan 80 °C (Abbasid dan Mehran, 2016). Penelitian yang
dilakukan Lobo et al. (2017) tentang foam mat drying pada manga Tommy Atkins
22
parameter foam mat drying jus lime pada suhu 50 °C (Dehghannya et al., 2018).
vulgaris) menggunakan foam mat drying adalah 28, 40, 60, dan 80 °C
Kandungan yang terdapat pada lobak adalah air 94 % b/v, vitamin B 0,03
mg, protein 0,9 g, vitamin C 32 mg, lemak 0,1 g, karbohidrat 4,2 g, dan pH
sebesar 6.0–7.0. Rasa yang dimiliki segar dan agak sedikit pedas, dimanfaatkan
gangguan ginjal, dan demam (Setyaningrum dan Cahyo, 2011). Menurut (Matera
et al., 2012) bahwa Raphanus sativus cv. Sango sprouts adalah salah satu
sumber terkaya dari cyanidin dan anthocyanin berdasarkan (270 mg / 100 g berat
al., 2008). Kandungan yang lain adalah vitamin A, B1, B2, niasin, serat kasar,
minyak atsiri, kotin, fosfor, kalsium, zat besi dan asam oksalat. fungsinya sebagai
xanthine dan xanthine menjadi asam urat (Wang et al., 2010; Wang et al., 2010).
oxidase (XOD) dan mengatur ekspresi transporter ginjal urat (Chen et al., 2015).
Lobak adalah sumber fenolik yang kaya senyawa, termasuk antosianin (Giusti
dan Wrolstad, 1996; Tatsuzawa et al., 2010). Salah satu alternatif penyajiannya
23
adalah dibuat dalam bentuk serbuk. Penyajian ini bertujuan agar saat proses
konsumsi lebih mudah dan praktis. Kemudian, konsumen juga tidak terkesan
seperti seorang peminum obat setiap hari. Selain itu, dalam bentuk ini kadar
namun yang efektif dan lebih ekonomis adalah Foam Mat Drying. Pada proses
pengeringan, cairan diubah menjadi busa stabil dengan penambahan gas dan
foaming agents. Bubur yang diberikan penerapan udara panas dapat dihasilkan
bubuk kering. Disebabkan oleh struktur berpori busa dan luas permukaan besar,
yang tingkat transfer massa lebih baik dibandingkan dengan makanan padat, jadi
periode dehidrasi lebih pendek dan produk kualitasnya lebih tinggi. Sebagai
akibat dari waktu pengeringan yang rendah, nutrisi dapat diawetkan, dan tingkat
pencoklatan jauh lebih rendah (Franco et al., 2015). Dilakukan pada suhu yang
lebih rendah dan waktu pengeringan yang lebih pendek untuk perawatan nutrisi
Senyawa aktif yang ada pada lobak untuk pengobatan asam urat adalah
dapat berpengaruh terhadap kandungan senyawa aktif tersebut. Oleh karena itu
perlu penelitian terkait suhu yang digunakan dan konsentrasi maltodekstrin yang
dengan nilai fenol dan aktifitas antioksidan yang optimum. Adapun metode
faktor dalam penelitian ini yaitu suhu pengeringan (X1) yaitu 50° C, 60° C dan 70°
C, serta rasio maltodekstrin (X2) yaitu 6%, 8% dan 10%. Parameter respon untuk
masih terdapat kandungan senyawa fenol dan aktifitas antioksidan yang baik.
sebagai berikut:
Peningkatan
nilai tambah
Pembuatan Serbuk
Serbuk Lobak
Terbaik
dihasilkan produk yang berkualitas serta disukai oleh masyarakat. Selain itu
bertujuan untuk mendapatkan total fenol yang terdapat pada bubuk yang paling
optimal.
xanthine oxidase (XOD) dan mengatur ekspresi transporter ginjal urat (Chen et
al., 2015). Lobak adalah sumber fenolik yang kaya senyawa, termasuk antosianin
(Giusti dan Wrolstad, 1996; Tatsuzawa et al., 2010). Salah satu alternatif
penyajiannya adalah dibuat dalam bentuk serbuk. Penyajian ini bertujuan agar
saat proses konsumsi lebih mudah dan praktis. Kemudian, konsumen juga tidak
terkesan seperti seorang peminum obat setiap hari. Selain itu, dalam bentuk ini
kadar airnya rendah sehingga umur simpan produk juga lebih panjang. Pada
proses pembubukan, ada beberapa metode yang dapat digunakan, namun yang
efektif dan lebih ekonomis adalah Foam Mat Drying. Proses pemanasan dan
kandungan senyawa aktif tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan optimasi pada
26
27
terpusat faktorial 22. Berikut variabel penelitian pada proses pembuatan serbuk
Tabel 3.1 Tabel variabel penelitian pada proses pembuatan serbuk lobak
secara trial and error. Hal-hal yang harus divalidasi yakni, suhu dan konsentrasi
maltodekstrin, kondisi alat pengering, penentuan batas atas dan batas bawah
dari faktor yang dipilih serta banyaknya bahan baku yang akan digunakan. Hasil
trial akan diverifikasi dan disesuaikan dengan perlakuan untuk dilakukan proses
larutan (b/b larutan) dengan berat total ditepatkan sebanyak 400 g. Pembuatan
drying. Bubur lobak dicampur dengan foaming agent berupa tween 80 dan
menit dengan kecepatan mixer maksimum untuk membentuk busa. Busa sari
yang terbentuk kemudian dituang dalam loyang dengan ketebalan 1-3 mm dan
lapisan busa dikeringkan pada pengering kabinet yang suhunya diatur sesuai
perlakuan selama 8 jam hingga kering secara menyeluruh, yang ditandai dengan
hancurnya busa saat diberi tekanan. Lapisan yang telah kering kemudian
dari nilai-nilai hasil pengukuran pada literatur sebelumnya dan dari hasil trial and
error. Metode trial and error di awal pembuatan produk dilakukan untuk
dan adanya pengaruh dari setiap faktor yang digunakan. Trial and error,
konsentrasi setiap faktor yang digunakan yakni, Suhu (50-70°C) (Franco et al,
2015; Azizpour et al, 2016; Lobo et al, 2017), tween 80 (0,7% v/b), dan
maltodekstrin (6-10% b/b) (Perdani et al, 2017; Ramadhia et al, 2012; Jakubczyk
et al, 2011). Konsentrasi tersebut diperoleh dari hasil penelitian terdahulu yang
telah disebutkan sebelumnya. Kombinasi nilai terkecil, nilai tengah dan nilai
Diperoleh hasil secara visual dan deskripsi serbuk dari pengamatan yang
telah dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan visual pada produk, dapat dilihat
bahwa pada formula 1, 4, dan 5 warna serbuk cerah, serbuk yang dihasilkan
cukup baik, busa yang terbentuk stabil, intensitas aroma sedang, namun
rendemen yang dimiliki formula 4 dan 5 masih dibawah formula 1. Pada formula
disukai karena warnanya gelap, intensitas aroma yang cenderung kuat dan
v/b mampu dihasilkan busa yang cukup stabil yang dapat dilihat dari hasil
29
serbuk dengan warna yang cukup cerah, aroma buah yang masih ada dan
rendemen yang cukup banyak. Berdasarkan hasil analisa tersebut, dapat dipilih
formula yang dapat digunakan untuk pengamatan lebih lanjut yaitu konsentrasi
tween 80 sebesar 0.7% v/b dan konsentrasi maltodekstrin sebesar 6-10 % b/b.
Suhu yang digunakan adalah sebesar 50 hingga 70°C. Batas-batas yang telah
ditentukan tersebut akan di input ke dalam program Design Expert 7.0 sehingga
diperoleh saran sebanyak 13 formula. Setiap formula yang telah diperoleh akan
Fenol, dan aktivitas antioksidan agar diperoleh serbuk buah dengan formula
yang optimal.
penelitian ini yaitu suhu pengeringan (X1) yaitu 50, 60 dan 70° C, serta rasio
maltodekstrin (X2) yaitu 6, 8 dan 10% b/b. Pada keduanya terbentuk kode (-
1.414, -1, 0, +1, +1.414) dimana nilai -1 sebagai nilai minimal, nilai 0 sebagai nilai
tengah dan nilai +1 sebagai nilai maksimal dari faktor. Nilai -1.414 dan +1.414
dihasilkan dari perbandingan nilai kedua faktor yang dipelajari dan masing-
Pada metode trial and error, selain penentuan batas bawah dan batas
bawah faktor, juga akan dilakukan verifikasi terkait waktu pembentukan busa
yang stabil, suhu dan pengeringan yang sesuai dan banyaknya bahan baku yang
digunakan. Berdasarkan hasil Trial and Error, waktu yang dibutuhkan agar busa
stabil yakni sekitar 10 menit, dan dibutuhkan waktu 8 jam pada pembentukan
lapisan busa yang kering secara merata. Lapisan yang kering ditandai dengan
hancurnya lapisan saat ditekan. Ketebalan lapisan adalah 1-3 mm sehingga di-
30
didapatkan lapisan kering yang maksimal. Lapisan yang telah kering tersebut
Penelitian yang dilakukan ada dua tahapan yaitu, persiapan bahan baku dan
penelitian utama.
Bahan baku lobak yang digunakan dalam pembuatan bubuk dari lobak
diperoleh langsung dari kebun lobak di Desa Sumber Gondo Kecamatan Bumiaji
Batu. Sayur yang dipilih adalah umbi berwarna putih dengan diameter kurang
lebih 7 cm. umur panennya kurang lebih sekitar 3 bulan. Bahan baku ini tidak
31
aktif yang ada didalamnya. Jadi setelah panen, bahan ini langsung dibawa ke
Pada tahap utama ini, penelitian tentang optimasi proses produksi serbuk
dari sayur lobak berdasarkan parameter Total Fenol dan Aktifitas Antioksidan.
Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah proses penimbangan
untuk penentuan jumlah sampel yang akan dijadikan serbuk. Kemudian bahan
dicuci dan dikupas sebagai cara untuk penghilangan kotoran yang ada pada kulit
agar dapat dihaluskan dengan mudah. Seluruh bagian dari umbinya diproses
agar tidak ada yang terbuang sehingga tidak ada limbah yang dihasilkan dari
proses tersbut.
kandungan fenol dan aktifitas antioksidan yang ada pada lobak. Hasil yang telah
jadi disimpan dalam kemasan alumunium foil. Uji parameter dilakukan pada
Design Experts untuk dapat diketahui titik optimum proses pembubukan dari
kedua faktor tersebut. Kemudian, pada titik optimum proses ini dilakukan
pengujian parameter respon kembali untuk proses validasi data. Metode optimasi
adalah maltodekstrin, tween 80 dan air. Bahan kimia yang digunakan untuk
analisis antara lain aquades, larutan buffer pH 4 dan pH 7, air suling, methanol
p.a (Merck), asam galat p.a (Merck), Reagen Folin–Ciocalteu, Natrium karbonat
Perlatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah timbangan
dan oven (Hemmert). Alat yang digunakan untuk analisa antara lain beaker glass
(Herma) ukuran 100 ml; 250 ml; 500 ml, gelas ukur ukuran 100 ml, erlenmeyer
250 ml (Pyrex), pipet ukur 10 ml (Iwaki), tabung reaksi (Iwaki), cawan aluminium,
oven, pH meter, labu ukur, plat tetes, pipet ukur, pipet mikro, spatel, aluminium
7200).
Pada tahap ini dimulai dengan pembuatan bubur lobak. Diagram alir
pembuatan bubur lobak dapat dilihat pada Gambar 3.1. langkah-langkah yang
Lobak
Putih
Dibersihkan
Ditimbang 250 g
Dipotong
Air 50 ml Diblender
Dituangkan dalam
beaker glass
Bubur Lobak
Foam Mat Drying. Pada proses ini, terdapat penambahan bahan pengisi (Filler)
sedangkan bahan pembusa yang digunakan adalah Tween 80. Proses ini
komposit terpusat (CCD) factorial 2 2. Terdapat dua faktor dalam penelitian ini
yaitu suhu pengeringan (X1) yaitu 50° C, 60° C dan 70° C, serta rasio
maltodekstrin (X2) yaitu 6%, 8% dan 10%. Diagram alir pembuatan serbuk lobak
dapat dilihat pada Gambar 3.2. langkah-langkah yang dapat dilakukan pada
3. Bubur lobak kemudian dituangkan pada loyang yang telah dilapisi plastik
selama 8 jam.
ada pada kebun Bapak Sugeng yang ada di kebun lobak di Desa Sumber Gondo
Kecamatan Bumiaji Batu. Sampel pada penelitian ini adalah lobak yang sudah
berumur 3 bulan dan siap untuk dipanen. Pemilihan sampel dipilih secara acak
pada lobak yang berumur 3 bulan yang tidak busuk dan tidak cacat.
Data primer merupakan data yang terkait langsung dengan topik proses
35
Dihomogenisasi
Tween 0,7% v/b dengan mixer
Maltodekstrin 6, 8, Dikocok
dan 10 % b/b dengan mixer
Dikeringkan dengan
pengering kabinet suhu 50,
60 dan 70° C selama 8 jam
lobak kering
Diblender
Ditimbang
Serbuk Lobak
Serbuk Lobak
Terbaik
pembuatan serbuk lobak yang akan dibahas. Data primer meliputi rendemen,
total fenol, dan aktivitas antioksidan yang ada pada serbuk lobak. Data primer
ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan)
dilakukan dengan cara menimbang pure atau bubur anti asam urat, kemudian
fenol yang ada ;pada setiap perlakuan. Pengukurannya pada bubuk dilakukan
dengan pereaksi Folin- Ciocalteu. Standar yang digunakan adalah asam galat.
Metode ini dilakukan tiga langkah, yaitu penetapan waktu optimum dan panjang
fenol total, dilakukan terlebih dahulu pembuatan larutan Na2CO3 7,5% b/v yang
akan digunakan.
Larutan Na2CO3 7,5% b/v dibuat dengan cara pelarutan 7,5 gram
Galat.
100 ppm. Larutan induk asam galat tersebut diambil 1,0 ml dengan pipet
volume dan dirnasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml. Kedalam labu ukur
37
Na2CO3 7,5% b/v, dikocok selama 1 menit dan ditambahkan aquades dan
Larutan induk asam galat 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya,
diambil dengan pipet volume masing-masing 1,0 ml: 1,5 ml; 2,0 ml; 2,5 ml;
3,0 ml; 3,5 ml; 4,0 ml: dan 4,5 ml. Kemudian masing-masing dimasukkan
ke dalam labu ukur 10,0 ml. Kedalam labu ukur 10,0 ml tersebut masing-
gelombang rnaksimum dan pada waktu optimum yang telah didapat dari
langkah sebelumnya.
1,0 ml dengan pipet volume dan kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
10,0 ml. Kedalam labu ukur 10,0 ml tersebut ditambahkan 500 µl pereaksi
Hasil pengukuran ini dinyatakan sebagai berat setara dengan asam galat
5.0 mg DPPH di atas kertas perkamen yang telah ditara. Kemudian DPPH
yang telah ditimbang dirnasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml lalu DPPH
dengan kertas aluminium dan disimpan pada suhu 4°C dalam lemari
pendingin. Larutan baku ini harus selalu dibuat baru setiap hari ketika akan
dilakukan pengujian.
sampel dengan konsentrasi (100, 150, 200, 250, 300 μg/mL). Untuk
maksimum.
5. Pengolahan Data
Keterangan:
gelombang 508 nm
tentang proses pembuatan serbuk dengan metode foam mat drying dari buku,
dengan parameter optimum. Jika nilai rata-rata dari kadar fenol total dan aktifitas
antiokasidan dari serbuk lobak berada di dalam rentang yang sesuai dengan
Brawijaya Malang. Tempat penelitian tersebut dipilih oleh penulis karena pada
pendukung penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, tempat tersebut juga
faktor dan interaksi antar faktor akan dihitung oleh Software Jika nilainya lebih
kecil daripada α, maka pengaruh dari faktor tersebut adalah signifikan. Masing-
masing respons, dianalisis oleh software untuk didapatkan proses optimal sesuai
dengan kriteria yang dibuat. Pada penelitian ini kriteria optimal serbuk adalah
yang dihasilkan serbuk lobak dengan kadar fenol total dan aktivitas antiokasidan
proses yang optimal adalah kadar fenol total dan aktifitas antioksidan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kadar Air, Aktivitas Antioksidan dan Total Fenol pada lobak
Indentifikasi kadar air, aktivitas antioksidan, dan total fenol dilakukan pada
bahan yang baik agar tidak terjadi kerusakan sebelum perlakuan yang disajikan
Tabel 4.1. Analisis kadar air, Aktivitas Antioksidan dan Total Fenol pada
lobak.
Komponen Jumlah
Kadar Air (% b/v) 94,74 ± 0,407
Aktivitas Antioksidan (100 37.078
mg/ml)
Total Fenol (%) 7.647
Hasil analisis bahan baku lobak diatas, diperoleh hasil kadar air sebanyak
94,74% b/v. jika dibandingkan dengan penelitian Kumakura et al. (2017), masih
lebih rendah yaitu sebesar 95%. Sedangkan berdasarkan kadar air yang
didapatkan oleh BORȘ et al. (2015), masih lebih tinggi yaitu sebesar 94.12%. Hal
ini diduga karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari lobak itu
sendiri. Berdasarkan Puspasari (2012), bahwa rongga pada bahan akan semakin
dapat berubah. Cepat atau tidaknya suatu bahan pangan mengalami kerusakan,
biasanya sangat dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat pada bahan
sebesar 37.078 (100 mg/ml). Nilai tersebut mash lebih tinggi jika dibandingkan
41
42
dengan hasil penelitian Kim et al. (2016), yaitu sebesar 26 (100 mg/ml). Jika
dibandingkan hasil penelitian Zhou et al. (2018) nilai yang diperoleh masih lebih
mampu menurunkan kadar asam urat dalam darah dengan berperan sebagai
fenolik lobak. Berdasarkan penilitan Tsouvaltzis dan Brecht (2014) bahwa total
fenol dalam lobak sebesar 24% yang lebih tinggi dari nilai yang diperoleh yaitu
didapatkan nilai total fenol sebesar 12,2%. Nilai tersebut juga masih lebih tinggi
dari nilai yang diperoleh. Perbedaan nilai-nilai tersebut diduga dipengaruhi oleh
tanaman, ontogenetik, penanganan pasca panen, faktor biotik dan abiotik lainnya
(Bruni dan Sacchetti, 2009). Menurut Alfianti (2012), bahwa kandungan fenolik
Pada penelitian ini digunakan program design expert 7.0.0 (Trial version)
untuk pengolahan data statistik. Hasil respon total fenol, aktivitas antioksidan,
dan rendemen dari rancangan komposit pusat disajikan pada Tabel 4.2. Nilai
kisaran total fenol serbuk terendah yang diperoleh yakni sekitar 6.01%
Adiyaman et al, (2016), yaitu didapatkan total fenol sebesar 10.71%. Nilai total
yang dilakukan oleh Baenasa et al, (2017), didapatkan nilai total fenol sebesar
1.28 %. Nilai tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai total
43
fenol yang diperoleh. Jadi nilai total fenol lobak termasuk ke dalam kategori yang
sedang. Selain itu, nilai kisaran aktivitas antiokasidan serbuk terendah yang di-
Tabel 4.2. Hasil respon total fenol, aktivitas antioksidan, dan rendemen
peroleh yakni sekitar 30,79 sedangkan nilai tertinggi sebesar 38,45 (100 mg/ml).
penelitian yang dilakukan oleh Adiyaman et al, (2016), didapatkan nilai aktivitas
antioksidan sebesar 20.66 (100 mg/ml). Nilai tersebut masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan nilai yang diperoleh. Jadi nilai aktivitas antioksidan lobak
Pada Tabel 4.2 terdapat perbedaan untuk masing-masing nilai total fenol
kandungan total fenol dan aktivitas antioksidan dapat meningkat atau turun
setelah pengeringan, tergantung pada jenis lobak dan sistem produksi yang
Pada respon total fenol, suhu yang meningkat dapat menurunkan jumlah total
44
fenol pada lobak. Suhu diatas 60 °C dapat meningkatkan stres generasi spesies
oksigen reaktif (ROS) dan dihasilkan energi eksitasi yang berlebihan sehingga
terjadi stres oksidatif akibatnya kandungan total fenol menjadi turun (Heyno et al.,
semakin besar jika suhu yang digunakan pada saat membuat serbuk semakin
tinggi. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada senyawa
antioksidan sehingga nilai aktivitas antioksidan pada serbuk akan semakin turun
sangat besar baik bagi tumbuhan itu sendiri maupun bagi manusia. Senyawa
fenol dapat mencegah oksidasi 20 kali lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E
(Kusmiyati et al, 2015). Ciri-ciri yang dimiliki senyawa fenol adalah cincin
aromatic dan adanya satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol lebih
cenderung larut dalam air, karena senyawa ini biasanya berikatan dengan gula.
Sum of p-value
Source df Mean Square F Value
Squares Prob > F
Model 3.78 5 0.76 49.13 < 0.0001 significant
A-Suhu 0.35 1 0.35 22.63 0.0021
B-Maltodextrin 0.12 1 0.12 7.94 0.0259
AB 1.225E-003 1 1.225E-003 0.080 0.7861
A2 3.20 1 3.20 208.13 < 0.0001
B2 7.924E-003 1 7.924E-003 0.51 0.4964
Residual 0.11 7 0.015
Lack of Fit 0.076 3 0.025 3.19 0.1461 not significant
Pure Error 0.032 4 7.950E-003
Cor Total 3.89 12
Pada respon total fenol, model prediksi yang digunakan adalah quadratic.
Taraf signifikansi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah 5%. Hasil yang
45
respon sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang didapat cocok digunakan
yang optimum (Ratnawati et al., 2018). Nilai lack of fit pada model harus tidak
signifikan (p>0.05). Nilai lack of fit yang tidak signifikan menunjukkan bahwa
model kuadratik sangat sesuai untuk menduga variabel respon (Hadiyanto dan
2011). Persamaan matematik untuk respon total fenol adalah sebagai berikut:
2 2
Total Fenol (%) = 7.63 - 0.21* A - 0.12*B + 0.018*A*B - 0.68*(A ) + 0.034*(B )
Keterangan:
A * Suhu
B * Maltodekstrin
total fenol serbuk akan turun seiring dengan peningkatan suhu dan konsentrasi
maltodekstrin, hal ini ditandai dengan nilai konstanta yang bernilai negative. Hasil
dari ANOVA dapat dilihat bahwa pengaruh yang signifikan terhadap respon total
Hasil lack of fits test pada total fenol didapatkan nilai quadratic dengan
sum of square 0,076 nilai derajat bebas (df) 3; nilai mean square 0,025; F value
sebesar 3,19, dan nilai p-value sebesar 0,1461. Pada source linier, nilai yang
dimiliki sum of square adalah 3.39; nilai derajat kebebasan (df) 6; nilai mean
square 0.56; nilai F value 71.03 dan nilai p-value sebesar 0.0005. Nilai standar
deviasi dari hasil model summary statistics pada source linier adalah 0.58; nilai R
46
Nilai R2 untuk model respon total fenol sebesar 0.9723. Berdasarkan nilai
respon total fenol serbuk sebesar 97.23 %, sedangkan sisanya sebesar 2.77 %
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Nilai predicted
R-squared yang dihasilkan sebesar 0.8483, yang berarti bahwa data yang
0.9525, yang berarti terdapat korelasi dan data actual untuk respon total fenol
yang tercakup ke dalam model sebesar 95.25 %. Korelasi positif, yaitu apabila
nilai x besar maka diikuti dengan nilai y yang besar pula. Nilai adjusted R-
squared didukung oleh Nilai predicted R-squared karena selisih keduanya lebih
kecil dari 0.2. Adequate precision untuk respon total fenol adalah 22.478 yang
berkaitan dengan besarnya sinyal terhadap noise ratio. Sinyal yang baik ditunjuk-
Design-Expert® Software
Total Fenol
Design points above predicted value
Design points below predicted value
7.88
7.9
nol
T o t a l F e (%)
6.01
7.575
X1 = A: Suhu
X2 = B: Maltodextrin
7.25
6.925
6.6
10.00
9.00
70.00
8.00 65.00
B: Maltodextrin 7.00
60.00
55.00
(% b/b)
6.00 50.00 A: Suhu (°C)
Gambar 4.1. Respon total fenol serbuk berdasarkan suhu dan konsentrasi
maltodekstrin.
47
kan oleh nilai adequate precision yang lebih besar dari 4 sehingga model ini
dapat digunakan sebagai pedoman design space dan sebagai syarat model yang
Respon total fenol secara visual dapat dilihat pada Gambar 4.1, Warna-
warna yang berbeda pada grafik ditunjukkan untuk nilai respon yang berbeda-
beda pada setiap kombinasi antar komponen faktor. Nilai total fenol yang rendah
ditunjukkan oleh garis terluar pada kontur dan area yang berwarna hijau
sedangkan nilai total fenol yang tinggi ditunjukkan oleh area yang bewarna
merah. Semakin dalam garis, diartikan nilai respon semakin tinggi. Respon
optimal pada kontur plot ditandai dengan titik (node) berwarna merah. Dari hasil
total fenol paling besar yaitu faktor suhu. Semakin tinggi suhu maka, penurunan
total fenol akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena panas akhirnya terjadi
peningkatan stres generasi spesies oksigen reaktif (ROS) dan dihasilkan energi
eksitasi yang berlebihan sehingga terjadi stres oksidatif yang disebabkan oleh
suhu tinggi. Total fenol akan turun dengan adanya stress oksidatif ini (Heyno et
al., 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Khaleghnezhad et al, (2019), bahwa
kandungan senyawa fenolik tertinggi terdapat pada suhu yang rendah (15 °C).
Dalam kondisi panas, ROS dapat terakumulasi, yang mengarah ke stres oksidatif
dan sebagai akibatnya kerusakan komponen seluler, seperti protein, fenol, dan
sebagainya.
(Harnani et al. 2005). Pada serbuk, komponen fenolik maupun vitamin C dapat
quadratic. Taraf signifikansi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah 5%.
Nilai lack of fit pada model harus tidak signifikan (p>0.05). Nilai lack of fit yang
2
Aktivitas Antioksidan (mg/ml) = 37.18 - 0.62*A - 1.45*B + 0.91*A*B - 3.36*(A )
2
+ 0.73*(B )
49
Keterangan:
A * Suhu
B * Maltodekstrin
aktivitas antioksidan serbuk akan turun seiring dengan peningkatan suhu dan
konsentrasi maltodekstrin, hal ini ditandai dengan nilai konstanta yang bernilai
negative. Hasil dari ANOVA dapat dilihat bahwa pengaruh yang signifikan
faktor.
Hasil lack of fits test pada aktivitas antioksidan didapatkan nilai quadratic
dengan sum of square 5,58; nilai derajat bebas (df) 3; nilai mean square 1,86; F
value sebesar 6.35; dan nilai p-value sebesar 0,0531. Pada source linier, nilai
yang dimiliki sum of square adalah 88,12; nilai derajat kebebasan (df) 6; nilai
mean square 14,69; nilai F value 50,14 dan nilai p-value sebesar 0,0010. Nilai
standar deviasi dari hasil model summary statistics pada source linier adalah
2,99; nilai R squared 0,1831; nilai adjusted R squared 0,0197; nilai predicted R
sedangkan sisanya sebesar 6.17 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
0.6204, yang berarti bahwa data yang diprediksikan sebesar 62.04 % sedangkan
nilai adjusted R-squared sebesar 0.8942, yang berarti terdapat korelasi dan data
actual untuk respon aktivitas antioksidan yang tercakup ke dalam model sebesar
89.42 %. Korelasi positif, yaitu apabila nilai x besar maka diikuti dengan nilai y
yang besar pula. Nilai adjusted R-squared didukung oleh Nilai predicted R-
50
squared karena selisih keduanya lebih kecil dari 0.2. Adequate precision untuk
sinyal terhadap noise ratio. Sinyal yang baik ditunjukkan oleh nilai adequate
precision yang lebih besar dari 4 sehingga model ini dapat digunakan sebagai
pedoman design space dan sebagai syarat model yang baik dalam prediksi
(Kurnia, 2013).
n-Expert® Software
tas Antioksidan
k s i d a) n
.45
.79 38.1
A: Suhu 36.25
B: Maltodextrin
34.4
32.55
30.7
10.00
70.00
9.00
65.00
8.00
60.00
Respon aktivitas antioksidan secara visual dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Warna-warna yang berbeda pada grafik ditunjukkan untuk nilai respon yang
antioksidan yang rendah ditunjukkan oleh garis terluar pada kontur dan area
yang berwarna biru sedangkan nilai aktivitas antioksidan yang tinggi ditunjukkan
oleh area yang bewarna merah. Semakin dalam garis, diartikan nilai respon
51
semakin tinggi. Respon optimal pada kontur plot ditandai dengan titik (node)
berwarna merah. Kandungan antioksidan yang terdapat pada serbuk buah dapat
dijadikan sebagai salah satu produk minuman fungsional yang dapat berfungsi
tubuh sebagai minuman fungsional belum diatur dan belum ada penelitian lebih
lanjut terkait hal tersebut. Pola konsumsi, perbedaan usia, proses metabolisme,
bebas dalam tubuh diduga sebagai penyebab kendala dalam penentuan dosis
terhadap perubahan nilai aktivitas antioksidan paling besar yaitu faktor suhu.
Semakin tinggi suhu maka, penurunan aktivitas antioksidan akan semakin besar.
tinggi, sehingga kandungan antioksidan yang ada pada lobak juga semakin
4.2.3 Rendemen
terhadap segi ekonomi suatu produk. Semakin besar rendemen, maka akan
semakin baik. Rendemen dapat diperoleh dengan cara perhitungan dari berat
Taraf signifikansi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah 5%. Hasil yang
respon sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang didapat cocok digunakan
men yang optimum (Ratnawati et al., 2018). Nilai lack of fit pada model harus
tidak signifikan (p>0.05). Nilai lack of fit yang tidak signifikan menunjukkan bahwa
model kuadratik sangat sesuai untuk menduga variabel respon (Hadiyanto dan
2 2
Rendemen (%) = 8.85 - 0.22* A + 0.31*B + 0.13*A*B - 0.85*(A ) - 0.24*(B )
Keterangan:
A * Suhu
B * Maltodekstrin
maltodekstrin dan akan berkurang seiring dengan peningkatan suhu, hal ini
ditandai dengan nilai konstanta yang bernilai positif dan negatif. Hasil dari
Hasil lack of fits test pada rendemen didapatkan nilai quadratic dengan
sum of square 0.67; nilai derajat bebas (df) 3; nilai mean square 0.22; F value
53
sebesar 2.25, dan nilai p-value sebesar 0.2246. Pada source linier, nilai yang
dimiliki sum of square adalah 5.85; nilai derajat kebebasan (df) 6; nilai mean
square 0.97; nilai F value 9.89 dan nilai p-value sebesar 0.0220. Nilai standar
deviasi dari hasil model summary statistics pada source linier adalah 0.79; nilai R
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Nilai predicted
R-squared yang dihasilkan sebesar 0.2789, yang berarti bahwa data yang
0.7551, yang berarti terdapat korelasi dan data actual untuk respon rendemen
yang tercakup ke dalam model sebesar 75.51 %. Korelasi positif, yaitu apabila
nilai x besar maka diikuti dengan nilai y yang besar pula. Nilai adjusted R-
squared didukung oleh Nilai predicted R-squared karena selisih keduanya lebih
kecil dari 0.2. Adequate precision untuk respon rendemen adalah 7.615 yang
berkaitan dengan besarnya sinyal terhadap noise ratio. Sinyal yang baik
ditunjukkan oleh nilai adequate precision yang lebih besar dari 4 sehingga model
ini dapat digunakan sebagai pedoman design space dan sebagai syarat model
Respon rendemen secara visual dapat dilihat pada Gambar 4.3. Warna-
warna yang berbeda pada grafik ditunjukkan untuk nilai respon yang berbeda-
beda pada setiap kombinasi antar komponen faktor. Nilai rendemen yang rendah
ditunjukkan oleh garis terluar pada kontur dan area yang berwarna hijau sedang-
54
Design-Expert® Software
Rendemen
Design points above predicted value
Design points below predicted value
9.25
9.3
m en
6.87
R e n d e(%)
8.725
X1 = A: Suhu
X2 = B: Maltodextrin 8.15
7.575
10.00
9.00
70.00
8.00
65.00
B: Maltodextrin 60.00
7.00
55.00
(% b/b) 6.00 50.00
A: Suhu (°C)
konsentrasi maltodekstrin.
kan nilai rendemen yang tinggi ditunjukkan oleh area yang bewarna merah.
Semakin dalam garis, diartikan nilai respon semakin tinggi. Respon optimal pada
kontur plot ditandai dengan titik (node) berwarna merah. Dari hasil analisis lebih
maltodekstrin sebagai bahan pengisi. Selain itu juga terjadi peningkatan volume
bahan, sehingga rendemen yang diperoleh juga semakin besar (Caparino et al,
2012).
pembuatan formula serbuk lobak yang dibuat dengan metode pengeringan busa
rendemen. Formula optimal dengan nilai yang diinginkan dapat diperoleh dengan
optimasi. Kriteria penentuan formula optimal serbuk buah yang diinginkan yaitu
proses pengeringan pada produk dapat dicegah oleh metode tersebut karena
senyawa fenol dengan jumlah cukup baik. Oleh karena itu, nilai fungsional dari
produk dapat ditentukan oleh respon total fenol, sehingga nilai yang ditentukan
antioksidan yang berasal dari produk tersebut tetap stabil sampai dikonsumsi
sehingga radikal bebas dalam tubuh dapat dikurangi (Deng et al, 2019).
dapat dilakukan dengan konsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup (Lobo et
al, 2010). Oleh karena itu, nilai fungsional dari produk dapat ditentukan oleh
56
skala kepentingan 3.
suatu proses produk atau bahan dapat ditentukan oleh parameter rendemen.
(Marques et al, 2014). Oleh karena itu, nilai ekonomis dari suatu produk dapat
Tabel 4.7 Solusi formula optimal yang diperoleh dari hasil optimasi
Pada tabel tersebut dapat dilihat hasil pengolahan data untuk solusi
Desirability yang dimiliki sebesar 0.86. Formula yang diperoleh dari aplikasi
Design Expert 7.1.5 adalah satu solusi. Komposisi formula tersebut yakni suhu
sebesar 58.49 °C, dan konsentrasi maltodekstrin sebesar 7.31 % b/b dengan nilai
desirability sebesar 0.86. Formula optimal yang terpilih diprediksikan dengan nilai
total fenol sebesar 7.69389, aktivitas antioksidan sebesar 37.6631 (100 mg/ml),
rentang komponen, jumlah komponen dan respon serta target yang ingin dicapai
semakin sulit didapatkan formula optimal dengan nilai desirability yang tinggi.
dan respon sehingga keadaan optimal semakin sulit untuk dicapai. Formula
optimal dengan nilai desirability yang tinggi semakin sulit untuk diperoleh
disebabkan karena semakin besar tingkat importance dari suatu komponen atau
diketahui apakah model yang disarankan oleh program Design Expert 7.1.5
dapat diprediksi untuk nilai respon dengan baik. Selain itu, tujuan dari verifikasi
ini adalah untuk pengujian keakuratan model dalam aplikasi kondisi empiris.
formula terpilih nilai total fenol yang dimiliki sebesar 7.58 %, aktivitas antioksidan
sebesar 37.35 (100 mg/ml), dan rendemen sebesar 8.55 %. Nilai aktual hasil
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai verifikasi dari total fenol masih
lebih rendah jika dibandingkan dengan prediksi yang dihasilkan oleh software
namun masih dalam rentang nilai CI dan PI yaitu sebesar 7.58. Respon aktifitas
antioksidan juga menunjukkan nilai yang lebih rendah dari prediksi yang
diberikan software namun masih dalam kisaran nilai CI dan PI yaitu sebesar
37.35. Begitu juga dengan respon rendemen yang memiliki hasil verifikasi
dibawah nilai prediksi software dan juga masih berada dalam rentang nilai CI dan
oleh penyimpanan bahan baku yang digunakan. Bahan baku (lobak) disimpan
bioaktif akibat suhu yang rendah. Selisih yang terjadi pada nilai penelitian
tersebut dapat dilihat tidak lebih dari 5%. Perbedaan nilai prediksi dan nilai
penelitian tidak lebih dari 5% mengindikasikan bahwa model tersebut cukup tepat
untuk proses (Wu et al., 2006). Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil optimasi
dengan faktor suhu dan maltodekstrin pada pembuatan serbuk lobak tersebut
Pada proses pembuatan serbuk, lobak yang digunakan untuk satu kali
proses adalah 250 g. Langkah pertama yang dilakukan adalah pencucian dan
pengupasan. Pada proses pengupasan terjadi penghilangan kulit ari dari lobak
sehingga berat lobak setelah dikupas adalah sebesar 245 g karena terdapat
scrap sebesar 2% b/b (5 g). Alat yang digunakan pada proses yang pertama ini
tahap ini ditambahkan air kurang lebih sekitar 50 ml agar prosesnya lebih mudah.
Lobak yang telah hancur (bubur lobak) beratnya bertambah yaitu sebesar 345 g.
Alat yang digunakan pada proses penghancuran adalah blender. Langkah ketiga
maltodekstrin sekitar 7.31% b/b (25.3 g) dari berat bubur sehingga berat akhir
pada proses ini adalah 370.3 g. Peralatan yang digunakan untuk proses
tahap ini yang dibutuhkan sekitar 0.7% v/b (2.6 g) dari berat bubur sehingga
berat akhir pada proses ini adalah 372.9 g. Peralatan yang digunakan untuk
proses pencampuran adalah mixer. Tahap akhir dari proses pembuatan serbuk
ini adalah pengeringan. Alat yang digunakan pada proses tersebut adalah
jam. Pada tahap akhir ini, berat awal yang dimiliki bubur adalah sebesar 372.9 g.
sebesar 32.55 g. Air yang hilang pada proses ini sebesar 91,27% v/b (340.35 g)
sehingga dapat dihitung bahwa rendemen pada proses pembuatan serbuk ini
Pada proses pembuatan serbuk ini, metode yang digunakan adalah Foam
Mat Drying yaitu, proses dimana suatu bahan cair atau setengah padat dijadikan
suatu busa yang stabil dengan dimasukkannya banyak volume udara atau gas
Iainnya dari bahan pembusa, yang bekerja sebagai foam inducer atau stabilizer.
pengeringan bahan. Alat pengering yang digunakan pada metode ini adalah
Cabinet Dryer. Cabinet Dryer adalah peralatan yang paling favorit digunakan un-
60
Aquades
50 ml
Lobak
250 g
Tween 80
0,7%
Maltodekstrin
6, 8, 10%
Serbuk Lobak
32.55 g
baki pertama (baki bawah) selanjutnya diteruskan kepada baki lain secara
61
normal. Oleh karena itu energi tertinggi diterima oleh buah yang terletak di
nampan bawah dan bisa lebih kering (Amanlou dan Zomorodian, 2010).
Suhu maksimal yang dapat digunakan pada alat ini adalah 100 °C. Pada alat ini
produksi serbuk lobak dengan alat ini dapat dilihat dibawah ini:
Rendemen = 8.73%
Pengering Cabinet:
= 97,65 g
= 976,5 g
= 2906 kapsul
Pada perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa berat awal bubur sebelum
sebesar 32,55 g jadi rendemennya sebesar 8,73%. Hasil tersebut diperoleh dari
dalam proses pembuatan serbuk ini terdapat Tre (tempat peletakan Loyang).
Kapasitas 1 Tre adalah untuk 3 loyang, jadi berat serbuk yang diperoleh dari 1
62
Tre adalah 97,65 g. Jumlah Tre yang dimiliki dari pengering kabinet tersebut
adalah 10, sehingga total serbuk yang diperoleh dari pengering tersebut adalah
976,5 g. Jika serbuk dimasukkan kedalam kapsul dengan isi per kapsul ± 0,5 g,
maka akan didapatkan kapsul sebanyak 1953. Perhitungan tersebut untuk satu
kali produksi. Apabila dalam sehari terdapat dua kali produksi, maka kapsul yang
penurunan kadar air bahan dalam satuan waktu. Selain itu, dapat diartikan
sebagai banyaknya air yang diuapkan tiap satuan waktu (Suntivarakorn et al.,
2010). Proses pengeringan pada bahan dimana udara panas dialirkan dapat
dianggap sutau proses adiabatis yaitu proses yang tidak terjadi penambahan
atau pengambilan panas (Asrianti et al., 2013). Hal ini berarti bahwa panas yang
dibutuhkan untuk penguapan air dari bahan hanya diberikan oleh udara
pengering tanpa tambahan energi dari luar. Ketika udara pengering menembus
bahan basah sebagian panas sensibel udara pengering diubah menjadi panas
laten sambil menghasilkan uap air. Penguapan massa air dari permukaan bahan
Data laju pengeringan rata-rata selama proses pengeringan serbuk lobak dapat
Gambar 4.5 menunjukkan hubungan antara nilai kadar air dengan waktu
yang memiliki pola exponensial. Menurut Muhandri et al, (2015) bahwa laju
pengeringan atau laju penguapan air dalam berbagai penelitian tidak terjadi
Laju Pengeringan
Waktu Massa (g) Kadar Air (%bb)
(%bb/menit)
0 372,9 80,625 0,0000
2 255,66 47,185 16,72
4 117,24 22,712 12,2365
6 62,06 9,615 6,5485
8 32,35 4,435 2,59
Pada fungsi tersebut, bilangan e atau dapat disebut bilangan euler merupakan
sebuah bilangan irasional yang bernilai 2,718. Nilai e-0,37x menunjukkan bahwa
kurva dibawah garis merah bernilai sebesar e-0,37x. Fungsi tersebut memiliki arti
100
90
80
70
Kadar Air (%bb)
60
50 Series1
40 Expon. (Series1)
30 y = 90,214e-0,37x
20 R² = 0,9938
10
0
0 2 4 6 8 10
Waktu (Jam)
Gambar 4.5. Kurva pengeringan (kadar air terhadap waktu) serbuk lobak
bahwa penurunan kadar air pada lobak akan terjadi sebesar 90,214 kali e-0,37x
tersebut. Jadi semakin tinggi nilai x pada persamaan tersebut, maka penurunan
sebesar 47,185; 22,712; 9,615; hingga pada akhirnya sebesar 4,435 %. Nilai
64
regresi linear yang semakin mendekati 1 berarti bahwa kurva tersebut semakin
valid. Pratomo dan Astuti (2015) mengatakan bahwa analisis regresi adalah
Koefisien determinasi (R²) dapat digunakan untuk penentuan model yang valid
secara statistik dalam pemilihan model yang sesuai untuk menjelaskan proses
4.6 dapat dilihat bahwa diperoleh nilai koefisien determinasi untuk kurva waktu
dan kadar air sebasar 0,9938. Indicator yang digunakan dalam memilih model
Songsermpong, 2012; Kaushal dan Sharma, 2013). Jadi kurva laju pengeringan
tersebut dapat digunakan sebagai model yang paling sesuai dalam menjelaskan
dalam bentuk kurva pengeringan (Gambar 4.6). Penurunan kadar air terjadi
suhu pada pengeringan tahap akhir menjadi konstan sehingga massa menjadi
lebih kecil karena air telah banyak menguap. Oleh karena itu, penurunan kadar
air terus semakin lambat pada jalur suhu yang konstan (Li et al, 2010). Selain itu,
kadar air menurun akibat dari air yang diuapkan di permukaan bahan semakin
sedikit yang disebabkan oleh terjadinya perpindahan air dari dalam bahan ke
Noomhorm, 2011).
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada hasil analisis Indentifikasi bahan baku lobak, diperoleh hasil kadar
air sebanyak 94,74%, total padatan terlarut lobak didapatkan sebesar 3,27 ° Brix.,
dan hasil analisis rerata pH dari lobak adalah 6,18. Formula yang diperoleh dari
aplikasi Design Expert 7.1.5 adalah suhu sebesar 58.49 °C, dan konsentrasi
Formula tersebut diprediksikan akan didapatkan nilai total fenol sebesar 7.693%,
aktivitas antioksidan sebesar 37.6631 mg/ml per 100 mg, dan rendemen sebesar
sebesar 7.88 %. Pada neraca massa, berat awal yang dimiliki bubur adalah
(serbuk) adalah sebesar 32.55 g sehingga rendemen serbuk ini adalah sebesar
8,73%. Pada saat proses pengeringan, awalnya laju pengeringan sebesar 16,72
sebesar 2,59. Total serbuk yang diperoleh dari 1 cabinet dryer adalah 976,5 g.
Jika serbuk dimasukkan kedalam kapsul dengan isi per kapsul ± 0,5 g, maka
akan didapatkan kapsul sebanyak 1953. Apabila dalam sehari terdapat dua kali
produksi (16 jam), maka kapsul yang didapatkan sebanyak 2906 kapsul.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut atau sebuah uji terhadap tikus
untuk membuktikan kinerja dari obat ini. Selain itu perlu adanya material handling
65
DAFTAR PUSTAKA
AgroMedia Pustaka.
782-785
Albrecht, E., Walden berger, M., Krumsiek, J., Evans, A.M., Jeratsch, U., Breier,
M., Adamski, M., Koenig, W., Zeilinger, S., Fuchs, C., Klopp, N., Theis,
Metabolomics.10: 141–151.
66
67
Andreasen, A., Kasper Ronn Rasmussen, Matthias Mando. 2018. “Plant Wide Oil
Antarlina, Sri S. 2009. “Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Buah-buahan Lokal
Arslan, O., Erzengin, M., Sinan, S., & Ozensoy, O. 2004. “Purification of Mulberry
Asrianti, P., Ahmad Bey, Yopi Ilhamsyah. 2013. “Kajian beberapa karakteristik
siklon tropis (kasus topan Choi-wan dan Nida di lautan Pasifik Utara
Typhoon Choi-wan and Nida over Western North Pacific ocean)”. Depik.
2(3): 154-161.
Brawijaya. Malang
Ayu, D.C. 2014. “Pengaruh Suhu Blansing dan Lama Perendaman Terhadap
Baenasa, N., Isabel Gomez Jodarb, Diego A. Morenoa, Cristina García Vigueraa,
Paula M. Periago. 2017. “Broccoli and Radish Sprouts are Safe and
127: 60–67
Bors, M. D., Cristina Anamaria S., Sonia S., Luminiţa V., Ovidiu M., Romina V,
Caparino, O.A. J. Tang, C.I. Nindo, S.S. Sablani, J.R. Powers, J.K. Fellman.
111: 135–148.
Chandrasekar, V., Gabriela, J. S., Kannan, K., & Sangamithra, A. 2015. “Effect
Chen, G., Tan, M. L., Li, K. K., Leung, P. C., & Ko, C. H. 2015. “Green Tea
1196–1205
Dalimartha, S dan Felix A. 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Depok: Penebar
Swadaya.
Fadilah, Nitya Nurul. 2017. “Review Artikel: Aktivitas, Mekanisme Aksi, dan
Fattah, M.H. 2016. Mukjizat Herbal dan Khasiatnya dalam Al-Qur’an. Jakarta
Timur: Mirqat.
70
Fernandes, R.V.B., Queiroz, F., Botrel, D.A., Rocha, V.V., Lima, C.F., Souza,
V.R., 2013. “Foam Mat Drying Of Tomato Pulp”. Biosci. J. 29 (4): 819–
825.
Fitriana, N., Rumayati, Nelvira S., Afghani J., Syaiful, Harliya. 2014. Formulasi
Galani, Joseph H.Y., Pooja M. M., Avadh K. S., Nilesh J. P., Rajeshkumar R. A.,
George, J. Struthers, A.D. 2009. “Roleofurate, Xanthine Oxidase and The Effects
5: 265–272.
71
Ghasemzadeh, A., Maryam Azarifar, Omid Soroodi and Hawa Z. E. Jaafar. 2012.
2643
USA: Blackwell:10-12.
Goufo, P., & Trindade, H. 2014. “Rice Antioxidants: Phenolic Acids, Flavonoids,
Gul, A., dan Tuba P. 2018. “Antioxidant Activities of Some Monofloral Honey
25: 1056-1065
Haris, M. 2011. Penentuan Kadar Flavanoid Total dan Aktivitas Antioksidan Dari
Padang.
72
Heyno, E., Mary, V., Schopfer, P., Krieger-Liszkay, A., 2011. “Oxygen Activation
Hirata, D., 2014. “Administered Chrysan The Mum Flower Oil Attenuates
Horbowicz, M., Kosson, R., Grzesiuk, A., & Debski, H. 2008. “Anthocyanins Of
Jusup, Lenny. 2010. Sehat & Bugar dengan Jus Buah dan Sayuran Tropis.
Kanade, S. R., Suhas, V. L., Chandra, N., & Gorda, L. R. 2007. “Functional
4177-4187.
Pigeonpea (Cajanus cajan) Flours”. Agric Eng Int: CIGR J. 15: 202-
212.
Khaleghnezhada, V., Ali R. Y., Afshin T., Bahman F. 2019. “Interactive Effects of
302–309.
Kim, Jae K., Thanislas Bastin Baskar dan Sang Un Park. 2016. “Total Phenolic
Kim, K. H., Moon, E., Kim, S. Y., Choi, S. U., Lee, J. H., & Lee, K. R. 2014. “4-
Kudra, T., & Ratti, C. 2008. “Process and Energy Optimization In Drying Of
Kumakura, K., Ryo Kato, Taito Kobayashi, Akihiro Sekiguchi, Norihisa Kimura,
Kurnia YF. 2013. Optimasi Formula Yoghurt dari Susu Kambing dan Jamur
Kusmiyati, M., Yayat Sudaryat , Isti Agnia Lutfiah , Ardi Rustamsyah, dan Dadan
Flavonoid Total Dalam Teh Hijau (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Asal
Tiga Perkebunan Jawa Barat”. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 18(2):
101-106.
Latchubugata, Chandra S., Raghu V. K., Kiran K. P., Usha V., Sreepriya V. 2018.
Li, Z., Raghavan, G. S. V., & Orsat, V. 2010. “Optimal Power Control Strategies
Lins I. D., Droguett E. L., Moura M. D. C., et al. 2015. “Computing Confidence
120-8
Liu, Y., Murakami, N., Wang, L., Zhang, S., 2008. “Preparative Highperformance
736.
Katia Gomes de Lima Araujo. 2017. “Foam Mat Drying Of Tommy Atkins
Capacity in Fresh and Dry Fruits and Vegetables Grown in Chile”. CyTA
Mashkevich, Boris O. 2007. Drug Delivery Research Advances. New York: Nova
Science Publishers.
Matera, R., Gabbanini, S., De Nicola, G. R., Iori, R., Petrillo, G., & Valgimigli, L.
Matsufuji, H., Kido, H., Misawa, H., Yaguchi, J., Otsuki, T., Chino, M., Yamagata,
3692–3701.
Maulani, A. A., Adang F., Zainuddin. 2012. “Pembuatan Maltodekstrin dari Pati
Mei Ling dan Rabiha Sulaiman. 2018. “Development Of Beetroot (Beta Vulgaris)
Muthukumaran, A., Ratti, C., Raghavan, V.G.S., 2008. “Foam-Mat Freeze Drying
395–402
Okawa M, J Kinjo, T Nohara and M Ono. 2001. “Modification Method DPPH (2-2-
Obtained From Some Medicinal Plants”. Biol. Pharm. Bull. 24(10): 1202-
1205.
Ozyurek, M., Bektas_oglu, B., Guҫlu, K., & Apak, R. 2009. “Measurement Of
Patil, G., Madhusudhan, M. C., Ravindra Babu, B., & Raghavarao, K. S. 2009.
Perdani, C. G., Hasbi A. W. K., Sri K. 2017. Karakteristik Bubuk Lobak, Nanas
Madu dan Kemiri dengan Metode Pengeringan Foam Mat Drying. Jurnal
Pinheiro, G.R.C. 2008. “Diet Orientation on Gout Revisited”. Rev. Bras. Reum.
48: 157–161.
Pradana, S. W., Sri K., Ika A. 2014. Pembuatan Bubuk Susu Kacang Hijau
Putra T.R., 2009. “Hiperurisemia”, Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Puttongsiri, T., Choosakul, N., & Sakulwilaingam, D. 2012. “Moisture Content and
Rajkumar, P., Kailappan, R., Viswanathan, R., Raghavan and Ratti, C. 2007.
357-365.
Pustaka Utama.
Ratnawati, S.E., N. Ekantari, R.W. Pradipta & B.L. Paramita. 2018. “Aplikasi
(1): 41-48
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2009, Handbook of Pharmaceutic
Pharmacist Association.
Sang, S., Tian, S., Wang, H., Stark, R. E., Rosen, R. T., Yang, C. S., & Ho, C. T.
Setyaningrum, Hesti. D dan Cahyo Saparinto. 2011. Panen Sayur Secara Rutin
Perdagangan.
Sukprakarn, Sutevee, Sunanta Juntakool, dan Rukui Huang. 2012. Panen dan
Sulaiman, Nurul S., Rokiah Hashim, Mohd Hazim Mohamad Amini, Mohammed
1430
"Experimental study on Clothes Drying Using Waste Heat fron Split Type
82
Engineering: 220-225
Supriati, Yati dan Ersi Herliana. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik Dalam Pot.
Sutomo, Budi dan Hayyana Chen. 2015. Koleksi Resep Chinese Food. Jakarta:
PT Kawan Pustaka.
Tatsuzawa, F., Saito, N., Toki, K., Shinoda, K., Shigihara, A., Honda, T., 2010.
Thao HM, dan Noomhorm A. 2011. “Modelling and Effects of Various Drying
139-158.
118–126.
83
EGC.
Vuong QV, Golding JB, Nguyen MH, Roach PD. 2012. “Production Of
Wang, S., Yan, J., Wang, J., Chen, J., Zhang, T., Zhao, Y., & Xue, M. 2010.
Wang, X., Wang, C. P., Hu, Q. H., Lv, Y. Z., Zhang, X., OuYang, Z., & Kong, L.
Wirakusumah, Emma S. 2010. Cantik dan Awet Muda dengan Buah, Sayur dan
Wortmann RL. 2009. Gout and Hyperuricemia. In: Firestein GS, Budd RC, Harris
Wu, M, Sing H, Wang S., dan Xu S. 2006. “Optimizing condition for the
Syracuse.
Y. Amanlou, and A. Zomorodian. 2010. “Applying CFD For Designing A New Fruit
Yan, J., Zhang, G., Hu, Y., & Ma, Y. 2013. “Effect Of Luteolin On Xanthine
361-422.
Zhang, Y., Tang, L., & Gonzalez, V. 2003. “Selected Isothiocyanates Rapidly
Therapeutics. 2: 1045–1052.
Zheng, X. Z., Liu, C. H., & Zhou, H. 2011. “Optimization Of Parameters For
Zhou, Yuyang, Zhi-Yi Yang, Ren-Cheng Tang. 2018. “Facile and Green
Sum of p-value
Source df Mean Square F Value
Squares Prob > F
Model 3.78 5 0.76 49.13 < 0.0001 significant
A-Suhu 0.35 1 0.35 22.63 0.0021
B-Maltodextrin 0.12 1 0.12 7.94 0.0259
Final Equation in Terms of Coded Factors: Final Equation in Terms of Actual Factors:
87
88
Final Equation in Terms of Coded Factors: Final Equation in Terms of Actual Factors:
Final Equation in Terms of Coded Factors: Final Equation in Terms of Actual Factors:
Rendemen = Rendemen =
+8.85 -22.39179
-0.22 * A +0.94521 * Suhu
+0.31 * B +0.73263 * Maltodextrin
+0.13 * A * B +6.25000E-003 * Suhu * Maltodextrin
-0.85 * A2 -8.48000E-003 * Suhu2
-0.24 * B2 -0.059500 * Maltodextrin2
1. Proses Pengupasan
2. Penghancuran
Air (100 g)
3. Pencampuran Maltodextrin
4. Pencampuran Tween 80
5. Pengeringan