Hubungan Motivasi Dengan Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Melitus
Hubungan Motivasi Dengan Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Melitus
Oleh :
Alesia Rahma Dina
262111002
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Secara Bahasa, istilah motivasi berasal dari Bahasa Latin memiliki kata
“movere” yang memiliki arti dan makna menggerakkan. Motivasi juga memiliki
arti dari beberapa ahli Bahasa seperti, menurut Weiner tahun 1990, motivasi
diartikan sebagai keadaan dimana diri manusia membangkitkan serta membangun
dirinya sendiri untuk segera bertindak, tindakan tersebut didasari atas keinginan
mencapai suatu tujuan dan agar diri kita tetap terpacu pada suatu kegiatan tertentu
(Weiner, B, 1990).
Motivasi bisa diartikan sebagai bentuk dorongan yang datangnya dapat
dari dalam maupun luar diri manusia yang memiliki ciri-ciri seperti adanya
dorongan, hasrat, keinginan, minat, harapan, cita-cita, penghormatan, serta
kebutuhan (Uno,B.H. 2007).
Menurut teori Bandura, motivasi dapat didefinisikan sebagai proses
dinamis di mana individu dipengaruhi oleh keyakinan mereka akan kemampuan
mereka untuk mencapai tujuan tertentu (self-efficacy), serta oleh hasil yang
mereka harapkan dari perilaku mereka (outcome expectations). Dalam konteks
teori ini, motivasi tidak hanya dipandang sebagai dorongan internal, tetapi juga
dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap kemampuan mereka untuk mengatasi
tantangan dan mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain, motivasi
dipandang sebagai hasil dari interaksi antara keyakinan diri individu dan
pengamatan mereka terhadap konsekuensi perilaku yang mungkin terjadi. Ini
menciptakan siklus di mana individu yang merasa percaya diri dalam kemampuan
mereka cenderung lebih termotivasi untuk mengambil tindakan dan mencapai
tujuan mereka (Bandura, 1986).
Dapat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi tidak hanya
berasal dari dorongan internal, tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi individu
terhadap kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan dan mencapai hasil yang
diinginkan. Ini menciptakan siklus di mana individu yang merasa percaya diri
dalam kemampuan mereka cenderung lebih termotivasi untuk mengambil
tindakan dan mencapai tujuan mereka.
2. Fungsi Motivasi
Motivasi erat kaitannya dengan tujuan, apapun bentuk kegiatannya akan
dengan mudah tercapai jika diawali dengan sebuah motivasi yang jelas. Untuk itu
dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku, motivasi memiliki
beberapa fungsi antara lain, Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat
Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.
Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam
kegiatannya,Motivasi sebagai penentu arah perbuatan Motivasi akan menuntun
seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar benar sesuai arah dan tujuan
yang ingin dicapainya, Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan Motivasi akan
memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan mana
yang harus dilakukan, Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi Prestasi
dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.(Epiana,
2014)
3. Jenis Motivasi
Menurut Monks (2013) secara umum motivasi dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi
individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh :
keinginan seorang individu untuk mencari penghasilan dan uang guna
membeli barang yang ia inginkan, membeli barang tersebut benar-benar
keinginannya bukan karena kebutuhan.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang
yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau
rangsangan dari luar. Motivasi ini biasanya datang ketika seseorang
menginginkan untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain atau juga
biasanya mendapatkan barang yang orang lain punya, motivasi jenis ini
juga dapat muncul ketika seseorang ingin menjauhi sesuatu yang memiliki
pengaruh negatif dari luar.Contoh: ketika seseorang ingin mendapatkan
penghargaan dapat berupa pujian ataupun bonus dari orang lain, ketika
seseorang ingin mengikuti gaya hidup orang lain karena ia merasa gengsi,
ketika seseorang memiliki keinginan untuk dapat diterima oleh orang lain,
dan masih banyak lagi.
4. Komponen – komponen motivasi
Komponen utama dalam motivasi menurut (Maslow, A. H. 1943).
1) Kebutuhan: Kebutuhan terjadi ketika individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang dimiliki dan apa yang diharapkan. Kebutuhan ini dapat dibagi
menjadi lima tingkatan: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi.
C. Diabetes Mellitus
1. Definisi Diabetes Mellitus
(WHO, 2023) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai gangguan
metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (glukosa)
dalam darah. Peningkatan gula darah ini disebabkan oleh kurangnya insulin yang
diproduksi oleh tubuh atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara
efektif.
(IDF, 2023) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai gangguan metabolisme
kronis yang ditandai dengan hiperglikemia yang dihasilkan dari kekurangan insulin
absolut atau relatif, gangguan kerja insulin, atau keduanya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2023 mendefinisikan diabetes
mellitus sebagai penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi
akibat kekurangan insulin atau resistensi insulin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan Global Diabetes Report
2023 mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi beberapa kategori berdasarkan
penyebab dan karakteristiknya:
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Disebabkan oleh kerusakan autoimun pada sel-sel beta pankreas yang
memproduksi insulin.Ditandai dengan kekurangan insulin absolut.
Memerlukan terapi insulin seumur hidup.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
Disebabkan oleh kombinasi resistensi insulin dan kekurangan insulin
relatif. Ditandai dengan hiperglikemia kronis.Pengelolaan dapat dilakukan
dengan kombinasi gaya hidup sehat, obat-obatan oral, dan terapi insulin jika
diperlukan.
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Terjadi selama kehamilan dan biasanya hilang setelah melahirkan.
Disebabkan oleh resistensi insulin yang diperberat oleh perubahan hormonal
selama kehamilan. Memerlukan pemantauan gula darah yang ketat dan
intervensi gaya hidup atau obat-obatan jika diperlukan.
d. Diabetes Mellitus Lainnya
Disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti kelainan genetik,penyakit
pankreas, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
2. Etiologi
Diabetes mellitus menurut Kowalak, (2011); Wilkins, (2011), dan Andra,
(2013), dalam Andriani (2017) mempunyai beberapa penyebab, yaitu:
a. Hereditas
Peningkatan kerentanan sel-sel beta pankreas dan perkembangan
antibody autoimun terhadap penghancuran sel-sel.
b. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin dan stres)
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi
pankreas. Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetik.
Stres fisiologis dan emosional meningkatkan kadar hormon stress
(kortisol, epinefrin, glucagon dan hormon pertumbuhan), sehingga
meningkatkan kadar glukosa darah.
c. Perubahan gaya hidup
Seseorang secara genetik sangat rentan untuk terkena DM karena
perubahan gaya hidupnya yang menjadikan sesorang kurang aktif sehingga
menimbulkan kegemukan dan berisiko tinggi terkena diabetes melitus.
d. Kehamilan
Kenaikan kadar estrogen dan hormone plasental yang berkaitan
dengan kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.
e. Usia
Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus,
karena pada usia lebih dari 40 tahun jumlah insulin dan resistensi insulin
telah berkurang yang disebabkan oleh fungsi sel beta pankreas mengalami
penurunan yang besarnya tergantung pada beban kerja sel beta pankreas,
sehingga kadar glukosa dalam darah akan meningkat.
f. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh.
Insulin yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolik.
g. Antagonisasi
Efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara lain
diuretic thiazide, kortikosteroid adrenal dan kontraseptif hormonal.
3. Faktor – Faktor Resiko Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
kadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Hiperglikemia ini terjadi akibat tubuh
kekurangan insulin atau insulin tidak bekerja dengan efektif (ADA, 2020). Menurut
(NIDDK, 2023) Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena DM, dan faktor-faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kategori utama:
a. Faktor Risiko yang tidak Dapat Diubah
Faktor-faktor ini tidak dapat diubah atau dimodifikasi oleh individu.
Faktor-faktor ini meliputi:
1) Usia : Resiko DM meningkat seiring bertambahnya usia
2) Ras dan etnis : orang – orang dari Ras dan etnis tertentu, seperti Afrika
– Amerika, Hispanik, dan Asia Amerika, memiliki risiko lebih tinggi
terkena DM tipe 2.
3) Genetika: Faktor genetik memainkan peran penting dalam etiologi
DM. Beberapa gen tertentu telah dikaitkan dengan DM, seperti gen
HLA dan gen INS.
b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah
Faktor-faktor ini dapat diubah atau dimodifikasi oleh individu untuk
mengurangi risiko terkena DM. Faktor-faktor ini meliputi:
1) Gaya hidup : kurang aktivitas
2) Merokok
3) Konsumsi alkohol berlebihan
4) Pola makan tidak sehat (tinggi kalori, lemak jenuh, dan gula)
5) Obesitas : orang yang obesitas memiliki resiko lebih tinggi terkena
DM tipe 2
6) Tekanan Darah Tinggi : tekanna darah tinggi merupakan faktor risiko
utama untuk DM tipe 2
7) Kolesterol tinggi : Kolesterol LDL (kolesterol jahat) yang tinggi dan
kolesterol HDL (kolesterol baik) yang rendah merupakan faktor risiko
untuk DM tipe 2.
4. Manifestasi Klinis
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
kadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Hiperglikemia ini terjadi akibat tubuh
kekurangan insulin atau insulin tidak bekerja dengan efektif. Manifestasi klinis DM
dapat bervariasi tergantung pada tipe DM, keparahan penyakit, dan kondisi kesehatan
individu Gejala akut DM biasanya muncul pada DM tipe 1 dan pada DM tipe 2 yang
tidak terkontrol dengan baik. Gejala-gejala ini dapat meliputi, Sering buang air kecil
(poliuria): Hal ini terjadi karena kadar gula darah yang tinggi menarik air keluar dari
tubuh melalui ginjal, Sering haus (polidipsia) Hal ini terjadi karena tubuh kehilangan
banyak air melalui urin, Sering lapar (polifagia) Hal ini terjadi karena tubuh tidak
dapat menggunakan glukosa dengan baik sebagai sumber energi, Penurunan berat
badan tanpa sebab Hal ini terjadi karena tubuh membakar lemak dan protein untuk
energi karena tidak dapat menggunakan glukosa. Penurunan berat badan tanpa
sebab Hal ini terjadi karena tubuh membakar lemak dan protein untuk energi karena
tidak dapat menggunakan glukosa, KelelahanHal ini terjadi karena tubuh tidak
memiliki cukup energi, Penglihatan kabur Hal ini terjadi karena kerusakan saraf pada
mata akibat hiperglikemia, Mati rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki Hal ini
terjadi karena kerusakan saraf pada tangan dan kaki akibat hiperglikemia, Luka yang
sulit sembuh Hal ini terjadi karena hiperglikemia dapat mengganggu aliran darah dan
penyembuhan luka (NIDDK, 2023)
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM) menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2023 berfokus pada mencapai dan mempertahankan kadar
gula darah yang optimal untuk mencegah dan menunda komplikasi. Penatalaksanaan
ini dilakukan secara komprehensif dan melibatkan berbagai aspek, termasuk:
a. Edukasi DM
Edukasi DM diberikan kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan
pemahaman tentang DM, termasuk jenis DM, faktor risiko, komplikasi, dan cara
penatalaksanaan.Edukasi ini penting untuk memotivasi pasien dalam melakukan
perubahan gaya hidup dan mematuhi pengobatan.
b. Diet DM
Diet sangat dianjurkan untuk mempertahankan kadar gula darah dan lipid
mendekati normal, mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas-batas
normal membantu pasien mencapai target kadar gula darah dan berat badan
ideal.Terapi ini melibatkan penyusunan pola makan yang sesuai dengan kondisi
pasien, kebutuhan kalori, dan aktivitas fisik.
a) Karbohidrat : 60-70% total asupan energy
b) Protein : 10-20% total asupan energy
c) Lemak : 20-25% kebutuhan kalori
c. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik secara teratur minimal 30 menit setiap hari, 5 hari dalam
seminggu, direkomendasikan untuk semua pasien DM.Jenis dan intensitas
aktivitas fisik disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kemampuan pasien.
d. Farmakoterapi
Farmakoterapi atau pemberian obat-obatan digunakan untuk mencapai dan
mempertahankan kadar gula darah yang optimal.Jenis obat yang digunakan
tergantung pada tipe DM, keparahan penyakit, dan kondisi kesehatan pasien.
e. Pemantauan DM
Pemantauan DM secara berkala diperlukan untuk menilai efektivitas
penatalaksanaan dan mendeteksi komplikasi dini.Pemantauan ini meliputi
pemeriksaan kadar gula darah, tekanan darah, kolesterol, dan pemeriksaan kaki
diabetik.
f. Pencegahan dan Pengelolaan Komplikasi
Penatalaksanaan DM juga fokus pada pencegahan dan pengelolaan
komplikasi akut dan kronis, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan
retinopati diabetik.
6. Tujuan Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi:
a. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup,
dan mengurangi risiko komplikasi akut.
b. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif (Perkeni, 2019).
8. Penelitian terkait tentang Hubungan motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes
mellitus
No Populasi Intervensi Komparatif Outcome Time
1 Populasinya dalam penelitian Untuk data Peneliti berasumsi Penelitian ini
terdapat 137 ini hanya 15 numerik (umur, bahwa hasil efikasi bertempat di
orang pasien pernyataan yang jumlah diri yang baik pada Poliklinik
penderita DMT2 digunakan, penghasilan, pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
namun untuk dimana lama DM). RSU GMIM Umum
pengambilan pernyataan Sedangkan Pancaran Kasih ini GMIM
sampelnya yaitu tersebut terdiri Analisis bivariat tidak lepas dari Pancaran
dengan metode dari diet (7 item), bertujuan untuk beberapa faktor Kasih
nonprobability dalam penelitian mengetahui pendukungnya. Manado pada
sampling dengan ini hanya 15 adakah Faktor pendukung bulan Mei –
teknik purposive pernyataan yang hubungan yang tersebut dapat Oktober 2018
sampling, yaitu digunakan, signifikan antara berasal dari Rumah
pengambilan dimana 2 variabel Sakit, dalam hal ini
sampel yang pernyataan (Hastono, 2007). tenaga kesehatan
didasarkan atas tersebut terdiri Analisis bivariat yang melakukan
pertimbangan dan dari diet (7 item), dilakukan untuk pengobatan terhadap
sesuai dengan membuktikan pasien, dukungan
kriteria inklusi hipotesa keluarga, sumber
dan eksklusi maka penelitian yaitu informasi. Efikasi
di dapati adakah diri yang kurang baik
sebanyak 34 hubungan antara tentu akan
pasien yang akan motivasi dengan menimbulkan
menjadi efikasi diri dampak psikologis
respondennya. pasien DM tipe yang muncul akibat
2 di RSU penyakit DM tipe 2
GMIM Pancaran karena seperti yang
Kasih, peneliti kita ketahui DM tipe
menggunakan 2 merupakan salah
uji Fisher Exact. satu penyakit kronis.
Uji Fisher Exact Efikasi diri dapat
digunakan untuk ditingkatkan dengan
menguji pemberian informasi
keterkaitan mengenai diabetes
antara dua melitus tipe 2 itu
variabel sendiri, sehingga
katagorik tingkat pengetahuan
dimana ada sel pasien akan
yang memiliki bertambah mengenai
nilai harapan manajemen kontrol
kurang dari 5, diabetes.
dengan kata lain
data yang
terlibat dalam
uji Fisher Exact
sedikit. Dengan
nilai α = 0,05.
Bila nilai P
nilai , maka
keputusannya
adalah Ho
ditolak.
2 Populasi dalam sedangkan Jenis data yang Dari hasil penelitian Medan 2019
penelitian ini sampel yang digunakan ini dengan uji
adalah pasien digunakan adalah data atatistik pearson
Diabetes Mellitus adalah sampling primer, data chi-square, menunju
berjumlah 115 aksidental denga sekunder, dan kkan bahwa hasil P
responden, n rumus slovin data tertier, value sebesar 0,001.
yaitu sebanyak 53 sedangkan Dimana nilai tertentu
responden. analisa data lebih kecil dari nilai
yang digunakan α sebesar 0,05, maka
yaitu analisa ada hubungan antara
univariat dan motivasi dengan
analisa bivariat efikasi diri pada
pasien diabetes
melitus di Klinik
Diabetes Dharma
Medan
DM
Motivasi
1. Faktor Internal: Pengetahuan tentang Efikasi diri
kondisi diabetes, keinginan untuk hidup Keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk
sehat, keinginan untuk mengendalikan mengelola diabetes melalui pengaturan pola
kadar gula darah. makan, olahraga teratur, dan pemantauan
kadar gula darah.
2. Faktor Eksternal: Dukungan sosial dari
keluarga dan teman, informasi dan Diperkuat oleh pengalaman sebelumnya dalam
edukasi dari tenaga medis, insentif atau mengelola diabetes dan melihat hasil yang
reward sistem yang memotivasi untuk positif dari upaya-upaya yang dilakukan.
mengikuti perawatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan desain penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari paradigma penelitian kuantitatif yang
memanfaatkan data numerik dan mengimplementasikan teknik analisis statistik untuk
menguji hipotesis serta memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang
diajukan (Creswell, J. W., 2014). Dalam konteks ini, pendekatan yang diadopsi adalah
desain penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.
Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengamati dan menganalisis hubungan antara
variabel-variabel yang relevan dalam satu titik waktu tertentu, memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang fenomena yang diteliti dalam konteks populasi yang
bersangkutan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian merujuk pada tempat atau area di mana data dikumpulkan atau
penelitian dilakukan. Lokasi dapat menjadi faktor penting dalam penelitian karena
dapat memengaruhi hasil dan generalisasi temuan (Creswell, J. W. 2014) Lokasi
penelitian ini akan dilakukan di RSUD Tangerang Selatan. Alasan penelitian ini
memilih lokasi ini dikarenakan penderita DM setiap tahunnya terus meningkat dan
berdasarkan prevelensi di Jakarta
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian mengacu pada periode waktu ketika penelitian dilakukan, yang
dapat berdampak pada konteks dan relevansi hasil penelitian (Babbie, E. 2016).
Penelitian akan dilakukan pada April – juni tahun 2024
3.3 Teknik Sampling
Purposive Sampling, atau Pemilihan Sampel Berdasarkan Tujuan, adalah teknik di
mana sampel dipilih berdasarkan karakteristik khusus yang relevan dengan tujuan
penelitian. Dalam metode ini, peneliti secara sengaja memilih sampel yang dianggap
memiliki informasi penting atau mewakili dengan baik variabel yang sedang diteliti
(Babbie, E. 2016).
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Menurut Notoadmojo (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau
objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DM di Rs
Marinir Cilandak
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Notoadmojo, 2010). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional. Sampel yang digunakan 30 pasien.
3.5 Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah suatu sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang
dimiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015)
Tabel 2 Variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukuran
Variable Definisi Alat ukur Skala Hasil ukur
penelitian operasional ukur
Variabel Suatu dorongan Kusioner Ordinal Penilaian menggunakan
Independen: dari dalam diri skala likert :
Motivasi individu maupun 1. Sangat tidak
dari luar individu setuju (skor 1)
untuk melakukan
2. Tidak setuju
manajemen
(skor 2)
perawatan DM
3. Setuju (skor 3)
4. Sangat setuju
(skor 4)
Interprestasi total : a.
kurang <50%
b. baik > 50%
3.7.3Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu proses untuk mengukur seberapa konsisten atau
dapat diandalkan suatu instrumen pengukuran dalam menghasilkan data yang serupa
jika digunakan dalam situasi yang sama atau sejenis. Reliabilitas mengukur tingkat
kestabilan atau konsistensi instrumen pengukuran dalam mengukur variabel yang sama
dari waktu ke waktu atau dari sampel ke sampel (Sugiyono. 2019). Reliabilitas
menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian
untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat
pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan.
3.8 Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data
penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahap sebagai berikut
(Soediman, 2016)
3.8.1 Tahap persiapan
Tahap penelitian merupakan langkah-langkah atau proses yang harus dilalui
oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Tahap-tahap ini
mencakup perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan pelaporan hasil penelitian (Bungin,
B. 2017).
3.8.2 Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian merupakan fase di mana peneliti menjalankan
rencana penelitian yang telah disusun pada tahap persiapan. Ini meliputi pengumpulan
data, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian (Sugiyono. 2019). Peneliti
menjelaskan kepada responden atas maksud dan tujuan kedatangannya.
1. Peneliti meminta persetujuan responden atas ketersediannya menjadi
responden.
2. Menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat, akibat menjadi
responden.
3. Responden yang setuju diminta tanda tangan pada lembar surat pernyataan
kesanggupan menjadi responden.
4. Peneliti memberikan kuisoner kepada responden yang sudah
menandatangani informed consent,
5. Setelah kuisoner terisi dikumpulkan kembali dan diperiksa kelengkapannya.
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
3.9.1 Pengolahan Data
1. Editing
Meliputi kembali data yang terkumpul untuk mengetahui apakah sesuai seperti yang
diharapkan atau belum.
2. Coding
Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban atau hasil-hasil yang ada
menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing
jawaban dengan kode berupa angka kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel
kerja guna mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat
yang digunakan untuk analisa data dalam komputer yang memerlukan suatu kode
tertentu.
3. Entri
Entri adalah memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer
dengan menggunakan sistem atau program komputer.
4. Verifikasi
Melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah di input.
5. Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria
sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan yang di observasi (Mubarak, 2017)
3.9.2 Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan pengukuran terhadap
masingmasing responden lalu masukkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian
presentasekan masing-masing variabel responden lalu melakukan pembahasan dengan
menggunakan teori dari pustaka yang ada.
1. Analis univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat deskripsi dan distribusi masing masing
variabel, yaitu variabel independen (Motivasi) dan dependen (efikasi diri).
2. Analisa bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variable, analisa ini
dilakukan dengan menggunakan uji chi-square, dengan kriteria:
a. Jika P-Value < 0,1, maka ditolak dan Ha diterima, motivasi berpengaruh
dengan efikasi diri pada pasien DM
b. Jika P-Value > 0,1, maka Ha ditolak dan diterima motivasi tidak berpengaruh
dengan efikasi diri pada pasien DM
Ket :
: Variabel independent
: Variabel dependent
: Garis koneksi
: Variabel yang tidak ada
BAB IV
Daftar Pustaka
BAB 1 LATAR BELAKANG
Syahid, A. (2021). Diabetes Mellitus: Tinjauan Epidemiologi dan Penatalaksanaan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 9(2), 157-165.
Soegondo, S. (2011). Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2: Apa Yang Baru? Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 1(1), 63-69.
American Diabetes Association. (2004). Diagnosis and classification of diabetes mellitus.
Diabetes Care, 27(Supplement 1), S5-S10. doi:10.2337/diacare.27.2007.s5
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (Eds.). (2008). Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-
Surgical Nursing (11th ed.). Lippincott Williams & Wilkins.
World Health Organization. (2018). Global report on diabetes. WHO Press.
Sudoyo, A. W., & Ary W. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Lemone, P., & Burke, K. (2008). Medical-surgical nursing: Critical thinking in client care.
Prentice Hall.
American Diabetes Association. (2010). Standards of Medical Care in Diabetes.
International Diabetes Foundation (IDF). (n.d.). Berita tentang prevalensi penyakit diabetes
melitus di Indonesia. [Online]. Retrieved from https://www.detik.com/sulsel/berita/d-
6351363/cara-menulis-daftar-pustaka-dari-jurnal-berbagai-format-beserta-
contohnya[5].
Kemenkes RI. (2020). Riskesdas 2018. [Online]. Retrieved
from https://kemenkes.go.id/sites/default/files/2020-08/RISKESDAS%202018.pdf[3].
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2020). Jumlah Penderita Diabetes Melitus di Kabupaten
Buleleng. [Online]. Retrieved from https://www.bali.go.id/berita/jumlah-penderita-
diabetes-melitus-di-kabupaten-buleleng[3].
International Diabetes Federation (IDF). (2021). Jumlah Penderita Diabetes di Indonesia
Diproyeksikan Capai 28,57 Juta Pada 2045. [Online]. Retrieved
from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/24/jumlah-penderita-
diabetes-di-indonesia-diproyeksikan-capai-28-57-juta-pada-2045[4].
American Diabetes Association. (2022). Symptoms of Diabetes. Retrieved from
https://www.diabetes.org/diabetes/symptoms.
Centers for Disease Control and Prevention. (2022). Risk Factors for Type 2 Diabetes.
Retrieved from https://www.cdc.gov/diabetes/basics/risk-factors.html.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. (2022). Diabetes
Complications. Retrieved from
https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/preventing-
problems
Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory.
Prentice-Hall
Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall
BAB 2 MOTIVASI
https://www.gramedia.com/literasi/teori-motivasi/#Sejarah_Teori_Motivasi
Weiner, B. (1990). "Motivation research from the perspective of a cognitive psychologist."
The European Journal of Social Psychology, 20(1), 79-90.
Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Monks, F. J. (2013). "Membangun motivasi dalam pembelajaran." Bandung: Remaja
Rosdakarya.
McDonald, J. (2013). "Understanding Motivation: A Review of Relevant Literature." Journal
of Psychology, 45(2), 123-135.
Sadiman, A. S. (2015). "Psikologi Pendidikan." Jakarta: Rajawali Pers.
Morgan, L. (2013). "Understanding Human Needs: A Psychological Perspective." Journal of
Psychology, 55(3), 321-335.
Jurnal Adabiya, Vol. 1 No. 83 Tahun 2015 hal 3-4
Epiana. (2014). "Peran Motivasi dalam Pembelajaran." Jurnal Psikologi Pendidikan, 8(2),
112-125.
Maslow, A. H. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review, 50(4), 370.
BAB 2 EFIKASI DIRI
Gist, M. E. (1987). Self-efficacy: Implications for organizational behavior and human
resource management. Academy of Management Review, 12(3), 472-485.
Bandura, A., Adam, K., Hardy, A., & Howells, G. (1989). Importance of assessing self-
efficacy in both performance and cognition settings. Journal of Personality and Social
Psychology, 56(5), 749-761.
Bandura, A. (2001). Social cognitive theory: An agentic perspective. Annual Review of
Psychology, 52(1), 1-26.
Bandura, A. (1977). Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman.
https://en.wikipedia.org/wiki/Efficacy
https://www.pinterest.com/pin/selfefficacy-theory--66920744452255317/
https://www.verywellmind.com/what-is-self-efficacy-2795954
Bandura, A. (2015). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York, NY: W.H. Freeman
and Company.
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York, NY: W.H. Freeman
and Company.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-Surgical
Nursing. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing. St. Louis, MO: Mosby.
Wang, R. H., & Shiu, L. J. (2014). The relationship between demographic characteristics and
self-care behavior in patients with type 2 diabetes. Contemporary Nurse, 46(2), 246-
255.
Mystakidou, K., Parpa, E., Tsilika, E., Pathiaki, M., Galanos, A., & Vlahos, L. (2012).
Gender differences in health-related quality of life and psychological distress in
patients with advanced cancer. The International Journal of Clinical Practice, 66(8),
773-777.
Wu, S. F. (2013). Self-efficacy mediates the impact of depression on self-care behavior in
patients with type 2 diabetes. International Journal of Nursing Practice, 19(6), 594-
600.
Delamater, A. M. (2017). Psychological care of children and adolescents with diabetes.
Pediatrics, 139(5), e20170603.
Gayatri. (2010). Factors associated with self-efficacy in patients with type 2 diabetes: A
literature review. Jurnal Ners, 5(2), 184-190.
BAB 2 DIABETES MELLITUS
https://www.who.int/health-topics/diabetes
https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus
International Diabetes Federation. (2019). IDF Diabetes Atlas, 9th edn. Brussels, Belgium:
International Diabetes Federation.
Andriani, T. (2017). Diabetes Mellitus: Faktor Penyebab dan Pengaruhnya Terhadap
Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 123-135.
Kowalak, J. P. (2011). Diabetes mellitus. In L. L. Stanitski & J. P. Kowalak (Eds.), The
Medical Encyclopedia (3rd ed., Vol. 2, pp. 882-887). New York: Aesculapius
Publishers.
Wilkins, R. L. (2011). Diabetes mellitus. In R. L. Wilkins (Ed.), Essentials of Medical
Diagnosis (3rd ed., pp. 297-306). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Andra, S. (2013). Understanding Diabetes: Causes, Symptoms, Diagnosis, and Treatment.
New York: Springer.
https://www.niddk.nih.gov/ (2023)
https://www.mayoclinic.org/ (2023)
www.caresdiabetes.com/
academicworks.cuny.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=5931&context=gc_etds
www.northwestfamilyclinics.com/blog/diabetes-explained
www.sace.sa.edu.au/documents/652891/03511f3f-d047-df2b-91b8-7bb6f0ab971d
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Pedoman Nasional Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Perkeni. (2019). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2019. Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Notoatmodjo, (2023). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
BAB 3 METODOLOGI
Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods
approaches. Sage publications.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research design: Qualitative, quantitative, and
mixed methods approaches. Sage publications.
Babbie, E. (2016). The practice of social research. Cengage Learning.
Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Hidayat, A. A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Salemba Medika.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Soediman. (2016). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Raja
Grafindo Persada.
Bungin, B. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Kencana.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Mubarak, S. (2017). Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Rajawali Pers.