Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Metode Pengajaran dalam Al-Qur`an


Dosen : Dr. Abdul Hamid, Lc. M.Kom.I

Disusun oleh:
Kelompok 11
Annisa Fitria 3120180035
Choirunnisa 3120180154
Dwi Oktaviani 3120180087

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah


Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga
pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit
untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun masih saja di lapangan
penggunaan metode mengajar ini banyak menemukan kendala. Kendala penggunaan metode
yang tepat dalam belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor; keterampilan guru
belum memadai, kurangnya sarana prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan
lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang
variatif.
Apa yang ditemukan oleh Ahmad Tafsir (1992;131) mengenai kekurangtepatan
penggunaan metode ini patut menjadi renungan. Beliau mengatakan pertama, banyak siswa yang
tidak serius, main-main ketika mengikuti suatu materi pelajaran, kedua gejala tersebut diikuti
oleh masalah kedua yaitu tingkat penguasaan materi yang rendah, dan ketiga para siswa pada
akhirnya akan menganggap remeh mata pelajaran tertentu.
Kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya metode dalam proses belajar mengajar.
Tetapi betapapun baiknya suatu metode bila tidak diiringi dengan kemampuan guru dalam
menyampaikan materi maka metode tinggalah metode. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam
di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan
manusia. Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman,
sumber inspirasi dan sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya dalah hal yang berkaitan dengan
pendidikan.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Metode pengajaran dalam Al-Qur’an ?
2. Bagaimana Penafsiran QS. Ali ‘Imran ayat 164?
3. Bagaimana Penafsiran QS. Ar Rahman ayat 13?
4. Bagaimana Penafsiran QS. Al Waqi’ah ayat 68-69?
5. Bagaimana Penafsiran QS. Al Haqqah ayat 1-3 ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Metode Pengajaran Dalam Al-Qur’an

Metode dapat diartikan sebagai cara untuk penyampaian materi pelajaran kepada anak
didik. Menurut Mohammad Athiyah al-Absary mendefinisikan sebagai jalan yang diikuti untuk
memberi kefahaman kepada murid murid dalam segala macam hal pelajaran dan mata pelajaran.
Bertolak pada pandangan tersebut, Al-Qur’an memiliki berbagai penekatan yaitu metode dalam
pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan.
AlQur’an adalah kalam Ilahi yang diturunkan secara berangsurangsur sesuai dengan
kejadiankejadian yang berlang sung, sehingga menjadi lebih melekat dalam hati, lebih mudah
untuk dipahami oleh akal manusia, menuntaskan se gala masalah, memberikan jawaban atas
pertanyaanpertanya an, juga untuk menguatkan hati rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan
dan kesulitan yang beliau hadapi, ju ga para sahabatnya.1
Diantara keistimewaan yang lain, agar Rasulullah saw membacakan Al-Qur'an kepada
kaum muslimin dengan berlahan-lahan, sehingga mereka menguasainya dengan sempurna, baik
dalam menghafalkannya maupun memahaminya, juga mengamalkan isinya. 2 Hal ini,
sebagaimana firman Allah SWT : ‫وقرآنا فرقناه لتقرأه على مكث ونزلناه تنزيال‬
Dan Al-Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
(QS. Al-Israa' ayat 106)
Diantara tugas Rasulullah Saw adalah membacakan ayat-ayat Allah SWT itu kepada
umatnya. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT :
‫هو الذي بعث في األميين رسوال منهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة‬

1 Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an.Jakarta: Kencana, Cet-ke. 1, h. 30.


2 Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an.Jakarta: Kencana, Cet-ke. 1, h. 31
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka,
yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). (QS. Al-Jumu'ah ayat 2)
Kemudian menyampaikan kepada manusia sebagaimana diturunkan. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah SWT :
‫وم‬kk‫دي الق‬kk‫اس إن هللا اليه‬kk‫مك من الن‬kk‫الته وهللا يعص‬kk‫ابلغت رس‬kk‫ل فم‬kk‫ك وإن لم تفع‬kk‫ياأيها الرسول بلغ ماأنزل إليك من رب‬
‫الكافرين‬
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Ma'idah ayat 67)
Rasulullah SAW telah menyampaikan apa yang diturunkan kepadanya kepada sahabat-
sahabatnya, kemudian para sahabat menyimpannya baik dalam bentuk hafalan maupun tulisan
dan membacanya dengan lisanlisan mereka.3
Metode tersebut antara lain:
a. Metode Teladan
Dalam al-Qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata (‫ )أسرة‬yang kemudian diberi
kata sifat (‫)حسنة‬. Kata (‫ )أسرة‬diulang dalam al-Qur’an sebanyak 6 kali dengan mengambil contoh
dari nabi. Muhammad Qutb misalnya, mengisyaratkan bahwa di dalam Nabi Muhammad adalah
contoh yang baik dan ini merupakan suatu metodologi dalam pengajaran. Bahwa harus
mancontoh Nabi baik segi akhlak dalam bermasyarakat maupun dalam beribadah kepada Allah.
Hal ini menandakan bahwa dalam dunia pendidikan seorang figur yang baik harus ada.
Dalam hal ini tentunya seorang guru harus memiliki figur yang baik yang mana bisa di contoh
oleh murid atau anak didiknya.
b. Metode Kisah-Kisah
Kisah-kisah sebagai metode pendidikan, tenyata memiliki daya tarik yang dapat
menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah tersebut, dan menyadari pengaruhnya yang
sangat besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan
salah satu tehnik pendidikan. Islam menggunakan berbagai cerita sejarah faktual yang

3 Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an.Jakarta: Kencana, Cet-ke. 1, h. 32.


menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa
seperti perilaku yang ditampilkan contoh tersebut.
c. Metode Nasehat
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan
manusia kepada ide yang dikehendakinya. Hal demikian kemudian dikenal dengan nasihat. Akan
tetapi nasihat yang disampaikannya selalu disertai dengan panutan/teladan si pemberi atau
penyampai nasihat tersebut.
Nasihat pada umumnya diberikan kepada orang yang menyimpang. Jika nasihat ini
dikaitkan dengan dengan metode, maka menurut al-Qur’an metode itu hanya diberikan kepada
mereka yang melanggar peraturan, . dengan demikian, metode nasihat tampaknya lebih
ditunjukan kepada murid-murid atau peserta didik yang malanggar peraturan. Ini menunjukan
dasar fisikologis yang kuat karena pada umumnya orang tidak menyenangi nasihat, apalagi
apabila nasihat itu ditunjukan kepada pribadi tertentu.

Nasihat juga menunjukan perbedaan antara yang memberi nasihat dengan yang dinasihati. Yang
menasihati berada pada posisi lebih tinggi. Lebih-lebih bila nasihat tersebut datang dari orang
yang tidak disukai, maka tidak akan banyak artinya. Berbeda bila nasihat diberikan oleh orang
yang disukai secara obyaktif, mereka justru meminta nasihat atau lebih senang dinasihati.
Nampaknya nasihat harus lebih dahulu didasarkan kepada kepribadian pemberi nasihat.

d. Metode Pembiasaan

Metode lain yang digunakan Al-Qur’an dalam memberikan materi pendidikan adalah melalui
kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan
yang negatif. Kebiasaan ditempatkan oleh manusia pada sesuatu yang sangat istimewa, ia banyak
sekali menghemat kekuatan manusia. Karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan
spontan, agar kekuatan ini dapat dipergunakan untuk kegiatan dalam berbagai pekerjaan dan
kreativitas lainnya.
Metode ini tidak bisa kita terapkan secara baik jika kita tidak melakukan monitoring. Selain
memberikan arahan-arahan hendaknya pendidik juga mampu memonitor anak didik, meskipun
tidak secara seharian penuh. Karena sifat pendidikan sendiri yaitu memanusiakan manusia maka
perlu perlahan dan bertahap dalam mengubah kebiasaan kurang baik anak didik kita.
e. Metode Ceramah

Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam menyampaikan atau
mengajak orang mengikuti ajaran yang telah ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan
dengan kata tabligh, yaitu menyampaikan suatu ajaran. Pada masa lalu hingga sekarang metode
ini masih sering digunakan, bahkan akan selalu kita jumpai dalam setiap pembelajaran. Akan
tetapi bedanya terkadang metode ini dicampur dengan metode lain.

f. Metode Tanya Jawab

Tanya jawab merupakan salah satu metode yang menggunakan basis anak didik menjadi
pusat pembelajaran. Metode ini bisa dimodif sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan.
Bisa anak didik yang bertanya dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab
pertanyaan dari gurunya. Di dalam Al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah agar manusia
berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus yang ada.

g. Metode Diskusi

Metode diskusi diperhatikan dalam Al-Qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia
dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu
masalah. Diskusi juga merupakan metode yang langsung melibatkan anak didik untuk aktif dan
kreatif dalam pembelajaran. Diskusi bisa berjalan dengan baik jika anak didik yang
mendiskusikan suatu materi itu benar-benar telah menguasai sebagian dari inti materi tersebut.
Akan tetapi jika peserta diskusi tidak paham akan hal tersebut maka bisa dipastikan diskusi
tersebut tidak sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran.
2. Penafsiran Al-Qur’an QS. Ali ‘Imran ayat 164, QS. Ar Rahman ayat 13, QS. Al Waqi’ah
ayat 68-69 dan QS. Al Haqqah ayat 1-3

a. Surat Ali ‘Imran Ayat 164

‫َلَقْد َم َّن ُهَّللا َع َلى اْل ُمْؤ ِمِنيَن ِإْذ َبَع َث ِفيِه ْم َر ُسواًل ِم ْن َأْنُفِس ِه ْم َي ْت ُل و َع َلْي ِه ْم آَياِت ِه َو ُي َز ِّك يِه ْم‬
‫َو ُيَع ِّلُمُهُم اْل ِك َت اَب َو اْلِح ْك َم َة َو ِإْن َك اُنوا ِم ْن َقْبُل َلِفي َض اَل ٍل ُم ِبيٍن‬

164. sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang terus menerus
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu,
mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Setelah selesai tuntutan-tuntutan yang lalu, dan jelas juga melalui peristiwa Uhud betapa
berharga bimbingan Nabi Muhammad SAW. dan dampak pelanggaran tuntutan beliau, ayat ini
mengingatkan mereka bahkan seluruh manusia betapa besar anugerah Allah SWT, yang antara
lain telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin kapan dan dimanapun mereka berada,
yaitu ketika Allah mengutus diantara mereka yakni untuk mereka seorang rasul dari kalangan
mereka sendiri, yakni jenis manusia yang mereka kenal kejujuran dan amanahnya, kecerdasan
dan kemuliaannya sebelum kenabian, yang berfungsi terus menerus membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah, baik yang dalam bentuk wahyu yang Engkau turunkan, maupun alam
raya yang Engkau ciptakan, dan terus mensucikan jiwa mereka dari segala macam kekotoran,
kemunafikan, dan penyakit-penyakit jiwa melalui bimbingan dan tuntunan, lagi terus
mengajarkan kepada mereka kandungan al-Kitab yakni al-Qur’an atau tulis baca, dan al-Hikmah
yakni As-Sunnah atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat
serta menampik mudharat. Dan sesungguhnya keadaan mereka sebelum itu, adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata. Sedemikian nyata, sehingga jelas bagi setiap orang yang
menggunakan walau secercah akal atau nuraninya.
Sayyid Quthub dalam tafsirnya mengemukakan kesan yang sangat dalam dari
penggunaan kata anfusihim itu. Kata anfus berarti “jiwa”. Allah, tulisnya, tidak melukiskan
kehadiran Rasul SAW dengan kata minhum yakni “dari mereka” karena Allah bermaksud
melukiskan bahwa hubungan Rasul dengan orang-orang mukmin adalah hubungan nafs,
hubungan jiwa denga jiwa, bukan hubungan seseorang dengan salah satu yang berada
dilingkungannya atau ras dan jenisnya.
Muhammad Rasulullah Saw yang merupakan Minnah bagi orang mukmin itu,
melaksanakan 3 tugas dari Allah 1). ‫ تالوة اآليات‬/tilawah al-ayat = membacakan al-Kitab, 2) ‫تزكية‬
/ tazkiyah = membersihkan/mensucikan, 3) ‫ تعليم الكتاب‬/ta’lim al-kitab = mengajarkan al-Kitab
‫ تعليم الحكمة‬/ ta’lim al-hikmah = mengajarkan hikmat.

1. Tilawah al-Aayat
Al-Raghib ( tt:71 ) menjelaskan, ‫ تالوة‬/ tilawah . secara bahasa artinya ‫ تبع – متابعة‬/ tabi’a –
mutaba’ah = mengikuti. Bisa dengan cara mengikuti badannya / orang, mengikuti hukumnya ,
dan mengikuti bacaannya dengan memperhatikan, mengkaji isi yang terkandung di dalamnya.

Selanjutnya Al-Raghib mengemukakan, Tilawah itu khusus dalam mengikuti kitab – kitab
Allah, kadang dengan mengikuti bacaannya (dengan memperhatikan isinya) dan kadang dengan
mengikuti perintah, larangan, rangsangan, ancaman atau sesuatu yang dibayangkannya.
Selanjutnya Al-Raghib pula menyebutkan, bahwa Tilawah lebih khusus dari Qiraah, setiap
tilawah adalah qiraah, dan tidak setiap qiraah adalah tilawah.

Dengan demikian maka tugas Rasul pada yang pertama ini adalah :

1. Membacakan ayat-ayat Alquran kepada shahabat / manusia dengan mengkaji, menggali


dan mengungkap makna yang terkandung didalamnya, sementara para shahabat
mengikuti bacaan Rasul dengan memperhatikan arti dan makna yang ada di dalamnya.
2. Mengikuti isi dan hukum yang terkandung di dalamnya, serta melahirkannya dalam
perbuatan
3. Dengan mengikuti bacaan dan mengkaji serta memahami apa yang terkandung di
dalamnya, sehingga dapat melahirkan tauhid, yaitu mengesakan Allah.
Dengan memperhatikan makna –makna di atas, maka selain untuk mencerdaskan manusia,
juga terutama Rasul bertugas untuk menjadikan manusia beriman / bertauhid, berakhlak mulia.

2. At-Tazkiyah
Kata tazkiyah berasal dari kata ‫ زكاة‬- ‫ زكا‬/ zakaa – zakaatan arti asalnya adalah tumbuh
berkembang hasil dari barakah Allah yang termasuk di dalamnya urusan dunia dan urusan
akherat. Yang selanjutnya kata tazkiyyah itu diartikan, membersihkan, meluruskan,
memperbaiki. Al-Maraghi (II:123) mengartikan kata tazkiyah dengan ‫ير‬kk‫ تطه‬/ tathhir
mengsucikan, membersihkan. Dan menurut Al-Maraghi yang dibersihkan itu: Aqidah yang
kotor, dan akhlaq yang tidak baik, dan Ibnu Al-Jauzi ( I: 146) menambahkan, membersihkan
harta. Dengan demikian yang ditazkiyyah oleh Rasulullah saw meliputi kepada : Aqidah, Akhlaq
dan Harta.
Dengan penjelasan di atas, maka tugas Rasulullah saw pada bagian ke dua yaitu Tazkiyah,
yang meliputi pada, pembersihan Aqidah yang kotor / tazkiyah I’tiqad, pembersihan prilaku yang
tidak terpuji / tazkiyah akhlaq, dan pembersihan dalam cara memperoleh harta, juga cara
menggunakannya / tazkiyah al-Maal. Tujuannya menjadikan manusia Azkiyaa manusia yang
bermoral bersih baik dengan Allah, dengan dirinya dan dengan orang lain.
Tazkiyah merupakan tugas Rasululah saw yang ke dua setelah Tilaawah, ini memberi arti
setelah manusia mengerti dan bertauhid dengan tilawah, selanjutnya manusia itu dibersihkan
aqidahnya, akhlaq dan kasabnya melalui tazkiyah, sehingga menjadi manusia yang pandai,
mengerti, beriman, berprilaku yang baik atas dasar ilmu , pengertian dan kesadaran sendiri.

3. Ta’lim al-Kitab dan al-hikmah


Al-Raghib ( tt:356 ) menyebutkan arti ta’lim, yaitu pemberitahuan yang dilakukan berulang-
ulang dan sering sehingga berbekas pada diri muta’allim / anak didik. Dan ta’lim adalah
menggugah untuk mempersepsikan makna dalam pikiran :

Tujuan Ta’lim al-Kitab yang dilakukan Rasulullah menurut Al-Maraghi (II:124)

1) mendorong untuk belajar / mengajar tulis baca

2) menyebarkan cinta tulis baca dalam kehidupan di antara manusia

3) mengetahui hakikat arti dan isi syareat / mengetahui dasar hukum.


Manhaj ta’lim Al-Kitab wal hikmah. Dalam bagian ini bermuatan pengembangan,
pembinaan Rasulullah mendidik manusia agar berkembang, maju, berilmu pengetahuan yang
dalam, berbuat atas suatu pekerjaan berdasarkan kepada ilmu, bukan karena taqlid. Dan
berhujjah dengan hujjah yang kuat, seperti Alquran. Manhaj ta’lim Al-Sunnah. bermuatan fiqih,
analisa istinbath dan aplikasi. Rasul mengajarkan manusia agar pandai membaca sesuatu,
menganalisa, melakukan telaahan, meneliti, mengambil kesimpulan atas dasar analisa / istinbath,
yang kemudian dari hasil analisa tersebut dilahirkan dalam bentuk perbuatan sehari-hari yaitu
amal shaleh yang berupa ibadah kepada Allah.

b. Surat Ar Rahman ayat 13

‫َفِبَأِّي آاَل ِء َر ِّب ُك َم ا ُتَك ِّذ َب اِن‬


Artinya :

13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Ulama berbeda pendapat tentang kepada siapa ayat ini ditujukan dengan redaksinya yang
berbentuk dual itu. Ada yang berpendapat bahwa ia ditujukan kepada lelaki dan perempuan, atau
mukmin dan kafir. Ada juga yang berpendapat bahwa bentuk dual itu adalah pengganti
pengulangan kalimat itu dua kali. Kedua pendapat di atas tidak mendapat dukungan dukungan
banyak ulama. Mayoritas ulama menyatakan bahwa ia ditujukan kepada jin dan manusia.

Ayat di atas terulang dalam surah ini sebanyak 31 kali. Sementara ulama menyatakan
bahwa ke 31 ayat tersebut terbagi dalam 4 kelompok uraian. Pertama, berkaitan dengan
keajaiban ciptaan Allah yang terhampar di bumi dan langit serta penciptaan dan kebangkitan ini
diselingi dengan 8x pertanyaan. Kedua, berkaitan dengan siksa neraka dan kengeriannya ini
diselingi 7x pengulangan pertanyaan yang sama. Ketiga, berkaitan penghuni surga serta aneka
kenikmatannya ini diselingi dengan 8x pertanyaan yang sama. Keempat, tentang dua surge yang
tidak sama dengan surge yang disebut pada uraian ketiga dan ini pun diselingi dengan 8x
pengulangan.

Selintas ayat ini pun tak ada amanat tarbawi praktis dalam metode pengajaran. Namun
jika kita menghitung ayat yang semisal maka akan ditemukan sebanyak 31 kali dalam surat Ar-
Rahman ini. Dan pengulangan inilah yang kemudian menjadi nilai pendidikan yang dapat kita
ambil manfaatnya dalam metode pengajaran.

Metode Takrir Tahdiri adalah namanya, yaitu metode pengulangan materi yang
diajarkan. Namun bukan hanya pengulangan saja yang hendak ditonjolkan aka tetapi jauh lebih
dari pada itu seorang pengajar atau tenaga pendidik harus memberikan penekanan terhadap
sesuatu yang akan diajarkan kepada peserta didiknya. Dan hal ini telah Allah contohkan kepada
kita semua melalui surat Ar-Rahman ini, yang bertujuan untuk menekankan nikmat Allah yang
mana yang akan manusia dustakan. Maka metode ini mesti seorang pengajar lakukan dalam
proses pembelajaran di kelas ataupun diluar kelas.

b. Surat Al Waqi’ah ayat 68-69


‫َاَف َر َء ۡي ُتُم اۡل َم ٓاَء اَّلِذ ۡى َت ۡش َر ُبۡو َؕن‬

‫َء َاۡن ـُتۡم َاۡن َز ۡل ـُتُم ۡو ُه ِمَن اۡل ُم ۡز ِن َاۡم َنۡح ُن اۡل ُم ۡن ِز ُلۡو َن‬

Artinya :

68. Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.

69. kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?

Setelah ayat yang lalu mempertanyakan kuasa manusia dalam menumbuhkan tumbuhan,
ayat di atas mempertanyakan tentang kuasa mereka menurunkan hujan. Allah berfirman : Maka
apakah kamu melihat dengan mata kepala atau hati, keadaan yang sungguh menakjubkan?
Terangkan kepada-Ku tentang air yang dari saat ke saat kamu minum! Kamukah yang
menciptakannya atau mengatur prosesnya sehingga menjadi tawar lalu menurunkannya dari
awan dalam keadaan enak diminum ataukah Kami Para Penurun-nya? Kalau Kami
menghendaki niscaya Kami menjadikannya yakni air yang turun itu asin lagi sangat pahit
membakar perut, serupa dengan rasanya sebelum menguap dari laut sehingga tidak dapat kamu
minum, maka mengapakah kamu tidak terus menerus bersyukur kepada Allah yang
menjadikannya tawardan enak diminum?

Disini Allah menerangkan bermacam keagungan ciptaannya dalam bentuk pertanyaan –


pertanyaan yang jika dijawab maka akan terasa lemahlah manusia. Begitu maha cerdas dan
sayangnya Allah sehingga manusia tidak dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, juga tidak
memberikan kemadorotan terhadap makhluknya.
Dan pertanyaan-pertanyaan inilah yang dapat kita adopsi sebagai metodologi pengajaran.
Yaitu hendaknya seorang pengajar menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan bukan
kepada pemikiran otak peserta didik saja, namun sampai kepada perasaan hati mereka yang
kemudian akan mendorong mereka untuk memahami setiap pelajaran yang diajarkan. Yang
harapan selanjutnya mereka dapat merubah sikap kepada arah yang terbaik. Dan inilah metode
pengajaran dengan sebutan Metode Hiwar ‘Atifi yaitu metode pertanyaan untuk menyentuh hati

c. Surat Al Haaqqah ayat1-3:


‫َاۡل َح ـٓاَّقُة‬
ۚ‌‫َم ا اۡل َح ـٓاَّقُة‬
ؕ ‫َو َم ۤا َاۡد ٰر ٮَك َم ا اۡل َح ــٓاَّقُة‬

1. hari kiamat, 2. Apakah hari kiamat itu? 3. dan tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?

Al Haaqaah menurut bahasa berarti yang pasti terjadi. Hari Kiamat dinamai Al Haaqqah,
karena hari itu pasti terjadi. Tentang keadaan dan sifatnya tidak dapat dijelaskan dan diterangkan
oleh manusia, karena pengetahuan tentang Hari Kiamat itu termasuk pengetahuan yang gaib,
yang diketahui manusia hanyalah yang diterangkan Alquran saja.

Apa yang dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk mengetahui terjadinya Hari Kiamat
itu? Dari pertanyaan ini dipahami bahwa tidak ada sesu atu pun yang dapat memberikan
keterangan kepada manusia tentang hakikat dan bentuk kejadian yang terjadi pada Hari Kiamat,
karena pengetahuan tentang Hari Kiamat itu adalah pengetahuan yang tidak dapat dicapai oleh
makhluk. Tidak ada seorangpun yang dapat mengira-ngirakan keadaan Hari Kiamat itu. Kejadian
dan peristiwanya lebih hebat dari yang pernah digambarkan oleh siapa pun. Karena kiamat itu
tidak dapat diketahui hakikatnya, tentu orang-orang musyrik tidak dapat mengingkarinya. Jika
mereka mengingkarinya berarti mereka mengingkari sesuatu yang tidak dapat mereka ketahui
atau pikiran mereka tidak akan dapat mencapai pengetahuan itu.
BAB III

PENUTUP

Metode yaitu cara untuk penyampaian materi pelajaran kepada anak didik. Macam-
macam metodeantara lain : Metode Teladan, Metode Kisah-Kisah, Metode Nasehat, Metode
Pembiasaan, Metode Ceramah, Metode Tanya Jawab dan Metode Diskusi.

Penafsiran Al-Qur’an QS Ali ‘Imran ayat 164 tentang Muhammad Rasulullah Saw
melaksanakan 3 tugas dari Allah 1). membacakan al-Kitab, 2) membersihkan/mensucikan, 3)
‫ تعليم الكتاب‬/ta’lim al-kitab = mengajarkan al-Kitab ‫ تعليم الحكمة‬/ ta’lim al-hikmah = mengajarkan
hikmat. Penafsiran Al-Qur’an QS. Ar Rahman ayat 13 : ayat ini diulang sebanyak 31 kali dalam
surat ar-rahman ini. Dan pengulangan inilah yang kemudian menjadi nilai pendidikan yang dapat
kita ambil manfaatnya dalam metode pengajaran. Penafsiran Al-Qur’an QS. Al Waqi’ah ayat 68-
69 : Disini Allah menerangkan bermacam keagungan ciptaannya dalam bentuk pertanyaan –
pertanyaan yang jika dijawab maka akan terasa lemahlah manusia. Dan pertanyaan-pertanyaan
inilah yang dapat kita adopsi sebagai metodologi pengajaran. Penafsiran Al-Qur’an QS. Al
Haaqqah ayat 1-3 : Al Haaqaah menurut bahasa berarti yang pasti terjadi. Hari Kiamat dinamai
Al Haaqqah, karena hari itu pasti terjadi. Tentang keadaan dan sifatnya tidak dapat dijelaskan
dan diterangkan oleh manusia, karena pengetahuan tentang Hari Kiamat itu termasuk
pengetahuan yang gaib, yang diketahui manusia hanyalah yang diterangkan Alquran saja.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ( Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1992),
M. Quraish Syihab. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an Volume 2.
Lentera Hati Jakarta, 2000.
M. Quraish Syihab. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an Volume
13. Lentera Hati Jakarta, 2003.
http://azizahalkaff.blogspot.com/2014/05/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai