Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Hadist Tentang Proses Belajar Mengajar

Disusun untuk memenuhi tugas sebagai syarat Mengikuti Mata Kuliah Hadist Tarbawi 2

Dosen Pengampu :

Ahmad Zarnuji, M.Pd.i

Disusun Oleh :

Anisatul Azizah ( 19210031 )

Anis Mustabsyiroh ( 214210031)

Rio Aufa ( 191210029 )

Taufik Hidayatulah( 191210144 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIM NU)

METRO LAMPUNG

TA. 2021/202
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke
arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu,
pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan
juga sempitnya waktu belajar kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan
di mana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidikan.
Agar tujuan sebuah pendidikan dapat tercapai, ada banyak sekali aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam proses pendidikan, salah satunya adalah aspek kejiwaan atau psikologi
baik itu dari sisi pendidik maupun anak didik. Dalam psikologi dipelajari mengenai aspek-aspek
yang timbul dalam perkembangan proses pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu mengenai
perkembangan peserta didik dilihat dari aspek kejiwaan peserta didik.
Islam dengan sumber ajaran al-Qur'an dan hadits yang diperkaya penafsiran para ulama
ternyata menunjukkan dengan jelas berbagai masalah dalam bidang pendidikan yang telah
memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam
menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya baik pria
maupun wanita yang berlangsung seumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang.
Dalam memahami aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar, memiliki kedudukan
penting dalam pencapaian hasil yang digunakan sebagai input untuk perbaikan kegiatan
pendidikan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang aspek kejiwaan dalam proses belajar
mengajar, akan dipaparkan tentang pentingnya memahami aspek kejiwaan dalam proses belajar
mengajar yang berhubungan dengan hadis-hadis pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hadits Rasulullah menjelaskan aspek psikologi dalam proses belajar mengajar?
2. Bagaimana hubungan aspek psikologi dalam proses belajar mengajar?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadist tentang menjelaskan aspek psikologi

‫ْف فِ ْي ُك ِّل‬ِ ‫ ْال ُمْئ ِمنُ ْالقَ ِويُّ َخ ْي ٌر َو اَ َحبُّ اِلَى هللاِ ِمنَ ْال ُمْؤ ِم ِن الض َِّعي‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬ َ َ‫ ق‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن اَبِ ْى ه َُري َْرةَ َر‬
ُ ‫ لَوْ اَنِّى فَ َع ْل‬: ْ‫ك َشيٌْئ َواَل تَقُل‬
‫ قَ َّد َر هللاُ َو َما شَا َء فَ َع َل‬: ْ‫ت َك َذا َو َك َذا َو ُك ْن قُل‬ َ َ‫صاب‬ َ َ‫ص َعلَى َما يَ ْنفَعَكَ َواَ ْستَ ِع ْن بِا هللاِ َواَل تَحْ زَ ْن وَِإ ْن ا‬َ ‫ اَحْ َر‬. ‫خَ ي ٍْر‬
‫(ر َواهُ ُم ْسلِ ْم‬َ ‫فَاِ ْن لَوْ تُفَتَّ ُح َع َم َل ال َّش ْيطَا ِن‬

Artinya: Dari Abu Hurairah R.A berkata : Rasululullah SAW bersabda : “ Seorang mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dalam semua kebajikan.
Perhatikanlah dengan senang atas apa yang memberikan manfaat kepadamu, dan mintalah pertolongan
kepada Allah, dan janganlah kamu lemah atau tidak berdaya, jika ada sesuatu yang menimpamu maka
janganlah kamu mengatakan : “Jika seandainya aku melakukan seperti ini maka akan seperti itu, tetapi
ucapkanlah : “Allah sudah menentukan, dan yang dikehendaki Allah jadilah maka terjadi dilakukan.
Maka sesungguhnya kalimat “seandainya” adalah kalimat pembuka perbuatan setan” (H.R Muslim)
Pengertian Aspek Psikologi Pendidikan

a) Definisi Psikologi

Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psychology.
Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: 1) psyche
yang berarti jiwa; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Setidaknya ada beberapa macam definisi psikologi yang berbeda satu sama lain, diantaranya:

 Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science off mental life;
 Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);
 Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior).

Namun, secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme
manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha
memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana
makhluk tersebut berpikir dan berperasaan (Gleitman, 1986). Hal-hal yang tampak sederhana pun
menjadi objek psikologi, seperti mengapa kita tetap ingat cara mengendarai sepeda meskipun ttelah 20
tahun kita tidak memakainya, mengapa kita bicara, mengapa kita cinta, cemburu, benci, dan sebagainya.

Alhasil, secara ringkas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang,
barang, keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar manusia.

B. Definisi Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”,
artinya memelihara dan member latihan. Dalam memelihara dan member latihan diperlukan adanya
ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1991: 232). Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Dalam Bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya member
peningkatan (to elicit, to give rise to), dan megembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang
sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan.

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran kerena
pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika penngertian seperti ini kita pedomani,
setiap orang melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit
dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan
menguasai materi pelajaran tersebut, atau dengan kata lain agar siswa tersebut memiliki ilmu pegetahuan.
Hal ini sejalan dengan tujuan nasional pendidikan di Indonesia, yaitu:

Beriman dan bertaqwa terhadapTuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN/1989 Bab II Pasal 2).

b) Definisi Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan
masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut.

1) Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.


2) Pengembangan dan pembaruan kurikulum.
3) Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4) Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah
kognitif.
5) Penyelenggaraan pendidikan keguruan.

Secara lebih sederhana dan praktis psikologi pendidikan dapat didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan
berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda
melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam psoses belajar-mengajar secara lebih efektif. Tekanan
definisi ini secara lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi antar guru-siswa dalam kelas. Adapun
ruang lingkupnya, meliputi:

1) Context of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan mengajar dan
belajar);
2) Process of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar); dan
3) Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar dan belajar).

Dengan demikian, berdasarkan definisi-definisi diatas dan diperkuat dengan kenyataan sehari-hari, dapat
dipastikan bahwa disiplin psikologi pendidikan pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan
atau tindak-tanduk orang-orang yang belajar dan mengajar. Oleh karenanya, psikologi pendidikan
mempunyai dua objek riset dan kajian.

1) Siswa, yaitu orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor yang
mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2) Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar, termasuk metode, mdel,
strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.

Ada beberapa hal penting yang dapat dipetik berkitan dengan psikologi pendidikan ini, diantaranya:

1) Proses perkembangan siswa


2) Cara belajar siswa
3) Cara menghubungkan mengajar dengan belajar
4) Pengambilan keputusan untuk pengelolaan PBM.

Aspek-Aspek Psikologi Yang Diperhatikan Dalam Pembelajaran

a. Persepsi

Pada waktu anak lahir, anak belum dapat memusatkan matanya atau mengamati obyek-obyek yang
ada disekelilingnya. Pendengarannya kabur, karena adanya lender didalamnya, rangsangan perasaannya
dapat mempengaruuhinya, tetapi tanggapan yang diberikan terhadap rangsangan itu berupa gerakan-
gerakan yang tidak ada artinya, reflek atau gerakan menarik diri. Makin lama dapat memusatkan matanya,
mendengar suara dan menjadi biasa memberikan tanggapan yang tepat. Seorang anak terus tumbuh,
penginderaannya dihubungkan satu sama lain.

Misalnya, suara dari perkataan ibu dihubungkan dengan penglihatannya pada ibunnya, karena itu member
arti pada anak. Apabila indera terus bertumbuh, makin banyak rangsangan-rangsangan indera yang
dihubungkan dengan apa-apa yang telah diterima sebelumnya, hingga didapatnya lebih banyak arti-arti
inilah yang disebut persepsi. Persepsi yaitu penginderaan yang menghasilkan arti, atau dapat dikatakan
proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Suatu proses yang
bersifat menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari
lingkungannya. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

c) Berpikir

Berpikir adalah aktivitas jiwa yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah atau problem,
sehingga menemukan hubungan-hubungan dan menentukan sangkut pautnya. Dengan berfikkir itu kita
dapat menganalisis sebagai akibat, atau menghubung-hubungkan dan seterusnya. Lalu kita menemukan
hubungan-hubungan itu dan menentukan masalah yang sedang dihadapi. Oleh karena itu berfikir
merupakan fungsi jiwa yang dinamis yang melalui suatu proses kearah tercapainya suatu tujuan tertentu
yang akhirnya menetapkan suatu keputusan. Dalam berfikir ini melalui beberapa proses :

1) Pembentukan pengertian
2) Pembentukan pendapat
3) Pembentukan kesimpulan
d) Inteligensi

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.[1] Jadi, inteligensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih
menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol”
hamper seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan
lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan
inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

Setiap calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan inteligensi
siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan
kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali akan merasa tidak
mendapatkan perhatan yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah
baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustrasi karena tuntutan kebutuhan keinginahuannya
(curiosity) merasa dibendung secara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat
payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan
akhirnya merasa bosan dan frustrasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif tadi.

e) Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak ttermasuk istilah popular dalam
psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti: pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh
orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif
terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai
prestasi yang diinnginkan. Guru dalam kaitan ini seyogiannya berusaha membangkitkan minat siswa
untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinyadengan cara yang kurang lebih
sama dengan kiat membangun sikap positif seperti terurai dimuka.

f) Motivasi

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme, baik manusia ataupun hewan, yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:

1) motivasi intrinsik;

2) motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsic siswa adalah perasaan
meyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan
siswa yang bersangkutan.

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswayang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah,
suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang
dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal
maupun yang yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam
melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun dirumah.

Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsic karena
lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan
mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya,
member pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau
dorongan keharusan dari orang tua dan guru.

g) Memori

Menurut Dr. Kohnstamm ingatan ialah semua macam pekerjaan jiwa yang berhubungan didalam
waktu. Hal ini berarti bahwa kegiatan mengingat itu selalu berhubungan dengan masalah waktu lampau,
sekarang dan yang akan datang). Sedang William Stern berpendapat bahwa ingatan sebagai hubungan
pengalaman dengan masa yang lampau. Ini berarti bahwa pengalaman yang terjadi pada waktu lampau
yang telah melekat didalam jiwa (kesadaran: mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya, dan
intuisi)[2] itu dapat dimunculkan kembali pada waktu sekarang. Disamping itu pendapat secara umum
mengatakan bahwa ingatan adalah kekuatan juwa untuk mencamkan atau menerima, menyimpan dan
mereproduksikan kembali kesan-kesan yang telah lampau. 1

C. Analisis Deskriptif

Dari beberapa hadis yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa berkaitan dengan aspek
kejiwaan dalam proses belajar mengajar haruslah memperhatikan kedua pihak, yakni peserta didik dan
pendidik. Yang dimaksud dengan pendekatan emosional atau keijiwaan disini adalah usaha untuk
menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam memahami dan menghayati ajaran agama agar
perasaannya bertambah kuat terhadap Allah swt sekaligus dapat merasakan mana yang baik dan mana
yang buruk.

Kemudian secara umum didalam hadis ini terdapat ajaran untuk menghargai hak-hak orang Islam dan
memotivasi mereka pula agar saling menolong, mencintai, mengasihi dan menayayangi orang lain.
Dengan demikian, hemat kata penulis terkait dengan paparan yang sudah penulis sajikan, berkaitan
dengan hadis-hadis tentang aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar ini adalah untuk menggugah
perasaan setiap diri kita masing-masing untuk saling membantu dan berusaha meringankan beban
1
Mamun Zahrudin, 2015, Hadis Tarbawy (mamunzahudin.blogspot.co.id/2015/05/bab-viii-aspek-kejiwaan-dalam-
proses.html)
kesedihan yang dialami oleh orang lain yang sedang ditimpa musibah. Karena dengan menanamkan rasa
solidaritas dan sikap mu’awwanah yang tinggi ini kita dapat menggugah emosi yang kita miliki. Apabila
dipahami sebagai sebuah tubuh, maka sikap saling mencintai dan saling menolong akan tumbuh.

BAB III
KESIMPULAN

Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah proses belajar mengajar
tentunya harus memperhatikan aspek kejiwaan (psikologi) pendidik maupun peserta didik . Psikologi
merupakan ilmu yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik
selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini
meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar manusia.

Dari beberapa hadis yang sudah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa berkaitan dengan aspek
kejiwaan dalam proses belajar mengajar haruslah memperhatikan kedua pihak, yakni peserta didik dan
pendidik. Yang dimaksud dengan pendekatan emosional atau keijiwaan disini adalah usaha untuk
menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam memahami dan menghayati ajaran agama agar
perasaannya bertambah kuat terhadap Allah swt sekaligus dapat merasakan mana yang baik dan mana
yang buruk

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno. 2012. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mamun, Zahrudin. 2015. Hadis Tarbawy (Online: mamunzahudin.blogspot.co.id/2015/05/bab-viii-aspek-
kejiwaan-dalam-proses.html). Diakses pada tanggal 27 maret 2017, pukul: 15.49.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi,. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA.

Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawy Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. Jakarta: AMZAH.

Anda mungkin juga menyukai