LP 2023037 Intan Nuraeni
LP 2023037 Intan Nuraeni
Disusun Oleh :
Intan Nuraeni
NIM : 522023037
i
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Bidan
i
ii
KATA PENGANTAR
ii
iii
8. Seluruh dosen dan staf sekretariat Program Studi Sarjana Kebidanan dan
Pendidikan Profesi Kebidanan Fakultas Kesehatan Universutas ‘Aisyiyah
Bandung atas dukungan,bantuan dan kerjasamanya.
9. Orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a terbaik tiada hentinya dan
memberikan dukungan kepada Penulis.
10. Teman-teman seperjuangan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Bandung Tahun Akademik 2023/2024
yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam proses pembuatan
Laporan Studi Kasus.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik atas kebaikan Ibu dan
Bapak semua. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini
masih banyak kekurangan,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan laporan ini sehingga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Intan Nuraeni
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
IUD efektif mencegah kehamilan selama 10 tahun. Sementara alat KB berupa pil
dan suntikan sifatnya jangka pendek dan kerap gagal, metode kontrasepsi ini IUD
memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 1-3% dari 100
wanita yang memakainya. Aapun salah satu alat kontrasepsi yang digerakkan
pemerintah untuk metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah IUD. Beberapa
faktor penyebab kurangnya minat PUS menggunakan MKJP dapat ditinjau dari
berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi
penyampaian konseling maupun Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan hambatan
budaya (Manuaba, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Calon Akseptor KB
IUD Pada Ny. A Di Tempat Praktik Mandiri Bidan Siti Horidah ”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Ny. A Akseptor KB IUD di TPMB S ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ny. A Akseptor KB IUD di TPMB S ?
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Asuhan Kebidanan Pada
Ny. A Akseptor KB IUD di TPMB S ?
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Asuhan Kebidanan Pada\
Pada Ny. A Akseptor KB IUD di TPMB S ?
c. Mampu menemukan diagnosa kebidanan pada Asuhan Kebidanan Pada
Pada Ny. A Akseptor KB IUD di TPMB S ?
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Asuhan Kebidanan Ny. A
Akseptor KB IUD di TPMB S ?
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. Jenis-Jenis IUD
a. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-empat, IUD telah
dikembangkan dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan
5
6
logam sampai generasi plastik (polyetilen) baik yang ditambah obat maupun
tidak,
(1) Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi dua:
- Bentuk terbuka (Open Device)
Misalnya : Lippes loop, CUT, Cu-7, Margules, Spring Coil,
Multiload, Nova-T.
- Bentuk tertutup ( Closed Device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
(2) Menurut tambahan atau metal
- Medicated IUD
Misalnya : CuT 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3
z tahun), Cu T 300 (daya kerja tahun), Cu T 380 ( daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T ( daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 ( daya kerja
3 tahun).
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan,
misalnya Cu T 220 berati tembaga tambahan adalah 200mm2.
- Unmedicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
3. IUD yang mengandung hormonal
a. IUD yang mengandung hormonal
(1) Progestasert-T = Alza T
- Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan dua helai benang ekor
warna hitam.
- Mengandung 38mg progesterone dan barium sulfat,
melepaskan 65mcg progesterone perhari.
- Tabung insersinya berbentuk lengkung, dan memiliki daya
kerja 18 bulan
- Teknik insersi Plunging (Modified Withdrawl)
-
(2) " LNG-20
- Mengandung 46-60mg levonorgestrel, denagan pelepasan 20
mcg perhari.
- Angka kegagalan atau kehamilan, angka terendah kurang dari
0,5 per seratus wanita pertahun.
- Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi disbanding IUD lainnya,
karena 25% mengalami Amenore atau perdarahan haid yang
sedikit.
7
b. Indikasi
- Usia reproduksi.
- Keadaan nullipara.
- Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
- Wanita yang sedang menyusui.
- Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.
- Tidak menghendaki metode lontrasepsi hormonal.
c. Efek samping
- Merasakan sakit dan kejang 3-5 hari setelah pemasangan.
- Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab terjadinya anemia.
- Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika
memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya
infertilisasi.
- Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari
b. Pemasangan
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
- Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali
sarung tangan yang baru.
- Pasang speculum vagina untuk melihat serviks.
- Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
- Jepit bibir serviks dengan tenakulum
- Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan teknik tanpa sentuh,
kemudian doeong ke
- dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
- Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah
sehingga lengan IUD bebas.
- Setelah pendorong ditarik keluar, salnjutnya keluarkan selubung.
- Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan speculum dengan
hati-hati. j.Dokumentasi dan pencegahan pasca tindakan.
(3) Inspeksi
b. Preforasi
Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada permulaan
hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus tetapi jika uterus
berkontraksi IUD dapat terdorong lebih jauh menembus dinding uterus,
sehingga akhirnya sampai kerongga perut. Kemugkinan adanya perforasi
harus diperhatikan apabila pada pemerikasaan dengan speculum benang
IUD tidak terlihat.
c. Kehamilan
Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih
terpasang perlu diberikan konseling tentang risiko yang akan terjadi jika
kehamilan dilanjutkan dengan IUD tetap terpasang, risiko yang dapat
terjadi antara lain infeksi intrauterus, sepsis, aborsi spontas, aborsi sepsis
spontan, plasenta previa, dan persalinan premature. Apabila benang IUD
tidak terlihat pada tulang serviks atau tidak teraba pada saluran serviks,
maka perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
memastikan apakah IUD masih berada didalam uterus
C. 7 langkantara lain :
I. Tahap Pengumpulan Data
a. Riwayat kesehatan.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
II. Intrepetasi Data
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapatmerumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Standar nomenklatur diagnosa kebidanan :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memiliki ciri khas kebidanan.
d. Di dukung oleh Clinical Judgement dalam praktek kebidanan. e. Dapat diselesaikan
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
III. Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diangnosa atau masalah yang diindentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
IV. Mengindetifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan
Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk di
konsultasikan atau ditanganin bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi klien.
V. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditemukan oleh langkah yang
sebelumnya.langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhajadap masalah atau
diangnosa yang telah diidentifikasi atau antisipasi.
VI. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana suatu asuhan menyeluruh yang telah diuraikan dalam
langkah kelima dilaksanakan secara efisen dan aman, perencanaan ini bisa dilakukan
oleh bidan atau sebagainya oleh klien atau anggota kesehatan lainnya.
VII. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah bener-bener terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana yang telah di identifikasikan dalam diagnosa danmasalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya.h varney