Penyakit Diabetes
Penyakit Diabetes
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.Yang telah
melimpahkan berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Penyakit Diabetes Melitus”. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang yakni Agama Islam.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian penyakit Diabetes Melitus .................................................... 6
B. Penggolongan obat penyakit Diabetes Melitus ....................................... 7
C. Pengobatan penyakit Diabetes Melitus ................................................... 9
D. Aspek Farmakokinetik dan Farmakodinamik Diabetes Melitus ............ 10
E. Efek Toksikologi dari obat penyakit Diabetes ....................................... 11
BAB IV PENUTUP
A. kesimpulan .............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu diabetes mellitus tercantum dalam urutan keempat
prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit
kardiovaskuler, serebrovaskuler,rheumatik dan katarak.
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat
perkiraanbahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun
berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada
tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Diabetes
melitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan Diabetes Melitus tipe I. Penderita diabetes melitus
tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita diabetes melitus.
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya
seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot,
daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan
fungsi berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis
glukosa, sehingga penyakit degeneratif seperti diabetes miletus akan lebih
mudah terjadi. Umur secara kronologis hanya merupakan suatu determinan dari
perubahan yang berhubungan dengan penerapan terapi obat secara tepat pada
orang lanjut usia. Terjadi perubahan penting pada respon terhadap beberapa
obat yang terjadi seiring dengan bertambahnya umur pada sejumlah besar
individu.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit diabetes melitus ?
2. Apa saja golongan obat penyakit diabetes melitus ?
3. Bagaimana pengobatan penyakit diabetes melitus ?
4. Bagaimana aspek farmakokinetik dan aspek farmakodinamik penyakit
diabetes melitus ?
5. Bagaiamana efek toksikologinya ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian penyakit diabetes melitus.
2. Untuk mengetahui dan memahami obat penyakit diabetes melitus.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengobatan penyakit diabetes melitus.
4. Untuk mengatahui dan memahami aspek farmakokinetik dan
faramodinamik dari penyakit diabetes melitus.
5. Untuk mengetahui efek toksikologinya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
B. Penggolongan Obat Penyakit Diabetes Melitus
1. Metformin
Metformin umumnya menjadi obat pertama yang diresepkan untuk penderita
diabetes tipe 2. Obat diabetes ini bekerja dengan mengurangi pembentukan
glukosa di organ hati dan meningkatkan fungsi insulin dalam mengendalikan
kadar gula darah. Konsumsi metformin dapat menimbulkan efek samping,
seperti mual, sakit perut, perut kembung, dan diare. Namun, efek samping
tersebut akan berkurang seiring tubuh beradaptasi dengan obat diabetes ini.
Metformin bisa dikombinasikan dengan obat diabetes lainnya atas anjuran
dokter.
2. Sulfonilurea
Sulfonilurea merupakan obat diabetes tipe 2 yang berfungsi untuk
menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pankreas
memproduksi lebih banyak insulin. Jumlah insulin yang terlalu banyak dalam
tubuh terkadang menimbulkan efek samping, yaitu hipoglikemia atau
rendahnya gula darah yang ditandai dengan pusing, banyak berkeringat, tubuh
gemetaran, dan kesemutan. Untuk mengurangi keparahan efek sampingnya,
penderita diabetes yang mengonsumsi sulfonilurea dianjurkan selalu makan
dengan teratur. Jenis obat diabetes ini biasanya dijadikan sebagai alternatif
metformin atau bisa juga dikombinasikan dengan metformin.
3. Meglitinide
Cara kerja meglitinide sebenarnya sama dengan sulfonilurea, yaitu
merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak insulin. Bedanya,
meglitinide bekerja lebih cepat daripada sulfonilurea dan tidak bertahan lama
di dalam tubuh. Efek samping yang dapat muncul dari obat diabetes ini pun
mirip dengan sulfonilurea, yaitu cepat menurunkan kadar gula darah dan
meningkatkan berat badan.
4. Thiazolidinediones
Obat diabetes yang satu ini memiliki cara kerja yang mirip dengan metformin,
yaitu mengurangi pembentukan glukosa di hati dan meningkatkan aktivitas
insulin. Salah satu contoh jenis obat golongan ini adalah pioglitazone.
7
Konsumsi thiazolidinediones diketahui dapat meningkatkan risiko terkena
penyakit jantung. Oleh karena itu, dokter juga akan memantau kesehatan
jantung penderita diabetes yang mengonsumsi obat ini.
5. Inhibitor DPP-4
Inhibitor DPP-4 mampu merangsang pelepasan insulin ketika gula darah
meningkat yang terjadi setelah makan dan menghambat pelepasan glukosa dari
hati. Kabar baiknya, obat diabetes ini jarang menyebabkan hipoglikemia.
Namun, inhibitor DPP-4 tetap mungkin untuk menimbulkan efek samping,
misalnya sakit tenggorokan, sakit perut, hidung tersumbat, diare, hingga
pankreatitis akut. Beberapa contoh obat diabetes dari golongan penghambat
DPP-4 adalah alogliptin, sitagliptin, dan linagliptin.
6. Inhibitor SGLT2
Obat diabetes ini memengaruhi fungsi penyaringan darah di ginjal dengan
menghambat kembalinya glukosa ke aliran darah. Glukosa yang berlebihan
kemudian akan keluar dari tubuh melalui urine. Contoh obat diabetes dari
golongan ini adalah empagliflozin dan dapagliflozin. Konsumsi inhibitor
SGLT2 bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti infeksi saluran
kemih dan infeksi jamur vagina. Namun, obat diabetes jenis ini diketahui bisa
mengurangi risiko terjadinya penyakit ginjal.
7. Agonis reseptor GLP-1 (Inkretin Mimetik)
Agonis reseptor GLP-1 (golongan obat inkretin mimetik) diresepkan dokter
jika obat-obatan diabetes melitus seperti yang sudah disebutkan di atas belum
mampu mengontrol kadar gula darah. Obat kencing manis ini diberikan
melalui suntikan maupun oral. GLP-1 merupakan salah satu jenis hormon
inkretin yang dihasilkan tubuh. GLP-1 bekerja dengan cara merangsang
pelepasan insulin oleh pankreas setelah makan. Obat agonis reseptor GLP-1
bekerja dengan cara meniru kerja GLP-1 tersebut. Hormon inkretin dapat
merangsang pelepasan insulin setelah makan sehingga meningkatkan produksi
insulin dan menurunkan glukagon. Glukagon bekerja dengan cara merangsang
hati mengeluarkan cadangan glukosa saat tubuh sedang kekurangan glukosa,
misalnya saat berpuasa. Obat diabetes ini juga membantu memperlambat
8
pencernaan sehingga mencegah lambung cepat kosong dan menahan nafsu
makan.
8. Inhibitor Alfa-Glukosidase
Cara kerja inhibitor alfa-glukosidase agak berbeda dengan obat diabetes
lainnya. Inhibitor alfa-glukosidase bekerja dengan menghambat pemecahan
karbohidrat dari makanan menjadi glukosa untuk mengendalikan kadar gula
darah. Contoh dari obat diabetes ini adalah acarbose dan miglitol. Efek
samping yang umumnya ditimbulkan berupa sakit perut, diare, dan perut
kembung.
9. Insulin
Pankreas penderita diabetes tipe 1 tidak bisa lagi memproduksi insulin,
sehingga insulin diberikan melalui suntikan untuk menjaga kadar gula darah
dalam kondisi normal. Suntik insulin adalah satu-satunya obat diabetes yang
diberikan kepada penderita diabetes tipe 1. Selain itu, penderita diabetes tipe
2 dan diabetes gestasional juga dapat diberikan suntik insulin jika dibutuhkan.
C. Pengobatan Penyakit Diabetes Melitus
Pengobatan penyakit diabetes meliputi berbagai strategi yang disesuaikan
dengan jenis diabetes yang diderita pasien. Berikut adalah beberapa metode
pengobatan yang umum digunakan:
1) Terapi Insulin: Diabetes tipe 1 biasanya memerlukan terapi insulin yang
diberikan melalui suntikan untuk mengelola kadar gula darah sehari-hari.
Dokter akan memberikan jenis dan dosis insulin yang akan digunakan serta
cara menyuntiknya.
2) Obat-Obatan: Diabetes tipe 2 biasanya diobati dengan obat-obatan yang
berfungsi menurunkan produksi glukosa dari hati serta membantu tubuh dalam
mengelola gula darah. Contoh obat yang digunakan adalah metformin. Selain
itu, untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti gejala kesemutan, dokter
juga dapat memberikan suplemen atau vitamin seperti vitamin neurotropik
yang terdiri dari vitamin B1, B6 dan B12.
3) Pola Hidup Sehat: Menerapkan pola hidup sehat sangat berpengaruh pada
kondisi kesehatan penderita diabetes. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
9
untuk mencegah penyakit diabetes, seperti menjaga berat badan ideal,
merubah menu makanan menjadi lebih sehat, mengatur frekuensi makan,
berolahraga atau melakukan aktivitas fisik secara rutin, berhenti merokok,
tidak mengonsumsi minuman beralkohol, mencukupi waktu tidur dan istirahat,
serta melakukan manajemen stres dengan baik.
4) Transplantasi Pankreas: Transplantasi pankreas dapat dilakukan pada
penderita diabetes tipe 1 yang mengalami kerusakan pankreas sehingga tidak
dapat memproduksi hormon insulin. Dalam operasi ini, sel penghasil insulin
yang rusak akan digantikan dengan sel transplantasi.
5) Operasi Penurun Berat Badan: Operasi penurun berat badan dapat dilakukan
pada kasus diabetes yang disebabkan oleh obesitas. Seseorang yang menjalani
operasi ini biasanya tidak memerlukan pengobatan diabetes melitus lagi
setelah kadar gula darahnya kembali normal.
6) Pengobatan Alternatif: Pengobatan alternatif juga dapat dilengkapi dengan
pengobatan secara keseluruhan. Namun, konsultasikan lebih lanjut dengan
dokter spesialis penyakit dalam mengenai pengobatan diabetes yang tepat
untuk kondisi Anda.
Dalam pengobatan diabetes, pasien juga perlu secara rutin memeriksa
kadar gula darah dan mengikuti anjuran dokter untuk mengelola penyakit ini.
D. Aspek Farmakokinetik Dan Aspek Farmakodinamik Penyakit Diabetes
Melitus
a) Aspek Farmakokinetik diabetes
Aspek farmakokinetik diabetes, yang terkait dengan penggunaan obat
antidiabetik, sangat penting dalam pengelolaan diabetes melitus.
Farmakokinetik, dalam konteks diabetes, mengacu pada bagaimana obat-obat
tersebut diserap, didistribusikan, diubah, dan dikeluarkan oleh tubuh. Dalam
penggunaan obat antidiabetik, aspek farmakokinetik dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti penyakit ginjal kronik (PGK) dan gangguan fungsi
ginjal, yang dapat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi obat. Dalam beberapa penelitian, aspek farmakokinetik obat
antidiabetik telah dianalisis untuk memahami bagaimana obat-obat tersebut
10
berinteraksi dengan tubuh dan bagaimana interaksi tersebut dapat
mempengaruhi efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Misalnya,
penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 5, No.
3 September 2018, menemukan bahwa aspek farmakokinetik obat antidiabetik
oral dapat dipengaruhi oleh PGK dan gangguan fungsi ginjal, yang dapat
mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat.
Dalam penggunaan insulin, aspek farmakokinetik juga sangat penting.
Insulin Regular, misalnya, memiliki aspek farmakokinetik yang baik, di mana
obat ini dapat diserap dengan cepat dan baik melalui injeksi subkutan di area
abdomen. Dalam sintesis, aspek farmakokinetik diabetes sangat penting dalam
pengelolaan diabetes melitus, karena mempengaruhi bagaimana obat-obat
antidiabetik berinteraksi dengan tubuh dan bagaimana interaksi tersebut dapat
mempengaruhi efektivitas dan keamanan penggunaan obat.
b) Aspek Farmakodinamik diabetes
Farmakodinamik, sebaliknya, mengacu pada bagaimana obat
berinteraksi dengan sistem biologis tubuh dan bagaimana obat tersebut
berfungsi dalam mengatur proses biologis yang terkait dengan penyakit.
Dalam konteks diabetes, farmakodinamik memainkan peran kunci dalam
menentukan bagaimana obat antidiabetes seperti metformin menghambat
glukoneogenesis hepatik dan meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga
membantu mengatur kadar glukosa darah.
Dalam penelitian terkait diabetes, analisis farmakokinetik dan
farmakodinamik sangat penting untuk memahami bagaimana obat antidiabetes
berinteraksi dengan tubuh dan bagaimana obat tersebut berfungsi dalam
mengatur kadar glukosa darah. Pengetahuan ini dapat membantu dalam
pengembangan obat yang lebih efektif dan aman serta dalam mengurangi
risiko interaksi obat yang tidak diinginkan.
E. Efek Toksikologi dari Obat Penyakit Diabetes Melitus
Efek toksikologi dari obat penyakit diabetes dapat berupa efek samping
yang timbul dari penggunaan obat-obat anti-diabetes. Beberapa contoh efek
samping yang dapat terjadi adalah:
11
➢ Hipoglikemia: Penggunaan insulin eksogen dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia, yang dapat ditandai dengan gejala seperti tremor dan takikardi.
➢ Nyeri Otot: Obat metformin, salah satu jenis obat diabetes yang digunakan
secara peroral, dapat menimbulkan nyeri otot sebagai efek samping.
➢ Lactic Acidosis: Penggunaan obat sintetis dalam skala waktu yang cukup lama
dapat mengakibatkan efek samping berupa lactic acidosis dengan gejala nyeri
otot, kelelahan, diare, dan mual.
➢ Efek Diuretik: Penggunaan glimepirid dapat menimbulkan efek diuretik
sebagai efek samping.
➢ Mual dan Muntah: Penggunaan beberapa obat anti-diabetes seperti metformin,
glibenklamid, dan glimepirid dapat menimbulkan mual dan muntah sebagai
efek samping.
➢ Konstipasi: Penggunaan glibenklamid dapat menimbulkan konstipasi sebagai
efek samping.
➢ Pusing: Penggunaan beberapa obat anti-diabetes seperti metformin,
glibenklamid, dan glimepirid dapat menimbulkan pusing sebagai efek
samping.
➢ Tremor: Penggunaan insulin eksogen dapat menghambat beberapa gejala
hipoglikemia seperti tremor dan takikardi.
➢ Efek Samping lain: Penggunaan obat-obat anti-diabetes lainnya dapat
menimbulkan efek samping lain seperti efek samping pada sistem saraf, sistem
kardiovaskuler, dan sistem gastrointestinal.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Azis, W. a. (2020). Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada Lanjut Usia di
Indonesia , 10.
Milita, F. (2021). Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada Lanjut Usia di Indonesia
, 12.
Milita, F. (2021). Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada Lanjut Usia di Indonesia
, 12.
14