Makalah Kebenaran Al-Quran Dan Ipteks Dalam Ekonomi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBENARAN AL-QUR’AN DAN IPTEKS DALAM EKONOMI

Disusun Oleh:

❖ Siska Juliani Rahman (2161201186)


❖ Yayan Shaputra (2161201051)

Dosen Pengampu:

Nazar Drs,M,Ag

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebenaran
Al-Qur’an dan Ipteks Dalam Ekonomi” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kuliah. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
kebenaran al-qur’an dan ipteks dalam bidang ekonomi. Penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Nazar Drs, M,Ag. Selaku dosen
pengampu mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Bengkulu, 15 Mei 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................


KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Al-Qur’an dalam Bidang Ekonomi ................................................................ 3
2.2 Kebenaran Ilmiah Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam ............................ 8
2.3 Kontribusi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) Dalam
Perkembangan Sistem Ekonomi Islam ......................................................... 10
2.4 Al-Qur’an dan IPTEKS ................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 15
3.2 Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama yang ajarannya kaffah (utuh dan sempurna) dalam
menata kehidupan. Dalam Al-Qur’an tertuang dasar kehidupan di segala bidang
(ipoleksosbudhankam). Dalam bidang ekonomi banyak sekali ayat yang
menjelaskan perihal ekonomi masyarakat. Islam memiliki ajaran yang mulia dan
unggul untuk menata ekonomi dalam kehidupan. Seluruh aspek yang terkait dengan
dasar-dasar perekonomian diatur oleh Al-Quran. Adapun metode dan teknik
kegiatan ekonomi akan terus berkembang sesuai kemajuan jaman.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Islamdiperlukan adanya


meningkatkan laju pembentukan modal dengan cara meningkatkan tingkat
pendapatan, investasi, teknologi dan ilmu pengetahuan masyarakat Indonesia.
Peningkatan penambahan modal di Indonesia selalu melalui berbagai kendala, salah
satunya yaitu kemiskinan. Karena tingkat penghasilan masyarakat yang masih
rendah, itu yang mengakibatkan laju investasi rendah dan berpengaruh pada
rendahnya modal dan produktivitas. Kehidupan globalisasi telah dengan nyata
melanda kehidupan kita. Suka ataupun tidak suka, ummat Islam harus
menghadapinya dengan segala implikasinya. Sebagai sebuah proses, globalisasi
berlangsung melalui dua dimensi, dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang
dan dimensi waktu. Dimensi ruang yang dapat diartikan jarak semakin dekat atau
dipersempit sedangkan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi
pada skala dunia. Hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan pesatnya laju
perkembangan teknologi yang semakin canggih khususnya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi(IPTEK).

Kebenaran dan ilmu punya korelasi yang erat. Ilmu dapat menuntun
manusia ke jalan kebenaran atau dapat mendekatkan manusia kepada kebaikan atau
mencapai kemaslahatan dirinya dan membentengi dirinya dari kemafsadatan. Ilmu
ekonomi Islam adalah bagian dari hasil pengembangan ilmu ekonomi. Sebagian
ekonom di berbagai belahan dunia memang masih memperdebatkan kajian
mengenai ekonomi Islam itu sendiri. Sebagian ekonom mengatakan bahwa

1
ekonomi Islam belum bisa menjadi suatu keilmuwan sendiri karena beberapa hal
diantaranya adalah belum ilmiahdan masih mengadopsi teori-teori ekonomi
konvensional. Sebagian yang lain mengatakan bahwa ekonomi Islam sudah bisa
dijadikan suatu cabang keilmuwan tersendiri. Perdebatan ini tentu saja berkorelasi
pada apa yang dinamakan dengan “kebenaran ilmiah. Ketika ekonomi Islam sudah
adanya kebenaran ilmiah di dalam ilmu ekonomi Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan Al-Qur’an dalam bidang ekonomi?


2. Bagaimana kebenaran ilmiah dalam perspektif ilmu ekonomi islam?
3. Bagaimana Kontribusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam
perkembangan sistem ekonomi islam?
4. Bagaimana hubungan antara Al-Qur’an dengan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pandangan Al-Qur’an dalam bidang ekonomi.


2. Mengetahui kebenaran ilmiah dalam perspektif ilmu ekonomi islam.
3. Mengetahui kontribusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam
perkembangan sistem ekonomi islam.
4. Mengetahui hubungan antara Al-Qur’an dengan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebenaran Al-Qur’an dalam Bidang Ekonomi

Banyak buku yang menggagas tafsir tentang ayat-ayat dan Hadits-Hadits


tentang ekonomi. Misalnya Muhammad Amin Summa, Idris, Mardani, Muchtar
Naim, dan lain-lain. Dengan metodenya masing-masing mereka mencoba
mengumpulkan ayat-ayat atau hadits-hadits yang dapat dikaitkan dengan ekonomi.
Adapun beberapa ayat Al-Qur’an yang penting, yang mendasar dan landasan
terbangunnya ilmu dan sistem ekonomi Islam antara lain:

1. Filosofi Kepemilikan

Al-Qur’an menegaskan bahwa semua yang ada di langit dan ada di bumi ini
adalah milik Allah swt. Dalam berbagai redaksi ayat-ayat yang mengaskan hal itu
menekankan kebesaran/keagungan/ketinggian Allah swt. Dalam surah Asy-Syuura
ayat 4 Allah swt berfirman “Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Dalam Surah Ali-
Imran ayat 109 Allah swt berfirman “Kepunyaan Allah lah segala yang di langit
dan di bumidan kepada Allah kembalinya segala urusan”). Dalam Surah Al-Hajj
ayat 64 Allah swt berfirman, “Kepunyaan-Nyalah segala yang ada di langit dan
segala yang ada di bumi dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kayalagi
Maha Terpuji”. Dalam Surah Ar Rahmaan ayat 24 Allah swt berfirman, “Dan
kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang dibangun di lautan laksana gunung-
gunung”. Dalam Surah An-Nuur ayat 42 Allah berfirman, “Dan kepunyaan
Allahlah kerajaan langit dan bumidan kepada Allah lah kembali”.

Dari ayat-ayat tersebut sangat jelas bahwa semua yang ada di bumi ini
adalah milik Allah swt. Tidak benar jika manusia merasa memiliki apa yang ada di
bumi ini. Kepemilikan manusia adalah amanah atau titipan Allah swt yang harus
ditunaikan kewajiban dan hak-haknya. Hal itu sangat berbeda dengan kepemilikan
di sistem kapitalis dan sosialis (komunis).

3
2. Filosofi Kholifah fil Ardhi

Meskipun manusia memiliki hawa nafsu yang dan sifat buruk yang lain
namun manusia diberi kelebihan oleh Allah swt dengan kemampuan berilmu dan
berkreasi. Dengan iman dan ilmu itulah manusia akan mengelola bumi dan langit
sebagai amanah Allah swt. Allah swt berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 30,
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Kata mereka, "Kenapa hendak
Engkau jadikan di bumi itu orang yang akan berbuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah padahal kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu dan
menyucikan-Mu. Allah berfirman,"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui". Allah swt berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 72,
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat pada langit, bumi dan gunung-
gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim lagi amat bodoh. Allah swt berfirman dalam Surah Al-
An’aam: 165, “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi
dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa
derajatuntuk mengujimu tentang apa yang diberikan kepadamu.

Dari ayat-ayat di atas sangat jelas bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt
adalah sebagai khalifah, pemimpin atau penguasa di muka bumi yang diberi
amanah untuk menjalan ketentuan-ketentuan Allah swt pemilik dan penguasa jagad
raya.

3. Filosofi Harta dan Mencarinya

Kecintaan kepada kesenangan dunia adalah naluri manusia. Sehingga


manusia pasti ingi memiliki hal tersebut. Sebenarnya harta, kekayaan atau rizki itu
adalah pemberian Allah swt. Manusia berusaha/berikhtiar untuk memperolehnya.
Kadar yang diperoleh adalah ketentuan Allah swt. Dalam upaya memilikinya harus
diraih dengan jalan yang halal.

4
Allah swt berfirman dalam Surah AliImran ayat 14,” Dijadikan indah pada
pandangan manusia kecintaan kepada syahwatyaitu wanita-wanita, anak-anak dan
harta yang banyak berupa emas, perak, kuda-kuda yang tampan binatang ternak
dan sawah ladang. Demikian itu merupakan kesenangan hidup dunia dan di sisi
Allahlah tempat kembali yang baik.” Allah swt berfirman dalam Surah Ash-
Syu'araa' ayat 79, “Dan Tuhanku, yang memberi makan dan minum kepadaku.”
Surah An-Najm ayat 48, “Dan bahwasanya Dia yang memberi kekayaan dan yang
memberikan kecukupan.” Dalam Surah Al-A'raaf ayat 32,"Katakanlah,"Siapakah
yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hambaNyadan yang baik-baik dari rezeki?" Katakanlah, "Semuanya itu
disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia khususdi hari
kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui.”

Dalam mencari harta Allah swt berfirman dalam beberapa ayat: Surah Al-
Bagarah ayat 188, “Dan janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan
jalan yang batil dan kamu bawa ia kepada hakimhakim, agar kamu dapat memakan
sebagian harta manusia dengan dosa, padahal kamu mengetahui.”Allah swt
berfirman dalam Surah Al-Jaatsiyah ayat 13, “Dan Dia menundukkan untuk kalian
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya dari-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda
kekuasaan dan keesaan Allah bagi kaum yang berpikir.”Allah swt berfirman dalam
Surah An-Nahl ayat 80, “Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian
sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah dari kulit
binatang ternak yang kalian merasa ringan di waktu kalian berjalan dan waktu
kalian bermukim, dan dijadikan-Nya pula, dari bulunya bulu unta dan bulu
kambing alat-alat dan perhiasan sampai waktu yang tertentu.”Allah swt berfirman
dalam Surah An-Nisaa' ayat 29, “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
makan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan secara
perniagaan dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.

5
Dari ayat-ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, rezeki atau harta
yang harus dicari adalah rezeki atau harta yang halal, thayyib (baik), diperoleh
dengan usaha-usaha/cara yang halal serta tidak menimbulkan kerusakan di muka
bumi. Artinya mencari rezki, harta atau kekayaan di dunia dunia harus
memperhatikan tujuan syariah yakni menjada agama, menjaga akal, menjaga
nyawa, menjaga keturuan dan menjaga harta itu sendiri.Visi mencari rezeki, harta
atau kekayaan adalah untuk kebahagian akherat namun tidak boleh
mengesampingkan kebahagian dunia.

4. Filosofi Distribusi Harta

Dalam mengelola harta beberapa firman Allah swt telah memberi arahan
yaitu: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian sebelum kamu menafkahkan
sebagian dari apa yang kamu cintai dan apa yang kamu nafkahkan dari sesuatu
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (AliImran: 92), “Hai orang-orang yang
beriman, nafkahkanlah sebagian yang baik-baik hasil usahamu dan sebagian apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu sengaja yang
jelek darinya kamu keluarkan untuk zakat padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya kecuali dengan memejamkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Al-Bagarah: 267), Kebaktian itu
bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat,tetapi orang
yang berbakti itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat|
malaikat, kitab dan nabi-nabi, dicintainya kaum kerabat, anak yatim, orang-orang
miskin, orang yang dalam perjalanan, Orang-orang yang meminta-minta dan pada
budak, serta mendirikan salat dan membayar zakat, orang-orang yang menepati
janji bila mereka berjanji, orangorang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan sewaktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.

Harta yang disalurkan hendaknya yang terbaik. Diberikan secara ikhlash


karena kesadaran diri manusia adalah hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Jika
orang-orang kaya sudah mendistribusikan dan membelanjakan hartanya untuk
kemaksiatan dan bermegah-megahan, pemborosan maka akan terjadi bencana
dalam kehidupan ini. Jika kesadaran berbagi tersebut tidak berkembang maka akan

6
terjadi bencana. Adapun teknik pendistribusiannya dilakukan sesuai skala prioritas
dan dengan manajemen yang berkembang di jaman ini. Pada ayat di atas disebutkan
bahwa orang yang malu meminta tetapi berkhitmat untuk agama dan kepentingan
umum lebih diutamakan untuk dibantu agar berdaya. Pendistribusian harta bisa
ditempuh dengan cara konsumsif maupun produktif.

5. Filosofi Larangan dalam Ekonomi

Allah swt memberi arahan bahwa ada hal-hal prinsip yang dilarang dalam
ekonomi.

a. Larangan terhadap riba


Allah swt sungguh telah melarang Riba agar tidak ada dalam kegiatan
perekonomian. Sebagaimana firman-Nya dalam beberapa ayat yakni,
“Akibat kezaliman yang dilakukan orangorang Yahudi, Allah pun menyiksa
mereka dengan mengharamkan sejumlah makanan yang baik-baik yang
sebelumnya halal. Di antara bentuk kezaliman itu adalah menghalangi
manusia untuk masuk agama Allah. Dan karena memakan riba padahal
telah dilarang daripadanya dalam Taurat dan memakan harta orang
dengan jalan batil (An-Nisaa': 160-161)”
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda bertakwalah kamu kepada Allah (Ali-Imran: 130)”, “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
tinggalkanlah/jauhilah sisa yang tinggal dari riba, jika kamu beriman
dengan sebenarnya (Al-Bagarah: 278)", “Allah menghancurkan riba
dengan menguranginya dan melenyapkan berkahnya, dan menyuburkan
sedekah, maksudnya menambah dan mengembangkannya serta
melipatgandakan pahalanya. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
ingkar yang menghalalkan riba lagi banyak dosa (Al-Bagarah: 276)”,
“Orang-orang yang memakan riba tidaklah bangkit seperti bangkitnya
orang yang kemasukan setan disebabkan penyakit gila. Demikian itu adalah
karena mengatakan bahwa jual-beli itu seperti riba, padahal Allah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Maka barang siapa yang
datang kepadanya pelajaran dari Tuhannya, lalu ia menghentikannya maka

7
baginya apa yang telah berlalu dan urusannya kepada Allah. Dan orang-
orang yang mengulangi maka mereka adalah penghuni neraka, kekal
mereka di dalamnya (Al-Bagarah: 275).
b. Perbuatan Keji, Perbuatan Dosa Dan Mensekutukan Allah Swt
Sebagaimana firman Allah swt, Katakanlah, "Tuhanku hanya
mengharamkan perbuatan yang keji baik yang tampak atau pun yang
tersembunyidan perbuatan dosamelanggar haktanpa alasan yang benar
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan
tentangnya suatu kekuasaan pundan mengharamkan mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (Al-A'raaf: 33)”, Dan
janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan jalan yang batil. Dan
kamu bawa kepada hakim-hakim, agar kamu dapat memakan sebagian
harta manusia dengan dosa, padahal kamu mengetahui (Al-Bagarah: 188),
Sesungguhnya orangorang yang memakan harta anak-anak yatim secara
aniaya bahwasanya mereka menelan api sepenuh perut mereka, mereka
akan masuk api yang bernyala-nyala (AnNisaa': 10), “Dan berikanlah
kepada anakanak yatim harta mereka dan janganlah kamu tukar yang baik
dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka dengan hartamu.
Sesungguhnya itu adalah dosa (An-Nisaa': 2)".

2.2 Kebenaran Ilmiah Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam

Kebenaran ilmiah sendiri adalah sesuatu yang sesuai dengan fakta atau
sesuatu yang selaras dengan situasi aktual yang di dalamnya terdapat metode-
metode ilmiah. Kebenaran ilmiah dan ilmu ekonomi Islam sangatlah berkorelasi.
Tidaklah dikatakan suatu ilmu pengetahuan ilmiah ketika di dalamnya tidak ada
kebenaran ilmiahnya. Contoh kongkritnya adalah dalam hal Islamic social finance
(zakat, infaq, shadaqah).

Dalam konteks ini zakat, infaq, shadaqah akan mampu meningkatkan rezeki
(pendapatan) bagi pihak yang mengeluarkannya. Hal tersebut tentu belum
dikategorikan kebenaran ilmiah karena belum bisa dibuktikan dengan metode-
metode ilmiah. Maka dari itu perlu pembuktian secara ilmiah, salah satunya dalam

8
pendekatan model keseimbangan pendapatan nasional, zakat, infaq, dan shadaqah.
Keseimbangan pendapatan nasional dalam ekonomi konvensional:

Y=C
Dimana :
Y = pendapatan nasional dalam ekonomi konvensional
C = konsumsi dalam ekonomi konvensional
Sedangkan dalam ekonomi Islam, keseimbangan pendapatan nasional terjadi jika :
Yi = Cd + Ca

Dimana:

Yi = pendapatan nasional dalam ekonomi Islam


Cd = konsumsi untuk kepentingan dunia
Ca = konsumsi untuk kepentingan akhirat, yang terdiri dari konsumsi zakat
(Cz)ditambah dengan konsumsi infaq dan shadaqah (Cis)
Ca = Cz + Cis
Sebagai contoh jika diasumsikan bahwa fungsi konsumsi C = 10 + 0,5Y,
dimana dengan zakat sebesar 2,5% ditambah infaq dan shadaqah sebesar 1% justru
akan meningkatkan pendapatan nasional. Konsumsi zakat (Cz) dengan konsumsi
infaq dan shadaqah (Cis) dibedakan karena cara penyalurannya pun berbeda. Zakat
merupakan kewajiban bagi muslim yang memiliki kekayaan yang telah mencapai
nishab dan haul, sedangkan infaq dan shadaqah tidak terikat nishab dan haul. Secara
matematis efektifitas zakat, infaq, dan shadaqah dapat dibuktikan melalui
persamaan keseimbangan pendapatan nasional.

1. Dalam ekonomi konvensional keseimbangan terjadi pada saat Y = C


Y = 10 + 0,5Y
Y - 0,5Y = 10
Y = 20 (keseimbangan)
2. Dalam ekonomi Islam (teori konsumsi Islam), konsumsi merupakan hasil
jumlah dari konsumsi dunia (Cd) dan konsumsi akhirat (Ca) atau bisa ditulis
Ci = Cd + Ca. Karena konsumsi akhirat (Ca = Cz + Cis), maka konsumsi
Islam menjadi Ci = Cd + Cz + Cis.
Cd = 10 + 0,5Y

9
Cz = 0,025Y
Cis = 0,01Y Keseimbangan dalam ekonomi Islam terjadi jika
Y = Cd + Ca
Cd = a + bY(1 - z - is)
= 10 + 0,5(Y - 0,025Y - 0,01Y)
= 10 + 0,5(0,965Y)
= 10 + 0,4825Y
Ca = Cz + Cis
= 0,025Y + 0,01Y
= 0,035Y
Ci = 10 + 0,4825Y + 0,035Y
= 10 + 0,5175Y
Karena dalam konsumsi Islam Y = Ci, maka:
Y= 10 + 0,5175Y
Y - 0.5175Y = 10
Y = 20,7253886 (keseimbangan)
Hasil menunjukkan bahwa dengan adanya zakat, infaq, dan
shadaqah, maka pendapatan nasional (Y keseimbangan) naik dari 20 ke
20,7253886. Secara logika sederhana memang jika mengeluarkan zakat,
infaq, shadaqah maka ada uang keluar sehingga konsumsi bertambah dan
akan mengurangi jatah persentase pembelanjaan pemerintah. Tetapi
ternyata dengan persamaan Ci = Cd + Ca justru terjadi kenaikan Y
(Pendapatan Nasional) sehingga hal ini tidak akan mengurangi jatah
pembelanjaan pemerintah.

2.3 Kontribusi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) Dalam


Perkembangan Sistem Ekonomi Islam

Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu


pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui
proses yang disebut metode ilmiah (scientific method). Sedang teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan IPTEK, adalah hasil dari segala
langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan

10
IPTEK.Ada berbagai alasan umat Islam untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK):

a) Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh
negara-negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
b) Negara-negara Barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK
di negara-negara Islam.
c) Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan
kemajuan IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan
klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar
sendiri.

Sementara itu, yang berkaitan dengan rasa tanggung jawab, seseorang harus
sadar bahwa IPTEK yang dipergunakan itu dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Di samping itu, rasa tanggung jawab juga mengandung arti bahwa
dalam menerapkan IPTEK tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi semata-
mata demi kemaslahatan orang banyak. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK
yang selalu disertai dengan etika dan rasa tanggung jawab akan mendatangkan
hikmah. Begitu juga akan terhindar dari kerusakan moral. Pengembangan dan
pemanfaatan IPTEK yang demikian harus disadari sebagai ibadah. Dengan adanya
pengembangan IPTEK maka yang terjadi yaitu meningkatnya produksi kerja untuk
memenuhi kebutuhan.Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan pengembangan
potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi
gemilang dalam pengembangan IPTEK, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar
menemukan bagaimana proses sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan
merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam hukum
Allah).

Kondisi perekonomian Islam yang terus meningkat dari tahun ke tahun juga
harus di topang oleh infrastruktur yang memadai, salah satunya adalah sumber daya
insani yang memiliki kapabilitas yang tidak hanya sebatas kemampuan fungsional
dan operasional, namun juga kapabilitas pemahaman akan ekonomi Islam yang
memadai. Untuk mendukung pengembangan kapabilitas ini, agama kita, agama
Islam, sudah memiliki metode pengembangan kapabilitas yang bertujuan untuk

11
mengembalikan manusia pada ciri aslinya yang bersifat Ilahiah dengan kembali
pada prioritas untuk apa manusia diciptakan Perkembangan itu adalah fitrah
manusia itu sendiri, tidak seperti metodologi yang dibuat oleh manusia, Islam
memiliki metode yang langsung berasal dari wahyu Allah SWT yang tidak dapat
lagi dibantah kebenarannya. Sehingga, kita hanya perlu untuk mengaplikasikan
metode-metode tersebut di dalam proses revitalisasi pengembangan kapabilitas
sumber daya insani ekonomi Islam, khususnya di Indonesia.

Sumber daya insani dalam perekonomian Islam wajib bertanggung jawab


dalam menjaga kemurnian ekonomi Islam agar tetap berada dalam koridor sebagai
sistem ekonomi islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan keseimbangan.
Manusia yang berkepentingan dalam perekonomian Islam harus sungguh-sungguh
dalam memaknai bahwa sistem ekonomi Islam memiliki keterikatan di setiap
stakeholder yang terkait, mulai dari subjek sampai dengan objek ekonomi Islam itu
sendiri. Selain itu, sumber daya insani juga harusturut andil dalam mengembangkan
ekonomi Islam dengan cara terus mengembangkan potensi serta kapasitas diri
sehingga dapat menjadi bagian dari lokomotif perbaikan perkembangan ekonomi
Islam secara berkesinambungan. IPTEK juga harus turut ambil bagian dalam
menyediakan wadah untuk mengembangkan potensi bagi sumber daya insani
sehingga antara kebutuhan akan fasilitas pengembang potensi dengan penyediaan
layanan IPTEK terfasilitasi secara seimbang.

2.4 Al-Qur’an dan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

Penyelidikan secara sadar dan akhirnya menernu kan sesuatu disiplin


tersendiri adalah arti dari ilmu pengetahuan, serta meningkatkan kefahaman
manusia atas berbagai macam kenyataan dan realitas disekitarnnya. Dalam hal ini
ilmu pengetahuan memberi batasan terhadap ruang lingkup pandangannya dan
memberikan kepastian terhadap ilmu yang telah diperoleh dari keterbatasan
tersebut.12 Memang Alquran tidak membahas secara rinci tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagaimana peinbahasan secara rinci tentang iptek
yang ada pada buku pelajaran atau buku -buku yang lainn ya akan tetapi Alquran
tetap memberi penghormatan tertinggi kepada manusia agar mampu memaparkan
secara detail dan memberi ruang yang lebih luas terhadap daya fikir manusia agar

12
lebih jauh dan mendalam dalam mencerna akan pentingnya iptek bagi kehidupan
manusia selanjutnya. Karena dengan sebab kemampuan manusia membaca dan
mengeksplorasi ayat-ayat Alquran sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan menjadi sarana yang membantu manusia meringankan bebannya
sebagai kholifa fil ardi. 13 Alquran juga telah menjelaskan bahwa manusia harus
mainpu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam Alquran juga
telah tersirat dengan jelas bahwasanya manusia dianjurkan untuk dapat
mengeksplorasi ruang angkasa walaupun sebenarnya tidak akan mainpu kecuali
dengan petunjuk dari Allah subhanahu wa ta'ala, akan tet i allah telah memberi
kesernpatan kepada manusia, sebagaimana dalam surat Ar Rahman ayat 33:

Artinya: Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan

Memang dalam hal ini agama Islam telah membagi ilmu pengetahuan
menjadi dua bagian yang pertama ilmu yang dihasilkan dengan cara usaha manusia
itu sendiri yang biasanya disebut dengan Ilmu Kes hi dan yang kedua biasa disebut
dengan ilmu L‹iñuni atau ilmu pengetahuan yang dihasilkan dan didapat langsung
dari Allah.

Al-Quran sangat mernperhatikan ilmu pengetahuan agar manusia berpikir


dan mengkaji alam semesta sehingga melahirkan suatu kesadaran akan
kemahakuasaan Allah, pencipta alam semesta. Kesadaran tersebut akan sernakin
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus dibimbing oleh wahyu (Al-Quran) agar ilmu
pengetahuan rnembawa kepada keimanan dan memberi manfaat dalam kehidupan
umat manusia. Di sini Al-Quran tidak hanya menjadi su mber rnotivasi dan inspirasi
bagi ilmu wan, tapi juga sebagai penuntun agar ilmu pengetahuan tidak digunakan
(teknologi) untuk tujuan- tujuan yang negatif, rnembawa kemusyrikan, atau
menghancurkan alarn sernest anusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.

13
Oleh karena itu, konsep pengembang ilmu pengetahuan dalam Al- Quran
bersifat integratif dan komprehen Islam tidak mernisahkan antara “ilmu agama” dan
“ilmu pengetahuan”. Ilmu agama dan ilmu pengetahuan keduanya merupakan ilmu
yang diajarkan oleh Tuhan kepada umat manusia, baik melalui Al-Quran mau pun
alam semesta. Al-Quran dan hamparan alarn semesta adalah sumber ilmu bagi umat
Islam. Mempelajari Al-Quran (ayat tanzilyah) dan alam semesta (ayat kauniyah)
merupakan pintu gerbang untu k rnengenal Allah SWT (makrifatullah).

Mustahil keduanya bertentangan. Kalau saat ini diternukan beberapa hasil


ilmu pengetahuan yang benentangan dengan Al-Quran, hal tersebut disebabkan
oleh dua kemungkinan. Pertama: adan ya kekeliruan dalam rnenginterpretasi
wahyu, sebab ia mempunyai nilai dasar yang bersifat dalam dan universal yang
selamanya akurat untu k ditafsirkan selaras dengan ruang dan waktu. Kedua: ilmu
pengetahuan itu sendiri bersifat akumulatif, yakni selamanya mengalami
perkembangan, perubahan menuju kesernpurnaan. Sehingga proses itu
menyebabkan ia belum sesuai dengan nilai dasar yang ada pada wahyu.

Untuk membangun peradaban Islam yang maju dan modern berdasarkan


nilai-nilai tauhid maka umat Islam harus senantiasa mengembangkan ilmu
pengetahuan melalui pen yelidikan empiris. Penyelidikan empiris dalam bahasa
Al Quran disebut: nazhar, unzhur, unzhuru. Perintah-perintah ini banyak sekali
diternukan di dalam Al-Quran terutama yang inenyangkut masalah sosial dan
fenomena alam. Seperti dalam surat: At Thuriq.’ 5- 7,’’.abasa.’ 24-32,’ Al
Ghoziyah. 17-20,’ Qaf.’ 5- 7,’.Al’arof’ 185,’ don Ar Rum: 50. Berkaitan dengan
perintah tersebut, penyelidikan ilmiah tidak mungkin berlangsung tanpa penalaran
atau pemahaman rational. Unsur terakhir ini dalam Al-Quran sering diungkapkan
dengan kata-kata: ar rakyu, tara, tarau, al aqlu, ta’qilun, dan ya’qiliin. Ungkapan ini
kita dapatkan dalam surat: Mu’min.’ 77,’ Al Furqon.’ 43,’ Al Anam.’ 46,’ Al
Wiqiah.’ 58,’ Al Boqoroh.’ 243, 24 58,' Al HAj.' 63,' An Nahl.' 79 , dan lain-lain.16
Alquran banyak menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
bahkan sebagian ilmuan terinspirasi dari ayat-ayat Al-Quran dalam
rnengembangkan ilmu pengetahuan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

❖ Al-Qur’an merupakan Ummul Kitab membahas segala hal yang diperlukan


oleh manusia dalam menjalani kehidupan termasuk salah satunya adalah
perekonomian. Sistem ekonomi Islam yang telah digariskan oleh ketentuan
syariat tersebutlah yang menjadi pegangan utama bagi manusia, jika
ketentuan tersebut ditaati dengan penuh keimanan dan konsistensi maka
akan tercapai kesejahteraan dan kebahagian hidup ummat manusia di dunia
maupun di akherat. Jika tidak ditaati maka akan selalu terjadi berbagai
masalah kedholiman dan ketidakadilan dalam bidang ekonomi.
❖ Sistem ekonomi Islam memiliki peluang besar untuk maju dan berkembang
bahkan memimpin ekonomi dunia jika dijalankan dengan teknik dan metode
yang profesional, canggih dan terus dikembangkan sesuai jamannya. Tidak
hanya bersifat filosofis, idiologis dan normatif, yang lebih penting adalah
berjalannya sistem ekonomi Islam secara riil di tengah masyarakat dan
memberi solusi berbagai kedholiman dan ketidakadilan yang tidak bisa
disolusi oleh sistem ekonomi non Islam. Kesatuan pandangan para ulama,
ilmuwan, ekonom dan pengusaha muslim sangat penting diupayakan dalam
rangka mempercepat perkembangan ekonomi Islam.

3.2 Saran

Disarankan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai kebenaran aAl-Qur’an


dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEKS) dalam bidang ekonomi untuk
memperdalam wawasan dan pemahaman tentang hal tersebut dan dapat
menerapkannya dalam berkehidupan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati dan Setiyati,R. 2017. Wawasan Al-Qur’an Tentang Ekonomi (Tinjauan


Studi Penafsiran Tematik Al-Qur’an. Jurnal Ekonomi, 8(2):51-65.

Fadilah, N. 2019. Kontribusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam


Perkembangan Sistem Ekonomi Islam. Jurnal El-Faqih, 5(1):44-59.

Mahmudi,W.L dan Luthfi, F.2020. Kebenaran Ilmiah (Prespektif Ekonomi Islam).


Orbith, 16(2):139-146.

Sulaiman, M.2020. Integrasi Agama Islam dan Ilmu Sains Dalam Pembelajaran.
Pancawahana:Jurnal Studi Islam, 15(1):97-110.

16

Anda mungkin juga menyukai