Laporan Kasus Bronkiektasis
Laporan Kasus Bronkiektasis
“Bronkiektasis”
Oleh:
Sagifa Anovianty
H1A014071
Pembimbing:
dr. Triana Dyah Cahyawati, Sp.Rad, M.Sc
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
nikmat, pertolongan dan perlindungan-Nya, sehingga laporan kasus ini dapat selesai dengan
baik. Laporan ini dilakukan dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Radiologi
RSUP NTB. Laporan kasus ini berjudul: Bronkiektasis
Dalam penyusunan refrat ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat dr. Triana Dyah Cahyawati, Sp.Rad, M.Sc
sebagai pembimbing dalam laporan ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan penambahan
khasanah ilmu dan memeberikan manfaat bagi pembaca, selain itu penulis paham masih
banyak kekurangan yang ada didalamnya, oleh karena itu penulis meminta maaf dan
memohon saran serta kritikan yang membangun untuk perbaikan penyusunan laporan kasus
yang selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
2.1. Definisi..............................................................................................................................5
2.2. Epidemiologi.....................................................................................................................5
2.3. Etiologi..............................................................................................................................5
2.4. Patogenesis........................................................................................................................7
2.5. Diagnosis...........................................................................................................................8
2.8. Tatalaksana......................................................................................................................14
2.9. Prognosis.........................................................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................................20
BAB V PENUTUP........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Diagnosis penyakit didasarkan pada riwayat klinis dari gejala respirasi yang bersifat
kronik, seperti batuk setap hari, produksi sputum yang kental dan penemuan radiografi.
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan diagnostik berupa gambar dari bagian tubuh
yang sulit dijangkau hanya dengan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan radiologi
merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu seorang dokter dalam keraguan
membuat diagnostik. Pada kasus bronkiektasis, pemeriksaan foto polos dada
memperlihatkan bronkovaskular yang kasar dan gambaran cincin lusen sedangkan
penebalan dinding bronkus dan dilatasi lumen terlihat pada pemeriksaan CT Scan 2.
Berdasarkan gambaran pemeriksaan radiologi tersebut maka penulis ingin mengetahui
lebih jauh lagi gambaran berupa bronkiektasis ditinjau dari aspek radiologi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bronkiektasis adalah suatu keadaan bronkus dan bronkiolus yang melebar akibat
kerusakan dan hilangnya sifat elastisitas dinding otot bronkus yang dapat disebabkan
oleh obstruksi dan peradangan kronis1.
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit
ini. Penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki
maupun wanita mulai sejak anak-anak bahkan dapat berupa kelainan kongenital. Data
terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan bronkiektasis
pada urutan ke-7 terbanyak, dengan 221 penderita dari 11.018 (1,01%) pasien rawat
inap2.
2.3 Etiologi
5
B. Kelainan didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan proses
berikut:
b. Penyumbatan bronkus
Sebagian besar cabang bronkus yang kecil, akibat adanya aspirasi mukus masuk
ke dalam lumen bronkus yang menyebabkan kolaps bagian distal, keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intraluminer proksimal dan terjadi dilatasi
bronkus. Bila terjadi infeksi pada bronkus yang mengalami dilatasi ini serta terjadi
destruksi dinding bronkus, maka akan terjadi dilatasi bronkus yang permanen5.
6
Infeksi HIV
Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis rematoid,
kolitis ulcerativa
e. Keadaan lain1
Penyalahgunaan obat (misalnya heroin)
2.4 Patogenesis
Gambar 1: Pada bronkiektasis, produksi mukus meningkat, silia mengalami kerusakan dan
daerah bronkus mengalami inflamasi kronik dan mengalami kerusakan 1
7
Kelemahan dinding bronkus pada bronkiektasis dapat kongenital ataupun didapat
(acquired) yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan. Bronkiektasis kongenital
sering berkaitan dengan adanya dekstrokardia dan sinusitis, jika ketika keadaan ini
(bronkiektasis, dekstrokardia dan sinusitis ) hadir bersamaan, keadaan ini disebut sebagai
sindrom Kartagener. Jika disertai pula dengan dilatasi trakea dan bronkus utama maka
kelainan ini disebut trakeobronkomegali6.
2.5 Diagnosis
1. Gambaran Klinis
Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi sputum yang
banyak sepanjang hari, terutama pagi hari, yang mukopurulen sering berlangsung
bulanan sampai tahunan. Sputum yang bercampur darah atau hemoptisis dapat
menjadi akibat dari kerusakan jalan nafas dengan infeksi akut. Bronkiektasis kering
biasanya merupakan sekuele (gejala sisa) dari tuberculosis dan biasanya ditemukan
pada lobus atas. 1
Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain dyspnea, nyeri dada pleuritik,
wheezing, demam, mudah lelah dan berat badan menurun. Pasien relatif mengalami
episode berulang dari bronkitis atau infeksi paru, yang merupakan eksaserbasi dari
bronkiektasis dan sering membutuhkan antibiotik. Infeksi bakteri yang akut ini sering
diperberat dengan onsetnya oleh peningkatan produksi sputum yang berlebihan,
peningkatan kekentalan sputum, dan kadang-kadang disertai dengan sputum yang
berbau. 1
Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol. Terjadi hampir
90% pasien. Beberapa pasien hanya menghasilkan sputum dengan infeksi saluran
pernafasan atas yang akut. Sputum yang dihasilkan dapat berbagai macam, tergantung
berat ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum dapat berupa
mukoid, mukopurulen, kental dan purulen. Jika terjadi infeksi berulang, sputum
8
menjadi purulen dengan bau yang tidak sedap. Pada pasien fibrosis kistik, volume
sputum pada umumnya lebih banyak dibanding penyakit penyebab bronkiektasis
lainnya. 1,5,6
Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan nafas yang diikuti
oleh destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin merupakan
kondisi yang mengiringi, seperti asma. Nyeri dada pleuritik kadang-kadang
ditemukan, terjadi pada 46% pasien pada sekali observasi. Paling sering merupakan
akibat sekunder pada batuk kronik, tetapi juga terjadi pada eksaserbasi akut. Demam
biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.1,2
2. Pemeriksaan Laboratorium
Sputum ditampung dalam gelas transparan dan didiamkan akan tampak 3 lapisan,
yaitu lapisan atas buih, lapisan tengah cairan jernih / saliva, dan lapisan bawah
endapan pus. Sebaiknya sputum diambil dari aspirasi transtrakeal, kemudian
dilakukan pulasan gram, biakan, serta uji resistensi. Umumnya dijumpai H.influenza
dan P.aeroginosa5.
a. Foto thorax
i. Ring shadow
9
Gambar 2. Tampak Honeycomb pada bagian bawah paru
Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru. Bayangan ini
terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh
daerah berwarna hitam. Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan
pada daerah parahilus. Tramline shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal
dan bukan pada daerah parahilus. 4,7
10
Gambar 4. Tampak Tramline shadow terlihat diantara bayangan jantung
iii.Tubular shadow
Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat mencapai 8
mm. gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus yang penuh dengan
sekret. Gambaran ini jarang ditemukan, namun gambaran ini khas untuk
bronkiektasis.4,7
b. Bronkografi
11
Pemeriksaan bronkografi saat ini mulai jarang dilakukan oleh karena
prosedurnya yang kurang menyenangkan terutama bagi pasien dengan gangguan
ventilasi, alergi dan reaksi tubuh terhadap kontras media. 5
12
Gambar 7. Bronkiektasis Varikose secara Bronkografi
c. CT Scan Thorax
13
Gambar 9. Bronkiektasis Silindrik secara CT Scan (penampang melintang)
Bronchitis kronik
TB Paru
Abses paru
Adenoma paru
Karsinoma paru
2.8 Tatalaksana
14
- Pengelolaan umum, meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien
- Pengelolaan khusus
- Pengobatan simtomatik
2. Pengobatan Pembedahan5
15
berupa segmentektomi, lobektomi, atau pneumonektomi, serta bisa berupa
transplantasi paru.
2.9 Prognosis
1. Kelangsungan Hidup
2. Kelangsungan Organ
16
BAB III
LAPORAN KASUS
a. Identitas
Nama : Tn. M
Usia : 53 tahun
Alamat : Lombok Tengah
Agama : Islam
No. RM : 591301
b. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
Pasien datang ke RS dengan keluhan sesak napas dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu. Sesak nafas dirasakan terus-menerus dan mengganggu aktifitas. Selain itu
pasien juga mengeluh batuk berdahak kental kurang lebih sebulan yang lalu. Pasien
merasakan lemas dan berat badannya menurun. Pasien tidak memiliki riwayat
merokok namun anak kandungnya yang tinggal serumah seorang perokok aktif.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis
- Foto Rontgen thoraks
17
Deskripsi Foto
• Identitas sesuai
• Proyeksi AP
• Posisi supine
• Markers ada
• Simetris
• Inspirasi cukup
Deskripsi
• Jaringan lunak: tak tampak kelainan seperti emfisema subkutis maupun massa dan
swelling
• Trakea: posisi di tengah, massa (-)
• Mediastinum: massa (-), tak tampak pergeseran
• Tulang: intak
• Pleura: tak tampak penebalan pleura dextra dan sinistra
18
• Pulmo: tampak corakan bronkovaskuler kasar terutama pada lapangan bawah paru
dan gambaran cincin-cincin lusen atau honeycomb appearance di basal paru dextra
dan sinistra
• Hillus: tampak penebalan hillus dextra dan sinistra
• Cor: tertutup lesi opak homogen
• Sudut costophrenicus: Dextra dan sinistra tumpul, tampak lesi opak pada sisi dextra
dan sinistra
• Diafragma: batas diafragma tertutup lesi opak pada sisi dextra dan sinistra
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
BAB V
PENUTUP
Seorang pasien laki-laki berumur 53 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak napas
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Sesak nafas dirasakan terus-menerus dan mengganggu
aktifitas. Selain itu pasien juga mengeluh batuk berdahak kental kurang lebih sebulan yang
lalu. Pasien merasakan lemas dan berat badannya menurun dan merupakan seorang perokok
pasif. Gambaran foto polos toraks memperlihatkan tampak corakan bronkovaskuler kasar
terutama pada lapangan bawah paru dan gambaran cincin-cincin lusen atau honeycomb
appearance di basal paru dextra dan sinistra yang khas pada bronkiektasis. Pemeriksaan CT
Scan beresolusi tinggi dapat dilakukan untuk mengetahui besar derajat bronkiektasis tersebut.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Maitra A, Kumar V. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins
SL (eds). Buku Ajar Patologi Robbins. 2007. Diterjemahkan oleh: Pendit BU. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. O’Regan AW, Berman JS. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease 7 th Edition . Editor
James D. Crapo, MD. Lippincott Williams & Walkins. 2004. Philadelphia. 255-274.
5. Rahmatullah P. Bronkiektasis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
Ketiga. Editor Slamet Suyono. Balai Penerbit FKUI. 2012. Jakarta . 861-871.
8. Goeminnie, Pieter Christian, et al. Risk factors for morbidity and death in non-cystic
fibrosis bronchiectasis: a retrospective cross-sectional analysis of CT diagnosed
bronchiectatic patients. Respiratory research, 2012, 13.1: 21.
22