Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

A. Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan dan kesadaran masyarakat terhadap bahan makanan bergizi semakin meningkat, yang disebabkan oleh membaiknya pemahaman masyarakat tentang makanan bergizi bagi kesehatan. Kondisi ini ditunjang pula dengan meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk pertanian seperti jamur merang (Volvariella volvaceae). Budidaya jamur merang mempunyai panen yang relatif singkat yaitu sekitar satu bulan sampai dengan tiga bulan sehingga perputaran modal yang ditanam pada usaha ini, berlangsung cukup cepat. Selain itu, bahan baku untuk produksi jamur merang relatif mudah didapat, dan pengusahaannya tidak membutuhkan lahan yang luas. Oleh sebab itu, komoditas jamur merang ini dapat memberikan lebih banyak kesempatan kerja dalam upaya peningkatkan ekonomi masyarakat petani, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraanpatani secara umum (Hagutami, 2001). Genders (1982) menambahkan bahwa mineral yang terkandung dalam jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan yang terkandung dalam daging sapi dan domba. Kandungan protein jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada tumbuhtumbuhan lain secara umum. Di Indonesia jamur merang mempunyai prospek sangat baik untuk dikembangkan, baik untuk eksport maupun komsumsi dalam negeri (Sinaga, 2001). Kebutuhan jamur merang di pasaran luar negeri yang semakin meningkat menyebabkan budidaya jamur merang mempunyai prospek yang cukup cerah. Singapura misalnya, membutuhkan 100 ton jamur merang setiap bulan dan Malaysia membutuhkan jamur merang sekitar 15 ton tiap minggunya (Siahaan, 1990 dalam Sadnyana, 1999). Kebutuhan jamur merang di pasaran dalam negeri juga mempunyai prospek yang sangat cerah. Kebutuhan jamur merang untuk: Jakarta, Bogor, Sukabumi, Bandung, dan sekitarnya ratarata 15 ton setiap harinya (Gustam, 1983 dalam Sadnyana, 1999). Kebutuhan jamur merang

untuk kota Denpasar berkisar 500 kg tiap hari, sedangkan produksi jamur merang yang dihasilkan di Denpasar dan Bandung hanya 300 kg tiap hari (Hagutami, 2001). Bertitik tolak dari uraian di atas yang menerangkan pentingnya jamur merang, dilihat dari upaya pemanfaatan limbah pertanian, kesempatan berusaha, dan prospek ekonomisnya.

B. Budidaya Jamur Merang Sejarah mengatakan bahwa jamur telah di konsumsi sejak ribuan tahun yang silam baik itu jamur tiram maupun jamur yang lain. Pada awalnya jamur adalah makanan yang biasa di konsumsi oleh raja-raja mesir kemudian menyebar luas menjadi makanan masyarakat umum. Penduduk di daratan Cina sejak ribuan tahun silam telah menggunakan jamur sebagai bahan obat-obatan. Jamur pertama yang di budidayakan di daratan cina adalah jamur Merang (Volvariella volvaceae) pada pertengahan abad 17. budidayakan kira-kira sejak tahun 1950 an. Jamur tiram dapat di olah menjadi berbagai macam masakan, misalnya cah jamur saus tiram, mie ayam jamur dll. Kebutuhan jamur tiram di pasaran terus meningkat sehingga pembudidayaan jamur tiram terus di kembangkan di sana sini. Membudidayakan jamur tiram untuk dijadikan usaha keluarga adalah pilihan yang bagus Sebab usaha jamur tidak ada matinya, kebutuhan pasar akan jamur sangat besar selain untuk di olah menjadi masakan, jamur juga bisa di jadikan bahan obat-obatan. Pembudidayaan jamur merang caranya seperti berikut: 1. Pembuatan Kumbung a. Penentuan Lokasi : Sumber jerami Sumber air Jalan Di indonesia jamur merang mulai di

b. Persyaratan Kumbung : Dinding dalam dan atas menggunakan plastik polyetilen. Dinding luar menggunakan sterofoam.

Kumbung lebih baik ditempat

c. Perbedaan kumbung : Kumbung atas lancip : bila panas maka uap akan mengalir ke samping. Digunakan untuk kumbung yang memiliki satu rak ditengah. Kumbung atas datar : uap air akan jatuh ketengah-tengah kumbung. Digunakan untuk kumbung yang memiliki dua rak

2. Media Jerami Alang-alang Eceng gondok Batang jagung Kelaras pisang Kapur CaCO3 Dedak Limbah kapas Hampas sagu Hampas tahu Hampas tempe Hampas kapuk

3. Pembuatan Kompos Lapisan atas : kompos kapas Lapisan bawah : kompos jerami

4. Memasukkan Kompos 10 hari kompos jerami masuk kumbung, simpan setinggi 40 cm/rak. Lapisi 0,5 cm kompos kapas yang telah dikompos selama 1 bulan. Pasteurisasi sampai suhu 70C, pertahankan 4-5 jam.

Penanaman dilakukan bila suhu < 40C.

5. Pasteurisasi / Steam Lantai kumbung dibersihkan. Peralatan untuk wadah penanaman bibit harus disertakan dalam pasteurisasi. Semua ruang tertutup. Drum pasteurisasi diisi penuh, salurkan pipa ke dalam kumbung. Setelah mencapai 70C (biasanya setelah 7-8 jam). Suhu dipertahankan selama 4-5 jam Penanaman bibit dilakukan setelah istirahat 1 hari.

6.

Penanaman Bibit pH diusahakan mencapai 7 / netral. Peralatan untuk penanaman yang telah di pasteurisasi disiapkan untuk diisi bibit. Bibit log dihancurkan agar lembut. ( 1 log untuk 1m2) Bibit ditabur pada 2/3 media dari tinggi media / tengahnya tidak di tabur. Bibit sempilan di tanam di bawah media gulungan sebanyak 2 tempat tanam. Bisa juga dibuat bantalan di tiang danditanami bibit. Hari I : penanaman dilakukan sore hari. Hari II : pertumbuhan miselium diperhatikan. Hari III : Bila bibit telah keluar miselium, maka langsung disiram. - Bila bibit belum tumbuh, maka penyiraman dilakukan hari ke 4. - Penyiraman bibit dilakukan pada tengah hari pkl 13.00 Hari IV : mulai hari ke 4, pintu & jendela dibuka antara pkl 06.00-06.15. Hari V : jendela dibuka 15. Pintu di buka pkl 00.00 selama jam. Hari VI : jendela di buka 30 . Hari VII : jendela di buka 45. Hari VIII : jendela di buka 60-90 / bila jamur tumbuh besar. Panen selanjutnya jendela dibuka terus sampai selesai.

7. Pemeliharaan Media Penyiraman dilakukan 3 atau 4 hari setelah tanam. Untuk mengubah masa vegetatif menjadi masa generatif. Karena penyiraman dilakukan pada siang hari sehingga jamur menjadi stress dan mengubah fase tanam. Temperatur ruangan 34-36C. Temperatur media 34- 38C. Bila temperatur media mencapai 38C atau lebih maka akan tumbuh cendawan Monilia, tumbuh antara hari ke V VIII.

8. Panen a. Ciri jamur siap tanam : Bila masih ada tonjolan , panen dilakukan keesokan harinya. Bila bulat sudah merata , jamur siap panen.

b. Cara panen jamur : Lebih baik tidak menggunakan kuku tangan, tetapi menggunakan pisau yang telah disterilkan. Tinggalkan / sisakan sedikit pangkal buah jamur yang di panen. Media tidak boleh terangkat.

c. Penyebab menurunnya kualitas jamur merang (bercak-bercak): Pasteurisasi tidak matang Dedak tidak matang

d. Penyebab jamur pecah : Suhu terlalu tinggi Terlambat waktu panen.

Anda mungkin juga menyukai