Anda di halaman 1dari 29

NUTRISI PADA

PASIEN KANKER
OLEH :
MONNA MEDANI LYSABELLA
(091001185)

PEMBIMBING :
DR. ALBINER SIMARMATA, SP. B (K) ONK

PENDAHULUAN
Nutrisi

merupakan
bagian
penting
pada
penatalaksanaan terapi kanker, baik pada pasien
yang sedang menjalani terapi maupun dalam
pemulihan dari terapi. Pasien kanker mempunyai
risiko tinggi mengalami malnutrisi yang dikenal
sebagai kaheksia. Kaheksia kanker merupakan
masalah klinik yang paling sering dijumpai
terutama pada pasien kanker stadium lanjut, dan
memberi dampak negatif terhadap prognosis.

Penyebab

kaheksia kanker belum dapat dipastikan.


Di samping anoreksia, peningkatan keluaran energi,
perubahan metabolisme, jenis dan lokasi tumor
yang mengganggu saluran pencernaan mempunyai
peran dalam terjadinya kaheksia kanker.

Malnutrisi

pada pasien kanker juga merupakan


faktor yang berpengaruh pada keberhasilan terapi
medik termasuk radiasi dan kemoterapi.

Hubungan Nutrisi dan Kanker


Selama

25 tahun terakhir, penelitian menunjukkan bahwa diet,


aktivitas fisik, dan berat badan terutama obesitas merupakan
faktor risiko besar untuk perkembangan beberapa jenis kanker.

Semua

sel, termasuk sel kanker, dalam tubuh menggunakan


glukosa dari aliran darah tubuh untuk bahan bakar. Glukosa
didapat dari makanan yang mengandung karbohidrat,
termasuk buah-buahan, sayur-sayuran, gandum, dan produk
rendah lemak. Saat karbohidrat dalam diet tidak cukup,
beberapa glukosa bahkan diproduksi oleh tubuh dari makanan
yang mengandung protein melalui proses khusus.

Rangkaian

kesatuan dari kanker adalah diagnosis,


pengobatan, pemulihan, dan angka keselamatan hidup.
Satu dari kebanyakan masalah nutrisi yang dapat
muncul selama pengobatan kanker adalah malnutrisi.

Malnutrisi

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana


nutrisi berada dalam keadaan defisiensi, kelebihan, atau
ketidakseimbangan energi, protein, dan nutrien lainnya
yang menyebabkan efek samping terhadap fungsi tubuh
dan keadaan klinis.

Malnutrisi Pada Pasien Kanker


1. Anoreksia
Merupakan penyebab utama terjadinya kaheksia pada
kanker. Penyebab dan mekanisme anoreksia pada pasien
kanker sampai sekarang belum diketahui dengan jelas.
Produk metabolit kanker dapat menyebabkan anoreksia.
Metabolit kanker juga dapat menyebabkan perubahan
rasa kecap dan hidu. Perubahan rasa kecap
menyebabkan pasien tidak suka atau menolak makanan
tertentu. Stress psikologis yang terjadi memegang peran
penting dalam terjadinya anoreksia. Pemberian radiasi,
kemoterapi juga dapat menimbulkan anoreksia.

2. Perubahan Metabolisme
Metabolisme
energi
berkaitan
dengan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Pada pasien kanker, metabolisme zat
tersebut
mengalami
perubahan
dan
berpengaruh pada terjadinya penurunan
berat badan. Hipermetabolisme sering
terjadi pada pasien kanker.

A. Perubahan Metabolisme Karbohidrat


Yang sering terjadi adalah intoleransi
glukosa, diduga akibat dari peningkatan
resistensi insulin dan pelepasan insulin yang
tidak adekuat. Gangguan metabolisme
karbohidrat yang lain yaitu peningkatan
asam laktat.

B. Perubahan Metabolisme Protein


Terjadi peningkatan protein turn over,
peningkatan sintesis protein di hati,
penurunan sintesis protein di otot skelet,
dan peningkatan pemecahan protein
otot yang berakibat terjadinya wasting.

C. Perubahan Metabolisme Lemak


Yang paling utama adalah metabolisme asam
lemak bebas dari jaringan adipose dan
deplesi lemak tubuh total. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa penurunan
berat badan pada pasien kanker sebagian
besar disebabkan deplesi lemak tubuh.

3. Sitokin
Merupakan polipeptida yang diproduksi limfosit dan
makrofag sebagai respon imun endogen terhadap
tumor, seperti IL-1, IL-2, TNF dan interferon gama.
Sitokin dapat mempengaruhi status nutrisi dan
metabolisme pasien kanker dengan menyebabkan
penurunan
nafsu
makan,
stimulasi
lajur
metabolisme basal, stimulasi ambilan glukosa,
mobilisasi lemak serta cadangan protein.

Prevalensi Malnutrisi
Insidensi

malnutrisi pada pasien kanker berkisar


antara 30-85%. Pasien dengan kanker paru,
esofagus, perut, kolon, rektum, liver, dan pankreas
berada pada risiko yang paling tinggi. Hampir 20%
pasien meninggal akibat efek dari malnutrisi
daripada akibat kanker itu sendiri. Malnutrisi dapat
dihasilkan akibat proses penyakit, dari penggunaan
terapi kanker, atau keduanya.

Defisiensi Mikronutrien
Berbagai

komponen / zat dalam makanan dapat


berpengaruh dalam perkembangan kanker melalui
beberapa mekanisme termasuk gangguan metabolisme
karsinogen,
antioksidan,
peningkatan
diferensiasi,
hambatan pertumbuhan dan pengaturan imunologik.
Vitamin C dan E berfungsi sebagai antioksidan,
merangsang sistem imun, mengurangi nitrit yang
mencegah pembentukan nitrosamine yang berperan dalam
pembentukan sel tumor. Vitamin A mengontrol diferensiasi
sel dan berperan dalam pertahanan imunologis host.

Gangguan Elektrolit
Hiperkalsemia,

hiperfosfatemia,
hiperurisemia,
dan
hiperkalemia
berhubungan dengan tumor lysis syndrome
(TLS) yang sering terjadi pada limfoma
sebagai akibat rapid tumor breakdown baik
secara langsung akibat pertumbuhan tumor
yang cepat diikuti dengan kematian sel
tumor atau akibat terapi.

Pengaruh Malnutrisi pada


Pasien Kanker
Malnutrisi

dan kaheksia memberikan dampak


buruk terhadap struktur dan fungsi hampir
semua organ dan sistem tubuh yang akan
menyebabkan peningkatan kepekaan terhadap
infeksi, gangguan penyembuhan luka, toleransi
yang jelek terhadap terapi, menurunkan
kualitas hidup dan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas penderita kanker.

Penentuan Status Nutrisi


pada Pasien Kanker
1.

Anamnesis, perlu ditanyakan : berat badan


rata-rata pada 3 bulan terakhir, informasi
tentang
asupan
makanan
baik
jenis
makanan,
kemampuan
mengkonsumsi
makanan dan ha-hal yang berpengaruh
terhadapnya misalnya adanya nyeri, mualmuntah, sulit menelan, luka berbau dan
terapi yang sedang dijalani.

2.

Pemeriksaan fisik : adanya kulit kering, bersisik, atrofi


otot (muscle wasting) adanya edema pitting,
penurunan kekuatan otot dan cadangan lemak.
Pemeriksaan antropometri berupa BB, body mass index
(BMI= rasio BB/TB), ketebalan otot triceps (triceps
skinfold thickness) dan midarm muscle circumference.

3.

Pemeriksaan laboratorium : dengan menentukan kadar


protein serum terdiri dari albumin serum, transferin
dan prealbumin. Kadar prealbumin < 5 mg/dl
menunjukkan prognosis buruk.

Terapi Nutrisi
1. Tujuan Terapi Nutrisi
Mempertahankan
Mengurangi

atau memperbaiki status gizi

gejala sindrom kaheksia

Mencegah

komplikasi lebih lanjut berupa


deplesi sistem imun, infeksi atau sepsis sebagai
akibat malnutrisi.
Memenuhi

kecukupan mikronutrien.

2. Penilaian Status Nutrisi


Riwayat

nutrisi yang perlu diketahui meliputi


nafsu makan, asupan makan, perubahan pola
makan serta perubahan berat badan, tinggi
badan, tebal lemak subkutis, wasting jaringan,
edema atau asites. Pemeriksaan laboratorium
meliputi status protein yaitu albumin, transferin,
imbang nitrogen 24 jam dan pemeriksaan sistem
imun yaitu hitung limfosit total fungsi hati dan
ginjal, kadar elektrolit dan mineral serum.

3. Kebutuhan Nutrisi
A. Energi
Dapat ditentukan dengan menghitung keluaran
energi basal atau laju metabolisme basal,
menggunakan formula Harris-Benedict. Metode
lain : untuk mempertahankan status gizi asupan
kalori dianjurkan 25-35 kal/kgBB sedangkan untuk
menggantikan cadangan tubuh 40-50 kal/kgBB.

B. Protein
Kebutuhan protein untuk pasien kanker
dengan adanya peningkatan kebutuhan atau
pasien dengan hipermetabolisme atau
wasting yang berat dianjurkan 1,5-2 g/kgBB.
C. Lemak
Lemak dapat diberikan antara 30-50% dari
kebutuhan kalori total.

4. Kebutuhan Makronutrien
Beberapa penelitian mendapatkan data bahwa 50 60%
penderita kanker rawat inap mengalami abnormalitas
resting energy expenditur (REE) sehingga sulit untuk
menentukan kebutuhan kalori secara umum. Kebutuhan
kalori untuk tujuan maintenance adalah 115 130% dari
REE, sedangkan uintuk meningkatkan BB diperlukan
sampai 150% REE. Kebutuhan energi juga dapat
diperkirakan dengan cara perkalian sebagai berikut : BB x
30 35 kcal/hari. Kebutuhan protein adalah 0,8 1,2
gram per kg BB perhari. Pada penderita dengan malnutrisi
dapat diberikan 1,5 g/kg BB/ hari.

5. Kebutuhan Mikronutrien
Mikronutrien terdiri dari vitamin, mineral dan frace
elemen. Anjuran konsumsi vitamin adalah : Vitamin C 300
400 mg/hari namun beberapa peneliti menganjurkan
intake Vitamin C 300 1000 mg menurunkan resiko dari
penyakit kanker, Vitamin A ( carotene) sebagai anti
oksidan 25.000 50.000 IU, Vitamin E 100 400 unit/hari
sebagai antioksidan. Anjuran konsumsi kalium, natrium
dan chlorida masing-masing 45 145 meq/hari, calcium
60 meq/hari, magnesium 35 meq/hari, dan fosfat 23
mmol.

Cara Pemberian Nutrisi


1. Nutrisi Oral
Merupakan pilihan utama untuk dukungan
nutrisi. Namun pada pasien kanker yang
mengalami anoreksia, mual, perubahan
rasa kecap dan disfagia, pemberian
makanan per oral dapat menjadi masalah.
Untuk
dapat
meningkatkan
asupan
makanan pasien dianjurkan mengkonsumsi
makanan atau minuman berkalori tinggi.

2. Nutrisi Enteral
Pasien kanker dengan fungsi saluran cerna yang
masih baik, pemberian nutrisi dapat dilakukan
melalui enteral, bisa melalui nasogastrik,
lambung, duodenum atau jejunum tergantung
lokasi
kanker,
dan
pemberiannya
dapat
dilakukan secara bolus, intermiten atau kontinu.
Nutrisi enteral berguna untuk menormalkan
fungsi usus, lebih murah, kurang invasif dan
kurang risiko dibandingkan parenteral.

3. Nutrisi Parenteral
Pada pasien kanker memberikan risiko namun pada
keadaan tertentu perlu dipertimbangkan bila fungsi
saluran cerna tidak dapat digunakan atau jika terapi
nutrisi enteral tidak dapat mencapai nutrisi yang
adekuat. Nutrisi parenteral juga diperlukan untuk
pasien yang tidak dapat mentolerir penggunaan
saluran cerna akibat mual, muntah, obstruksi dan
malabsorpsi. Pasien kanker yang mendapat nutrisi
parenteral perlu dipantau dengan ketat untuk
mencegah komplikasi.

Pemantauan
Harus dilakukan secara rutin dan teratur,
meliputi perubahan status medis, status nutrisi,
dan hasil pemeriksaan laboratorium. Bila
terdapat perubahan maka perencanaan nutrisi
harus disesuaikan. Penyesuaian dapat berupa
perubahan pilihan makanan, waktu pemberian
makanan,
komposisi
nutrien
atau
cara
pemberian.

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo A.W. Setiyohadi B. Ahwi I. Simadibrata M. Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007 : Jakarta.
American Institute for Cancer Research. Healthy Eating and Activity for living
Well. A Cancer Nutrition Guide. 2010 : Live Strong Foundation.
Sauer AC. Improving Outcomes with Nutrition in Patients with Cancer. May
2012.
Cancer. Net. Nutrition Recommendations During and After Treatment.
Updated : 2014 March [cited : 2014 October 18]. Available from :
http://www.cancer.net/navigating-cancer-care/prevention-and-healthyliving/diet-and-nutrition/nutrition-recommendations-during-and-after-treatment
American cancer society. Nutrition for the person with cancer during treatment
: a guide for patients and families. 2012.
Stokowski LA. Food to fight cancer. Updated : 2013 November 20 [cited: 2014
October 18]. Available from : http://www.medscape.com/viewarticle/814581

TERIM
A

Anda mungkin juga menyukai