Anda di halaman 1dari 21

DAUD RASYID

Fenomena Inkar Sunah

Biografi Harun Rasyid


Lahir pada Senin, 3 Desember 1962 (5 Rajab
1382 H) di Tanjung Balai, Sumatera Utara
Putera tunggal Harun al-Rasyid dan Nurul Huda
Menempuh pendidikan formal (pagi sekolah,
sore madrasah), dan nonformal (malam dan hari
libur) di kyai dan ustaz di daerahnya
Melanjutkan studi ke IAIN Medan dan USU.
Lulus B.A dari IAIN, mendapat beasiswa AlAzhar

Pemikiran Umum Daud Rasyid


Kental akan warna Timur Tengah yang kaya
pandangan ulama klasik
Pandangan Ulama klasik jauh lebih otentik
Miskin analisis kritis khas critical study ala
barat
Metode modern menurutnya mengarah kepada
cara berpikir sesat

Karya Daud Rasyid


Al sunnah fi Indonesia : Baina Ansariha wa
Khusumiha
Mendeskripsikan variasi, format, dan tipologi
serangan terhadap Sunnah oleh para
cendikiawan Indonesia
Melalui buku tersebut, Daud Rasyid ingin
membela Sunnah dan menyeru kaum muslim
kembali pada sunnah.

Kerangka Memahami Hadits

Memahami sunnah disesuaikan dengan AlQuran (Fahmu sunnah fi Dhauil Quran)

Maksudnya Sunnah itu penjelas


Menambah yang belum ada dalam al-Quran
Contoh:
Quran mengharamkan bangkai, melalui sunnah
hukum itu dihapus untuk bangkai ikan
Thahuru wamahu wal hillu maytatahu
(Laut/Sungai itu suci airnyadan halal
bangkainya/ikan)

Menggabungkan hadits dalam satu pengertian


(Jamul ahadits fi maudhuin wahid)
Hadits bertentangan, digabungkan diperoleh satu
pengertian yang benar
Misal, ada hadis tentang isbalul izar (kain yang
melewati kedua mata kaki di neraka)
Bertentangan dengan hadits Abu Bakar yang
menyatakan tidak apa-apa kata Nabi kain Abu
Bakar melewati mata kakinya
ternyata akan masuk neraka jika dilakukan karena
sombong, setelah digabung dengan hadits
khulaya

Melihat hadits berdasarkan sebabnya (fahmu


hadits fi fi dhauI asbab wa mulabisat)
Seperti hadits antum alamu bi umuri dunyakum
(Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia
kalian)
Sebabnya, Nabi melewati sekelompok kaum di
Madinah sedang mengawinkan pucuk kurma
Kemudian Nabi mengucap kata-kata yang ditafsirkan
salah oleh kaum itu, sehingga gagal panen
Sehingga Nabi bersabda seperti itu, yang artinya
masalah sarana teknologi bukan masalah dasar yang
telah ada hukumnya dalam islam

Menghukumi hadits-hadits yang


bertentangan (fahmu at-taarudh fi
ahadits)
1. Digabungkan (thariqatul jami)
2. Dilihat sejarahnya (taarikh), jika tidak bisa
digabungkan pengertiannya dilihat dari waktu
keluar hadis, (yang lebih belakangan
menghapus yang depan)
3. Dipilih mana yang lebih kuat, jika dua cara di
atas tidak bisa juga, baru dilihat mana yang
lebih shahih dan dibuang yang kurang shahih.

Melihat pada isi hadits dan bukan pada


sarananya (An Nazhru ilal ushul la ll
wasail)
Contoh:
Hadits Nabi memakai gamis, ada juga hadis Nabi
memakai kain Yamani, baju Kisrawaniyyah, ushulnya
menutup aurat, bukan pada kainnya
Hadits Nabi memerintah memanah, ushulnya bukan
pada panahnya tapi pada belajar menggunakan
senjata
Hadits Nabi tentang berkuda, ushulnya mengendarai
kendaraan, bukan pada kudanya

Menegaskan apa yang ditunjukkan oleh


lafazh hadits (Taakkud dilalatu alfazh al
hadis)
Seperti pada hadits Laanallahal mushawwirin
(Allah melaknat para pelukis.
Penegasannya adalah jika dibuat untuk
diagungkan, dipuja, lukisan tiga dimensi (patung).
Gambar yang telah dipotong dan dijadikan bantal
oleh Aisyah ra tidak dilarang oleh Rasulullah

Tipologi Inkar Sunnah

Mengingkari Sunnah Secara Mutlak


Hanya menerima Al-Quran sebagai sumber
ajaran Islam dan menolak sunnah secara mutlak
Dikenal dengab jamaah inkar sunnah,
dimotori MuhammadIrham Sutarto
Tumbuh subur di Jawa Barat, seperti
Tasikmalaya, di Jawa Tengah, dan pinggiran
Jakarta

Lanjutan
Pokok ajaran mereka:
Taat kepada Allah dan Rasul, Tetapi Rasul telah wafat, maka
tidak ada lagi cara taat kepada Allah dan Rasul dalam arti
sebenarnya,
Allah mengajarkan Al-Quran kepada Rasul, Rasul
mengajarkan kepada manusia. Al-Quran satu-satunya
risalah yang dapat dipercaya dan tersisa, karena perkataan
Rasul telah berbaur dalam firman Allah, sehingga sunnah
tidak lagi dibutuhkan
Al-Quran hanya bisa dijelaskan dengan AL-Quran, Setiap
penjelasan diluar Al-Quran termasuk hawa nafsu. Sunnah
termasuk dalam kategori ini, sehingga tidak bisa jadi hujjah

Mengingkari Sebagian Sunnah


Menerima dan mengamalkan sunnah dalam
masalah ibadah, muamalah, nikah, dll
Mengingkari sunnah yang berkaitan dengan hal
ghaib, seperti isra miraj
Daud menyebut Syiah Indonesia berupaya
mengaburkan makna sunnah.
Syiah merupakan gerakan yang tumbuh berakidah
Sunni, pasca revolusi Iran.
Menimbulkan kegelisahan, cara berdakwah
terkesan memaksa.

Lanjutan
Bukti sikap keraguan kelompok ini terlihat pada
hadits, kalian lebih tahu tentang urusan dunia,
alasan mereka.
Bagaimana mungkin Nabi tidak paham dengan
kurma, mengingat Nabi hidup di tengah masyarakat
bercocok tanam kurma
Nabi mengisyaratkan untuk hal yang tidak
diketahuinya, mustahil bagi seorang Nabi
melakukannya, padahal dalam surah Al-Isra 36 dan
Janganlah kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui
Hadis memisahkan urusan dunia dan agama,

Lanjutan lagi
Tanggapan Daud Rasyid terhadap pandangan
Syiah tentang hadits Nabi kalian lebih tahu
tentang urusan dunia
Terkait dengan ketidaktahuan tentang kurma,
Nabi besar di Mekah di daerah gersang, dan
tidak memiliki lahan pertanian, sehingga wajar
bila tidak tahu.
Ijtihad Nabi menegaskan keterbatasaannya
sebagai manusia.

Lanjutan sekali lagi


Kedua, Mengenai ayat dan janganlah kamu
mengikuti yang tidak kamu ketahui adalah
masalah syariat
Hadits terkait mengenai persoalan dunia yang
mengacu pada hal teknis
Ketiga mengenai tuduhan hadis pembenaran
paham sekularisme, adalah tidak tepat, karena
hadits ini bersifat khusu, bukan ketentuan
hukum umum.

Mengingkari Sunnah yang terputus sanadnya


Jamaah ini dikenal Dar al-hadits atau Islam
Jamaah, dipelopori Haji Nur Hasan Ubaidah
Kelompok ini, mengakui sunnah, tetapi
mensyaratkan bersambung sanadnya (sanad
manqul).
Jika sanad tidak bersambung, maka harus
ditolak.
Mereka meyakini kesahihan berkaitan dengan
talaqqi (menerima secara langsung)

Titik Temu antara Harun Nasution dan Daud


Rasyid
Harun Nasution

Daud Rasyid

Corak pemikiran rasionalisme khas


mutazilah

Menganggap Timur Tengah segalanya


sebagai prototype studi Islam

Pandangan penulis
Membanggakan metodologi barat
yang membawa seseorang kepada
tipologi berpikir bebas dan
mencerahkan

Daud membawa stereotipe bahwa di


luar Timur Tengah era klasik batil dan
sesat

Kurang cocok untuk analisis objek


sakral, termasuk doktrinal Islam,

Tidak fair, membawa pola berpikir


stagnan

Harun kurang cermat membaca


Tidak menghargai perbedaan
sejarah, karena lebih menitik beratkan pendapat, terlalu berlebihan dalam hal
critical history daripada informasi
kecurigaan terhadap barat,
otentik sumber Islam

SIMPULAN
Harun Nasution( cenderung rasionalis), Daud
Rasyid (non liberal)
Hindari sikap truth claim, dengan melihat
karakter metodologi yang digunakan dan
publikasi yang dibangun keduanya dalam
membahas sunnah

Anda mungkin juga menyukai