Pengaruh Munculnya Ahl Al-Hadits dan Ahl Al-Ra’yu Terhadap Hukum Islam
1) Para sahabat Nabi yang tinggal di kuffah tidak sebanyak yang tinggal di Hijaz, sehingga
kekayaan hadist dan atsar yang mereka terima tidak sebanyak yang diterima penduduk Hijaz.
2) Di kufah mulai marak para pemalsu hadist, terutama dari kelompok syi’ah Rafidah, sehingga
ulama kufah lebih hati-hati dan lebih selektif dalam menerima hadist.
3) Kufah adalah kota yang lebih ramai dibanding Hijaz, berdekatan dengan wilayah Persia yang
sebelum memeluk agama islam, penduduknya sudah mempunyai perbedaan dan cara berfikir
yang maju (rasional). Disamping itu di kufah merupakan pusat pergerakan kaum syiah dan
Khawariz. Jadi kufah mengalami dinamika perubahan sosial yang lebih tinggi yang menuntut
pemikiran daripada sekedar mengandalkan teks hadist.
4) Menurut ulama kufah hukum syariat memiliki makna logis sehingga mereka berusaha
meneliti alasan-alasan dari setiap penetapan hukum dan menggali hikmah yang terkandung
didalamnya.
5) Ulama kufah mengikuti metode ijtihad guru mereka dari sahabat Nabi, Abdullah bin
Mas’ud yang dikenal mengikuti Umar bin Khatab yang banyak mengunakan daya analitis
memperhatikan pertimbangan kemaslahatan.
Karakteristik Ahl Al-Hadits dan Ahl Al-Ra’y
1. Ahl Hadist
Para sahabat yang tinggal dikota Madinah, diantaramya Zaid bin Tsabit, Ummu Mukminah,
Aisyah, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab, mereka adalah orang-orang yang terkenal tidak
condong kepada ra’yu dan tetap berpegangan pada Sunnah disamping hafalannya yang banyak.
Corak dari sebagian sahabat inilah yang kemudian ditiru oleh para murid-murid mereka dan menjadi
cikal bakal lahirnya madrasah hadist di negeri Hijaz.
Karakteristik fiqh pada madrasah ahl hadist
1) Ulama ahl hadist lebih mengutamakan Sunnah daripada logika. Mereka tidak
menggunakan ra’yu kecuali dalam masalah yang tidak ada nashnya dalam Al-qur’an, al-
sunnah, Ijma, ataupun pendapat sahabat.
2) Para pengikut aliran ini sangat komitmen dalam melaksanakan nash-bash zhahir dan tidak
begitu mempertimbangkan illat dan hikmah pensyariatan sebuah hukum.
3) Mereka para ahl hadist tidak menggunakan pendapat pribadi, kecuali jika sangat terpaksa
dan membatasinya dalam masalah realitas hidup yang memang perlu pendapat jawab.
Adapun maslah-masalah yang bersifat iftiradhi (pengandaian) mereka tidak
menggunakannya.
2. Ahl Ra’yu
Aliran ra’yu adalah mereka para fuqaha irak dalam metode ijtihadnya banyak di pengaruhi oleh
metode berfikir sahabat Umar bin Khatab dan Abdullah bin Mas’ud yang keduanya terkenal sebagai
sahabat yang banyak menggunakan ra’yu sebagai dasar penentuan hukum syari’at.
a. Karakteristik fiqih aliran ahl ra’yu
1) Para ahl ra’yu memberikan perhatian khusus terhadap pencarian ilat hukum dan hikmah
pensyariatan. Hal ini karena mereka menganggap bahwa syariat islam adalah syari’at maq’ul
al-makna, ia datang untuk mewujudkan kemaslahatan hamba sehingga perlu dicari rahasia
apa yang tersimpan dalam nash yaitu berupa illat diterapkannya syariat.
2) Penggunaan ra’yu tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang sudah terjadi, akan tetapi
juga terhadap berbagai permasalahan pengandaian yang belum terjadi justru mustahil terjadi
dan mereka sudah menuangkan logika (ra’yu) di dalamnya.
Pengaruh Ahl Al-Hadits dan Ahl Al-Ra’y terhadap Pembentukan Hukum Islam
Pada masa tabi’in ini para ulama’ dibedakan menjadi dua aliran yaitu Al-Hadits (madrasah al-
madinah), al-hadits ra’yu (madrasah al-kufah). Al-hadits adalah golongan yang banyak
menggunakan riwayat dan sangat berhati-hati dalam penggunaan ra’yu. Imam malik brpendapat
bahwa, ijma’ penduduk madinah merupakan hujjah yang wajib diikuti. Dalam perkembangan
selanjutnya aliran ini terpecah, seperti aliran maikiyah, syafi’iyah, hanbaliyah, dan hanafiyah.
Madrasah ahli hadis berhasil menjaga kesucian hadis nabawi sebagai sumber yang sangat subur
bagi hukum fiqh disebabkan begitu banyaknya masalah-masalah furu’iyah yang terkandung
didalamnya, memudahkan fiqh sebagai sebuah sumber hukum yang kaya lagi orisinal. Sedangkan
madrasah ar-ra’yi, ia juga memiliki jasa yang besar dalam menggali sumber hukum dengan segala
jenis, baik qiyas, istihsan, maslahat dan yang lain, menentukan syarat untuk mengaplikasianya.
Lebih jauh dari itu, madrasah ini berjasa karena sudah menjelaskan cara menafsirkan nash-nash
alquran dan sunnah. Dan perlu diketahui bahwa madrasah ahli ra’yi memiliki pengaruh yang lebih
besar dalam melahirkan fiqh islam yang fleksibel, mudah diaplikasikan dalam setiap zaman dan
tempat. Sebab betapa pun luasnya nash-nash sunnah tetapi pada dasarnya ia sangat terbatas,
sedangkan problematika dan hajatt terus bergerak dan tidak terputus tanpa batas. Tentu saja ini
membuat hadis tidak mampu meliputu semuanya tanpa adanya logika (ra’yi).
Perpecahan kaum muslimin dalam politik sebagaimana dalam gambaran politik, maka masing
masing golongan yaitu Khawarij dan syi’ah mempunyai kesenangan khusus. Pendukung ali
mempunyai kecenderungan kepada Ali dan keluarganya dan setiap orang yang ada pada setiap
partainya, Ia selalu menghindari perpecahan atas musuh-musuh dan orang-orang yang
memeranginya, Khawarij selalu cenderung kepada Abu BAkar, Umar dan orang yang mengikutinya,
dan mereka melepaskan diri dari Usmant, ali dan Mu’awiyah serta orang yang mengikuti mereka.
Pendukung Mu’awiyah atau jumhur islam lari dari dua golongan itu dan tidak menempatkan
timbangan untuk mereka.
Terpisahnya ulama’ muslimin dalam Negara-negara besar Islam, karena para sahabat-sahabat
pindah dari Madinbah ke tempat-tempat tinggal baru pada Negara-negara besra. Dan dikalangan
mereka lahirlah sekumpulan Tabi’in besar yang bersekutu dengan mereka dalam berfatwa dan para
sahabat mengakui mereka dalam hak persekutuan pada kedudukan ini.