Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TARIKH TASYRI’

AHL HADIS DAN AHL RA’Y

Makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah Tarikh Tasyri’

Dosen Pengampu: Dr. Rumadi,M.Ag

Disusun Oleh

Nur Syamsi Aulia 11170440000002

JURUSAN HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................2
PEMBAHASAN

A. Pengertian ahl Hadis dan ahl Ra’y……………………………....3


B. Latar belakang lahirnya ahl Hadis dan ahl Ra’y………………...4
C. Pengaruh ahl Hadis dan ahl Ra’y dalam Tasyri’………………..6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….7

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian
 Ahl Hadis
Ahl hadis adalah orang-orang atau golongan yang menetapkan hukum dengan
berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadis Nabi SAW saja. Mereka tidak mau
menetapkan hukum atas dasar ijtihad.1
 Ahl Ra’y
Ahl Ra’y adalah orang-orang atau golongan yang dalam menetapkan hukum itu
lebih banyak menggunakan sumber ra’yu atau ijtihad ketimbang hadis.

B. Latar belakang lahirnya ahl Hadis dan ahl Ra’y

Pasca wafatnya Rasulullah Saw. ijtihad merupakan trend keilmuan yang terus
berkembang mulai dari masa sahabat-sahabat besar sampai masa setelah mereka. Ijtihad
juga perna dijumpai pada masa Nabi Saw hidup namun tidak sebanyak ijtihad pada masa-
masa setelah wafatnya Nabi Saw. karna pada masa ini nabi berperan sebagai syari’
dimana ketika para sahabat menjumpai suatu kasus bisa langsung ditanyakan kebapa
beliau tanpa perlu adanya pertimbangan bahwa apa yang Nabi katakana kebenarannya
bernilai dzanniy.
Kebutuhan ijtihad semakin dirasakan oleh generasi setelah Rasulullah. Hal ini
disebabkan karna telah wafatnya rasulullah saw. sebagai sumber rujukan umat yang
darinya dapat kita ketahui adanya wahyu-wahyu Allah baik berupa wahyu al-matlhuw
atau wahyu ghairu mathluw yang diantaranya mencakup keterangan hukum-hukum
amaliah.
Keberadaan ijtihad dalam islam sangatlah dibutuhkan mengingat pada waktu
setelah kenabian masalah-masalah yang dihadapi umat semakin kompleks dan menuntut
adanya aktifitas tersebut untuk menjawab berbagai problematika umat. Islam adalah
agama yang menghendaki kemudahan bagi umatnya.

1. Latar belakang lahirnya ahl Hadis


Yang melatar belakangi lahirnya aliran ahl Hadis diantaranya adalah:
a. Penduduk Hijaz mewarisi kekayaan hadis dan Atsar dari para sahabat yang
banyak tinggal di Hijaz, seperti ketetapan abu bakar, Umar, Usman dan lain-lain.
b. Negeri Hijaz yang secara geografis berada di pedalaman semenanjung arab,
relative tidak menemukan banyak dinamika perubahan social. Letak geografis
Madinah yang jauh dari medan perselisihan beberapa golongan, seperti khawarij
dan syi’ah yang terjadi pergulatan politik di Iraq. Terlepas dari semua itu, pola
pemikiran penduduk Madinah waktu itu banyak dipengaruhi oleh pemikiran

1
Shadlily,Hassan.Ensiklopedia Indonesia.(Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve) hal 115

3
ulama-ulama sebelumnya yang sangat berlandaskan nash-nash, serta menjauhi
nalar akal dan qiyas, seperti Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar.
c. Banyaknya hadis dan atsar yang mereka terima serta ditunjang dinamika sosial
yang lebih statis menyebabkan mereka kurang menggunakan daya analisis. Oleh
karna itu ulama’ Hijaz lebih mencukupkan diri dengan memegangi text-literalis
nash dalam menghukumi sesuatu kasus yang muncul ditengah-tengah mereka.
d. Pengaruh dari guru mereka yang memang Ra’yu sangatlah sedikit yaitu hanya
dalam keadaan yang memang membutuhkan untuk dipergunakan. Diantaranya
adalah Abdullah bin Umar yang sangat tergantung pada hadis dan atsar yang
sangat hati-hati dalam menggunakan ra’yu.

Komitmen para ulama’ Madinah terhadap sunnah dan tidak mengambil logika (ra’yu)
yang kemudian melahirkan madrasah ahl Hadis disebabkan oleh beberapa factor,
diantaranya sebagai berikut:
a. Banyaknya para sahabat yang menghafal hadis Rasulullah Saw di Madinah karna
yang menetap dikota ini ternyata lebih banyak dari pada yang berhijrah dinegri
lain. Dengan demikian, sangat muda untuk mendapat hadis Nabi Saw. di negri
Hijaz, selain disitu juga menetapnya tiga khalifah yang menjadikan Madinah
sebagai pusat pemerintahan, fatwa dan qhada mereka sangatlah terkenal, mereka
juga bebas dari fitnah khawarij dan syi’ah, serta kelompok radikal. Oleh sebab itu
tidak ada pemalsuan hadis dikota Madinah yang yang kemudian dinisbatkan
kepada Rasulullah Saw., semua ini memudahkan mereka untuk mengawasi hadis
sehingga tidak perlu mengambil pendapat pribadi.
b. Sedikitnya problematika yang muncul, karna syariat turun dinegri ini selama 23
tahun sehingga semua bisa dijadikan corak islam yang murni. Munculnya masalah
baru yang tidak ada nash.nya sangat sedikit sekali, terutama pada masyarakat
yang ada pada waktu itu (zaman Tabi’in) mereka hidup dalam suasana
perkampungan dan tidak perlu menggunakan pendapat pribadi.
c. Para tabi’in yang ikut denagn gaya guru-gurunya dari kalangan sahabat seperti
Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umnar, dan Aisyah. Mereka ini sangat terkenal
berkomitmen tinggi dengan sunnah dan tidak memakai pendapat pribadi.2

2. Latar belakang lahirnya ahl Ra’y


Diantaranya factor yang melatar belakangi lahirnya ahl ra’y adalah sebagai berikut:
a. Para sahabat nabi yang tinggal di Kufah (Iraq) tidak sebanyak yang tinggal di
Hijaz. (Madinah), sehingga kekayaan hadis dan atsar yang mereka terima tidak
sebanyak penduduk Hijaz. Penduduk madinah mempunyai pembendaharaan hadis
yang mereka jadikan pedoman dalam menetapkan hokum karna Madinah adalah
tanah air Nabi. Sedang ahli fiqhi Iraq kurang didukung oleh pembendaharaan
2
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh tasyri’ al-islamiy, alih bahasa:Nadirsyah Hawari, Tarikh Tasyri’ Sejarah legislasi hukum
islam , (Jakarta:azmah,2009) Hal 93-94

4
hadis seperti ini, sehingga dalam menetapkan hukum, mereka menggunakan
kekuatan akal pikiran, mereka berijtihad dalam memahami tujuan nash dan sebab-
sebab ditentukannya hukum tersebut.3
b. Setelah terbunuhnya khalifah Usman, kemudian berlanjut dengan perang jamal
yang menutut balas atas darah Usman. Mu’awiyah tidak mengakui kekhalifaan
Ali bin Abi Thalib sehingga meletus perang Siffin. Setelah peristiwa tahkim
muncul kaum khawarij dan Syi’ah. Kericuhan it uterus berlanjut sampai
terbunuhnya Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Setelah itu bani umayyah menguasai
pemerintahan dengan cara paksa. Kelompok khawarij, syi’ah dan bani umayyah
satu sama lain saling bermusuhan dan saling menumpahkan darah. Sejak itu mulai
timbul hadis-hadis palsu yang dibuat untuk memperkuat kelompoknya masing-
masing. Kelompok syi’ah Rafidha yang bermarkas dikufah dikenal paling banyak
membuat hadis palsu. Para ahli fiqhi di Iraq menyaksikan aksi pemalsun
hadis,sedang ahli fiqhi Madinah tidak menyaksikannya. Dengan latar belakang
tersebut selanjutnya para ulama Iraq sangat berhati-hati dalam menerima
periwayatan hadis. Mereka hanya menerima hadis-hadis yang benar-benar sudah
popular dikalangan ahli fiqih saja. Kalau mereka mendapatkan suatu hadis yang
muatannya dipandang tidak relevan dengan hikmah atau tujuan penetapan hukum
dengan syari’at, maka mereka mentakwil hadis atau memalingkannya.
c. Kufah adalah kota yang lebih rame dibandingkan Hijaz, berdekatan dengan
wilayah Persia yang sebelum memeluk islam,penduduknya sudah mempunyai
peradaban dan cara berpikir yang maju (rasional). Disamping itu di Kufah
merupakan pusat pergerakan kaum syi’ah dan khawarij. Jadi di Kufah mengalami
dinamika perubahan social yang lebih tinggi dan menuntut pemikiran dari pada
sekedar mengandalkan teks hadis. Sehingga terjadi kecenderungan untuk
menggunakan analisis ketika menerapkan hukum dalam suatu masalah. Ibrahim
al-Nakha’I berkata,” ketika saya mendengar satu hadis, saya mampu untuk
mengqiyaskan kepadanya seratus permasalahan”.
d. Menurut ulama’ Kufah, hukum syari’at memiliki makna logis (maqul al-makna)
sehingga mereka berusaha meneliti alasan-alasan dari setiap penetapan hukum
dan menggali hikmah yang terkandung didalamnya.
e. Ulama Kufah mengikuti metode ijtihad guru mereka dari sahabat nabi Abdullah
bin Mas’ud yang pernah tinggal dan menetap di Kufah, dikenal sebagai penerus
Umar bi Khattab yang banyak menggunakan daya analisis memperhatikan
Qarinah, maqhasid syari’ah dan pertimbangan kemaslahatan.
f. Kufah jauh dari bumi nabi dan hadis, Kufah merupakan Negara yang terbuka
untuk semua kebudayaan dan peradaban lain. Dengan adanya aalasan tersebut
maka para fuqaha yang dihadapkan pada problematika permasalahan hukum
dituntut untuk menyelesaikannya secara cepat, maka secara terpaksa mereka
3
Abdul Wahab Khallaf, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2002), hal 89

5
mengerahkan kemampuan yang mereka miliki dengan pemilahan mereka sendiri
yang dasarnya bersumber pada al-Quran dan Hadis. Dengan selalu menggunakan
rasionya fuqaha Iraq mendapatkan keistimewaan sendiri, yaitu mereka bias
memprediksikan suatu peristiwa yang akan terjadi sekaligis menetapkan
hukumnya. Contohnya pada zaman itu belum ada yang namanya memindahkan
anggota tubuh ( diantaranya cangkok paru-paru) tapi mereka sudah memberikan
rambu-rambu hukum tentang permasalahan tersebut.

C. Pengaruh Ahl Hadis dan Ahl Ra’y dalam Tasyri’

Pengaruh ahl hadis dan ahl ra’y ini bisa dilihat pada bidang ilmu fiqh dan objek
kajiannya. Berbagai kajian dan diskusi metodologi dalam menentukan hukum bagi setiap
permasalahan yang muncul telah memberikan pengaruh yang besar bagi pembentukan
kaidah, istinbat illat hukum, dan hikmah dari sebuah pensyariatan. Apapun penilaian kita
terhadap dua madrasah ini, yang pasti mereka telah memberikan kesan yang baik dan
berdaya guna bagi kebangkitan dan kemajuan Tasyri’ atau hukum islam.
Madrasah ahl hadis berhasil menjaga kesucian hadis nabawi sebagai sumber yang
sangat subur bagi Tasyri’ atau hukum islam disebabkan begitu banyaknya masalah-
masalah furu’iyah yang terkandung didalamnya, memudahkan fiqhi sebagai sebuah
sumber hukum yang kaya lagi original.
Sedangkan bagi madrasah ahl ra’y, iya juga memiliki pengaruh yang besar dalam
menggali sumber hukum dengan segala jenis, baik qiyas, istihsan, maslahat mursalah,
dan lain sebagainya. Ahl ra’y juga berjasa karna sudah menjelaskan cara menafsirkan
nash-nash Al-Quran dan sunnah, perlu diketahui juga bahwa Ahl Ra’y memiliki pengaruh
yang lebih besar dalam melahirkan Tasyri’ atau hukum islam yang fleksibel, muda di
aplikasikan dalam setiap perkembangan zaman dan tempat. Sebab betapa pun luasnya
nash-nash sunnah tetapi pada dasarnya ia sangat terbatas sedangkan problematika dan
hajat terus bergerak dan tidak terputus tanpa batas , tentu saja ini membuat hadis tidak
mampu meliputi semuanya tanpa adanya lagika (ra’yi).4

DAFTAR PUSTAKA

4
Nadirsyah Hawari, Tarikh Tasyri’, (Jakarta,Azmah,2009) hal 99

6
Hawari,Nardiansyah, Tarikh Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum Islam. Jakarta:Azmah,2009.

Khallaf, Abdul Wahab, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2002.

Khalil,Rasyad Hasan, Tarikh tasyri’ al-islamiy, alih bahasa:Nadirsyah Hawari, Tarikh Tasyri’
Sejarah legislasi hukum islam . Jakarta:Azmah,2009.

Anda mungkin juga menyukai