Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH SOSIAL HUKUM ISLAM

AHL AL-HADITS DAN AHL AL-RA’YI

PENDAHULUAN
Suatu pemikiran dan aliran hukum yang berkembang di suatu masa tidaklah bisa dikatakan
berdiri sendiri tanpa dihubungkan dengan masa sebelumnya karena masa sekarang ini
sangatlah berkaitan erat dengan proses sejarah dan keadaan sosio-kultural tempat dimana
aliran-aliran tersebut dilahirkan. Dalam arti sistematikan hasil pemikiran yang berkembang
tersebut merupakan kelanjutan yang memiliki hubungan erat dari proses sosio-historis dari
tindakan, hasil-hasil atau produk pemikiran hukum dari masa sebelumnya. Berbagai aliran-
aliran hukum Islam yang berkembang yang kemudian membentuk mazhab yang
tersistematiskan itu memiliki hubungan erat dengan aliran yang berkembang sebelumnya.
Berbagai aliran tersebut marupakan bagian dari proses pembentukan banyak aliran hukum
islam di masa tabi’in.
Dalam perkembangannya terdapat dua aliran dalam mengistimbatkan hukum islam yaitu ahlu
hadist dan ahlu ra’yi. Hal ini dipengaruhi oleh oleh guru, sosial-kultur, geografis dan lain
sebagainya. Ahlul hadist sendiri merupakan kelompok sahabat yang sangat berpedoman
terhadap sunnah rasul (ahl al-hadits). Kemudian kelompok yang kedua lebih mendasarkan
pada persoalan yang akan datang kemudian serta juga didasarkan pada pemikiran maupun
ijtihad dikenal dengan ahl al-ray (Choiri: 2015).
 PENGERTIAN
Ahlul Hadits adalah orang-orang atau golongan yang dalam menetapkan hukum berpegang
teguh kepada Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad Shallahu'alaihi wassalam.[1] Mereka
juga umum disebut golongan Atsari dan Hanbali (berkaitan tapi tidak selalu sama
dengan mazhab Hanbali di ranah fiqih).[1] Istilah ini timbul pada masa ke dua dari sejarah
pembinaan hukum Islam, dimulai sejak wafatnya Rasulullah dan diakhiri pada pertengahan
abad ke-2 Hijriyah.[1] Masa ini dinamai pula dengan periode sahabat.[1] Dalam menetapkan
hukum, sebagaian para sahabat Nabi dan pengikutnya membatasi diri pada sumber hukum
yang terdiri dari AlQur’an dan Hadits.Mereka berpegang teguh pada dalil naqli (AlQur’an
dan Hadits) untuk memurnikan ajaran Islam dari sumber sumber yang tidak jelas. Adapun
jika suatu permasalahan tidak memiliki dalil maka mereka akan menggunakan ijtihad dan
juga qiyas yang tentunya memiliki syarat syarat yang ketat sebagai kehati-hatian dalam
membuat cabang hukum baru. Allahu a'lam.
Al Ra’yu - Menurut (Ismatullah:2011) dalam kitab Abdul Wahhab Khallaf, Al-Ijtihad bi al
Ra’yi, secara harfiah Al Ra’yu merupakan perenungan. Selain itu, Secara bahasa, Al Ra’yu
memiliki arti pendapat dan pertimbangan. Kata ini merupakan bentuk masdhar dari wazan
fa’lin. Bisa juga berarti mengetahui dengan keyakinan hati. Akan tetapi, yang paling lazim
dalam makna awalnya, Al Ra’yu digunakan untuk menyebutkan pertimbangan yang matang
dari akal manusia. Oleh karena itu, tradisi arab menyebut Zu Ra’yi bagi orang-orang yang
mempunyai pertimbangan dan kematangan mental.
Ahmad Hasan berpendapat bahwa Al Ra’yu itu merupakan suatu hal yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang diambil dengan akal, yang serta memiliki konotasi yang sama
dengan ijtihad.
Membahas Ahlul Ra’yi yang dipelopori oleh Imam Abu Hanifah, hal tersebut tidak terlepas
dari manhaj sahabat. Begitupun dengan madrasah Ahlul Hadis di madinah. Madrasah Ahlul
Ra’yi biasa juga disebut madrasah Kufah. Madrasah Ahlul Ra’yi merupakan sebuah aliran
pemikiran yang banyak menggunakan akal dalam melakukan ijtihadnya. Bukan berarti,
menolak Hadis.

 LATAR BELAKANG

Ahl alhadits
Sesuai dengan namangya maka ahl al-hadits merupakan kelompok dimasa tabi’in yang dalam
pelegeslasian hukum islam lebih dominan menggunaan hadis, kelompok ini berkembang di
hijaz(Mekkah, Madinah dan Thaif).
Tercatat pada Masa pemerintahan Umar bin Khattab, kekuasaan Islam bertambah luas. Hal
ini menyebabkan tersebarnya para sahabat dan para tabi’in ke berbagai kota untuk menjadi
hakim dan mufti. Masyarakat setempat juga belajar kepada mereka mengenai urusan-urusan
agama dan dari mereka pula masyarakat mempelajari serta memahami Alquran dan hadis.
Walaupun di pada masa itu masyarakat telah mempunyai kebudayaan atau tradisi lain yang
mempengaruhinya, namun para fuqaha bisa menimbulkan pengaruh baru. Karena itu bisa
dipahami bahwa hal tersebutlah yang menjadi penyebab perkembangan fiqih di daerah-
daerah itu. Pertama, lingkungan. Kedua, penggunaan sistem atau metode yang digunakan
oleh para fuqaha dalam menyingkap hukum, Oleh karena itu kota-kota yang didiami sahabat
merupakan suatu madrasah yang memiliki corak tersendiri. Golongan ahlu hadis ini
mayoritas tinggal di Madinah, oleh karena itu karateristik dan kecenderungan ahli hadis ini
bisa dipahami karena di Madinahlah Nabi berkumim, yang menyebabkan masyarakat yang
tinggal di Madinah ini diyakini mencerminkan tipe ideal yang mengacu pada sunnah Nabi
Mihammad SAW (Syatifuddin: 1997).
factor – factor yang melatarbelakangi kemunculan kelompok ahl al-hadis d hijaz
1. Adanya ketertarika terhadap metode yang digunakan guru-guru merka terutamma
Abdullah bin umar yang sangat kuat berpegang pada hasis
2. Banyaknya hadis yang mereka peroleh sebab sahabat yang hidup pada zaman nabi
banyak yang tingaal di hijaz terutama mekkah dan Madinah
3. Gaya hidup orang hijaz yang eksklusif dan cenderungs statis dan tidak seheterogen di
Iraq
4. masalah-masalah baru yang memerlukan fatwa sangat minim sekali, hal ini di
samping karena penduduknya cukup homogen dan juga jarang terjadi pergolakan
seperti di Iraq

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ulama Hijaz menjadi Ahlul Hadis bisa
disimpulkan sebagai berikut:
1. Mereka terpengaruh oleh jalan pikiran guru mereka yang terlalu sangat berpegang
pada nash-nash dan sangat teliti dalam menggunakan ijtihad bi Al Ra’yi. misalnya
Ibnu Abbas, Zubair, Abdullah bin Umar bin Khattab, dan Abdullah bin Amr bin Ash.
2. Mereka banyak menghafal hadis-hadis Nabi muhammad saw dan fatwa sahabat, serta
masa itu sedikit terjadi peristiwa baru yang tidak terdapat bandingannya di masa
sahabat
3. Mereka hidup dalam keadaan permulaan perkembangan Islam, dimana pada saat itu
mereka diminta berfatwa tentang suatu masalah, maka terlebih dahulu mereka
memeriksa Kitabullah, kemudian hadist Nabi saw, kemudian Fatwa sahabat. Mereka
baru menggunakan Al Ra’yu jika tidak ditetapkan hukumnya dalam al-quran dan
hadits.
4. Terpencarnya domisili para ulama di berbagai kota pusat pemerintahan (Madinah).

Ahlul Ra’yi
Pada periode awal Islam, kecenderungan penggunaan Al Ra’yu sebagai alat ijtihad sudah
menjadi fenomena yang tersendiri. Hal ini sangat dimaklumi mengingat salah satu alat pokok
untuk melakukan ijtihad adalah Al Ra’yu
Mengacu pada pembahasan ahl al-hadis . Di antara faktor yang melatar belakangi munculnya
Ahlul Ra’yi adalah sebagai berikut:
1. Para Sahabat Nabi yang tinggal di Kufah tidak sebanyak yang tinggal di Hijaz,
sehingga kekayaan hadis yang mereka terima tidak sebanyak yang diterima penduduk
Hijaz.
2. Di Kufah mulai marak para pemalsu hadis, terutama dari kelompok Syiah Rafidah,
sehingga ulama Kufah lebih hati-hati dan lebih selektif dalam menerima hadis.
3. Kufah adalah kota yang lebih ramai dibanding Hijaz, berdekatan dengan wilayah
Persia yang sebelum memeluk agama Islam, penduduknya sudah mempunyai
peradaban dan cara berpikir yang maju (rasional). Di samping itu di Kufah merupakan
pusat pergerakan kaum Syiah dan Khawarij. Jadi di Kufah mengalami dinamika
perubahan sosial yang lebih tinggi yang menuntut pemikiran daripada sekadar
mengandalkan teks hadis.
4. Menurut ulama Kufah, hukum syariah memiliki makna logis (maqul al-ma’na)
sehingga mereka berusaha meneliti alasan-alasan dari setiap penetapan hukum dan
menggali hikmah yang terkandung di dalamnya.
5. Ulama Kufah mengikuti metode ijtihad guru mereka dari sahabat Nabi Abdullah bin
Mas’ud yang dikenal mengikuti Umar bin Khattab yang banyak menggunakan daya
analitis memperhatikan karinah, maqasid al-syari’ah dan pertimbangan kemaslahatan

 KARAKTERISTIK

 KATEGORISASI ULAMA AHL-HADITS DAN AHL AL-RA’YI

Anda mungkin juga menyukai