terletak di Jalan Kepanduan II, Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara. Kalijodo berasal dari kata 'Kali dan Jodo'. Kali yang berarti sungai, merujuk pada Kali Angke yang memang ada di lokasi itu. Sementara kata 'Jodo' berasal dari tradisi pencarian jodoh yang memang kerap dilakukan di lokasi tersebut.
Histori nama Kalijodo sendiri berawal dari
kebiasaan masyarakat di zaman itu, terutama warga Indonesia keturunan Tionghoa yang kerap mengadakan tradisi perayaan Peh Cun di Kali Angke.Pada masa itu, air di Kali Angke masih begitu jernih dan bersih. Sebagian lokalisasi itu masuk wilayah Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Puluhan wisma dan diskotik dua lantai berdiri di sepanjang jalan hampir 1 kilometer itu.
Wilayah itu disebut Kalijodo karena
bantaran kali di sana pada 1950-an menjadi tempat nongkrong muda-mudi Jakarta hingga banyak yang berjodoh. Selama 20 tahun, ketika pendatang kian banyak, kali menjadi kotor dan Kalijodo menjadi tempat selingkuh, hingga akhirnya menjadi lokasi prostitusi pada 1970.
Sesuai dengan namanya, Kalijodo, sejak masa-masa
penjajahan Belanda dikenal sebagai tempat mencari cinta. Di tahun 1930-an, banyak pemuda single yang datang ke Kalijodo untuk mencari pasangan. Ada juga pasangan muda-mudi yang pacaran sambil menikmati sore di Kalijodo. Banyaknya pengunjung yang datang ke Kalijodo kemudian diikuti munculnya warung-warung yang menjajakan aneka makanan dan minuman.
Bahkan sampai abad ke-21,Kalijodo selain
menjadi tempat perjudian ilegal, juga sebagai tempat prostitusi liar. Kawasan ini dikenal sebagai tempat prostitusi murah, tapi bergaya mewah. Para wanitanya pun mendapat gaji per bulan oleh muncikarinya.
Kalijodo dan Tradisi Peh Cun
Banyak warga Indoneia keturunan Tionghoa
yang merayakan Tradisi Peh Cun di Kali Angke.
Dalam tradisi tersebut, laki-laki dan
perempuan melintasi Kali Angke dengan menaiki perahu yang berbeda. Setiap perahu diisi oleh tiga sampai orang laki-laki atau perempuan. Di perahu tersebut, si lakilaki akan melihat ke perahu yang berisi perempuan. Jika ada yang ditaksir oleh lakilaki itu, maka dia akan melempar sebuah kue ke arah sang perempuan.
Kue yang dilempar bernamationg cu pia,
yakni kue dari campuran terigu yang di dalamnya ada kacang hijau.Kue yang sama akan dilempar oleh si perempuan kalau dia juga menyukai laki-laki yang melemparinya kue. Meski perayaanPeh Cundiikuti oleh warga keturunan Tionghoa, warga lainnya yang tinggal di sepanjang aliran Kali Angke dulu suka menonton perayaan tersebut. Keriuhan perayaan tersebut menjadi hiburan tersendiri bagi para warga.
Potret kehidupan malam di
Kalijodo Geliat kehidupan malam di sisi timur bantaran Kanal Banjir Barat (KBB) mulai terasa. Para perempuan dengan dandanan mencolok dan busana minim mulai keluar dari warung remang remang untuk mencari mangsa para lelaki hidung belang. tempat itu adalah Kalijodo, lokasi prostitusi dan tempat hiburan malam yang sudah melegenda di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara.
Kawasan ini begitu terkenal di kalangan
para pegiat kehidupan malam di ibu kota. Tempat ini menjadi sangat terkenal lantaran menjadi tempat lokalisasi kelas menengah ke bawah. Sebab tarif disini bisa dikatakan terjangkau, sekitar Rp 100.000-Rp 200.000 untuk sekali 'main Dari 100-200 ribu tarifnya, tergantung dari umur
Para wanita Pekerja Seks Komersial (PSK)
yang biasa mangkal di tempat ini usianya bervariatif, mulai dari anak baru gede (ABG) hingga wanita paruh baya tersedia.dari yang usianya masih belasan sampai yang udah 50 tahunan juga ada. Dan Dari tarif yang cukup terjangkau dan pilihan (PSK) yang cukup beragam itulah yang membuat kawasan ini setiap malamnya selalu disesaki para pelancong.
Kondom berserakan dengan sampah di salah satu kamar di
sebuah kafe yang mulai ditinggalkan di Kalijodo, Jakarta, Kamis (18/2). Lokalisasi itu mulai ditinggalkan penghuni sejak berkembangnya wacana penggusuran kawasan Kalijodo
Solusi untuk warga
kalijodo
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama mengatakan, Pemprov DKI telah menyiapkan beberapa solusi bagi warga Kalijodo setelah dilakukan penertiban di kawasan yang kerap dijadikan sebagai tempat lokalisasi itu.
1.
2.
3.
warga yang mempunyai KTP diberikan
kesempatan untuk berdagang dibawah naungan PD Pasar Jaya dan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI warga yang mempunyai KTP akan direlokasi ke beberapa rumah susun (rusun) yang masih tersedia. bagi warga yang tidak memiliki KTP DKI Jakarta, maka akan dikembali ke kampung halamannya