Anda di halaman 1dari 81

Presentasi Kasus

Pembimbing: dr. Rini Sulviani, Sp.A, M.Kes


Oleh: Alvin Johan (2014-061-047)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
RSUD R. SYAMSUDIN, SH, SUKABUMI
2016

Identitas pasien
Nama Pasien
Usia
Jenis Kelamin

: An. H
: 7 tahun 10 bulan
: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Kopeng, Gunung putri

Tanggal Masuk

: 17 Agustus 2016

Tanggal Pemeriksaan

: 20 Agustus 2016

Identitas orang tua


Orang Tua

Ayah

Ibu

Nama

Tn. F

Ny. C

Usia

43 tahun

24 tahun

Suku Bangsa

Sunda

Sunda

Agama

Islam

Islam

Alamat

Jl. Kopeng, Gunung putri

Jl. Kopeng, Gunung putri

Pendidikan

SMA

SMA

Pekerjaan
Penghasilan

Wiraswasta
2 juta rupiah/bulan

Wiraswasta
2-3 juta rupiah /
bulan

Anamnesis
(Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu dan
ayah pasien, serta data primer diambil dari rekam
medis RSUD R. Syamsudin, SH)

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan
Utama
Keluhan
tambah
an

Kejang sekitar 2 jam


SMRS

Batuk sejak 2 minggu SMRS


Sakit kepala
Muntah
Pandangan Kabur

Riwayat Penyakit Sekarang


Hari Masuk Rumah Sakit
(17 Agustus 2016)

Kejang (+)
Pasien kejang saat sedang berbaring. Kejang kelojotan pada tangan dan kaki, disertai mata yang
mendelik keatas dan mengompol. Saat kejang pasien tidak sadar. Kejang berlangsung 2 kali,
sekitar 2-3 menit untuk setiap episode kejang, kejang pertama dan kedua berjarak sekitar 30
menit dan pasien tertidur diantara kejang. Selama kejang berlangsung orang tua pasien tidak
melakukan intervensi apapun. Demam (-) Riwayat kejang demam (+) saat pasien berusia 1
tahun. Sejak kejang sampai pemeriksaan dilakukan kesadaran pasien menurun, pasien menjadi
terus tidur, sulit dibangunkan, dan kadang mengigau
Keluhan lain seperti batuk,nyeri kepala, muntah, dan pandangan kabur masih dirasakan sama,
tidak membaik ataupun memburuk.

Intervensi : Pasien dibawa ke IGD RSUD Syamsudin

Riwayat Penyakit Sekarang


2 Minggu SMRS

Batuk (+)
Pasien mulai batuk berdahak, dahak tampak berwarna keputihan,
tidak disertai darah. Batuk hilang timbul sepanjang hari, dengan
intensitas yang tidak teralu parah. Demam (-), Sesak (-), Pilek (-)
Nyeri menelan (-)

Intervensi : Berobat ke klinik dokter umum, mendapat obat batuk dan penurun
panas
Keluaran :Keluhan tidak membaik, tetap ada

Riwayat Penyakit Sekarang


12 Hari SMRS

Sakit Kepala (+)


Dirasakan seperti ditekan, terutama pada daerah belakang kepala dan leher
belakang. Sakit kepala dirasakan terus menerus tapi nyerinya tidak terlalu
berat dan tidak mengganggu aktivitas. Sakit kepala tidak memberat oleh
pergerakan atau saat melihat cahaya
Muntah (+)
Pasien biasanya muntah sesudah menghabiskan makanannya, muntah berisi
cairan bening bercampur sisa makanan, tanpa disertai darah ataupun cairan
kehijauan. Muntahan pasien biasanya berkisar 200 cc. Dalam sehari pasien
muntah sekitar 1-2 kali. Muntah tidak disertai rasa mual.
Intervensi : Berobat ke klinik 24 jam mendapat obat anti muntah, antibiotik, obat
panas

Riwayat Penyakit Sekarang


1 Minggu SMRS

Pandangan kabur(+)
Pasien mengeluhkan pandangan matanya kabur, terutama pandangan mata kirinya.
Pasien jadi sering menutup mata sebelah kirinya saat melihat sehingga
pandangannya menjadi lebih jelas. Pandangan mata kabur tidak disertai keluhan
mata merah, tidak ada keluhan mata yang sakit, saat pasien melihat cahaya, mata
tidak terasa nyeri dan tidak tampak bayangan pelangi.
Keluhan lain seperti batuk,nyeri kepala, dan muntah masih dirasakan sama, tidak membaik
ataupun memburuk.

Intervensi : Keluaran :Keluhan tidak membaik, tetap ada

Riwayat Penyakit Sekarang


3 Hari SMRS

Batuk (+)
Sakit Kepala (+)
Muntah (+)
Pandangan Kabur (+)
Keluhan dirasakan tetap sama, tidak membaik

Intervensi : Pasien dibawa ke RS Beta medika, mendapat obat antibiotik, anti


panas, dan
Keluaran :Keluhan tidak membaik, tetap ada

Riwayat Penyakit Sekarang


Hari Masuk Rumah Sakit
(17 Agustus 2016)

Kejang (+)
Batuk (+) 2 minggu
Sakit Kepala (+) 12 hari
Muntah (+) 12 hari
Pandangan Kabur (+) 1 minggu
Pasien tidak sadarkan diri sejak kejang terjadi

Intervensi : Pasien dibawa ke IGD RSUD Syamsudin

Riwayat Penyakit Sekarang


Demam (-)
keringat malam (-)
Sesak (-)
Ruam kulit (-)

Pingsan (-)
Penurunan
kesadaran (-)

Perubahan Berat
Badan (-)

Lebih sering minum


(-)
Lebih sering BAK (-)

Perubahan
kepribadian (-)

gerakan tubuh
abnormal (-)

BAB dan BAK


normal

elama 2 minggu ini pasien terus meminum obat yang diberikan dokte

Saat di IGD RSUD Syamsudin


(17 Agustus 2016 pukul 17:00)

Kejang sudah berhenti, pasien tampak tertidur


TTV : TD : 100/70mmHg ; RR 26x/menit; Nadi : 110x/menit TKP; Suhu: 36,5 C
Assessment di IGD : Status epileptikus
Intervensi :
Rawat dalam bangsal
IVFD 2A 12 tpm
O2 via nasal kanul 2L/menit
Diazepam inj jika kejang (0,3mg)
Dexamethason inj 2x4mg

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah kejang saat demam saat berusia 1 tahun,
kejang kelojotan seluruh tubuh sekitar 5 menit.
Riwayat penyakit bawaan/kongenital (-)
Riwayat trauma kepala (-)
Riwayat penyakit / pengobatan paru (-)
Riwayat demam lama (-)
Riwayat batuk-batuk lama (-)
Riwayat transfusi darah (-)
Riwayat pernah dioperasi sebelumnya (-)
Pasien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Ke
ga
nas
an
(-)

Epil
eps
i (-)

TB(
-)

Dia
bet
es
(-)

Keluhan
yang
sama (-)

Hiper
tensi
(-)

Keadaan Lingkungan
Ada tetangga pasien yang terkena TB dan sedang
berobat
Tidak ada orang disekitar rumah/teman pasien
disekolah yang mengalami keluhan seperti pasien
Tidak ada orang di sekitar rumah yang merokok.

KeadaanSosial
Pasien tinggal di perumahan yang padat penduduk
Rumah pasien memiliki ventilasi udara yang baik
dengan udara yang bersih.
Rumah pasien berisikan 7 orang, yaitu kedua orang
tua pasien, pasien dan tiga saudaranya serta nenek
pasien.

Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu P3A0, usia kehamilan 38 minggu
-Dilahirkan secara spontan pervaginam dibidan
- Tidak ada penyulit selama kehamilan
- Pasien dan ibunya langsung dipulangkan sesudah
persalinan
-BBL : 3,500 gram ; PBL:52cm
- Pasien menangis kuat sesudah lahir

Riwayat Kelahiran
Usia Gestasi

Cara Lahir

BB Lahir

PB Lahir

39 minggu

PSP

3200 gram

36 minggu

PSP

3400 gram

38 minggu

PSP

3500 gram

52

38 minggu

PSP

2700 gram

48 cm

Riwayat Keluarga
Ibu :
Wiraswast
a
32 tahun

Ayah :
Wiraswasta
43 tahun

Kakak
laki-laki
13 tahun

Kakak
Lakilaki,
9
tahun

Anak
H,
7
tahun

Adik
Peremp
uan
4 tahun

Riwayat Perkembangan
Riwayat perkembangan sesuai menurut CDC milestone
Usia 6-12 tahun :
Pasien dapat berlari, meloncat, dan bermain bola
Pasien dapat menuliskan kalimat, pasien dapat
menggambar
Pasien dapat menceritakan kegiatan sehari-harinya
Pasien dapat melakukan percakapan dengan baik
dengan orang disekitarnya
Pasien sudah dapat membaca

Riwayat Imunisasi

Status imunasis lengkap menurut

Pemeriksaan Fisis
Tanggal 20 Agustus 2016

Pemeriksaan Antropometri
Berat badan: 24 kg
Panjang badan: 128 cm
Lingkar kepala 51 cm
BMI : 14,72
WFA : 50-85th percentile
HFA : 0- (-1) SD
BMI for age : 0-(-2) SD

Kesimpulan: Status gizi baik menurut WHO

Height-for-age BOYS
5 to 19 years (percentiles)

97th

190

190

85th
180

180

50th
170

15th

170

Height (cm)

3rd

Months

Years

160

160

150

150

140

140

130

130

120

120

110

110

100

10

11

12

13

14

15

16

17

18

100

19

Age (completed months and years)


2007 WHO Reference

Weight-for-age BOYS
5 to 10 years (z-scores)

55

50

50

45

40

Weight (kg)

55

45

40

1
35

35

30

30

-1
25

25

-2
-3

20

15

15

Months

Years

20

10

Age (completed months and years)


2007 WHO Reference

BMI-for-age BOYS
5 to 19 years (z-scores)
32

32

Obesity

30

28

28

Overweight

26

BMI (kg/m)

24

26

24

22

Normal

20

22

20

18

-2

Thinness

16

-3

14

18

16

14

Severe thinness

12

Months 10

Years

30

3 6 9

3 6 9

3 6 9

3 6 9

3 6 9

3 6 9

10

3 6 9

11

3 6 9

12

3 6 9

13

3 6 9

14

3 6 9

15

3 6 9

16

12

3 6 9

17

10

3 6 9

18

19

Age (completed months and years)


2007 WHO Reference

Pemeriksaan fisis 20 Agustus 2016

(11:00 WIB; Hari rawat ke-3, hari sakit ke 17 )

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Tampak sakit berat
Kesadaran : Sopor
GCS : 10 (E2M4V4)

Pemeriksaan fisis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg (p5:78/42 p50:97/58 p95:116/75)
Nadi : 96 kali/menit Teratur, kuat, penuh (N: 60-100x/menit)
Suhu aksila : 36,4oC
Pernafasan : 24 kali/menit (N: 14-22x/menit)
Kepala;
Kepala : Normosefali, deformitas (-), simetris
Wajah : Kesan simetris

Pemeriksaan fisis
Mata:
Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
sekret(-/-), hiperemis -/-, refleks cahaya langsung (+/-),
refleks cahaya tidak langsung (-/+), pupil isokor 5mm/5mm,
kornea jernih/jernih
Hidung : Deviasi septum (-), conchae hiperemis (-/-), sekret (-/-),
nasal flare (-)
Mulut : Mukosa oral basah, lidah tampak simetris, faring
hipereremis (+).

Pemeriksaan fisis
Jantung:
I : Ictus kordis tidak terlihat
P: Teraba pada interkostal V linea midklavikularis

dextra

P: kesan kardiomegali ( -)
A: BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen

I : Tampak datar, rash (-)


P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
P : Timpani di seluruh regio abdomen
A : Bising usus 8x/menit

Pemeriksaan fisis
Punggung : Nyeri ketok CVA -/Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, sianosis (-),edema (-/-/-/-),
perifer kuat

Pemeriksaan Neurologis
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : +
Kernig : +/+
Brudzinski I

: +/+

Brudzinski II : -/-

nadi

Pemeriksaan Neurologis
Saraf kranialis
Nervus I: sulit dinilai
Nervus II: reflex cahaya langsung
(+/-), reflex cahaya tidak langsung
(-/+)
Nervus III, IV, VI: Kedudukan bola
mata ditengah
Nervus V: sulit dinilai

Nervus VII: kesan simetris

Nervus VIII: Sulit dinilai

Nervus IX, X: sulit diniai

Nervus XI: sulit dinilai

Nervus XII: lidah kesan normal

Pemeriksaan Neurologis
Motorik
Kekuatan (kanan/kiri)
Tangan 5555/5555
Kaki 5555/5555
Tidak ada lateralisasi
Refleks Fisiologis

Refleks Patologis

Biseps : ++/++

Hoffman Tromner

Triseps : ++/++

Babinski

Patella : ++/++

Chaddock

Achilles : ++/++

Oppenheim : +/+
Gordon
Schaeffer

: -/-

: +/+
: -/: -/: -/-

Pemeriksaan Penunjang
(IGD, 17 Agustus 2016)
Nama Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Darah Rutin
Hemoglobin

13,5

11,5-14,5

g/dL

Hematokrit

38

33-43

Leukosit

18.400

4.000-12.000

Sel/L

Trombosit

605.000

150.000-400.000

Sel/L

Natrium

140

134-143

mmol/L

Kalium

3,3 4,6

mmol/L

Kalsium

11,2

8,8-10,8

mg/dL

Klorida

101

98-106

mmol/L

GDS

150

60-100

mg/dL

Elektrolit

Pemeriksaan Penunjang
Test Mantoux sudah dilakukan pada tanggal 19 Agustus
di bagian volar lengan bawah kanan

20 Agustus 2016

RESUME

ASSESSMENT

Anak H laki-laki berusia 7 tahun 10 bulan dengan:

An H. laki-laki usia 7 tahun 10 bulan hari sakit


17, hari rawat 3, dengan :

Kejang tonik klonik generalisata tanpa demam


Disertai:
- Suspek Meningoensefalitis Bakterial dd/ viral
-penurunan kesadaran sejak demam
dd/TB dd/ keganasan intrakranial
-batuk berdahak selama 2 minggu,
-sakit kepala dan muntah selama 12 hari
-pandangan kabur pada mata kiri selama 1 minggu - Status gizi baik menurut WHO
- Status perkembangan sesuai CDC milestone
Pasien memiliki riwayat kontak TB, dengan
tetangganya.
Pemeriksaan Fisis

Kesadaran : Sopor; GCS 10 E2 M4 V4


TTV: Dalam batas normal

Mata: pupil isokor 5mm/5mm reflex cahaya


langsung (+/- ), reflex cahaya tidak
langsung (-/+)
Mulut : Faring hiperemis +
Leher : Pembesaran kgb leher + a/r osipital
dan deep cervical dextra
Paru : Ronki basah kasar +/+

Saran Pemeriksaan
Periksa Saturasi Oksigen
Funduskopi
Rontgen Thoraks
CT Scan kepala dengan kontras
Pungsi Lumbar, pemeriksaan LCS, kultur LCS

Tatalaksana Umum
Rawat dalam bangsal
Supelmentasi O2 via nasal canul 2 lpm jika saturasi < 90%
Pasang NGT dan dipuasakan
IVF Ringer Dextrose 1500 ml/24 jam ; 62,5 cc / jam = 21
tpm
Kebutuhan kalori = 1.360 kkal/hari
Karbohidrat 816 kkal/hari ( 8,5 gr/kgBB/hari)
Protein 91 kkal/hari (0,95 gr/kgBB/hari)
Lemak 453 kkal / hari (2,09 gr/kgBB/hari)

Tatalaksana Khusus
Ceftriaxone 1,2 gram IV 2 x 1 (100
mg/kgBB/hari)
Dexamethason 4 x 4 mg IV selama 4 hari
(0,67mg/kgBB/hari)
Ranitidin 3 x 25 mg IV (3,12 mg/kgBB/hari)

Prognosis
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam

Follow up

20/8/20126 (13:44 WIB)


Ekspertise Radiologi
Kesan :
-tidak tampak limfadenopati
perihiler
-tidak tampak bronchitis dan
emfisema
-tidak tampak kardiomegali
-pleura, diafragma dan skelet
normal

Follow

21 Agustus

22 Agustus

23 Agustus

24 Agustus

Kesadaran menurun, kadang pasien mengigau,

Pasien sempat tersadar sebentar

Pasien masih sering tertidur,

Pasien masih sering tidur,

batuk berkurang

,mengeluhkan tidak bisa melihat

Kadang bisa menjawab

apa apa

pertanyaan

bisa duduk saat dibantu

Batuk (-)

keluarga

Up
S

GCS: E2M4V4 (10)

GCS: E2M4V4 (10)

GCS: E3M4V5 (12)

GCS: E3M4V5 (12)

TTV : Dalam batas normal

TTV: Dalam batas normal

TTV: Dalam batas normal

TTV: Dalam batas normal

Mata:

Mata:

Mata:

Mata:

pupil isokor 5mm/5mm, refleks cahaya

pupil isokor 5mm/5mm, refleks

pupil isokor 5mm/5mm, refleks

pupil isokor 5mm/5mm, refleks

langsung +/-, Refleks cahaya tidak langsung

cahaya langsung +/-, Refleks cahaya

cahaya langsung +/-, Refleks

cahaya langsung +/-, Refleks

(-/+)

tidak langsung (-/+)

cahaya tidak langsung (-/+)

cahaya tidak langsung (-/+)

Hidung : NGT kecoklatan

Hidung : NGT kecoklatan

Hidung : NGT kecoklatan

Hidung : NGT tidak produktif

Ronki basah kasar -/-

Kaku kuduk +, brudzinski I +/+

Kaku kuduk +, brudzinski I +/+

Kaku kuduk +, brudzinski I +/

Kernig +/+

Kernig +/+

Refleks patologis +/+

Refleks patologis +/+

Kernig +/+

Kaku kuduk +, brudzinski I +/+


Kernig +/+

Refleks patologis +/+

Refleks patologis +/+

Test Mantoux (-)

Meningitis Bakterialis dd/viral dd/ TB

Meningitis Bakterialis dd/viral

Dd/ Keganasan

Meningitis Bakterialis dd/viral

Meningitis Bakterialis dd/viral

Rawat dalam bangsal

Terapi dilanjutkan

Rawat dalam bangsal

Streptomicin 1 x 500 mg IV

CT Scan dengan kontras -

Colcancetin 4 x 500 mg IV

Cefotaxim 2 x 1 gram IV

Paracetamol 4 x 150 mg

Ranitidin 2 x 100 mg

Dexamethason 3x2mg

Terapi dilanjutkan
Cek Lab

Terapi dilanjutkan

Konsul Bedah Saraf

CT scan kepala
dengan kontras
(22 Agustus 2016)
Ekespertise
Radiologi

Kesimpulan :
Suspek
meningoensefalitis

Follow Up
Tanggal 23 Agustus 2016
Nama

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Pemeriksaan
Darah Rutin

Tanggal 24 Agustus 2016


Jawaban Konsul bedah saraf

Diagnosa kerja :

Hemoglobin

13,5

11,5-14,5

g/dL

Hematokrit

38

33-43

Leukosit

8.700

4.000-12.000

Sel/L

Trombosit

309.000

150.000-400.000

Sel/L

Acute communicating
hydrocephalus ec. meningitis
serosa
Terapi : Saran Operasi VP Shunt

Follow

25 Agustus

26 Agustus

Kesadaran masih fluktuatif, terkadang bisa membuka mata

Kesadaran masih fluktuatif

Pasien tidak bisa melihat, bisa duduk jika dibantu

Pasien tidak bisa melihat, bisa duduk jika dibantu

GCS: E3M4V5 (12)

GCS: E3M4V5 (12)

TTV: Dalam batas normal

TTV: Dalam batas normal

Mata:

Mata:

pupil isokor 5mm/5mm, refleks cahaya langsung +/-, Refleks cahaya tidak langsung (-/+)

pupil isokor 5mm/5mm, refleks cahaya langsung +/-, Refleks cahaya tidak

Up
S

langsung (-/+)
Hidung : NGT tidak produktif
Hidung : NGT tidak produktif
Kaku kuduk +, brudzinski I +/+
Kernig +/+

Kaku kuduk +, brudzinski I +/+

Refleks patologis +/+

Kernig +/+
Refleks patologis +/+

Meningitis Bakterialis dd/viral

Meningitis Bakterialis dd/viral


+ Acute communicating hydrocephalus ec meningitis serosa

+ Acute communicating hydrocephalus ec meningitis serosa


P

Rawat dalam bangsal

Rawat dalam bangsal

Pro Operasi VP Shunt

Pro Operasi VP Shunt tanggal 29 Agustus 2016

Cek Lab

Hasil pemeriksaan Lab tanggal 25


Agustus 2016
Nama Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Darah Rutin
Hemoglobin

13,6

11,5-14,5

g/dL

Hematokrit

39

33-43

Leukosit

10.000

4.000-12.000

Sel/L

Trombosit

300.000

150.000-400.000

Sel/L

Natrium

135

134-143

mmol/L

Kalium

4,2

3,3 4,6

mmol/L

Kalsium

9,5

8,8-10,8

mg/dL

Klorida

94

98-106

mmol/L

GDS

128

60-100

mg/dL

Elektrolit

Hasil pemeriksaan Lab tanggal 25


Agustus 2016
Nama Pemeriksaan
Fungsi Hati

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

SGOT

30

<47

U/I

SGPT

75

<39

U/I

Masa Pendarahan (BT)

2.00

1-3

Menit

Masa Pembekuan (CT)

7.30

5-15

Menit

Hemostasis

Analisa Kasus

Gambar 1.
Algoritma penatalaksanaan
pasien anak dengan kejang
tanpa demam

Sumber:
Bajaj L, Berman S, Berman S.
Bermans pediatric decision
making . Philadelphia, PA:
Elsevier/Mosby; 2011p.358-63

Kejang tanpa demam


Kejang tanpa demam dapat mendandakan adanya
penyakit lain atau bisa juga merupakan tanda pertama
dari sindroma epilepsi. (Tidak semua kejang tanpa
demam disebabkan oleh epilepsi).

3 kategori bangkitan kejang


Kejang
non
epileptik

Kejang
Kejang
terprovok
tanpa
asi
provokasi

Diagnosis Diferensial
Meningitis bakterialis
Anamnesis

Meningitis viral

Pada Kasus

Seringkali didahului infeksi saluran napas Perjalanan penyakit akut, biasanya diawali Pasien batuk berdahak sejak 2 minggu SMRS
atas atau saluran cerna
keluhan demam dengan gejala penyerta tidak
spesifik untuk beberapa hari, kemudian Demam (-)
Dapat ditemukan demam, batuk, pilek, disertai tanda gangguan SSP.
Kejang disertai penurunan kesadaran
diare, dan muntah
Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala, muntah dan
Pada anak biasanya keluhan berupa sakit pandangan mata kiri kabur.
Demam, nyeri kepala, letargi, malaise, kepala dan hiperestesia. Sakit kepala terutama
Nyeri kepala terutama pada daerah belakang kepala
kejang, muntah, penurunan kesadaran
di daerah frontal adau di seluruh kepala,
Keluhan diatas sangat sugestif meningitis, kadang juga dapat ditemui nyeri dibelakang Pasien juga menjadi lebih sering tidur-tiduran.
mata.
tapi tidak ada satu gejala yang khas.
Gejala meningitis :

Demam, mual muntah, fotofobia, muntah,


Ruam kulit (-)
nyeri pada leher, punggung dan kaki sering
dikeluhkan
Fotofobia (-)
Jika demam tinggi dapat disertai penurunan
kesadaran dan kejang

Diagnosis Diferensial
Meningitis bakterialis
Pemeriksaan Fisis

Meningitis Viral

Pada kasus

Gangguan kesadaran dapat berupa Seringkali disertai ruam sebelum atau saat Pasien sopor dengan GCS 10 E2 M4 V4
penurunan kesadaran atau iritabilitas
muncul gejala gangguan SSP.
Tanda rangsang meningeal :
Dapat juga ditemukan tanda rangsang
Kaku kuduk (+), Brudzinski I (+). Kernig +
meningeal, dan defisit neurologis fokal
Seringkali ditemukan kaku kuduk tanpa
Defisit neurologis fokal
disertai ganguan neurologis fokal lainnya.
Dapat juga ditemukan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial

RCL +/- , RCTL -/+

Biasanya dapat ditemukan tanda infeksi di


tempat lain

Nyeri kepala, muntah, pandangan kabur (+)

TTIK:

Tanda infeksi : Faring hiperemis , kgb leher membesar


(+), ronki basah kasar di paru

Diagnosis Diferensial
Meningitis bakterialis
Pemeriksaan
penunjang

Meningitis Viral

Pungsi lumbal sangat penting untuk Pungsi lumbal


menegakkan diagnosis dan menentukan
Didapatka
cairan
serebrospinal
yang
etiologi
didominasis sel mononuclear
Didapatkan cairan keruh dengan Nonne +
Gangguan fokal pada pemeriksaan EEG, CT,
atau dan Pandy yang +
atau MRI, jika terkena lobus temporalis,
Jumlah sel 100-10.000 sel/mm3 dan mengarah ke ensefalitis HSV
hitung jenis predominan PMN, protein
200-500 mg/dl, glukosa <40 mg/dl, Isolasi virus dari cairan cerebrospinal
pewarnaan gram, biakan, dan uji
resistensi perlu juga dilakukan

Pada kasus
Pungsi lumbal belum dilakukan.
Test mantoux (-)

CT scan dengan kontras :


Meningoensefalitis
Hidrosefalus komunikans akut

Diagnosis Diferensial
Tatalaksana

Meningitis bakterialis

Meningitis Viral

Pada kasus

Supportif

Supportif

Mendapatkan obat :

Awali dengan antibiotik empiris, kemudia Acyclovir untuk ensefalitis karena HSV
nsesuaikan dengan hasil biakan dan uji resistensi

Streptomicin 1 x 500 mg IV

Colcancetin 4 x 500 mg IV

Untuk usia > 3 bulan dapat diberikan

Cefotaxim 2 x 1 gram IV

Paracetamol 4 x 150 mg

Ranitidin 2 x 100 mg

Dexamethason 3x2mg

Pro op VP shunt

Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV


dalam 3-4 dosis atau
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi
dalam dua dosis
Deksametason 0,6 mg/kgBB/hari IV dibagi
dalam 4 dosis selama 4 hari

Komplikasi

Empiema subdural, abses otak, hidrosefalus, Guillain Barre syndrome,


SIADH
cerebellar ataxia

hemiplegia, Ada hidrosefalus komunikans akut


Elektrolit normal

Tinjauan Pustaka

Meningoensefalitis
Etiologi:

Defisit neurologis fokal


oklusi vaskular
Kejang cerebritis, infark,
gg. Elektrolit

Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis
Haemophilus influenza tipe b

Manifestasi klinis
Didahului demam, ISPA, dan
gejala GIT
Non spesifik demam,
anoreksia, sulit makan, iritabel,
ISPA, petekie
Spesifik iritasi meninges,
peningkatan TIK

Diagnosis

Cairan serebrospinal
analisa dan kultur
Protein meningkat
Glukosa menurun
Pleositosis

Meningitis ? Ensefalitis?
Meningoensefalitis?

ogan SAE, MacMahon E. Viral meningitis. BMJ. 2008 Jan 5;336(7634):3640.

Meningitis

+ ensefalitis

Meningoensefa
litis

Patogenesis
Hematogen
(paling sering)
Misalnya
faringitis,
tonsilitis,
pneumonia

Transplasenta

Perkontinuitatum

Infeksi
Selap
ut
otak

Implantasi
langsung

Faktor Risiko
Laki-laki

BBLR
Prematur
KPD

Malnutrisi

Gangguan
sistem imun

Keganasan

Patogenesis

Kolonisasi bakteri patogen pada epitel nasofaring


bakteremia pleksus koroideus pada ventrikel lateral
(daerah yang rentan) cairan serebrospinal ekstraserebral
dan ruang subarakhnoid.

Komplemen dan antibodi pada cairan serebrospinal tidak


adekuat

Respon imun sitokin inflamasi (TNF. IL-1, dan prostaglandin


E) infiltrasi neutrofil, peningkatan permeabilitas kapiler,
gangguan sawar darah-otak, serta thrombosis.

Gangguan pada otak yang muncul pada meningitis

Bakteri + respon sistem


imun dari penderita

Patofisiologi
Perubahan pada pembuluh darah
dan parenkim otak vaskulitis,
thrombosis vena kortikal, dan
oklusi sinus venosus infark
cerebri
Inflamasi dari nervus kranialis
nervus optikus, oculomotor,
fasialis, dan auditori
Peningkatan tekanan intrakranial
kelumpuhan nervus
oculomotor (kompresi lobus
temporal)
Kelumpuhan nervus abducens
juga merupakan salah satu tanda
peningkatan intrakranial.

Peningkatan tekanan intrakranial kematian sel,


peningkatan permeabilitas kapiler, & peningkatan tekanan
hidrostatik

Tekanan perfusi otak <50 mmH2O perfusi otak terganggu

Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)


retensi air berlebih

Peningkatan protein peningkatan permeabilitas sawar


darah-otak dan kehilangan albumin dari kapiler ke ruang
subdural

Hypoglycorrhachia penurunan transport glukosa oleh


jaringan otak.

Pungsi Lumbal
Kontraindikasi:
(1) bukti peningkatan TIK (selain
ubun-ubun menonjol)
kelumpuhan nervus kranialis III atau VI
dengan penurunan kesadaran
Trias cushing

(2) gangguan kardiopulmonar berat


yang membutuhkan tatalaksana
syok, atau pada pasien yang jika
diposisikan untuk pengambilan LP
akan mengakibatkan gangguan lebih
parah pada sistem kardiopulmonar
(3) infeksi pada daerah kulit lokasi LP.

Trombositopenia merupakan salah satu kontraindikasi relatif


LP.

Apabila LP harus ditunda terapi antibiotik empiris harus


segera dimulai.

LP dapat dilakukan setelah peningkatan TIK telah diatasi atau


abses otak telah dieksklusi.

Diagnosis
Diagnosis meningitis bakterial tidak dapat dibuat hanya
dengan melihat gejala dan tanda saja. Manifestasi klinis
seperti demam, sakit kepala, muntah, kaku kuduk dan
adanya tanda rangsang meningeal kemungkinan dapat
pula terjadi pada meningismus, meningitis TBC dan
meningitis aseptic.
Diagnosis pasti meningitis hanya dapat dibuat dengan
pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi
lumbal. Oleh Karena itu setiap pasien dengan
kecurigaan meningitis harus dilakukan pungsi lumbal

Tatalaksana

Menurut Pedoman Pelayanan Medis IDAI tahun 2010, terapi


empirik pada bayi dan anak dengan meningitis bakterial
sebagai berikut

Usia > 3 bulan :

Sefotaksim 200-300
mg/kgBB/hari IV dibagi
dalam 3-4 dosis, atau
Seftriakson 100
mg/kgBB/hari IV dibagi 2
dosis, atau
Ampisilin 200-400
mg/kgBB/hari IV dibagi
dalam 4 dosis +
Kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari dibagi dalam
4 dosis

Pemberian antibiotik yang


cepat pasien yang
dicurigai meningitis
adalah penting. Pemilihan
antibiotik inisial harus
memiliki kemampuan
melawan 3 patogen
umum: S pneumoniae, N.
meningitidis, dan H.
influenzae

Jika sudah terdapat hasil kultur, pemberian antibiotik


disesuaikan dnegan hasil kultur dan resistensi.

Tatalaksana
Deksamethason
IDSA merekomendasikan
penggunaan
deksametason 10 20
menit sebelum atau saat
pemberian antibiotik
dengan dosis 0,15 0,6
mg/kg setiap 6 jam
selama 2-4 hari

Penelitian bayi dan anak


dengan meningitis
H.infulenzae tipe B yang
mendapat terapi
deksametason menunjukkan
penurunan signifikan insidens
gejala sisa neurologis dan
audiologis, dan juga terbukti

Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi yang dapat
terjadi adalah kejang
berulang, peningkatan
TIK, kelumpuhan nervus
kranialis, stroke, herniasi
cerebri atau cerebelli, dan
thrombosis sinus venosus.
Komplikasi lain yang
dapat terjadi adalah efusi
subdural dan SIADH.

Sekuele 10-20% pasien meningitis, dan hingga 50% pasien


mengalami gangguan sikap

Prognosis terburuk usia <6 bulan.

Pada pasien dengan kelainan neurologis fokal dan koma


sekuele jangka lama.

Gangguan pendengaran,
gangguan kognitif, kejang
berulang, gangguan
berbahasa, dan gangguan
penglihatan.

Hidrosefalus
Akumulasi cairan serebrospinal dalam kompartmen
intrakranial
Merupakan kumpulan kondisi yang menyebabkan
gangguan surkulasi atau penyerapan cairan
serebrospinal
Terjadi akibat obstruksi, gangguan absorbsi, atau
kelebihan produksi CSS

Diagnosis
Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala.
Sementara itu gangguan visus, gangguan
motorik/berjalan dan kejang terjadi pada 1/3 kasus
hidrosefalus pada usia dewasa.
Pada pasien dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi
dari ventrikel pada foto CT Scan serta dapat melihat
posisi sumbatan yang menyebabkan terjadinya
hidrosefalus. Dengan CT-Scan saja hidrosefalus sudah
bisa ditegakkan.3

Tatalaksana
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
Ventrikulo-Peritoneal
Terapi definitif hidrosefalus gold standard adalah
Ventrikulo- Peritoneal (VP-shunting).3
Ventrikulo-Sisternal
CSS dialirkan ke sisterna magna.
Ventrikulo-Atrial
Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium
kanan jantung melalui vena jugularis interna

Komplikasi
Komplikasi Ventrikular Shunts
Komplikasi dari shunting adalah malfungsi, obstruksi,
infeksi, over-drainage, dan perdarahan intrakranial.
Malfungsi dari shunting adalah munculnya tanda-tanda
peningkatan intracranial. Anak dengan infeksi pada
shunting akan memiliki demam suhu menengah sama
dan disertai tanda-tanda peningkatan intrakranial.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai