Identitas pasien
Nama Pasien
Usia
Jenis Kelamin
: An. H
: 7 tahun 10 bulan
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal Masuk
: 17 Agustus 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 20 Agustus 2016
Ayah
Ibu
Nama
Tn. F
Ny. C
Usia
43 tahun
24 tahun
Suku Bangsa
Sunda
Sunda
Agama
Islam
Islam
Alamat
Pendidikan
SMA
SMA
Pekerjaan
Penghasilan
Wiraswasta
2 juta rupiah/bulan
Wiraswasta
2-3 juta rupiah /
bulan
Anamnesis
(Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu dan
ayah pasien, serta data primer diambil dari rekam
medis RSUD R. Syamsudin, SH)
Keluhan
Utama
Keluhan
tambah
an
Kejang (+)
Pasien kejang saat sedang berbaring. Kejang kelojotan pada tangan dan kaki, disertai mata yang
mendelik keatas dan mengompol. Saat kejang pasien tidak sadar. Kejang berlangsung 2 kali,
sekitar 2-3 menit untuk setiap episode kejang, kejang pertama dan kedua berjarak sekitar 30
menit dan pasien tertidur diantara kejang. Selama kejang berlangsung orang tua pasien tidak
melakukan intervensi apapun. Demam (-) Riwayat kejang demam (+) saat pasien berusia 1
tahun. Sejak kejang sampai pemeriksaan dilakukan kesadaran pasien menurun, pasien menjadi
terus tidur, sulit dibangunkan, dan kadang mengigau
Keluhan lain seperti batuk,nyeri kepala, muntah, dan pandangan kabur masih dirasakan sama,
tidak membaik ataupun memburuk.
Batuk (+)
Pasien mulai batuk berdahak, dahak tampak berwarna keputihan,
tidak disertai darah. Batuk hilang timbul sepanjang hari, dengan
intensitas yang tidak teralu parah. Demam (-), Sesak (-), Pilek (-)
Nyeri menelan (-)
Intervensi : Berobat ke klinik dokter umum, mendapat obat batuk dan penurun
panas
Keluaran :Keluhan tidak membaik, tetap ada
Pandangan kabur(+)
Pasien mengeluhkan pandangan matanya kabur, terutama pandangan mata kirinya.
Pasien jadi sering menutup mata sebelah kirinya saat melihat sehingga
pandangannya menjadi lebih jelas. Pandangan mata kabur tidak disertai keluhan
mata merah, tidak ada keluhan mata yang sakit, saat pasien melihat cahaya, mata
tidak terasa nyeri dan tidak tampak bayangan pelangi.
Keluhan lain seperti batuk,nyeri kepala, dan muntah masih dirasakan sama, tidak membaik
ataupun memburuk.
Batuk (+)
Sakit Kepala (+)
Muntah (+)
Pandangan Kabur (+)
Keluhan dirasakan tetap sama, tidak membaik
Kejang (+)
Batuk (+) 2 minggu
Sakit Kepala (+) 12 hari
Muntah (+) 12 hari
Pandangan Kabur (+) 1 minggu
Pasien tidak sadarkan diri sejak kejang terjadi
Pingsan (-)
Penurunan
kesadaran (-)
Perubahan Berat
Badan (-)
Perubahan
kepribadian (-)
gerakan tubuh
abnormal (-)
elama 2 minggu ini pasien terus meminum obat yang diberikan dokte
Epil
eps
i (-)
TB(
-)
Dia
bet
es
(-)
Keluhan
yang
sama (-)
Hiper
tensi
(-)
Keadaan Lingkungan
Ada tetangga pasien yang terkena TB dan sedang
berobat
Tidak ada orang disekitar rumah/teman pasien
disekolah yang mengalami keluhan seperti pasien
Tidak ada orang di sekitar rumah yang merokok.
KeadaanSosial
Pasien tinggal di perumahan yang padat penduduk
Rumah pasien memiliki ventilasi udara yang baik
dengan udara yang bersih.
Rumah pasien berisikan 7 orang, yaitu kedua orang
tua pasien, pasien dan tiga saudaranya serta nenek
pasien.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu P3A0, usia kehamilan 38 minggu
-Dilahirkan secara spontan pervaginam dibidan
- Tidak ada penyulit selama kehamilan
- Pasien dan ibunya langsung dipulangkan sesudah
persalinan
-BBL : 3,500 gram ; PBL:52cm
- Pasien menangis kuat sesudah lahir
Riwayat Kelahiran
Usia Gestasi
Cara Lahir
BB Lahir
PB Lahir
39 minggu
PSP
3200 gram
36 minggu
PSP
3400 gram
38 minggu
PSP
3500 gram
52
38 minggu
PSP
2700 gram
48 cm
Riwayat Keluarga
Ibu :
Wiraswast
a
32 tahun
Ayah :
Wiraswasta
43 tahun
Kakak
laki-laki
13 tahun
Kakak
Lakilaki,
9
tahun
Anak
H,
7
tahun
Adik
Peremp
uan
4 tahun
Riwayat Perkembangan
Riwayat perkembangan sesuai menurut CDC milestone
Usia 6-12 tahun :
Pasien dapat berlari, meloncat, dan bermain bola
Pasien dapat menuliskan kalimat, pasien dapat
menggambar
Pasien dapat menceritakan kegiatan sehari-harinya
Pasien dapat melakukan percakapan dengan baik
dengan orang disekitarnya
Pasien sudah dapat membaca
Riwayat Imunisasi
Pemeriksaan Fisis
Tanggal 20 Agustus 2016
Pemeriksaan Antropometri
Berat badan: 24 kg
Panjang badan: 128 cm
Lingkar kepala 51 cm
BMI : 14,72
WFA : 50-85th percentile
HFA : 0- (-1) SD
BMI for age : 0-(-2) SD
Height-for-age BOYS
5 to 19 years (percentiles)
97th
190
190
85th
180
180
50th
170
15th
170
Height (cm)
3rd
Months
Years
160
160
150
150
140
140
130
130
120
120
110
110
100
10
11
12
13
14
15
16
17
18
100
19
Weight-for-age BOYS
5 to 10 years (z-scores)
55
50
50
45
40
Weight (kg)
55
45
40
1
35
35
30
30
-1
25
25
-2
-3
20
15
15
Months
Years
20
10
BMI-for-age BOYS
5 to 19 years (z-scores)
32
32
Obesity
30
28
28
Overweight
26
BMI (kg/m)
24
26
24
22
Normal
20
22
20
18
-2
Thinness
16
-3
14
18
16
14
Severe thinness
12
Months 10
Years
30
3 6 9
3 6 9
3 6 9
3 6 9
3 6 9
3 6 9
10
3 6 9
11
3 6 9
12
3 6 9
13
3 6 9
14
3 6 9
15
3 6 9
16
12
3 6 9
17
10
3 6 9
18
19
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Tampak sakit berat
Kesadaran : Sopor
GCS : 10 (E2M4V4)
Pemeriksaan fisis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg (p5:78/42 p50:97/58 p95:116/75)
Nadi : 96 kali/menit Teratur, kuat, penuh (N: 60-100x/menit)
Suhu aksila : 36,4oC
Pernafasan : 24 kali/menit (N: 14-22x/menit)
Kepala;
Kepala : Normosefali, deformitas (-), simetris
Wajah : Kesan simetris
Pemeriksaan fisis
Mata:
Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
sekret(-/-), hiperemis -/-, refleks cahaya langsung (+/-),
refleks cahaya tidak langsung (-/+), pupil isokor 5mm/5mm,
kornea jernih/jernih
Hidung : Deviasi septum (-), conchae hiperemis (-/-), sekret (-/-),
nasal flare (-)
Mulut : Mukosa oral basah, lidah tampak simetris, faring
hipereremis (+).
Pemeriksaan fisis
Jantung:
I : Ictus kordis tidak terlihat
P: Teraba pada interkostal V linea midklavikularis
dextra
P: kesan kardiomegali ( -)
A: BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Pemeriksaan fisis
Punggung : Nyeri ketok CVA -/Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, sianosis (-),edema (-/-/-/-),
perifer kuat
Pemeriksaan Neurologis
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : +
Kernig : +/+
Brudzinski I
: +/+
Brudzinski II : -/-
nadi
Pemeriksaan Neurologis
Saraf kranialis
Nervus I: sulit dinilai
Nervus II: reflex cahaya langsung
(+/-), reflex cahaya tidak langsung
(-/+)
Nervus III, IV, VI: Kedudukan bola
mata ditengah
Nervus V: sulit dinilai
Pemeriksaan Neurologis
Motorik
Kekuatan (kanan/kiri)
Tangan 5555/5555
Kaki 5555/5555
Tidak ada lateralisasi
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Biseps : ++/++
Hoffman Tromner
Triseps : ++/++
Babinski
Patella : ++/++
Chaddock
Achilles : ++/++
Oppenheim : +/+
Gordon
Schaeffer
: -/-
: +/+
: -/: -/: -/-
Pemeriksaan Penunjang
(IGD, 17 Agustus 2016)
Nama Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Darah Rutin
Hemoglobin
13,5
11,5-14,5
g/dL
Hematokrit
38
33-43
Leukosit
18.400
4.000-12.000
Sel/L
Trombosit
605.000
150.000-400.000
Sel/L
Natrium
140
134-143
mmol/L
Kalium
3,3 4,6
mmol/L
Kalsium
11,2
8,8-10,8
mg/dL
Klorida
101
98-106
mmol/L
GDS
150
60-100
mg/dL
Elektrolit
Pemeriksaan Penunjang
Test Mantoux sudah dilakukan pada tanggal 19 Agustus
di bagian volar lengan bawah kanan
20 Agustus 2016
RESUME
ASSESSMENT
Saran Pemeriksaan
Periksa Saturasi Oksigen
Funduskopi
Rontgen Thoraks
CT Scan kepala dengan kontras
Pungsi Lumbar, pemeriksaan LCS, kultur LCS
Tatalaksana Umum
Rawat dalam bangsal
Supelmentasi O2 via nasal canul 2 lpm jika saturasi < 90%
Pasang NGT dan dipuasakan
IVF Ringer Dextrose 1500 ml/24 jam ; 62,5 cc / jam = 21
tpm
Kebutuhan kalori = 1.360 kkal/hari
Karbohidrat 816 kkal/hari ( 8,5 gr/kgBB/hari)
Protein 91 kkal/hari (0,95 gr/kgBB/hari)
Lemak 453 kkal / hari (2,09 gr/kgBB/hari)
Tatalaksana Khusus
Ceftriaxone 1,2 gram IV 2 x 1 (100
mg/kgBB/hari)
Dexamethason 4 x 4 mg IV selama 4 hari
(0,67mg/kgBB/hari)
Ranitidin 3 x 25 mg IV (3,12 mg/kgBB/hari)
Prognosis
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Follow up
Follow
21 Agustus
22 Agustus
23 Agustus
24 Agustus
batuk berkurang
apa apa
pertanyaan
Batuk (-)
keluarga
Up
S
Mata:
Mata:
Mata:
Mata:
(-/+)
Kernig +/+
Kernig +/+
Kernig +/+
Dd/ Keganasan
Terapi dilanjutkan
Streptomicin 1 x 500 mg IV
Colcancetin 4 x 500 mg IV
Cefotaxim 2 x 1 gram IV
Paracetamol 4 x 150 mg
Ranitidin 2 x 100 mg
Dexamethason 3x2mg
Terapi dilanjutkan
Cek Lab
Terapi dilanjutkan
CT scan kepala
dengan kontras
(22 Agustus 2016)
Ekespertise
Radiologi
Kesimpulan :
Suspek
meningoensefalitis
Follow Up
Tanggal 23 Agustus 2016
Nama
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Pemeriksaan
Darah Rutin
Diagnosa kerja :
Hemoglobin
13,5
11,5-14,5
g/dL
Hematokrit
38
33-43
Leukosit
8.700
4.000-12.000
Sel/L
Trombosit
309.000
150.000-400.000
Sel/L
Acute communicating
hydrocephalus ec. meningitis
serosa
Terapi : Saran Operasi VP Shunt
Follow
25 Agustus
26 Agustus
Mata:
Mata:
pupil isokor 5mm/5mm, refleks cahaya langsung +/-, Refleks cahaya tidak langsung (-/+)
pupil isokor 5mm/5mm, refleks cahaya langsung +/-, Refleks cahaya tidak
Up
S
langsung (-/+)
Hidung : NGT tidak produktif
Hidung : NGT tidak produktif
Kaku kuduk +, brudzinski I +/+
Kernig +/+
Kernig +/+
Refleks patologis +/+
Cek Lab
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Darah Rutin
Hemoglobin
13,6
11,5-14,5
g/dL
Hematokrit
39
33-43
Leukosit
10.000
4.000-12.000
Sel/L
Trombosit
300.000
150.000-400.000
Sel/L
Natrium
135
134-143
mmol/L
Kalium
4,2
3,3 4,6
mmol/L
Kalsium
9,5
8,8-10,8
mg/dL
Klorida
94
98-106
mmol/L
GDS
128
60-100
mg/dL
Elektrolit
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
SGOT
30
<47
U/I
SGPT
75
<39
U/I
2.00
1-3
Menit
7.30
5-15
Menit
Hemostasis
Analisa Kasus
Gambar 1.
Algoritma penatalaksanaan
pasien anak dengan kejang
tanpa demam
Sumber:
Bajaj L, Berman S, Berman S.
Bermans pediatric decision
making . Philadelphia, PA:
Elsevier/Mosby; 2011p.358-63
Kejang
Kejang
terprovok
tanpa
asi
provokasi
Diagnosis Diferensial
Meningitis bakterialis
Anamnesis
Meningitis viral
Pada Kasus
Seringkali didahului infeksi saluran napas Perjalanan penyakit akut, biasanya diawali Pasien batuk berdahak sejak 2 minggu SMRS
atas atau saluran cerna
keluhan demam dengan gejala penyerta tidak
spesifik untuk beberapa hari, kemudian Demam (-)
Dapat ditemukan demam, batuk, pilek, disertai tanda gangguan SSP.
Kejang disertai penurunan kesadaran
diare, dan muntah
Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala, muntah dan
Pada anak biasanya keluhan berupa sakit pandangan mata kiri kabur.
Demam, nyeri kepala, letargi, malaise, kepala dan hiperestesia. Sakit kepala terutama
Nyeri kepala terutama pada daerah belakang kepala
kejang, muntah, penurunan kesadaran
di daerah frontal adau di seluruh kepala,
Keluhan diatas sangat sugestif meningitis, kadang juga dapat ditemui nyeri dibelakang Pasien juga menjadi lebih sering tidur-tiduran.
mata.
tapi tidak ada satu gejala yang khas.
Gejala meningitis :
Diagnosis Diferensial
Meningitis bakterialis
Pemeriksaan Fisis
Meningitis Viral
Pada kasus
Gangguan kesadaran dapat berupa Seringkali disertai ruam sebelum atau saat Pasien sopor dengan GCS 10 E2 M4 V4
penurunan kesadaran atau iritabilitas
muncul gejala gangguan SSP.
Tanda rangsang meningeal :
Dapat juga ditemukan tanda rangsang
Kaku kuduk (+), Brudzinski I (+). Kernig +
meningeal, dan defisit neurologis fokal
Seringkali ditemukan kaku kuduk tanpa
Defisit neurologis fokal
disertai ganguan neurologis fokal lainnya.
Dapat juga ditemukan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial
TTIK:
Diagnosis Diferensial
Meningitis bakterialis
Pemeriksaan
penunjang
Meningitis Viral
Pada kasus
Pungsi lumbal belum dilakukan.
Test mantoux (-)
Diagnosis Diferensial
Tatalaksana
Meningitis bakterialis
Meningitis Viral
Pada kasus
Supportif
Supportif
Mendapatkan obat :
Awali dengan antibiotik empiris, kemudia Acyclovir untuk ensefalitis karena HSV
nsesuaikan dengan hasil biakan dan uji resistensi
Streptomicin 1 x 500 mg IV
Colcancetin 4 x 500 mg IV
Cefotaxim 2 x 1 gram IV
Paracetamol 4 x 150 mg
Ranitidin 2 x 100 mg
Dexamethason 3x2mg
Pro op VP shunt
Komplikasi
Tinjauan Pustaka
Meningoensefalitis
Etiologi:
Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis
Haemophilus influenza tipe b
Manifestasi klinis
Didahului demam, ISPA, dan
gejala GIT
Non spesifik demam,
anoreksia, sulit makan, iritabel,
ISPA, petekie
Spesifik iritasi meninges,
peningkatan TIK
Diagnosis
Cairan serebrospinal
analisa dan kultur
Protein meningkat
Glukosa menurun
Pleositosis
Meningitis ? Ensefalitis?
Meningoensefalitis?
Meningitis
+ ensefalitis
Meningoensefa
litis
Patogenesis
Hematogen
(paling sering)
Misalnya
faringitis,
tonsilitis,
pneumonia
Transplasenta
Perkontinuitatum
Infeksi
Selap
ut
otak
Implantasi
langsung
Faktor Risiko
Laki-laki
BBLR
Prematur
KPD
Malnutrisi
Gangguan
sistem imun
Keganasan
Patogenesis
Patofisiologi
Perubahan pada pembuluh darah
dan parenkim otak vaskulitis,
thrombosis vena kortikal, dan
oklusi sinus venosus infark
cerebri
Inflamasi dari nervus kranialis
nervus optikus, oculomotor,
fasialis, dan auditori
Peningkatan tekanan intrakranial
kelumpuhan nervus
oculomotor (kompresi lobus
temporal)
Kelumpuhan nervus abducens
juga merupakan salah satu tanda
peningkatan intrakranial.
Pungsi Lumbal
Kontraindikasi:
(1) bukti peningkatan TIK (selain
ubun-ubun menonjol)
kelumpuhan nervus kranialis III atau VI
dengan penurunan kesadaran
Trias cushing
Diagnosis
Diagnosis meningitis bakterial tidak dapat dibuat hanya
dengan melihat gejala dan tanda saja. Manifestasi klinis
seperti demam, sakit kepala, muntah, kaku kuduk dan
adanya tanda rangsang meningeal kemungkinan dapat
pula terjadi pada meningismus, meningitis TBC dan
meningitis aseptic.
Diagnosis pasti meningitis hanya dapat dibuat dengan
pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi
lumbal. Oleh Karena itu setiap pasien dengan
kecurigaan meningitis harus dilakukan pungsi lumbal
Tatalaksana
Sefotaksim 200-300
mg/kgBB/hari IV dibagi
dalam 3-4 dosis, atau
Seftriakson 100
mg/kgBB/hari IV dibagi 2
dosis, atau
Ampisilin 200-400
mg/kgBB/hari IV dibagi
dalam 4 dosis +
Kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari dibagi dalam
4 dosis
Tatalaksana
Deksamethason
IDSA merekomendasikan
penggunaan
deksametason 10 20
menit sebelum atau saat
pemberian antibiotik
dengan dosis 0,15 0,6
mg/kg setiap 6 jam
selama 2-4 hari
Gangguan pendengaran,
gangguan kognitif, kejang
berulang, gangguan
berbahasa, dan gangguan
penglihatan.
Hidrosefalus
Akumulasi cairan serebrospinal dalam kompartmen
intrakranial
Merupakan kumpulan kondisi yang menyebabkan
gangguan surkulasi atau penyerapan cairan
serebrospinal
Terjadi akibat obstruksi, gangguan absorbsi, atau
kelebihan produksi CSS
Diagnosis
Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala.
Sementara itu gangguan visus, gangguan
motorik/berjalan dan kejang terjadi pada 1/3 kasus
hidrosefalus pada usia dewasa.
Pada pasien dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi
dari ventrikel pada foto CT Scan serta dapat melihat
posisi sumbatan yang menyebabkan terjadinya
hidrosefalus. Dengan CT-Scan saja hidrosefalus sudah
bisa ditegakkan.3
Tatalaksana
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
Ventrikulo-Peritoneal
Terapi definitif hidrosefalus gold standard adalah
Ventrikulo- Peritoneal (VP-shunting).3
Ventrikulo-Sisternal
CSS dialirkan ke sisterna magna.
Ventrikulo-Atrial
Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium
kanan jantung melalui vena jugularis interna
Komplikasi
Komplikasi Ventrikular Shunts
Komplikasi dari shunting adalah malfungsi, obstruksi,
infeksi, over-drainage, dan perdarahan intrakranial.
Malfungsi dari shunting adalah munculnya tanda-tanda
peningkatan intracranial. Anak dengan infeksi pada
shunting akan memiliki demam suhu menengah sama
dan disertai tanda-tanda peningkatan intrakranial.
TERIMAKASIH