Vonny Mutiara Oktaviana Wulan Sari Gumilang Sejarah Tianjin Tianjin adalah satu dari empat munisipalitas Republik Rakyat Tiongkok. Sebagai sebuah munisipalitas, Tianjin memiliki status setingkat provinsi dan ditangani langsung oleh pemerintah pusat. Wilayah perkotaan Tianjin adalah terbesar ke-3 di Tiongkok Daratan. Berdasarkan sejarah, Kota Tianjin merupakan salah satu kota kuno di Tiongkok yang sejak awal abad ke-15 saat masa pemerintahan Dinasti Sui, telah dirancang untuk menjadi kota perdagangan. Lokasi Tianjin yang terletak di tepi sungai Hai yang menghubungkan sungai terpanjang di Tiongkok Yangtze dan Sungai Kuning itu, membuat daerah tersebut menjadi pusat strategis untuk perdagangan. Lokasi Tianjin Daerah perkotaan Tianjin terletak sepanjang sungai Hai He. Pelabuhannya terletak di Laut Bohai di Samudera Pasifik. Kotamadya Tianjin berbatasan dengan provinsi Heibei di Utara, Selatan, dan Barat, lalu berbatasan dengan munisipalitas Beijing di Barat Laut dan Laut Bohai di Timur Jin Wei Gouba Cai Gaba Cai khas Tianjin merupakan hidangan milik kedai Da Fu Lai. Mengenai Gaba Cai dari Da Fu Lai, ada sebuah legenda yang beredar di masyarakat. Dikatakan bahwa pada jaman kaisar Qianlong dari Dinasti Qing, generasi penerus Zhangqing dalam Shui Hu Zhuan yang bernama Zhanglan, membuka sebuah kedai Zhang Ji yang khusus menjual jianbing. Pada suatu hari, Kaisar Qianlong yang sedang menyamar, masuk ke dalam kedai dan makan satu porsi jianbing gulung daun bawang. Tiba-tiba kaisar merasa sangat haus dan memesan semangkok sup. Kedai ini sebenarnya tidak menjual sup, tetapi pegawai kedai tidak kehilangan akal. Dia kemudian memotong-motong jianbing, manambahkan bumbu dan air, dan memasaknya menjadi sup, serta menghidangkannya kepada kaisar. Tidak disangka, sang kaisar sangat menyukai sup ini, dan menanyakan nama sup ini kepada pemilik kedai. Pegawai kedai mengira kaisar menanyakan namanya, dia menjawab: (Guo Ba). Jin Wei Gouba Cai Beberapa hari kemudian, seorang pengawal kekaisaran masuk ke dalam kedai ini sambil berteriak kepada pemilik kedai: Tuan, keberuntungan besar telah datang! (Keberuntungan besar = da fu; datang = lai). Dia kemudian menyerahkan uang perak hadiah dari kaisar. Sejak saat itu, Da Fu Lai Guoba Cai menjadi terkenal. Sebuah cerita lain berpendapat bahwa Gaba Cai bukanlah ciptaan orang Tianjin. Pada jaman dahulu, seseorang yang berasal dari Shandong memiliki kebiasaan makan jianbing bersama dengan kuah. Selanjutnya, saat dia bekerja di Tianjin, dia pun mengikuti kebiasaan orang Tianjin membuat jianbing dari kacang hijau, memotongnya tipis-tipis dan memakannya bersama kuah seperti kebiasaannya dahulu. Dia kemudian menjual hidangan kreasinya ini untuk bertahan hidup di Tianjin. Perlahan-lahan, melalui beberapa kali perubahan pada teknik pembuatan hidangan ini, Gaba Cai pun semakin populer dan menjadi makanan ringan khas Tianjin yang tidak ada di daerah lain. Kedai penjual Gaba Cai Jin Wei Gouba Cai Bahan : 500 gram Fn (beras) 500 gram Ldu (kacang hijau) Jici (daun bawang) Jing (jahe) Xingci (daun peterseli) Jingu yu (minyak kacang) Xingyu (minyak wijen) D lio fn (bubuk adas manis) Fngbinmin tiowi lio (saus mie) Jingyu (kecap asin) Ngohiong (Bumbu Ngohiong) Jin xng shu (bubuk alkali) Shu hnz (air kanji) Gn y wn pin (bakso ikan kering) Zhmajing (saus wijen) Dufu r(tahu fermentasi) Ljio yu (minyak cabai) Cara membuat: Tumbuk dan saring kacang hijau, rendam dalam air, kemudian uleni dengan tangan. Selanjutnya angkat keluar kulit kacang hijau dan kotoran lainnya,keringkan air. Campur kacang hijau dengan beras yang telah direndam, tumbuk menjadi adonan seperti bubur. Panaskan adonan di atas api, aduk-aduk hingga mengental. Panggang adonan di atas wajan datar hingga menjadi lembaran jianbing tipis. Potong jianbing menjadi helaian halus. Jin Wei Gouba Cai Panaskan minyak wijen masukkan daun bawang, jahe cincang, dan daun peterseli, tumis hingga berwarna keemasan. Selanjutnya masukkan bubuk adas manis, saus mie, dan kecap asin, tumis hingga harum, angkat dan sisihkan. Didihkan air dalam panci, masukkan garam dan hasil tumisan bumbu, didihkan kembali. Selanjutnya masukkan kecap asin, bubuk adas manis, ngohiong, jahe bubuk, dan bubuk alkali. Tunggu hingga mendidih, kentalkan dengan air kanji. Angkat dan sisihkan dalam mangkok. Hancurkan dan campur tahu fermentasi dengan air garam, tambahkan sedikit penyedap, aduk rata. Tumis bubuk cabai dengan minyak panas hingga minyak kemerahan. Matikan api, pisahkan minyak dan bubuk cabai. Ambil bakso ikan kering potong tipis-tipis, goreng dalam minyak wijen hingga renyah, kemudian rebus dalam air mendidih. Tambahkan kecap asin dan penyedap, didihkan sekali lagi, kemudian angkat dan sisihkan. Campur minyak wijen dan saus wijen. Masukkan potongan jianbing ke dalam mangkok berisi saus, aduk Jin Wei Gouba Cai Bakpao Goubuli Dulu di Kabupaten Wuqing, Provinsi Hebei ada seorang petani yang baru mempunyai seorang anak pada usia 40 tahun. Agar anak itu diberkati keselamatan, ia diberi nama kecil Gouzi. Setelah dewasa, Gouzi berhasil membuat makanan bakpao yang sangat lezat rasanya dan pembelipun berduyun-duyun datang. Begitu sibuknya ia melayani pembeli sehingga tidak sempat ia banyak bicara dengan para tamu, maka lama kelamaan, ia tidak lagi dipanggil Gouzi, tapi dipanggil Goubuli yang artinya tidak digubris oleh Gouzi. Demikianlah bakpau itupun dinamakan Goubuli. Bakpao Goubuli Guifaxiang Kue yang digoreng dengan taburan wijen ini berukuran besar, berwarna cokelat dan enak disantap selagi hangat. Bentuk kue ini sangat unik mirip dengan kepangan rambut atau kue untir-untir. Karena itu Guifaxiangdisebut juga dengan kue memutar. Mulanya kue ini dijual oleh sebuah perusahaan kue di jalan Dagu, Tianjian pada tahun 2000. Dalam satu tahun petama omset penjualan mencapai 430 juta yuan atau sekitar Rp. 645 Miliar. Camilan renyah ini terbuat dari bahan sederhana. Ada tepung terigu, minyak kedelai, gula, biji wijen, kacang tanah, walnut dan osmanthus yaitu tanaman bunga berwarna putih yang memiliki aroma kuat. Semua bahan ini dicampur menjadi adonan kemudian dibentuk seperti kepangan, dipilin dan digoreng hingga kecokelatan. Kue yang selalu diburu wisatawan ini juga tersedia dalam kemasan praktis. Guna memudahkan penikmatnya jika ingin membeli kue ini sebagai oleh-oleh. Per kemasan sekitar 200 gram harganya sekitar Rp. 44.000,00. Guifaxiang