Anda di halaman 1dari 43

PNEUMONIA KOMUNITAS

AYU LIDYA RAHMAH


20070310047
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA)
masih terus menjadi masalah kesehatan yang
utama meskipun kemajuan dalam identifikasi
baik agen-agen penyebab baru ataupun lama
sangat pesat, dan kemampuan obat-obat
antimikroba telah banyak ditingkatkan. Selain
itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan
dengan pendekatan diagnostic dan pilihan
pengobatan
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat
The infectious disease of America (IDSA) :
sebagai infeksi akut dari parenkim paru yang
berasosiasi dengan paling tidak gejala infeksi
akut dan diikuti oleh munculnya infiltrat akut
pada foto rontgen dada atau munculnya
auskultasi yang konsisten seperti pneumonia
Pneumonia komunitas (PK) adalah infeksi akut
pada parenkim paru pada individu yang tidak
dirawat di rumah sakit atau tinggal di fasilitas
perawatan jangka panjang sebelum timbulnya
gejala. Pneumonia nosokomial (PN) adalah
pneumonia yang terjadi > 48 jam atau lebih
setelah dirawat di rumah sakit baik di ruang
rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang
memakai ventilator. Pneumonia yang
berhubungan dengan pemakaian ventilator
(PBV) adalah pneumonia yang terjadi setelah
48-72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal
INSIDENSI
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran napas yang
terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas/PK)
atau di dalam rumah sakit (pneumonia
nosokomial/PN)
Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran
nafas bawah akut di parenkim paru yang serius
dijumpai sekitar 15-20%
Di AS pneumonia mencapai 13% dari semua
penyakit infeksi pada anak dibawah 2 tahun
UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di
dunia meninggal karena penyakit pneumonia
setiap tahun
Berdasarkan hasil penelitian insiden pada
pneumonia didapat 4 kasus dari 100 anak
prasekolah, 2 kasus dari 100 anak umur 5-9
tahun,dan 1 kasus ditemukan dari 100 anak
umur 9-15 tahun
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan
morbiditaspneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita:
3% dan angka kematian (mortalitas) pada bayi
23,8%, dan Balita 15,5%.
Setiap tahunnya di Amerika Serikat terdapat 5
juta sampai 10 juta kasus pneumonia komunitas
yang menyebabkan 1,1 juta hospitalisasi dan 45
ribu kematian
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai
permukaan:
Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi dipermukaan mukosa
. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 2,0 nm
melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses
infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran
napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi
inokulasi mikroorganisme
Stadium pneumonia
1. Stadium kongesti (4 12 jam pertama)
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam selanjutnya)
3. Stadium hepatisasi kelabu (konsolidasi)
4. Stadium akhir (resolusi)
KLASIFIKASI
Tipe Klinis Epidemiologi

Pneumonia komunitas Sporadis atau endemic; muda atau


orang tua.
Pneumonia nosokomial Didahului perawatan di RS

Pneumonia rekurens Terdapat dasar penyakit paru kronik

Pneumonia aspirasi Alkoholik, usia tua

Pneumonia pada gangguan imun Pada pasien transplantasi, onkologi,


AIDS
Berdasarkan lokasi
Pneumonia lobaris
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
Pneumonia lobularis
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus
terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat
dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-
bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan
Pneumonia interstistiel
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial
dinding bronkus dan peribronkial
DIAGNOSIS
Gejala klinis :
Demam dan menggigil akibat proses peradangan
Batuk yang sering produktif dan purulen
Sputum berwarna merah karat atau kehijauan
dengan bau khas
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan
hipoksia apabila infeksinya serius.
Gambaran klinis biasanya didahului oleh
infeksi saluran napas akut bagian atas selama
beberapa hari, kemudian diikuti dengan
demam, menggigil, suhu tubuh kadang-
kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan,
nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk,
dengan sputum mukoid atau purulen,
kadang-kadang berdarah.
Pemeriksaan fisik :
terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu bernafas
pada palpasi fremitus dapat mengeras
pada perkusi redup
pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-
kadang melemah.
Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian
menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat
peningkatan jumlah leukosit, biasanya
>10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul
Dapat terjadi peningkatan LED
Kultur darah dapat positif 20%-25% penderita
tidak diobati
Pemeriksaan bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi
nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi, jarum
transtokoral, torakkosentesis, bronkoskopi, atau
biopsy
Untuk tujuan terapi empiris dilakukan
pemeriksaan apus Gram
Pemeriksaan radiologis
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai
dengan lobus atau segment paru secara
anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang
jelas.
Volume paru tidak berubah
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura
Pada masa resolusi sering tampak Air
Bronchogram Sign
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis
Pneumonia severity index
Skor Pneumonia Severity Index

Karakteristik Penderita Skor

Faktor demografi
Usia: laki-laki Umur (tahun)
perempuan Umur (tahun)
Perawatan di rumah 10
Penyakit penyerta +10
Keganasan +30
Penyakit hati +20
Gagal jantung kongestif +10
Penyakit serebrovaskular +10
Penyakit ginjal +10
Pemeriksaan fisik
Perubahan status mental +20
Frekuensi nafas 30x/menit +20
TD sistolik <90 mmHg +20
Suhu tubuh <35oC atau 40oC +15
Frekuensi nadi 125x/menit +15

Hasil laboratorium/radiologi
Analisis gas darah arteri: pH 7,35 +30
BUN 30 mg/dL +20
Natrium <130 mEq/liter +20
Glukosa 250 mg/dL +10
Ht <30% +10
PO2 <60 mmHg atau SaO2 <90% +10
Efusi pleura +10
Stratifikasi Risiko Berdasarkan Total Skor PSI

Risiko Kelas Skor PSI Mortalitas Keterangan

I (ringan) Lihat algoritma 0,1% Tidak perlu dirawat di


rumah sakit

II (ringan) 70 0,6% Tidak perlu dirawat di


rumah sakit

III (ringan) 71-90 0,9% Tidak perlu dirawat di


rumah sakit atau rawat
dalam waktu singkat

IV (sedang) 91-130 9,3% Perlu dirawat di rumah


sakit
V (berat) >130 27% Perlu dirawat di rumah
sakit
Indikasi rawat inap di rumah sakit adalah bila
Skor PSI > 70, dan pneumonia pada penderita
NAPZA, akan tetapi bila skor PSI < 70,
penderita tetap di rawat inap bila:
Frekuensi nafas > 30x/mnt
Pa)2/ FiO2 kurang dari 250
Foto thoraks menunjukkan kelainan bilateral atau
lebih dari 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
Pasien berindikasi untuk di rawat di ICU
menggunakan criteria dari American Thorasic
Society adalah bila bila pasien PK sakit berat
terdapat 1 dari 2 kriteria mayor, atau 2 dari
kriteria minor.
1. Kriteria mayor : butuh ventilator dan syok
septik
2. Kriteria minor : tensi sistolik < 90 mmHg,
mengenai multilobar, PaO2/ FI O2 ratio > 250,
Confusion (waktu, tempat, orang), BUN level >
20 mg/dl, Respiration rate > 30 kali per menit,
lekopenia, trombositopenia, hipotermia.
MANAJEMEN
Terapi suportif umum
1. Terapi O22 untuk mencapai PaO22 80-100 mmHg
atau saturasi 95-96% berdasarkan pemeriksaan
analisis gas darah
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk
pengenceran dahak
3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
4. Pengaturan cairan. Kebutuhan kapiler paru
sering terganggu pada pneumonia, dan paru
lebih sensitif terhadap pembebanan cairan
terutama bila terdapat pneumonia bilateral
5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat
6. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin
kadang-kadang diperlukan bila terdapat
komplikasi gangguan sirkulasi
Ventilasi mekanis, indikasi intubasi dan
pemasangan ventilator pada pneumonia adalah:
Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O22
100% dengan menggunakaan masker
Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan
respiratory distress, dengan atau didapat asidosis
respiratorik.
Respiratory arrest.
Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
Terapi sulih (switch therapy)
Perubahan ini dapat diberikan secara sequential
(obat sama, potensi sama), switch over (obat
berbeda, potensi sama) dan step down (obat
sama atau berbeda, potensi lebih rendah)
Kriteria untuk Pneumonia komunitas terkait
stabilitas klinis adalah :
1. Temp 37,8 C,
2. Denyut jantung 100 denyut / menit,
3. Respirasi rate 24 napas / menit
4. Tekanan darah sistolik 90 mmHg
5. Saturasi O2 arteri 90% atau pO2 60
mmHg pada
ruang udara,
6. Kemampuan untuk mengambil asupan oral,
7. Normal satatus mental
KOMPLIKASI
Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar
45% kasus
Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi
kuman atau bakteriemia berupa meningitis
Hipoksemia akibat gangguan difusi
Bronkiektasis
PENCEGAHAN
Di luar negeri dianjurkan pemberian vaksinasi
influenza dan pnemukokus terhadap orang
dengan risiko tinggi, misalnya pasien dengan
gangguan imunologis, penyakit berat termasuk
penyakit paru kronik, hati, ginjal dan jantung. Di
samping itu vaksinasi juga perlu diberikan untuk
penghuni rumah jompo atau rumah
penampungan penyakit kronik, dan usia di atas
65 tahun
PROGNOSIS
1. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau
lebih lobus dan komplikasi ekstraparu
merupakan petanda prognosis yang buruk
2. Kuman gram negatif menimbulkan prognosis
yang lebih jelek
3. Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik,
karena itu perlu perawatan di RS kecuali bila
penyakitnya ringan
ALHAMDULILLAH

MERCI
BEAUCOUP!

Anda mungkin juga menyukai