Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

SKIZOFRENIA TAK TERINCI


PADA Tn.W DENGAN HALUSINASI
PENGLIHATAN
DI WISMA GATOTKACA RSJ.GRHASIA

Disusun Oleh:
Alfika Dewi Wijayanti
Alvionita Rosa Novitasari
Putri Prastiti Mubarokah
Shilmah Wahyuningsih
Wisnu Eko Wihantoro
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn.W
Umur : 40 th
TTL : Sleman, 31 Desember 1976
Jenis kelamin: Laki-laki
Suku/ Bangsa: Jawa/ Indonesia
Alamat : Berbah, Sleman
Agama : Islam
Pendidikan : STM jurusan gambar bangunan
Pekerjaan : Ngelas di Batam, laden tukang di Brebah
Sts perkawinan : Belum kawin
No. RM : 00.8xx.81
Dx. Medis : Skizofrenia tak terinci
Tgl masuk RS : 28 Maret 2016
Dirawat ke : IV (Empat)
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.S
Jenis kelamin: Laki-laki
Alamat : Caturharjo, Sleman
Hub. klien : Pendamping Panti
Data Fokus
1. Status mental
a. Pembicaraan
Klien berbicara dalam batas normal. Klien
bila berbicara berpidah-pindah dari satu
kalimat ke kalimat lainnya yang tidak ada
kaitannya (inkoheren). Contoh: ketika
ditanya, Siapa yang merusak kotak
listrik?. Klien menjawab,Aku adalah
seorang intel.
b. Aktifitas motorik
Berdasarkan hasil observasi, terdapat gerakan-
gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol
(tik). Klien sering melihat ke atas ketika diajak
berbicara. Terkadang juga klien tampak melamun
saat diajak berbicara.

c. Interaksi selama wawancara


Klien tidak fokus, kontak mata kurang karena
selama dilakukan pengkajian, klien tidak menatap
perawat yang mewawancarai. Jika tidak menunduk
maka klien sering melihat ke arah atas.
d. Persepsi
Klien mengalami halusinasi penglihatan. Klien
mengatakan melihat segerombolan bidadari dan laki-
laki di langit saat siang hari di langit, ketika malam hari
timbul di eternit kamar. Klien mengatakan senang jika
ada bidadari-bidadari di langit karena bidadari tersebut
cantik dan sering tersenyum manis. Klien mengatakan
belum ingin menghilangkan bidadari tersebut.

e. Proses pikir
Klien memiliki proses pikir sirkumstansial,
pembicaraan yang berbelit-belit tetapi sampai juga
pada tujuan pembicaraan.
f. Isi pikir
Klien merasa di kepalanya serta tengkuk bagian
belakang seperti ditarik ke atas oleh benang
sehingga merasa pusing. Benang yang
menariknya seperti bundet dan terasa susah
dihilangkan. Klien mengatakan merasa
terganggu dan ingin menghilangkan rasa sakit
tersebut.
2. Konsep diri
a. Ideal diri
Klien mengatakan ingin menikah tetapi belum ada
calon yang akan ia nikahi. Klien juga ingin lekas
sembuh dan kembali pada keluarga.
B. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: Gangguan Keinginan
- Klien mengatakan melihat persepsi menikah
segerombolan bidadari dan laki-laki di sensori: yang tidak
langit saat pagi dan siang hari, ketika halusinasi terpenuhi
malam hari timbul di eternit kamar. penglihatan
- Klien mengatakan senang jika ada fase
bidadari-bidadari di langit karena comforting
bidadari tersebut cantik dan sering
tersenyum manis.
- Klien mengatakan belum ingin
menghilangkan bidadari tersebut.
- Klien mengatakan ingin menikah tetapi
belum ada calonnya yang akan ia nikahi
DO:
Kontak mata kurang karena klien lebih
sering melihat ke atas (eternit)
No. Data Masalah
2. DS: Gangguan proses pikir:
- Klien merasa di kepalanya serta tengkuk waham somatic
bagian belakang seperti ditarik ke atas
oleh benang sehingga merasa pusing.
- Klien mengatakan merasa terganggu dan
ingin menghilangkan rasa sakit tersebut.
- Klien mengatakan menggunakan ikat
kepala karena merasa kepalanya sakit.

DO:
- Klien memiliki proses pikir sirkumstansial,
pembicaraan yang berbelit-belit tetapi
sampai juga pada tujuan pembicaraan.
- Klien bila berbicara berpidah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lainnya yang tidak
ada kaitannya (inkoheren).
- Klien menggunakan ikat kepala.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
penglihatan fase comforting berhubungan
dengan keinginan menikah yang tidak
terpenuhi
2. Gangguan proses pikir: Waham somatik
D. Rencana Keperawatan

Intervensi
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan selama 1 minggu
dari tanggal 18 April 2016- 23 April 2016
Implementasi Evaluasi
1. Bina Hubungan Saling Pasien kooperatif
percaya Mau menjawab salam
Mau berjabat tangan
Mau menyebutkan nama
Mau duduk berdampingan dengan
perawat
Ada kontak mata dengan perawat
2. Mengenal halusinasi Mampu menjelaskan halusinasi yang
yang ada pada klien dialami
Mampu menjelaskan waktu dan
frekuensi munculnya halusinasi
Mampu mengungkapkan perasaan saat
halusinasi muncul (fase halusinasi)
Implementasi Evaluasi
3. Mengontrol halusinasi Klien mulai terganggu dengan halusinasi saat
malam hari muncul
Mampu menghardik halusinasi
Mampu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap pada perawat
4. Guide Imagery Klien relaks
Klien merasa nyaman
Nyeri di kepala menjadi berkurang
5. Terapi kognitif (uji Klien masih mempertahankan wahamnya
realita) Klien mengatakan benang di kepalanya tidak
bisa hilang
Klien merasa terganggu dengan wahamnya
Klien ingin mehilangkan wahamnya
6. Home visite Keluarga menjelaskan penyebab klien
a. Pengkajian lanjutan mengalami gangguan jiwa
b. Penkes manajemen Keluarga mengatakan akan memberikan obat
obat secra rutin sesuai program pada klien
c. Penkes perawatan Keluarga mengatakan akan memberikan
klien di rumah aktivitas/ kegiatan setelah klien pulang ke
(pemberian aktivitas) rumah
Pembahasan
1. Pengkajian
a. Tanda dan gejala skizofrenia tak terinci
Teori Yang muncul Analisa
pada pasien
Gejala positif : Gejala positif: Klien sudah dirawat ke
Waham , halusinasi, kekacauan alam Waham IV (empat).
pikir, gaduh, gelisah, tidak dapat Halusinasi Klien masuk RSJ
diam, gembira berlebihan, agresif, tanggal 28 Maret 2016
mondar mandir, bicara dengan dan dilakukan
semangat, pikiran penuh dengan pengkajian pada
kecurigaan, menyimpan rasa tanggal 18 April 2016,
permusuhan. selama itu klien sudah
mendapatkan terapi
Gejala negatif: farmakologi dan non
Alam perasaan: tumpul atau farmakologi sehingga
datar, menarik diri, kontak tak semua gejala
emosional amat miskin atau skizofrenia tak terinci
pendiam, pasif, apatis, sulit dalam muncul pada klien.
berpikir abstrak, pola pikir sterotipy.
b. Fase halusinasi
Teori Yang dialami Analisa
pasien
1. Comforting (merasa Comforting Saat dilakukan pengkajian
nyaman dengan pada tanggal 18 April 2016,
halusinasinya) klien masih dalam fase
2. Condemning (merasa Condemning comforting sampai pada
terganggu/ menjijikan) tanggal 19 April.
3. Controling (berhenti Tanggal 20 April, klien dalam
menghentikan perlawanan fase condemning karena
terhadap halusinasi dan merasa terganggu saat malam
menyerah pada hari dan ingin dihilangkan
halusinasi) Telah dilakukan terapi
4. Consquering (mengikuti farmakologi dan non
halusinasi) farmakologi (manajemen
halusinasi) sehingga tidak
menuju fase berikutnya
2. Diagnosa Keperawatan
Teori Yang muncul Analisa
pada pasien
3. Rencana Keperawatan
a) Prioritas pertama pada diagnosa yang diambil yaitu waham
karena
) Klien lebih dominan merasa terganggu dengan
wahamnya daripada halusinasi
) Halusinasi klien saat pengkajian masih dalam fase
comforting
) Intervensi yang lebih banyak dilakukan pada diagnosa
waham
a) Setiap intervensi dilakukan selama 5 kali pertemuan karena
) klien kooperatif
) tanda dan gejala yang muncul berkurang karena dibantu
oleh terapi farmakologi sebelumnya
4. Implementasi
Intervensi Implementasi Analisa
BHSP
Mengenal halusinasi
Mengontrol
halusinasi
Terapi kognitif
Guide imagery
Home visite
Catatan perkembangan
Saat dilakukan pengkajian Sekarang
Halusinasi Halusinasi
- Fase comforting (senang, nyaman) - Fase condemning (menjijikan)
- Pagi, siang dan malam muncul - Ketika siang muncul bidadari
bayangan bidadari yang cantik cantik tetapi kalau malam
- Klien berbicara sendiri menakutkan
- Klien sering melamun - Klien tidak berbicara sendiri
- Kontak mata kurang - Klien sering bercakap-cakap
dengan perawat
- Ada kontak mata pada perawat

Waham Waham
Kepala klien diikat kain Kepala tidak diikat
Klien merasa sangat nyeri pada Klien mengatakan nyeri berkurang
kepala dan tengkuk setelah dilakukan terapi
Klien meringis kesakitan Klien lebih relaks
Kalau kesakitan, klien Tidak membenturkan kepala ke
membenturkan kepala ke tembok tembok
5. Faktor Pendukung
Klien kooperatif
Keluarga kooperatif
Usia klien 40th, belum lansia
Pendidikan klien terakhir SMA
6. Faktor Penghambat
Waham kuat
Halusinasi dalam fase comforting saat
pengkajian
Klien mempertahankan pendapatnya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai