Tujuan:
a. Memberikan jaminan kepada pasien untuk memperoleh pelayanan
kedokteran yang berdasarkan pada nilai ilmiah sesuai dengan
kebutuhan medis pasien;
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kedokteran
yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
2 jenis standar
1. "Standar" yang bersifat nasional disebut sebagai Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK)
2. Standar" yang berlaku lokal untuk fasyankes disebut Panduan Praktik
Klinis (PPK) yang dapat disertai dengan
Alur klinis (clinical pathway)
Algoribne
Protokol
Prosedur
Standing orders
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) adalah penyataan
yang dibuat secara sistematis yang didasarkan pada bukti ilmiah
(scientific evidence), untuk membantu dokter dan dokter gigi dalam
membuat keputusan klinis tentang tata laksana penyakit atau kondisi
klinis tertentu.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Keluhan
1. Keluar ingus dari hidung (rinorea)
2. Hidung tersumbat
3. Dapat disertai rasa panas atau gatal pada hidung
4. Bersin-bersin
5. Dapat disertai batuk
RINITIS AKUT
Faktor Risiko
1. Penurunan daya tahan tubuh.
2. Paparan debu, asap, atau gas yang bersifat iritatif.
3. Paparan dengan penderita infeksi saluran napas.
RINITIS AKUT
Pemeriksaan Fisik
1. Suhu dapat meningkat
2. Rinoskopi anterior: kavum nasi sempit, terdapat sekret serous atau
mukopurulen, mukosa konka udem dan hiperemis.
RINITIS AKUT
Diagnosis Klinis
Klasifikasi berdasarkan etiologi
1. Rinitis Virus
a. Rinitis simplek (pilek, selesma, common cold, coryza)
virus adenovirus, picovirus, dan subgrupnya seperti rhinovirus, dan
coxsackievirus. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu.
b.Rinitis influenza
Virus influenza A, Batau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan
gejalanya mirip dengan common cold. Komplikasi berhubungan dengan
infeksi bakteri sering terjadi.
RINITIS AKUT
2. Rinitis Bakteri
Rinitis bakteri primer. Infeksi ini tampak pada anak dan biasanya akibat
dari infeksi pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus.
Membran putih keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga
hidung, dan apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan /
epistaksis.
Rinitis bakteri sekunder merupakan akibat dari infeksi bakteri pada
rinitis viral akut.
RINITIS AKUT
3. Rinitis Iritan
Disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang bersifat iritatif
seperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain.
Diagnosis Banding
Rinitis alergi pada serangan akut, Rinitis vasomotor pada serangan
akut
RINITIS AKUT
Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
a. Istirahat yang cukup
b. Menjaga asupan yang bergizi dan sehat
2. Medikamentosa
a. Simtomatik: analgetik dan antipiretik (Paracetamol), dekongestan
topikal, dekongestan oral (Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin,
Fenilefrin).
b. Antibiotik: bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri,
Amoksisilin, Eritromisin, Sefadroksil
GASTRITIS
Keluhan
rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas. memburuk
bila diikuti dengan makan, mual, muntah dan kembung
Faktor Risiko
1. Pola makan yang tidak baik
2. Sering minum kopi dan teh
3. Infeksi bakteri atau parasit
4. Pengunaan obat analgetik dan steroid
5. Usia lanjut
6. Alkoholisme
7. Stress
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
1. Nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat.
2. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan pendarahan
saluran cerna berupa hematemesis dan melena.
3. Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva tampak
anemis.
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Untuk diagnosis definitif dilakukan pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan
Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: Omeprazol 20
mg/kali
HIPERTENSI ESENSIAL
Keluhan
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Keluhan
hipertensi antara lain:
1. Sakit atau nyeri kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Leher kaku
HIPERTENSI ESENSIAL
Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga.
HIPERTENSI ESENSIAL
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
1. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)
2. Konsumsi alkohol berlebihan
3. Aktivitas fisik kurang
4. Kebiasaan merokok
5. Obesitas
HIPERTENSI ESENSIAL
Pemeriksaan Fisik
1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi
komplikasi hipertensi ke organ lain.
2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII.
3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis
dan pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena jugular, batas jantung,
dan ronki).
HIPERTENSI ESENSIAL
Keluhan
Pasien datang ke dokter karena buang air besar (BAB) lembek atau
cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau
lebih dalam waktu 24 jam.
Faktor Risiko
1. Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.
2. Riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi obat.
3. Infeksi HIV atau Infeksi Menular Seksual
GASTROENTERITIS
Pemeriksaan Fisik
1. berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan
serta tekanan darah.
2. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi
3. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik.
4. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
5. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
6. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan
cara: obyektif dan subyektif
Tabel 3.3 Pemeriksaan derajat dehidrasi
GASTROENTERITIS
Rasa Haus Minum Normal Sangat haus,sangat ingin minum Tidak dapat minum
Kualitas denyut nadi Normal Normal sampai lemah Lemah atau tidak teraba
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest
Palpasi : fremitus taktil dada normal
Perkusi : sonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah
Auskultasi : suara nafas vesikuler atau bronkovesikuler, dengan
ekpirasi panjang, terdapat ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat
hilang atau pindah setelah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi
(perpanjangan ekspirasi hingga mengi) dan krepitasi.
BRONKITIS AKUT
Penatalaksanaan
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala-gejala
2. Mengurangi laju perkembangan penyakit apabila dapat dideteksi
lebih awal.
3. Oksigenasi pasien harus memadai.
4. Istirahat yang cukup.
5. Pemberian obat antitusif (penekan batuk):
6. Pemberian ekspektoran (obat batuk pengencer dahak
BRONKITIS AKUT