Anda di halaman 1dari 21

THOHAROH

(Bersuci)

Oleh:
Zulaiha Aziz, S.Pd.I
Pengertian Thoharoh
Menurut bahasa thoharoh artinya bersuci.
Menurut syara:
Qadi Husain:
Thoharoh: menghilangkan sesuatu yang dapat
mencegah hadas.
Imam Nawawi:
Thoharoh: suatu pekerjaan menghilangkan
hadas atau najis.
Syekh Ibrahim Al Bajuri:
Thoharoh: melakukan pekerjaan yang
memperbolehkan salat, seperti mandi, wudu,
dan tayamum.
Dasar-dasar Thoharoh
Perihal bersuci, meliputi:

Alat bersuci, seperti air, tanah dsb.


Kaifiat (cara) bersuci
Macam dan jenis-jenis najis yang
perlu disucikan
Benda yang wajib disucikan
Sebab-sebab atau keadaan yang
menyebabkan wajib bersuci.
Dalam fiqih Islam, thoharoh mencakup 2 hal:
Bersuci dari najis
Bersuci dari hadas
Najis

Mukhafafah Mutawassitah Mughalazah

Ainiyah Hukmiyah
Macam-macam Najis:
1. Najis Mukhafafah: najis ringan
Berupa air kencing anak laki-laki yang belum
berumur 2 tahun dan belum makan selain air
susu ibu (ASI)
Kaifiat mencuci najis ini: cukup dengan
memercikkan air pada benda atau apa saja
yang terkena najis walaupun tidak mengalir.
Dasar:
2. Najis Mutawassitah: najis pertengahan (tidak ringan
tidak juga berat). Misalnya:
Darah, nanah, dan sebangsanya.
Kotoran (manusia atau binatang), air seni, atau
sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur
apapun bentuknya, kecuali mani.
Bangkai binatang yaitu: binatang yang mati tidak
karena disembelih secara Islam, binatang yang
tidak halal dimakan meskipun disembelih, kecuali
bangkai ikan dan belalang.
Benda cair yang memabukkan
Air susu atau air mani binatang yang tidak halal
dimakan.
Najis Mutawassitah dibagi 2, yaitu:
1) Najis ainiyah
Najis yang tampak zatnya secara lahir dan
jelas warna, dan bau serta rasanya.
Cara mensucikan: dengan membasuhnya
dengan air sampai hilang ketiga sifat
tersebut.
2) Najis hukmiyah
Najis yang kita yakini adanya (menurut
hukum), tetapi tidak tampak ketiga
sifatnya. Seperti: kencing yang sudah lama
kering sehingga sifatnya hilang.
Cara mensucikan: cukup dengan
mengalirkan air kepada benda yang
terkena najis.
Najis mafu (yang dimaafkan)
Bangkai binatang yang darahnya tidak
mengalir ketika dibunuh.
Contoh: lalat, nyamuk, dll.
3. Najis mughalazhah: najis berat.
Anjing dan babi
Cara mensucikan benda yang terkena
najis ini: mencucinya dengan air
sebanyak 7x yang salah satunya
dicampur dengan debu atau tanah yang
suci.
Dasar:
Hadast

Hadast artinya sesuatu yang baru


datang.
Dalam istilah ilmu Fikih, hadas:
keadaan tidak suci (bukan benda)
yang timbul karena datangnya
sesuatu yang ditetapkan oleh
hukum agama sebagai yang
membatalkan keadaan suci.
Macam-macam Hadast
1. Hadast besar:
Disebabkan oleh:
Keluarnya mani (sperma), meskipun
tanpa coitus
Persetubuhan (jimak/coitus), meskipun
tidak sampai keluar sperma
Haid (menstruasi)
Nifas (keluar darah sesudah persalinan)
Wiladah (persalinan)
Mati
2. Hadast kecil
Keluarnya sesuatu benda (padat, cair atau
gas) dari salah satu jalan pelepasan (qubul
atau dubur / lubang alat kelamin atau anus).
Hilang akal/kesadaran, umpamanya karena
mabuk, pingsan, tidur dsb.
Persentuhan kulit (tanpa benda pemisah)
antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim.
Memegang (dengan telapak kanan sebelah
dalam) jalan pelepasan (qubul/anggota
kelamin atau dubur/anus) baik miliknya
sendiri atau orang lain.
Bersuci dari Hadast

1. Hadast kecil:
Dengan berwudhu atau tayamum
2. Hadast besar:
Dengan mandi atau tayamum
Macam-macam jenis air
1. Air suci dan menyucikan (air mutlak)
Keadaan air tsb suci dapat menyucikan
hadas atau najis serta tidak makruh hukum
menggunakannya.
Misal: air mutlak yang masih tetap belum
berubah keadaannya, air hujan, air laut, air
sumur, air embun, dan air es yang telah
hancur kembali serta air dari sumber mata
air.
Dasar:
2. Air suci menyucikan, tetapi makruh apabila
digunakan pada badan.
Misal: air musyamas, yaitu air yang
dijemur pada terik matahari dengan
menggunakan bejana selain emas dan
perak.
Dasar:
3. Air suci tetapi tidak menyucikan, baik untuk
menghilangkan hadas ataupun najis.
Air mustamal: air yang banyaknya kurang
dari 2 kullah, telah terpakai untuk
menghilangkan hadas atau najis dan salah
satu sifatnya tidak berubah.
Air yang telah berubah salah satunya
karena bercampur dengan suatu benda
yang suci, selain dari perubahan yang telah
disebutkan di atas, seperti air kopi, air teh,
air susu dsb.
Air pepohonan atau buah-buahan, seperti
air yang keluar dari tekukan pohon kayu
(air nira), air kelapa, dsb.
4. Air najis
Yaitu air yang terkena najis, antara lain:
Air yang sudah berubah salah satu sifatnya
karena bercampur najis, baik air itu banyak
atau sedikit.
Air yang terkena najis dan tidak berubah
salah satu sifatnya. Air ini kalau sedikit
tidak boleh dipakai, baik untuk
menghilangkan hadas atau najis dan
hukum air tersebut adalah najis. Tetapi,
kalau airnya banyak, maka hukumnya tetap
suci dan menyucikan.
Dasar:
Dari segi sedikit atau banyaknya air
1. Air banyak:
Air yang sudah mencapai ukuran isi 2 kullah
atau lebih.
Meskipun tercampur najis, asal tidak berubah
wujudnya tetap suci dan menyucikan, tidak
menjadi najis.
Meskipun dipergunakan untuk bersuci,
bekasnya tetap suci dan menyucikan, tidak
mustamal.
2. Air sedikit:
Air yang kurang dari batas 2 kullah.
Kalau tercampur najis, meskipun tidak
berubah wujudnya, maka menjadi najis.
Kalau dipergunakan untuk bersuci, bekasnya
menjadi mustamal (tidak menyucikan lagi,
meskipun mungkin masih suci).

Anda mungkin juga menyukai