DAN POSITIF
ANGGOTA KELOMPOK
Prinsip dari teori akuntansi positif beranggapan bahwa tujuan dari teori
akuntansi bermaksud untuk memprediksi dan menjelaskan praktik akuntansi.
Teori akuntansi positif merupakan studi lanjutan dari teori akuntansi normatif
karena kegagalan dari teori normatif dalam menjabarkan fenomena praktik yang
terjadi secara real (nyata). Teori normatif merupakan pendapat subyektif
(pribadi) sehingga tidak dapat diterima secara mentah, harus dapat diuji secara
empiris supaya memiliki dasar teori yang kuat.
HIPOTESIS TEORI POSITIF (WATTS & ZIMMERMAN)
1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Manajer perusahaan cenderung lebih menyukai metode yang dapat meningkatkan laba periode berjalan
dengan bonus tertentu. Pilihan diharapkan dapat meningkatkan nilai bonus yang akan diterima tidak dapat
menyesuaikan dengan metode yang dipilih.
2. Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)
Semakin tinggi rasio ekuitas atau hutang perusahaan maka makin besar para manajer untuk memilih
metode akuntansi yang data efektif untuk menaikkan laba. Semakin tinggi rasio hutang dan ekuitas akan
mendekatkan perusahaan dengan batas perjanjian atau peraturan kredit dan makin besar kemungkinan
penyimpangan prjanjian kredit dan pengeluaran biaya.
3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)
Hipotesis ini didasari asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu untuk menentukan
kondisi laba akuntansi apakah betul-betul menunjukkan monopoli laba.
CONTOH TEORI POSITIF
Salah satu contoh dalam penggunaan teori positif adalah hipotesa mengenai
program pemberian bonus. Hipotesa ini menunjukkan bahwa manajemen yang
remunerasinya didasarkan pada bonus, akan berusaha memaksimalisasi
bonusnya melalui penggunaan metode akuntansi yang dapat menaikkan laba
dan pada akhirnya memperbesar bonus. Teori ini akan dapat menjelaskan atau
memprediksi prilaku manajemen dalam hal program pemberian bonus.
Teori akuntansi positif pada dasarnya merupakan alat untuk menguji secara
empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif. Karena teori
normatif pada dasarnya merupakan pendapat pribadi yang subyektif yang tidak
dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan. Oleh sebab itu
dibutuhkan pengembangan teori akuntansi yang sekarang disebut teori
akuntansi positif yang bertujuan untuk menguji teori akuntansi normatif secara
empiris agar memiliki dasar teori yang kuat.