Anda di halaman 1dari 40

REFERAT KUSTA

DEFINISI

• Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya


ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat.

• Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat
EPIDEMIOLOGI

MENURUT GEOGRAFI
M EN U R U T WA K TU

• selama tahun 2011. Delapan belas • WHO tahun 2011 menyebutkan 219.075
penduduk dunia merupakan pasien kusta
negara ini mempunyai kontribusi
• Asia Tenggara (160.132)
94% dari seluruh kasus baru di
• regional Amerika {36.832)
dunia
• regional Afrika (12.673),
DISTRIBUSI MENURUT FAKTOR MANUSIA:

Distribusi menurut jenis


Etnik dan suku Faktor sosial ekonomi Distribusi menurut umur
kelamin

Etnik Burma > etnik Laki-laki>>


India
pada semua usia (3 minggu
Dengan adanya sarnpai lebih dari 70 tahun)
peningkatan sosial
Etnik China > etnik ekonomi, maka
Melayu atau India. kejadian kusta sangat
cepat menurun bahkan >> usia muda dan
hilang produktif.
Myocobacterium
leprae

berbentuk
ETIOLOGI Gram-positif
tahan asam basil

3-8Um x
0.5 Um
• Reproduksi terjadi dengan pembelahan biner
dan tumbuh perlahan (sekitar 12-14 hari) di
bantalan kaki tikus.
• Suhu yang dibutuhkan untuk bertahan hidup
dan proliferasi antara 27 ºC dan 30 ºC
PATOGENESIS
Klasifikasi
PB MB
1. Lesi kulit (makula  1-5 lesi  > 5 lesi
yang datar, papul  Hipopigmentasi/eritema  Distribusi lebih simetris
yang  Distribusi tidak simetris
meninggi,infiltrat,
plak eritem, nodus)

1. Kerusakan saraf  Hilangnya sensasi yang jelas  Hilangnya sensasi kurang


(menyebabkan  Hanya satu cabang saraf jelas
hilangnya sensasi/  Banyak cabang saraf
kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf
yang terkena)

Positif (+) Negatif (-)


1. BTA
DIAGNOSIS
Manifestasi pada Kulit
• Bentuk : makula, infiltrat, papul, nodus
• Jumlah : satu, beberapa, banyak
• Distribusi: simetris, asimetris
• Permukaan: halus, berkilat, kering bersisik
• Batas: jelas, tidak jelas
• Anastesia : jelas, tidak jelas, tidak ada
MANIFESTASI PADA SARAF
KERUSAKAN SARAF

Sensoris Motoris Otonom

Anastesi paresis/paralisis kulit kering


N. ulnaris - anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis
- clawing kelingking dan jari manis
- atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial

N. medianus - anestesia pada ujung jari anterior ibu jari, telunjuk dan jari tengah
- tidak masuk aduksi ibu jari
- clawing ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah
- ibu jari kontraktur
- atrofi otot tenar dan otot lumbrikalis lateral

N. radialis - anestesia dorsum manus serta ujung proksimal jari telunjuk


- tangan gantung (wrist drop)
- tak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan
N. poplitea lateralis - anestesia tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis
- kaki gantung (foot drop)
- kelemahan otot peroneus

N. tibialis posterior - anestesia telapak kaki


- claw toes
- paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis

N. Fasialis - cabang zigomatik dan temporal menyebabkan lagoftalmus


- cabang bukal, mandibular dan servikal menyebabkan kehilangan ekspresi wajah
dan kegagalan mengatupkan bibir

N.Trigeminus - anestesia kulit wajah, kornea dan konjugtiva mata


3 tanda kardinal

Ditemukannya
M. Leprae
Penebalan sebagai
saraf perifer, bakteriologis
Lesi kulit yang positif
anestesi ,
KETERLIBATAN JARINGAN LAIN
• keterlibatan mukosa laring yang menjadi menebal, nodus dan
ulserasi yang akhirnya berkembang >fibrosis pita suara
• Atrofi pada tulang anterior nasal biasanya terjadi karena end arteritis
kusta dan osteomielitis piogenic>saddle nose.
• Di abdomen, lien dan hepar dapat diinfilrasi oleh makrofag M. leprae
dan dapat membesar
• ginjal dapat berupa glomerulonefritis, nefritis interstisial dan
pielonefritis
SIFAT LL BL BB

Lesi
Bentuk Makula, Infiltrat Difus, Makula, Plakat, Papul Plakat, Dome Shaped
Jumlah Papul, Nodul Sukar dihitung, masih (Kubah), Punched Out
Distribusi Tidak terhitung, praktis ada kulit sehat Dapat dihitung, kulit sehat
Permukaan tidak ada kulit sehat Hampir simetris jelas ada
Batas Simetris Halus Berkilat Asimetris
Anestesia Halus Berkilat Agak Jelas Agak Kasar/berkilat
Tidak Jelas Tak Jelas Agak Jelas
Biasanya Tak Jelas Lebih Jelas
BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak Banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya Negatif Negatif
Tes Lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
SIFAT TT BT I

Lesi
Bentuk Makula saja, makula dibatasi Makula dibatasi infiltrat Hanya makula
Jumlah infiltrat Beberapa, atau satu Satu atau beberapa
Distribusi Satu, dapat beberapa dengan satelit variasi
Permukaan asimetris Masih asimetris halus agak berkilat
Batas kering bersisik Kering bersisik jelas/tidak
Anestesia Jelas Jelas tidak ada sampai tidak
Biasanya Tak Jelas Tak Jelas jelas

BTA
Lesi kulit Negatif Negatif/positif 1 Biasanya negatif
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya Negatif Negatif
Tes Lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Positi lemah sampai negatif
Lesi Tuberculoid Borderline
leprosy, soliter, Tuberculoid Leprosy, Punch out Kulit
anesthetic, annular gambaran anular
inkomplit dengan
Borderline multiple
papul satelit BB Leprosy nodular
pada
Lepromatous
Leprosy
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Bakterioskopik
 Membantu menegakkan diagnosis
 Pengamatan pengobatan
 M. leprae terlihat merah
 solid : batang utuh  hidup
 fragmented : batang terputus  mati
 granular : butiran  mati
 Indeks Bakteri:
 Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu sediaan
 Nilai 0 – 6+

 Indeks Morfologi:
 Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah solid
dan non solid
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. PemeriksaanHistopatologik
– Untuk memastikan gambaran klinis
– Penentuan klasifikasi kusta

3. Pemeriksaan Serologis
– Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
– Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
– Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
– Tes lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi tidak
untuk diagnosis. Tes ini berguna untuk menunjukkan sistem imun penderita
REAKSI KUSTA
Diagnosis Banding
 Kelainan kulit pada kusta tanpa komplikasi dapat hanya berbentuk, makula saja, infiltrat
sata, atau keduanya.
 Disebut “The greatest imitator”

 Diagnosis banding :
o ptyriasi versicolor
o Pitiriasis rosea
o Pitiriasis alba
o Dermatofitosis
o Erythema annulare centrifugum
PENGOBATAN
Multi Drugs Treatment (MDT):
• DDS (Diamino Difenil Sulfon)
• Klofazimin (Lamprene)
• Rifampisin

Pemberian MDT:
• Mencegah dan mengobati resistensi
• Memperpendek masa pengobatan
• Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
PENGOBATAN

Obat Alternatif:
• Ofloksasin
• Minosiklin
• Klaritromisin
• Obat penunjang (vitamin/ roburansia)
• Obat neurotropik seperti vitamin B1, B6, dan B12 dapat diberikan. 2
PENGOBATAN
MDT Multibasiler (MB)
– BB,BLdan LL
– atau semua tipe BTA (+)
• Rifampisin 600 mg/bulan
• DDS 100 mg/hari
• Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
• Diberikan 2 – 3 tahun bakterioskopik (-)
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
PENGOBATAN
MDT Pausibasiler (PB)
– I, TT, dan BT

• Rifampisin 600 mg/bulan


• DDS 100 mg/hari
• Diberikan 6 – 9 bulan
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
PENGOBATAN
MDT Pausibasiler (Lesi tunggal)

• Rifampisin 600 mg
• Ofloksasin 400 mg
• Minosiklin 100 mg

• ROM  diberikan dosis tunggal


PENGOBATAN
Release From Treatment (RFT) :
• Penghentian pemberian obat
• Kontrol klinis dan bakterioskopis

Release From Control (RFC) :


• Bebas dari pengamatan
• Lesi baru (-), BTA (-)
PENGOBATAN

WHO (1998)
• RFT & RFC tidak dianjurkan lagi
• Pasien dinyatakan sembuh jika :
• Kasus MB  12 dosis dalam 12 – 18 bulan
• Kasus PB  6 dosis dalam 6 – 9 bulan
REAKSI KUSTA
• Suatu keadaan akut pada perjalanan peny kusta yang
kronik
• Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat
• Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi
PENGOBATAN REAKSI
Reaksi ENL
• Ringan  rawat jalan, istirahat
• Berat  rawat inap
• Obat :
– Prednison 15 – 30 mg/hr  berat/ringan reaksi
– Klofazimin 200 – 300 mg/hr
– Thalidomide  teratogenik, di Indonesia (-)
DOSIS PREDNISONE HARIAN MENURUT MINGGU PEMBERIAN

Minggu pemberian Dosis prednisone harian yang dianjurkan


1-2 40 mg
3-4 30 mg
5-6 20 mg
7-8 15 mg
9-10 10 mg
11-12 5 mg
PENGOBATAN REAKSI
Reaksi Reversal
• Neuritis (+)
• Prednison 15 – 30 mg/hr
• Analgetik + sedatif
• Anggota gerak yang terkena  istirahatkan

Neuritis (-)
• Kortikosteroid (-)
• Analgetik kalau perlu
KOMPLIKASI

Sosial
Ulserasi
berdampak Psikologis
Mutilasi

Deformitas Ekonomis
DERAJAT KECACATAN
Cacat pada tangan dan kaki

Tingkat 0 Tidak ada gangguan sensibilitas, kerusakan dan deformitas

Tingkat 1 Ada gangguan sensibilitas TANPA kerusakan atau deformitas

Tingkat 2 Terdapat kerusakan atau deformitas

Cacat pada mata

Tingkat 0 Tidak ada kelainan/kerusakan

Tingkat 1 Ada kelainan/kerusakan pada mata yang tidak terlihat, visus sedikit berkurang

Tingkat 2 Ada kelainan mata yang terlihat (lagotalmus, iritis, kornea keruh) dan/atau
visus sangat terganggu
• Prognosis
• Bergantung pada seberapa luas lesi dan tingkat stadium penyakit.
• Kesembuhan bergantung pula pada kepatuhan pasien terhadap
pengobatan.
• Pasien dapat mengalami kelumpuhan bahkan kematian, serta
kualitas hidup pasien menurun

Anda mungkin juga menyukai