Anda di halaman 1dari 25

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA


& FUNGSIONAL
oleh:
dr Lily S.Sulistyowati,MM
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

TOT Penanggulangan Gangguan Indera dan Fungsional


BBPK Jakarta/12-19 Maret 2017
1
PERMENKES RI NO. 64 TAHUN 2015
TENTANG ORGANISASI & TATA KERJA KEMENKES

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERDIRI ATAS:

• SUBDIREKTORAT PENYAKIT PARU KRONIK DAN GANGGUAN IMUNOLOGI;

• SUBDIREKTORAT PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH;

• SUBDIREKTORAT PENYAKIT KANKER DAN KELAINAN DARAH;

• SUBDIREKTORAT PENYAKIT DM DAN GANGGUAN METABOLIK;

• SUBDIREKTORAT GANGGUAN INDERA DAN FUNGSIONAL :

a. Seksi Gangguan Indera

b. Seksi Gangguan Fungsional


Mengapa perlu memelihara kesehatan Indera
Penglihatan ?

83% informasi sehari – hari masuk melalui indera


penglihatan.

90% para penyandang gangguan penglihatan karena kelainan


refraksi yang tidak terkoreksi dan 70-80 % ancaman kebutaan
karena katarak . Kedua permasalahan tersebut dapat
dilakukan deteksi dini sehingga dapat dilakukan pencegahan

Prevalensi katarak pada penduduk usia ≥ 50 tahun di


beberapa Provinsi diatas 2 % dan prevalensi kebutaan rata –
rata lebih dari 1%
Pentingnya memelihara kesehatan
Indera Pendengaran, karena :
Indera pendengaran merupakan investasi masa depan dan
merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan produktif.

Gangguan indera pendengaran akan mengakibatkan ganggu


an komunikasi yang menyebabkan gangguan penyerapan
informasi berupa ilmu dan pembinaan masa depan, sehingga
perlu penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas
hidup dan produkfitas seseorang.

Hasil Riskesdas 2013 : prevalensi gangguan pendengaran pada


penduduk usia ≥ 5 tahun sebesar 2,6% dan prevalensi
ketuliannya sebesar 0,09%
A. Gangguan Indera Penglihatan

• Penyebab Gangguan Penglihatan yang dapat dilakukan upaya deteksi dini :


1.Katarak
2.Gangguan refraksi
• Penyebab Kebutaan yang dapat dicegah:
1.Katarak
2.Glaukoma

Penyebab Gangguan Penglihatan yang dapat dilakukan upaya deteksi dini :


1.Katarak
2.Gangguan refraksi
Penyebab Kebutaan yang dapat dicegah:
1.Katarak
2.Glaukoma
3. Retinopati Diabetik
Penanggulangan Gangguan Indera
diprioritaskan pada Gangguan Indera
Penglihatan dan Indera Pendengaran

Prioritas Penanggulangan Proritas Penanggulangan


Gangguan Indera Gangguan Indera
Penglihatan : Pendengaran :
1. Tuli Kongenital
1. Katarak
2. OMSK (Otitis Media
2. Kelainan Refraksi Supuratif Kronis)
3. Serumen Prop
3. Glaukoma 4. Gangguan
4. Retinopati Diabetik Pendengaran Akibat
Bising.
5. Presbikusis
PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO GANGGUAN
INDERA PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN
DENGAN PERILAKU CERDIK DAN PATUH
P Periksa Kesehatan secara rutin
dan ikuti anjuran dokter
Atasi Penyakit dengan
A
pengobatan yang tepat dan
teratur
T Tetap diet sehat dengan gizi
seimbang,
U Upayakan beraktivitas fisik
dengan aman,
Hindari rokok, alkohol dan zat
H karsinogenik lainnya

Promosi kesehatan untuk berperilaku Program Patuh bagi yang sudah


CERDIK dalam mengatasi PTM dan menyandang PTM
Hindari rokok, alkohol dan zat
mengimplementasikan dalam Posbindu diselenggarakan agar mereka
karsinogenik lainnya
PTM rajin kontrol dan minum obat

7
DETEKSI DINI GANGGUAN INDERA
TERINTEGRASI MELALUI :

DETEKSI DINI GANGGUAN


DETEKSI DINI
PENGLIHATAN
GANGGUAN
PENDENGARAN

Stimulasi, Deteksi
dan Intervensi Dini PENJARINGAN
Tumbuh Kembang KESEHATAN (UKS)
(SDIDTK)

POSBINDU PTM UPAYA KESEHATAN


KERJA

Prioritas Penanggulangan :
Prioritas o Tuli Kongenital
Penanggulangan : o Otitis Media Supuratif
o Katarak Kronik (OMSK)
o Kelainan Refraksi o Serumen
o Glaukoma o Gangguan Pendengaran
o Retinopati Akibat Bising (GPAB)
Diabetikum o Presbikusis
POSBINDU PTM

Kegiatan terintegrasi :
• KIE PTM
• Deteksi dini faktor risiko PTM
• Monitoring faktor risiko PTM
• Konseling + Rujukan Kegiatan RBM

• Kegiatan lain: Penyuluhan, senam,


bersepeda, dll

KEGIATAN DI FKTP
1. Promotif  Penyuluhan Faktor Risiko dan Pengenalan Kasus
2. Preventif  Penemuan Dini Kasus Gangguan Indra, baik di dalam gedung
(Pelayanan Kesehatan) maupun luar gedung (Penjaringan Kesehatan)
3. Kuratif  Tatalaksana GIF sesuai Standar Kompetensi
4. Rehabilitatif  Rehabilitasi Medik, Penggunaan alat bantu, Pembinaan
Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM)
Upaya pengendalian faktor risiko gangguan Indera
Penglihatan dan Pendengaran meliputi :
1. Identifikasi wilayah dan kelompok masyarakat berisiko
2. Mengembangkan surveilans gangguan penglihatan dan pendengaran
3. Diseminasi media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) melalui kader, sekolah,
petugas kesehatan, dll
4. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penanggulangan
gangguan penglihatan dan pendengaran melalui forum komunikasi, kegiatan
pemberdayaan masyarakat, maupun pelatihan
5. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya
pendengaran dan ketulian, seperti menerapkan perilaku membaca yang benar dan
menerapkan perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok,
Rajin olahraga dan aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup,
dan Kelola Stres)
6. Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja atau melakukan aktivitas yang
berisiko terhadap terjadinya trauma telinga maupun gangguan pendengaran
lainnya
7. Mengurangi atau membatasi kontak terhadap pajanan risiko lingkungan yang dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan pendengaran .
RENSTRANAS Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan (PGPK) Kepmenkes nomor 1437/Menkes/SK/X/2005

Masyarakat Indo. mempunyai penglihatan yg optimal tahun


VISI 2020

1. Promosi kesehatan utk memberdayakan masyarakat.


2. Deteksi dini gangguan penglihatan & kebutaan

MISI 3. Pemerataan pelayanan kesehatan Indera Penglihatan yg


bermutu dan terjangkau
4. Menggalang kemitraan dgn masy.& pihak terkait

RENSTRANAS Penanggulangan Gangguan Pendengaran


dan Ketulian (PGPKT) ( KEPMENKES RI NO 879/MENKES/SK/XI/2006 )
Masyarakat Indonesia mempunyai hak untuk memiliki
VISI derajat kesehatan telinga dan pendengaran yang
optimal pada thn 2030

1. Promosi kes utk memberdayakan masy.


2. Deteksi dini gangguan pendengaran dan ketulian
MISI 3. Pemerataan pelayanan Indera Pendengaran yg

bermutu & terjangkau


4. Menggalang kemitraan dgn masyarakat & pihak

terkait
INDIKATOR

INDIKATOR 2016 2017 2018 2019

RKP : Kabupaten /Kota yg 5 %


Puskesmasnya melakukan
5% 10% 20% 30%
penanggulangan gangguan Indera
dan atau Fungsional
Renstra : Persentase Puskesmas
yang melakukan deteksi dini dan 5% 10% 20% 30%
rujukan kasus katarak
Kesimpulan : Pentingnya FKTP yang dilengkapi alat-alat untuk mendeteksi dini Gangguan
Indera dan Fungsional serta SDM terlatih yang dapat mengoperasionalkan Alat tsb.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan menjadi sangat penting, untuk mengetahui prevalensi
gangguan penglihatan dan kebutaan, gangguan pendengaran dan ketulian, serta disabilitas
di masing-masing wilayah.
PENCATATAN DAN
PELAPORAN GGN MATA
DAN TELINGA
LAPORAN
KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN INDERA
Puskesmas :
Kecamatan :
Kabupaten :
Bulan/tahun :

Jumlah Kasus Baru Menurut Golongan Umur Jumlah Jumlah Total Jumlah
No KEGIATAN
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15-19 thn 20-44 thn 45-59 thn >59 thn Kasus Baru Kasus Lama Kunjungan Kasus KET
1 2 L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P Total L P Total L P Total Dirujuk
Jenis Gangguan Penglihatan dan
I
Kebutaan (H00-H59)
a. Katarak >3/60 0 0 0 0 0 0 0
≤3/60 0 0 0 0 0 0 0
b. Kelainan Refraksi 0 0 0 0 0 0 0
- Miopia 0 0 0 0 0 0 0
- Hipermetropia 0 0 0 0 0 0 0
- Presbiopia 0 0 0 0 0 0 0
- Astigmatisme 0 0 0 0 0 0 0
C. Glaukoma 0 0 0 0 0 0 0
d. Buta 0 0 0 0 0 0 0
e. Jumlah operasi katarak 0 0 0 0 0 0 0
f. Follow up pasca operasi katarak 0 0 0 0 0 0 0
Tajam penglihatan 6/12-6/18 0 0 0 0 0 0 0
<6/18-6/60 0 0 0 0 0 0 0
<6/60 0 0 0 0 0 0 0

Jenis Gangguan Pendengaran dan


II
Ketulian (H60-H95)
a. Ostitis Media Supuratif Kronik
0 0 0 0 0 0 0
(OMSK/Congek)
b. Serumen 0 0 0 0 0 0 0
C. Presbikusis 0 0 0 0 0 0 0
d. Tuli akibat Bising (NIHL) 0 0 0 0 0 0 0
e. Tuli Kongenital (tuli sejak lahir) 0 0 0 0 0 0 0

Mengetahui Kota Jantho, 2017


Kepala Puskesmas Pengelola Program

( ) ( )
DEFINISI OPERASIONAL GANGGUAN
PENGLIHATAN
1. Kasus Baru : Kunjungan pertama kali ke
puskesmas.
2. Folow-up pasca operasi katarak :
Pasien lama yang dilakukan pemeriksaan
tajam penglihatan paska operasi katarak
diperiksa H+1, H+7 dan H+30
3. Kasus Lama :
Kunjungan ke dua kali atau lebih dengan
keluhan sama dengan kasus/kunjungan
pertama
4. Disabilitas :
Suatu ketidak mampuan tubuh
dalam melakukan suatu aktifitas
atau kegiatan tertentu
sebagaimana orang normal pada
umumnya yang disebabkan oleh
kondisi ketidakmampuan dalam
hal fisiologis, psikologis dan
kelainan struktur atau fungsi
anatomi
5. Katarak :
Gangguan yang disebabkan adanya
pengapuran pada lensa mata, sehingga
daya akomodasi dan penglihatan menjadi
kabur.
6. Glukoma :
Gangguan yang terjadi karena tekanan
cairan di ruang depan lensa
meningkat, sehingga menghambat
aliran darah akibatnya dapat terjadi
kebutaan
7. Rabun Jauh/ Miopia :
Gangguan penglihatan yang
disebabkan oleh lensa mata
terlalu cembung, sehingga
bayangan benda jatuh di depan
retina. Miopia disebut juga
rabun jauh. Untuk menolong
penderita miopi dipakai lensa
cekung (lensa negatif).
8. Rabun dekat/ Hipermetropia:
Gangguan penglihatan yang disebabkan lensa
mata terlalu cekung, sehingga bayangan retina
jatuh di belakang retina. Untuk menolong
penderita hipermetropia dipakai kacamata
lensa cembung (lensa positif).
9. Presbiopia :
Gangguan penglihatan yang disebabkan
berkurangnya daya akomodasi lensa mata.
Presbiopi umumnya dialami oleh orang lanjut
usia. Untuk menolong penderita presbiopi
dipakai kacamata lensa rangkap (cembung dan
cekung).
10. Astigmatisme :
Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
kecembungan permukaan kornea atau
permukaan mata yang tidak rata sehingga sinar
sejajar yang datang tidak difokuskan pada satu titik.
Untuk menolong penderita astigmatisme dipakai
kacamata silindris
11. Buta :
Kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena
faktor fisiologis (fisik) dan neurologi (syaraf),
Yang merujuk kepada hilangnya penglihatan
yang tidak dapat dikoreksi/ diobati dengan
kacamata atau lensa kontak.
12. Jumlah operasi katarak :
Jumlah pasien yang dilakukan
operasi katarak di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan mata
lainnya.
13. Folow up pasca operasi katarak :
Jumlah pasien pasca operasi
katarak yang melakukan rujuk balik
ke puskesmas.
DEFINISI OPERASIONAL GANGGUAN
TELINGA
1. Kasus baru :
Kunjungan Pertama Kali ke
Puskesmas dengan keluhan
gangguan pendengaran dan ketulian
2. Kasus Lama :
Kunjungan ke puskesmas lebih dari 1
(satu) kali dengan keluhan gangguan
pendengaran dan ketulian
3. Ostitis Media Supuratif Kronis (OMSK,
Congek) :
Infeksi Yang terjadi pada telinga bagian
tengah. Kondisi ini juga dikenal dengan
istilah radang telinga tengah.
4. Tuli Kongenital :
Ketulian yang terjadi pada bayi baru lahir
disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kehamilan maupun pada
saat lahir
5. Noise Induced Hearing Loss (NIHL)/
Gangguan Pendengaran Akibat Bising di
tempat kerja :
Penurunan pendengaran tipe
sensorineural, yang pada awalnya tidak
disadari, karena belum mengganggu
percakapan sehari-hari.
6. Serumen :
Gangguan pendengaran yang timbul
akibat penumpukan serumen di liang
telinga dan menyebabkan rasa tertekan
yang mengganggu.
7. Presbikusis :
Tuli sensorineural (saraf) pada usia
lanjut akibat proses degenerasi
(penuaan) organ pendengaran Proses
ini terjadi berangsur angsur, dan
simetris ( terjadi pada kedua sisi
telinga).

Anda mungkin juga menyukai