7
DETEKSI DINI GANGGUAN INDERA
TERINTEGRASI MELALUI :
Stimulasi, Deteksi
dan Intervensi Dini PENJARINGAN
Tumbuh Kembang KESEHATAN (UKS)
(SDIDTK)
Prioritas Penanggulangan :
Prioritas o Tuli Kongenital
Penanggulangan : o Otitis Media Supuratif
o Katarak Kronik (OMSK)
o Kelainan Refraksi o Serumen
o Glaukoma o Gangguan Pendengaran
o Retinopati Akibat Bising (GPAB)
Diabetikum o Presbikusis
POSBINDU PTM
Kegiatan terintegrasi :
• KIE PTM
• Deteksi dini faktor risiko PTM
• Monitoring faktor risiko PTM
• Konseling + Rujukan Kegiatan RBM
KEGIATAN DI FKTP
1. Promotif Penyuluhan Faktor Risiko dan Pengenalan Kasus
2. Preventif Penemuan Dini Kasus Gangguan Indra, baik di dalam gedung
(Pelayanan Kesehatan) maupun luar gedung (Penjaringan Kesehatan)
3. Kuratif Tatalaksana GIF sesuai Standar Kompetensi
4. Rehabilitatif Rehabilitasi Medik, Penggunaan alat bantu, Pembinaan
Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM)
Upaya pengendalian faktor risiko gangguan Indera
Penglihatan dan Pendengaran meliputi :
1. Identifikasi wilayah dan kelompok masyarakat berisiko
2. Mengembangkan surveilans gangguan penglihatan dan pendengaran
3. Diseminasi media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) melalui kader, sekolah,
petugas kesehatan, dll
4. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penanggulangan
gangguan penglihatan dan pendengaran melalui forum komunikasi, kegiatan
pemberdayaan masyarakat, maupun pelatihan
5. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya
pendengaran dan ketulian, seperti menerapkan perilaku membaca yang benar dan
menerapkan perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok,
Rajin olahraga dan aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup,
dan Kelola Stres)
6. Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja atau melakukan aktivitas yang
berisiko terhadap terjadinya trauma telinga maupun gangguan pendengaran
lainnya
7. Mengurangi atau membatasi kontak terhadap pajanan risiko lingkungan yang dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan pendengaran .
RENSTRANAS Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan (PGPK) Kepmenkes nomor 1437/Menkes/SK/X/2005
terkait
INDIKATOR
Jumlah Kasus Baru Menurut Golongan Umur Jumlah Jumlah Total Jumlah
No KEGIATAN
0-7 hr 8-28 hr 1-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15-19 thn 20-44 thn 45-59 thn >59 thn Kasus Baru Kasus Lama Kunjungan Kasus KET
1 2 L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P Total L P Total L P Total Dirujuk
Jenis Gangguan Penglihatan dan
I
Kebutaan (H00-H59)
a. Katarak >3/60 0 0 0 0 0 0 0
≤3/60 0 0 0 0 0 0 0
b. Kelainan Refraksi 0 0 0 0 0 0 0
- Miopia 0 0 0 0 0 0 0
- Hipermetropia 0 0 0 0 0 0 0
- Presbiopia 0 0 0 0 0 0 0
- Astigmatisme 0 0 0 0 0 0 0
C. Glaukoma 0 0 0 0 0 0 0
d. Buta 0 0 0 0 0 0 0
e. Jumlah operasi katarak 0 0 0 0 0 0 0
f. Follow up pasca operasi katarak 0 0 0 0 0 0 0
Tajam penglihatan 6/12-6/18 0 0 0 0 0 0 0
<6/18-6/60 0 0 0 0 0 0 0
<6/60 0 0 0 0 0 0 0
( ) ( )
DEFINISI OPERASIONAL GANGGUAN
PENGLIHATAN
1. Kasus Baru : Kunjungan pertama kali ke
puskesmas.
2. Folow-up pasca operasi katarak :
Pasien lama yang dilakukan pemeriksaan
tajam penglihatan paska operasi katarak
diperiksa H+1, H+7 dan H+30
3. Kasus Lama :
Kunjungan ke dua kali atau lebih dengan
keluhan sama dengan kasus/kunjungan
pertama
4. Disabilitas :
Suatu ketidak mampuan tubuh
dalam melakukan suatu aktifitas
atau kegiatan tertentu
sebagaimana orang normal pada
umumnya yang disebabkan oleh
kondisi ketidakmampuan dalam
hal fisiologis, psikologis dan
kelainan struktur atau fungsi
anatomi
5. Katarak :
Gangguan yang disebabkan adanya
pengapuran pada lensa mata, sehingga
daya akomodasi dan penglihatan menjadi
kabur.
6. Glukoma :
Gangguan yang terjadi karena tekanan
cairan di ruang depan lensa
meningkat, sehingga menghambat
aliran darah akibatnya dapat terjadi
kebutaan
7. Rabun Jauh/ Miopia :
Gangguan penglihatan yang
disebabkan oleh lensa mata
terlalu cembung, sehingga
bayangan benda jatuh di depan
retina. Miopia disebut juga
rabun jauh. Untuk menolong
penderita miopi dipakai lensa
cekung (lensa negatif).
8. Rabun dekat/ Hipermetropia:
Gangguan penglihatan yang disebabkan lensa
mata terlalu cekung, sehingga bayangan retina
jatuh di belakang retina. Untuk menolong
penderita hipermetropia dipakai kacamata
lensa cembung (lensa positif).
9. Presbiopia :
Gangguan penglihatan yang disebabkan
berkurangnya daya akomodasi lensa mata.
Presbiopi umumnya dialami oleh orang lanjut
usia. Untuk menolong penderita presbiopi
dipakai kacamata lensa rangkap (cembung dan
cekung).
10. Astigmatisme :
Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
kecembungan permukaan kornea atau
permukaan mata yang tidak rata sehingga sinar
sejajar yang datang tidak difokuskan pada satu titik.
Untuk menolong penderita astigmatisme dipakai
kacamata silindris
11. Buta :
Kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena
faktor fisiologis (fisik) dan neurologi (syaraf),
Yang merujuk kepada hilangnya penglihatan
yang tidak dapat dikoreksi/ diobati dengan
kacamata atau lensa kontak.
12. Jumlah operasi katarak :
Jumlah pasien yang dilakukan
operasi katarak di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan mata
lainnya.
13. Folow up pasca operasi katarak :
Jumlah pasien pasca operasi
katarak yang melakukan rujuk balik
ke puskesmas.
DEFINISI OPERASIONAL GANGGUAN
TELINGA
1. Kasus baru :
Kunjungan Pertama Kali ke
Puskesmas dengan keluhan
gangguan pendengaran dan ketulian
2. Kasus Lama :
Kunjungan ke puskesmas lebih dari 1
(satu) kali dengan keluhan gangguan
pendengaran dan ketulian
3. Ostitis Media Supuratif Kronis (OMSK,
Congek) :
Infeksi Yang terjadi pada telinga bagian
tengah. Kondisi ini juga dikenal dengan
istilah radang telinga tengah.
4. Tuli Kongenital :
Ketulian yang terjadi pada bayi baru lahir
disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kehamilan maupun pada
saat lahir
5. Noise Induced Hearing Loss (NIHL)/
Gangguan Pendengaran Akibat Bising di
tempat kerja :
Penurunan pendengaran tipe
sensorineural, yang pada awalnya tidak
disadari, karena belum mengganggu
percakapan sehari-hari.
6. Serumen :
Gangguan pendengaran yang timbul
akibat penumpukan serumen di liang
telinga dan menyebabkan rasa tertekan
yang mengganggu.
7. Presbikusis :
Tuli sensorineural (saraf) pada usia
lanjut akibat proses degenerasi
(penuaan) organ pendengaran Proses
ini terjadi berangsur angsur, dan
simetris ( terjadi pada kedua sisi
telinga).