Anda di halaman 1dari 102

ILMU KESEHATAN ANAK

dr. Jordy Oktobiannobel, M.Kes


Kardiologi
PJB - Klasifikasi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
Darah kaya O2 bocor, Darah kaya O2 tercampur
beban jantung bertambah dengan miskin O2
Asianotik Sianotik

↑ aliran Aliran darah ↓ aliran


L-R Shunt Tanpa L-R Shunt
darah ke paru ke paru N darah ke paru
PDA AS TGA dgn VSD TGA tanpa PS ToF
ASD PS Truncus Arteriosus Atresia Pulmoner
VSD CoA TAPVD Atresia Trikuspid
VSD
• Left to right shunt
• LA, LV, dan PA enlargement  pulmonary
vascular obstructive disease  pulmonary
hypertension (PH)  eisenmenger syndrome
• PF: murmur pansistolik di sela iga ke 3 dan ke
4 tepi kiri sternum menjalar ke sepanjang
tepi kiri sternum.
ASD
• Left to right shunt
• RA, RV, dan PA enlargement  pulmonary
vascular obstructive disease  pulmonary
hypertension (PH)  eisenmenger syndrome
• Tidak bergejala s/d 20-30 th
• PF: Fixed split S2, sistolik ejection murmur
(relative pulmonal stenosis [PS]), mid diastolic
murmur (relative tricuspid stenosis [TS])
PDA
• Left to right shunt
• LA, LV, ascending Ao and PA enlargement 
pulmonary hypertension (PH)  eisenmenger
syndrome
• PF: continuous murmur
TOF
• VSD, pulmonary stenosis, overriding aorta and
right ventricular hypertrophy
• Cyanotic spell: biru  jadi tambah biru karena
sistemik perifer resistance ↓ (nangis). Dapat
diperbaiki dengan cara ↑ resistensi perifer
(jongkok)
• PF: single second heart sound (PS)
• Foto thoraks: boot shape
Respirologi
Konsep Dyspnea pada Anak

Intrathorax Obstruksi sal napas distal


Flow disorders
Extrathorax Obstruksi sal napas proksimal

Dyspnea Gangguan parenkim paru


Intrathorax
Gangguan extrapulmoner
Volume disorders
Gangguan compliance paru
Extrathorax
Gangguan pusat napas

• Pada bronkiolitis terjadi gangguan flow karena bronkokonstriksi


Bronkiolitis - Pathogenesis
• Invasi virus  inflamasi  akumulasi mukus,
debris dan edema  obstruksi bronkiolus
pada fase inspirasi dan ekspirasi  ada
mekanisme ‘klep’ yang menyebabkan air
trapping  overinflasi dada  ventilasi turun
dan hipoksemia  frekuensi napas naik; pada
keadaan berat dapat terjadi hiperkapnia,
obstruksi todal dapat menyebabkan
atelektasis
Bronkiolitis – Definisi, Gejala Klinis,
Diagnosis, Tatalaksana
• Definisi • Diagnosis
– Inflamasi bronkiolus akut – PF: demam, dyspnea
akibat infeksi virus (umumnya (expiratory effort), ekspirasi
RSV, parainfluenza, memanjang, mengi,
adenovirus) hipersonor (air trapping)
– Umumnya pada anak usia <2 – PP: foto dada AP-lateral (air
tahun, paling sering anak usia trapping), AGD: hiperkarbia,
6 bulan asidosis
• Gejala Klinis metabolik/respiratorik
– Diawali dengan demam • Tata laksana:
subfebris dan AURI – Oksigen
– Kemudian terjadi batuk, – Bronkodilator (hanya kalau
sesak, dan mengi menghasilkan perbaikan)
– Jarang menjadi berat – Antibiotik (hanya kalau ada
bukti infeksi bakterial)
dd/ Pneumonia
DIAGNOSIS Pemeriksaan penunjang
Gambaran klinis Gambaran radiologis
Anamnesis • Foto toraks (PA/lateral) untuk menegakkan
• Demam, menggigil, >380C diagnosis  infiltrat sampai konsolidasi.
• Batuk dengan dahak mukoid atau purulen Pemeriksaan laboratorium
• Sesak napas • Leukosit >10.000/ul atau <4500/ul
• Nyeri dada • Hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke
Pemeriksaan fisik kiri
• Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal waktu • Peningkatan LED
bernapas • Kultur sputum
• Palpasi : fremitus mengeras • Analisis gas darah: hipoksemia, hiperkarbia,
• Perkusi redup asidosis respiratorik.
• Auskultasi : Bronkovesikuler-bronkial, ronki
basah halus-kasar TATA LAKSANA
Antibiotik tergantung etiologi. Empiris biasanya
digunakan beta-lactamase, cephalosporin
generasi 2/3, atau fluorokuinolon respirai
Asma – Klasifikasi Derajat Asma
Gejala
Derajat Asma Gejala Faal paru
malam
Bulanan APE  80%
I. Intermiten * Gejala < 1x/minggu *  2 kali * VEP1  80% nilai prediksi
* Tanpa gejala di luar serangan sebulan APE  80% nilai terbaik
* Serangan singkat * Variabiliti APE < 20%
Mingguan APE > 80%
II. Persisten * Gejala > 1x/minggu, < 1x/ hari * VEP1  80% nilai prediksi
* > 2 kali
Ringan * Serangan dapat mengganggu APE  80% nilai terbaik
sebulan
aktiviti dan tidur * Variabiliti APE 20-30%

Harian APE 60 – 80%


* Gejala setiap hari * VEP1 60-80% nilai prediksi
III. Persisten
* Serangan mengganggu aktiviti * > 1x / APE 60-80% nilai terbaik
Sedang
dan tidur seminggu * Variabiliti APE > 30%
*Bronkodilator setiap hari

Kontinyu APE  60%


IV. Persisten * Gejala terus menerus * VEP1  60% nilai prediksi
Berat * Sering kambuh * Sering APE  60% nilai terbaik
* Aktiviti fisik terbatas * Variabiliti APE > 30%
Asma – Tatalaksana
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Asma Medikasi pengontrol harian Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain
Asma Intermiten Tidak perlu -------- -------
Asma Persisten Glukokortikosteroid inhalasi Teofilin lepas lambat ------
Ringan (200-400 ug BD/hari atau  Kromolin
ekivalennya)  Leukotriene modifiers
Asma Persisten Kombinasi inhalasi  Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD  Ditambah agonis
Sedang glukokortikosteroid atau ekivalennya) ditambah Teofilin lepas beta-2 kerja lama
(400-800 ug BD/hari atau lambat ,atau oral, atau
ekivalennya) dan  Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD
agonis beta-2 kerja lama atau ekivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja  Ditambah teofilin
lama oral, atau lepas lambat
 Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800
ug BD atau ekivalennya) atau
 Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD
atau ekivalennya) ditambah leukotriene
modifiers
Asma Persisten Kombinasi inhalasi Prednisolon/ metilprednisolon oral selang sehari
Berat glukokortikosteroid 10 mg
(> 800 ug BD atau ditambah agonis beta-2 kerja lama oral,
ekivalennya) dan agonis beta- ditambah teofilin lepas lambat
2 kerja lama, ditambah  1 di
bawah ini:
- teofilin lepas lambat
- leukotriene modifiers
- glukokortikosteroid
oral
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap
sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol
Asma – Klasifikasi Serangan Asma
Gejala dan Tanda Berat Serangan Akut Keadaan
Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa
Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat

Posisi Dapat tidur Duduk Duduk


terlentang membungkuk
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata
Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk,
gelisah, kesadaran
menurun
Frekuensi napas <20/ menit 20-30/ menit > 30/menit
Nadi < 100 100 –120 > 120 Bradikardia
Pulsus paradoksus - + / - 10 – 20 mmHg + -
10 mmHg > 25 mmHg Kelelahan otot
Otot Bantu Napas - + + Torakoabdominal
dan retraksi paradoksal
suprasternal
Mengi Akhir ekspirasi Akhir ekspirasi Inspirasi dan Silent Chest
paksa ekspirasi
APE > 80% 60 – 80% < 60%
PaO2 > 80 mHg 80-60 mmHg < 60 mmHg
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
SaO2 > 95% 91 – 95% < 90%
TB Anak – Klasifikasi (ATS/CDC)
Class Contact Infection Disease Management

0 - - - -

I + - - 1st proph.

II + + - 2nd proph.

III + + + OAT thera.

• Kontak dinilai dengan adanya kontak dengan


pasien TB di sekitar lingkungan
• Infeksi dinilai dengan uji Mantoux
• Disease dinilai dengan TB scoring menurut
WHO
TB Anak –
Pencegahan/Kemoprofilaksis
• Kemoprofilaksis primer • Kemoprofilaksis
– Diberikan untuk sekunder
mencegah infeksi – Diberikan untuk
– Diberikan pada anak mencegah sakit TB
dengan kontak TB (+) – Diberikan pada kontak
tetapi uji tuberkulin (-) TB (+), uji mantoux (+),
– Obat: INH 5-10 tetapi klinis (-), Ro (-)
mg/kgBB/hari selama 6 – Obat: INH 5-10
bulan mg/kgBB/hari selama 6-
9 bulan
Endokrin dan
Metabolik
Cretinism/congenital hypotiroidism
• Symptom: – Coarse facial features
– Decreased activity – Macroglossia
– Large anterior fontanelle – Umbilical hernia
– Poor feeding and weight – Mottled, cool, and dry skin
gain – Developmental delay
– Small stature or poor – Pallor
growth – Myxedema
– Jaundice
– Decreased stooling or
constipation
– Hypotonia
– Hoarse cry
Kwashiokor Marasmus
• Perubahan mental sampai • Penampilan wajah seperti orang
apatis tua, terlihat sangat kurus
• Anemia • Perubahan mental, cengeng
• Perubahan warna dan • Kulit kering, dingin dan
tekstur rambut, mudah mengendor, keriput
dicabut/rontok • Lemak subkutan menghilang
• Gangguan sistem hingga turgor kulit berkurang
gastrointestinal • Otot atrofi sehingga kontur
• Pembesaran hati tulang terlihat jelas
(dermatosis) • Kadang-kadang terdapat
• Atrofi otot bradikardia
• Edema simetris pada kedua • Tekanan darah lebih rendah
punggung kaki, dapat dibandingkan anak sehat yang
sampai seluruh tubuh sebaya
Infeksi tropis
Diare
Vibrio cholera
• Gram-negative curved bacillus
dengan flagela tunggal
• Gejala khas: profuse secretory diarrhea, pada kasus berat
dehidrasi yang terjadi dapat menyebabkan kematian.
Umumnya tidak nyeri dan tanpa demam
• Merupakan organisme di air asin. Transmisi sekunder melalui
fecal oral, dapat dari makanan yang terkontaminasi
• Terapi: rehidrasi lalu AB pilihan: doksisiklin, tetrasiklin,
Trimethoprim sulfamethoxazole, ciprofloxacin
• Campylobacter jejuni
– curved atau spiral, motil, batang gram negatif.
– Anamnesis: riwayat minum susu yang belum dipasteurisasi/air yang
belum diolah
– Gejala: diare dan keluhan sistemik (sakit kepala, panas), seringkali diare
berdarah
– Tx: azythromycin
• Shigella disentri
– aerobic, nonmotil, batang gram negatif
– Diare berdarah, nyeri, demam
• Salmonella
– rod-shaped flagellated, facultative anaerobic, Gram-negative bacterium
• Yersenia enterocolitica
– pleomorphic gram-negative bacillus
Diare Akut – Klasifikasi

Derajat Keadaan Kelopak/ Air


Rasa Haus Mulut Kulit Urin
Dehidrasi Umum Mata

Tanpa
Minum
dehidrasi Baik, CM Normal Basah Normal Normal
normal
(<5% BB)
Dehidrasi Pucat,
Minum Cekung,
ringan- Rewel, CRT<2s,
seperti produksi Kering Berkurang
sedang gelisah turgor
kehausan kurang
(5-10% BB) lambat

Letargis,
Pucat,
lemah, Malas
Dehidrasi Sangat CRT>2s,
penurunan minum, Sangat
berat cekung, turgor Tidak ada
kesadaran, tidak mau kering
(>10% BB) tidak ada sangat
nadi & minum
lambat
napas cepat
• Diare kronik  definisi kronik biasanya setelah
penyakit berlangsung lebih dari 2-3 minggu
• Disentri  diare berdarah dan berlendir
dengan demam, nyeri perut, dan tenesmus
recti (rasa seperti defekasi belum selesai)
Diare Akut Dehidrasi Berat
• Keywords
– S: anak usia 3 tahun diare 2 hari, darah (-), lendir (-)
– O: letargis, mata cekung, turgor sangat lambat
• Diagnosis pada anak ini adalah diare akut
dehidrasi berat. Tatalaksana yang diberikan
rehidrasi 30 ml/kgBB (30 menit) diikuti 70
ml/kgBB (2,5 jam)
• Berikan 30 ml/kg dalam 30 menit dan 70 ml/kg
dalam 2,5 jam
Diare Akut – Klasifikasi

Derajat Keadaan Kelopak/ Air


Rasa Haus Mulut Kulit Urin
Dehidrasi Umum Mata

Tanpa
Minum
dehidrasi Baik, CM Normal Basah Normal Normal
normal
(<5% BB)
Dehidrasi Pucat,
Minum Cekung,
ringan- Rewel, CRT<2s,
seperti produksi Kering Berkurang
sedang gelisah turgor
kehausan kurang
(5-10% BB) lambat

Letargis,
Pucat,
lemah, Malas
Dehidrasi Sangat CRT>2s,
penurunan minum, Sangat
berat cekung, turgor Tidak ada
kesadaran, tidak mau kering
(>10% BB) tidak ada sangat
nadi & minum
lambat
napas cepat
Diare Akut – Tatalaksana
(5 Pilar Diare WHO)
1. Rehidrasi 2. Nutrisi
a.Tanpa dehidrasi 3. Zinc tab 10 hari (<6 bulan
• + cairan tambahan (oralit, air matang, kuah, air 10 mg, >6 bulan 20 mg)
tajin)
• Lanjutkan pemberian makan/ASI 4. Antibiotik
b.DADRS • Kolera: tetrasikilin
• Rehidrasi oralit per oral 3 jam pertama 75 • Disentri e.c. Shigella: kotrimoksazole
cc/kgBB • Amoebiasis: metronidazole
• Evaluasi status hidrasi setelah 3 jam • Giardiasis: metronidazole
c. DADB 5. Edukasi
• + cairan intravena (total 100 cc/kgBB, NS/RL/RA,
bukan D5)
Umur <1 tahun  30 ml/kg dalam 1 jam
dilanjutkan dengan 70 ml/kg dalam 5 jam
Umur >1 tahun  30 ml/kg dalam 30 menit
dilanjutkan dengan 70 ml/kg dalam 2½ jam
• Evaluasi status hidrasi tiap 15-30 menit
• Oralit 5cc/kgBB/jam setelah anak mau minum
• Evaluasi kembali dalam 6 jam (bayi) dan 3 jam
(anak)
Pertusis
Stage 1 – Catarrhal phase Stage 2 – Paroxysmal phase
Indistinguishable from • Paroxysms of intense coughing
common upper respiratory lasting up to several minutes,
infections. Pertussis is most occasionally followed by a loud
infectious when patients are in whoop
the catarrhal phase • Posttussive vomiting and
• Nasal congestion turning red with coughing
• Rhinorrhea
• Sneezing Stage 3 – Convalescent stage
• Low-grade fever • Chronic cough, which may last
• Tearing for weeks
• Conjunctival suffusion

Durasi penyakit umumnya 6 minggu, dengan masing-masing fase berlangsung 2


minggu.
Tatalaksana Pertusis

• Penatalaksanaan
– Kasus ringan pada anak-anak umur ≥ 6 bulan dilakukan
secara rawat jalan
– Beri imunisasi DPT pada pasien pertusis & setiap anak
dalam keluarga
– Antibiotik : Eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali
sehari) selama 10 hari
• Komplikasi : Pneumonia, Kejang, Gizi kurang, Perdarahan
Subkonjungtiva dan Hernia
Schistosomiasis
• Keywords
– S: diare, demam, perut sakit, feses coklat dan banyak
– O: ditemukan telur dengan duri yang rudimenter
• Penyebab diare pada pasien ini adalah parasit. Parasit dengan telur
yang rudimenter adalah Schistosoma japonicum.
• Terdapat 3 jenis schistosoma
– S. japonicum  I: urtikaria, II: disentri, III: sirosis, splenomegali; duri
lateral, rudimenter; operculum (-)
– S. mansoni  seperti S.japonicum tetapi lebih ringan; duri lateral;
operculum (-)
– S. haematobium  tidak menyebabkan gangguan gastrointestinal;
duri terminal prominent; operculum (-)
• Schistosomiasis
Schistosoma

• Terapi: Prazikuantel
Giardiasis
• Keywords
– S: BAB disertai lendir dan berbau sangat busuk, nyeri perut
– O: tinja berminyak tidak berdarah
• Infeksi G.lamblia menyebabkan atrofi vili dan obstruksi
mekanis stadium trofozoit sehingga menyebabkan
hambatan absorpsi lemak dan vitamin larut lemak 
malabsorpsi lemak  tinja berminyak
• Infeksi menyebabkan kerusakan mukosa epitel usus 
nyeri perut/rasa tidak enak di perut
• Giardiasis
Giardia Lamblia – Morfologi, Daur Hidup, Gejala Klinis,
Diagnosis
• Stadium • Diagnosis dengan sediaan tinja
– Trofozoit: jambu monyet, 2 inti, langsung; 3 hari
4 flagel – Tinja encer: cari trofozoit
– Kista: oval – Tinja padat: cari kista
• Kista matang tertelan  • Terapi:
ekskistasi di duodenum  2 – Tinidazole 2g single dose
trofozoit – Metronidazole 3x250 mg 7 hari
• Penularan secara fecal-oral
• Gejala Klinis: rasa tidak enak di
perut, mual, tidak nafsu
makan, diare cair berbau
busuk, perut kembung, kram
perut, tinja berminyak,
berlendir dan darah.
• Pemeriksaan fisik: umumnya tanpa demam,
dapat ditemukan perdarahan konjungtiva
maupun petechia akibat batuk. Inspiratory
gasping/ whooping didapatkan pada anak usia
6 bulan-5 tahun.
• Terapi: Untuk bayi di atas 1 bulan: eritromisin,
clarithromycin, dan azithromycin
• Prophylaxis: Erythromycin selama 14 hari
Thypoid
• Gejala khas pada typhoid
– Stepwise fever pattern  pola demam dimana suhu akan turun di pagi dan
suhu semakin tinggi dari hari ke hari.
– Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeri perut, konstipasi), batuk,
sakit kepala.
– Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-400C), muncul rose
spot (salmon-colored, blanching, truncal, maculopapules)
– Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan splenomegali.
Bradikardi relatif, dicrotic pulse (double beat, the second beat weaker than
the first)
– Minggu ketiga:takipnue, distensi perut, diare hijau-kuning (pea soup
diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis, confusion, psychosis), dapat
terjadi perforasi usus dan peritonitis
– Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan membaik
• Pemeriksaan tifoid: pada minggu pertama
dapat dilakukan pemeriksaan tubex atau
kultur empedu dimana kuman tersekuestrasi
di empedu
• Pada minggu kedua, mengalami bakteremia
sehingga dapat diperiksa menggunakan widal
– Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x lipat atau
Anti-O 1/320 atau anti-H 1/640
LEPTOSPIROSIS
• Leptospirosis adalah zoonosis yg disebabkan L.
Interrogans . Penyakit ini harus dicurigai pada
pasien yg berkontak dgn air, tanah, atau lumpur
yg terkontaminasi urin binatang.
• Gejala klinis leptospirosis: demam, menggigil,
sakit kepala, mual, muntah, nyeri abdomen,
ikterus, hepatomegali, anoreksia, fotofobia, gagal
ginjal.
• Tatalaksana : doksisiklin 2 x 100 mg. Berat : injeksi
penisilin G 1,5 juta unit/6 jam IV.
• 10% kasus leptospirosis
dapat berkembang menjadi sangat berat,
disebut Weil's syndrome.
• Gejala: tidak ada batasan jelas, tapi tanda
utamanya adalah masalah pada hati, ginjal,
dan pembuluh darah. (jaundice, penurunan
urin, hipotensi, ruam, anemia, sputum
berdarah, perdarahan pada mata)
• Muncul 3-7 hari setelah munculnya penyakit.
VARICELLA ZOSTER VIRUS
• Herpes zoster (cacar ular)
– Vesikel berkelompok dengan dasar kulit eritematosa dan
edema. Lokalisasi unilateral dan dermatomal. Sangat nyeri.
– Dx: tes Tzanck  ditemukan sel datia berinti banyak
– Obat antiviral untuk herpes zoster oftalmikus dan pasien
imunodefisiensi: asiklovir 5x800 mg (7 hari) atau valasiklovir
3x1000 mg (1 hari)
• Varisela (cacar air, chicken pox)
– Demam diikuti papul, vesikel tear drops, eritematosa.
Penyebaran di badan kemudian menyebar ke muka dan
ekstremitas. Terasa gatal.
– Dx: tes Tzanck  ditemukan sel datia berinti banyak
– Tx: simptomatik
• Variola (cacar, small pox)
– Demam tinggi  makula dan papul, suhu turun  vesikel
dan pustul, suhu naik  krusta-krusta, suhu turun
– Keadaan umum pasien buruk, efloresensi bersifat
monomorfik dan terdapat di perifer
– Tx: karantina, antiviral
• Herpes simpleks
– Vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa.
Lokalisasi di sekitar mulut dan hidung atau pada genitalia
eksterna.
– Dx: tes Tzanck  sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear
– Tx: asiklovir 5x200 mg (5 hari)
Rubeolla dan Rubella
• Rubeola/morbili/campak
– Demam, batuk, pilek, mata merah  diikuti
dengan erupsi eritema makulopapular yang gatal.
Penyebaran dari telinga, wajah, lalu seluruh tubuh
– Patognomonik: Koplik’s spot (titik-titik putih pada
mukosa pipi)
– Komplikasi: diare, pneumonia, otitis media,
ensefalitis, ulkus kornea
– Tx: simptomatik + vitamin A
• Rubella/campak jerman
– Tanda dan gejala mirip morbili, tapi lebih ringan
dan berlangsung dalam waktu lebih pendek (tiga
hari)
– Yang bahaya: rubella kongenital
Malaria
• diagnosis malaria ditegakkan atas dasar adanya
trias : demam tinggi berulang, splenomegali dan
anemia. Ditambah lagi adanya riwayat berpergian
ke tempat endemis malaria.
• Diagnosis selain dari anamenesis, PF, juga dari
pemeriksaan laboratorium (Mikroskopik,Tes
diagnostik cepat) : Menemukan parasit malaria
pada sediaan darah tepi.
• Sediaan dibuat sebaiknya pada waktu demam.
Sediaan apus darah tepi
• Plasmodium falciparum
– parasit muda bentuk cincin / ring form, rossette,
sausage-shape,
• Plasmodium vivax
– sel darah merah membesar, terdapat titik
schuffner pada sel darah merah dan sitoplasma
ameboid
• Plasmodium malariae
– Band form, basket-form
P. falciparum
P. malariae

Band form Basket form


P. vivax
Terapi mencegah rekurensi
• Doksisiklin 1x100 mg sejak 1 minggu sebelum masuk
sampai 1 bulan setelah kembali
– Kontraindikasi: ibu hamil dan usia < 8 tahun
• Mefloquine 250 mg/mgg, 2 mgg sblm—1 bln stlh
– KI: gangguan jiwa, epilepsi
• Atovaquone/proguanil 1x1 tab, 1 hr sblm—1 mgg stlh
– KI: ibu hamil, menyusui bayi <5 kg, gagal ginjal berat
• Chloroquine 300 mg/mgg, 1 mgg sblm—1 bln stlh
– Di Indonesia sudah resisten
• Primaquine 1x30 mg, 1 hr sblm—1 mgg stlh
– Harus skrining defisiensi G6PD dulu
– KI: ibu hamil, defisiensi G6-PD, menyusui bayi yang belum
diskrining G6PD
Tata Laksana Malaria

• Falciparum
– Lini ke-1: artesunat + amodiakuin
– Lini ke-2: kina + tetrasiklin/doksisiklin
• Vivax/ovale
– Lini ke-1: klorokuin + primakuin
– Lini ke-2: kina + primakuin
• Malaria berat
– Lini ke-1: artemeter IM
– Lini ke-2: kina IV
Malaria – Daur Hidup, Patofisiologi
P.falsiparum P.vivax P.ovale P.malariae
Malaria
Malaria Malaria
Penyakit falsiparum/tropika Malaria ovale
vivax/tersiana malariae/kuartana
/tersiana maligna
Vektor Anopheles sp.
Distribusi geografik Seluruh kepulauan Seluruh kepulauan Irian Jaya, Pulau Papua Barat, NTT,
di Indonesia di Indonesia di Indonesia Timor Sumatera Selatan
Hipnozoit - + + -
Daur eritrosit Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 72 jam
Eritrosit yang Muda, normosit, Retikulosit, Retikulosit,
Normosit
dihinggapi tua normosit normosit muda
Pembesaran
- ++ + -
eritrosit
Titik-titik di
Maurer Schuffner Schuffner (James) Ziemann
eritrosit
Cincin, marginal, Bulat/oval (1/3 Band/pita,
Bentuk trofozoit
accole (1/6 Cincin (1/3 eritrosit) eritrosit) basket/keranjang,
intra eritrosit
eritrosit) rossete, bulat
Bentuk gametosit Pisang Bulat/lonjong Bulat Bulat
Pigmen warna Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitam
Toxoplasmosis
• Infeksi toxoplasma yang terjadi baru :
– Antibodi IgM yang sangat tinggi (dapat bertahan hingga 1 tahun)
– Antibodi IgG dan IgM yang tinggi di saat bersamaan
– Peningkatan antibodi IgG sebesar 4 kali dalam waktu 2-3 minggu
• Spiramycin diyakini mengurangi resiko terjadinya infeksi terhadap
janin
• Apabila suspek toxoplasmosis : pyrimethamine dan sulfonamides
dapat diberikan untuk infeksi maternal pada kehamilan akhir dengan
hasil toxoplasma di cairan amnion (-)
• Jika infeksi terdiagnosis saat prenatal : pyrimethamine, sulfonamides,
dan asam folat diberikan untuk eradikasi parasit di plasenta dan fetus
(masih kontroversial)
Nama cacing Cacing dewasa Telur Obat

Ascaris Mebendazole,
lumbricoides pirantel pamoat

Taenia solium Albendazole,


prazikuantel, bedah

Enterobius Pirantel pamoat,


vermicularis mebendazole,
albendazole
Ancylostoma Mebendazole,
duodenale pirantel pamoat,
Necator albendazole
americanus
Schistosoma Prazikuantel
haematobium

Trichuris Mebendazole,
trichiura albendazole

Brooks GF. Jawetz, Melnick & Adelberg’s medical microbiology, 23rd ed. McGraw-Hill; 2004.
Hematoimunologi
Berdasarkan Penyakit
• Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, Serum
Iron ↓, Feritin↓, TIBC ↑, sel pensil. Terapi : suplementasi besi.
• Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel
target dan anisopoikilositosis (bentuk sel bermacam-macam karena lisis),
Bilirubin indirek ↑. Ikterik, splenomegali. Biasanya karena thalassemia.
Pemeriksaan tambahan : elektroforesis Hb.
• Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit meningkat
namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan tambahan : Bone
Marrow Puncture (BMP). Tx : kemoterapi.
• Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan
tambahan : BMP – gambaran hipoplastik.
• Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi besi. Anemia
normositik normokrom.
• Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
• Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op gastrointestinal),
asam folat, liver disease
ITP
• ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan
walau pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6
bulan).
• Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau
infeksi
• PF:
– Nonpalpable petechiae
– Purpura
– Perdarahan
– Limpa tidak teraba.
Immune Thrombocytopenic Purpura
• Adalah trombositopeni dengan sumsum
tulang yang normal dan tidak adanya
penyebab trombositopeni lainnya.
• ITP memiliki dua gambaran klinis: akut pada
anak-anak dan kronik pada dewasa.
• Etiologi: IgG autoantibodi terhadap
permukaan trombosit.
ITP
Pemeriksaan Lab:
• Trombositopeni
• Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal
• Sumsum tulang: megakariosit normal atau meningkat.
• Uji koagulasi normal, bleeding time bertambah, PT dan
PTT normal.
• Tes untuk autoantibodi tidak tersedia secara luas 
Diagnosis ITP hanya dilakukan sesudah penyebab
defisiensi trombosit lainnya telah dieksklusi.
DIC
• DIC  sistem koagulasi dan atau fibrinolitik
teraktivasi secara sistemik, menyebabkan
koagulasi intravaskular luas dan melebihi
mekanisme antikoagulan alamiah. Menyebabkan:
– mikrotrombus di berbagai organ  gagal organ
– Perdarahan hebat
• Etiologi:
– Respon inflamasi sistemik  aktivasi sitokin dan
koagulasi (sepsis atau major trauma)
– Pelepasan materi pro-koagulasi ke dalam darah
(cancer, obstetric cases)
DIC
Pemeriksaan Laboratorium
• Trombositopenia
• Kadar fibrinogen menurun.
• Fibrin Degredation Products (FDP) meningkat 
contoh: D-dimer
• Thrombin time memanjang.
• Prothrombin time, activated partial thromboplastin
time memanjang pada sindrom akut.
• Ditemukan shcistocytes (pecahan/ kepingan eritrosit)
pada pemeriksaan mikroskopik.
Hemofilia
• Kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan secara sex-linked recessive pada
kromosom X
• Hemofilia A (80-85%)  defisiensi/disfungsi
faktor VIII
• Hemofilia B defisiensi/disfungsi faktor IX
• Hemofilia C  defisiensi/disfungsi faktor XI
Hemofilia
• Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu
hemartrosis, hematoma subkutan atau
intramuskular, perdarahan mukosa mulut,
perdarahan intrakranial, epistaksis, dan
hematuria.
• Pemanjangan APTT dengan PT yang normal
menunjukkan adanya gangguan pada jalur
intrinsik sistem pembekuan darah
Von Wildebrand Disease
• Inherited bleeding disorder akibat
defisiensi/disfungsi von Willebrand factor
(VWF)  mempengaruhi platelet adhesion
atau menurunkan konsentrasi Faktor VIII
• Autosom dominan/resesif
• Isolated prolonged PTT atau normal
• Pemeriksaan VWF antigen; VWF ristocetin
cofactor activity; dan Faktor VIII
SLE – Diagnosis, Tatalaksana
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK Tata laksana
Kriteria SLE (≥4): • Gejala ringan:
• Malar rash – NSAID
• Discoid rash – Hidroksiklorokuin
– Steroid dosis rendah
• Fotosensitivitas
• Gejala berat (ginjal, hematologik,
• Ulkus oral/nasofaringeal SSP)
• Artritis nonerosif – Steroid dosis tinggi
• Serositis • Siklofosfamid
• Proteinuria
• Kejang atau psikosis
• Anemia
hemolitik/leukopenia/limfopenia/tro
mbositopenia
• ANA (+)
• anti-ds-DNA, anti-Sm, antifosfolipid
Abs (+)
Pembengkakan Meningkat Melintasi Meningkat
ekstrakranial setelah lahir garis sutura kehilangan
darah akut
Kaput Lunak, lekukan Tidak Ya tidak
suksadenum

Sefal Padat, tegang Ya Tidak Tidak


hematoma

Hematoma Padat berair ya ya Ya


subgaleal
Brachial Plexophaty
Lesi Atas Lesi Tengah

• Tipe Erb Duchene: Superior • Medial trunk (C7)


trunk (C5-C6) • Tanda gejala radiasi nervus
• Proximal (Menurunnya reflek
– Lengan atas aduksi dan triceps)
endorotasi • Kehilangan sensibilitas
– Bawah lengan di ekstensi dan (ekstensi area bawah
pronasi
lengan dan bagian radial
• Porters trip tangan)
• Kehilangan sensibilitas di
daerah bahu
• Refleks biceps menurun
Brachial Plexophaty
Lesi Bawah Total Pleksus Palsy

• Tipe Klumpke: Inferior trunk • Paralisis dari semua otot


(C8-Th1) bagian atas
• Kelemahan otot dan atrofi dari
tangan dan jari. • Kehilangan sensibilitas di
• Kehilangan sensibilitas di bawah bahu
bagian medial atas • Kehilangan semua refleks
lengan,bawah lengan,dan
bagian ulnar tangan
• Refleks ulnar menurun
• Sindrom Ipsilateral homer
sering terjadi
GENETIKA
SINDROM DOWN SINDROM MARFAN
• Trisomi 21 • Kelainan genetik pada jaringan
• Ciri-ciri: retardasi mental, dagu kecil, kolagen
mongoloid face, hidung pipih, lipatan • Ciri: jangkung, ekstremitas panjang,
palmar tunggal, makroglosia, jarak jari-jari tipis dan panjang
lebar antara ibu jari kaki dan jari • Komplikasi serius: aneurisma aorta
kedua
SINDROM KLINEFELTER
SINDROM JACOBS • 47+XXY (laki-laki)
• 47+XYY • Ciri-ciri: hipogonadisme (fitur seks
• Ciri: berwajah kriminal, suka sekunder berkurang), fertilitas
menusuk-nusuk mata berkurang

SINDROM TURNER
• 45+XO (perempuan)
• Ciri-ciri: pendek, webbed neck,
amenorea, steril
Sepsis Neonatorum
• Keywords:
– S: malas minum, KPD 19 jam sebelum lahir
– O: merintih, letargi, hipotermi, leukosit 2500
• Malas minum, merintih, letargi, hipotermi 
gambaran sepsis dengan KPD sebagai faktor
risiko
• . Sepsis Neonatorum
Neonatus diduga mengalami sepsis (tersangka sepsis) bila ditemukan
tanda-tanda dan gejala berikut:
Untuk bayi berumur sampai dengan tiga hari
Bila ada riwayat ibu dengan infeksi intrauterin, demam yang dicurigai sebagai infeksi
berat atau KPD (ketuban pecah dini);
Bila bayi mempunyai dua tanda atau lebih pada Kategori A (tabel 6), atau tiga tanda
atau lebih pada Kategori B (tabel 6);
Bila bayi mempunyai satu tanda pada Kategori A dan satu tanda pada Kategori B,
atau dua tanda pada Kategori B;
Bila selama pengamatan terdapat tambahan tanda sepsis, kapan saja timbulnya;
Bila selama pengamatan tidak terdapat tambahan tanda sepsis, tetapi tanda
awalnya tidak membaik, lanjutkan pengamatan selama 12 jam lagi.
Bayi berumur lebih dari tiga hari
Bila bayi mempunyai dua tanda atau lebih pada Kategori A atau tiga tanda atau
lebih pada Kategori B;
Bila bayi mempunyai satu tanda pada Kategori A dan satu tanda pada Kategori B,
atau dua tanda pada Kategori B.
Sepsis
• Sepsis neonatal dibagi menjadi:
– Awitan dini: ditemukan pada umur < tiga hari
– Awitan lambat: terjadi setelah hari ke 3

• Faktor risiko pada awitan dini:


– Faktor ibu: kurang bulan, ketuban pecah >18-24 jam,
chorioamnionitis, persalinan dengan tindakan,
demam pada ibu, ISK, faktor sosial ekonomi.
– Faktor bayi terdiri dari: asfiksia perinatal, BBLR, bayi
kurang bulan, prosedur invasif, kelainan bawaan.
• Gambaran klinis: tidak spesifik
– Dapat muncul: takikardi, asfiksia, nilai APGAR
rendah, hipo/hipertermia, hipoglikemia, kadang
hiperglikemia, ikterik, dan lain-lain.

• Pemeriksaan yang dapat dilakukan: kultur,


CRP, rasio I/T.
Tata laksana sepsis
Criteria

Hipoglikemi <30 mg/dL dalam usia 24


jam pertama
<40 mg/dL sesudah usia 24
jam

Hipotermi <36.5°C
NEC
ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS PF
kegawatdaruratan GI paling Bising usus menurun
umum pada neonatus
Penunjang
Gejala dan tanda X-ray polos: pneumatosis
• Umumnya pada bayi prematur intestinalis (udara di dalam
di minggu ke-2 atau ke-3 dinding usus)
• Gejala GI non-spesifik
• Distensi abdomen Tata laksana
• Eritema dinding abdomen • NPO (nutrisi parenteral)
• Hematokezia • Dekompresi NGT
• Antibiotik
• Bedah jika ada perforasi atau
nekrosis
GI tract signs:  pada NEC ada gejala pada gi tract
• Feeding intolerance
• Delayed gastric emptying
• Abdominal distention, abdominal tenderness, or both
• Ileus/decreased bowel sounds
• Abdominal wall erythema (advanced stages)
• Hematochezia

Systemic signs are nonspecific and can include any combination of the following:
• Apnea
• Lethargy
• Decreased peripheral perfusion
• Shock (in advanced stages)
• Cardiovascular collapse
• Bleeding diathesis (consumption coagulopathy)
Hyaline Membrane Disease
• Keywords: BBL: 1800 gram, prematur, ro toraks
retikulogranuler
• Kebiruan, napas cepat, retraksi sela iga (+)  DD:
– Sepsis neonatorum
– Pneumonia congenital
– Hyaline Membran Disease
– Penyakit jantung congenital
• Ro thorax: retikulogranuler  gambaran hyaline
membrane disease
Hyaline membrane disease
(respiratory distress syndrome)
• Def: acute lung disease caused by surfactant
deficiency.
• Seen in neonates <36-38 weeks, weighing less
than 2500 g.
• Radiograpic classic findings: hypoaeration,
bilateral diffuse reticulogranular opacities in
the pulmonary parenchyma, and peripherally
extending air bronchograms.
Gambaran retikulogranuler pada Ro
thoraks
Congenital pneumonia
• Pneumonia that presents within the first 24
hours after birth.
• Clinical manifestations are often nonspecific
• Radiographic and laboratory findings have
limited predictive value.
• Therapy: antimicrobial therapy and respiratory
support.
Neonatal Jaundice
• Keywords:
– S: Bayi umur 30 jam, kuning pada wajah, dada,
dan ekstremitas
– O: Bilirubin total 18,5 mg/dL dan Bilirubin direk 1
mg/dL.
• Fototerapi
Indikasi fototerapi dan transfusi ganti
berdasar berat badan
Ikterik neonatorum
• Ikterus fisiologis :
– Timbul setelah 24 jam, berlangsung kurang dari 7-
14 hari,
– Terutama terdiri dari bilirubin indirek,
– Kadar tertinggi bilirubin total kurang dari 15 mg%
– Bilirubin direk kurang dari 2mg%,
– dan tidak ada keadaan patologis lain.
Ikterus yang memerlukan evaluasi
lebih lanjut:
• Ikterus yang timbul pada saat lahir atau sejak
hari pertama kehidupan
• Kenaikan bilirubin berlangsung cepat
(>5mg/dL)
• Kadar bilirubin serum >12 mg/dL
• Ikterus menetap pada usia 2 minggu atau
lebih
• Peningkatan bilirubin direk >2mg/dL
• Ikterik pada 24 jam pertama
– Dapat disebabkan erythroblastosis fetalis, perdarahan
tersembunyi, sepsis, atau infeksi intrauterine,
termasuk sifilis, penyakit inklusi sitomegalik, rubella,
dan toxoplasmosis kongenital
• Ikterik yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3
– Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar syndrome dan
breast feeding jaundice
• Ikterik yang muncul setelah hari ke-3 dan dalam
minggu pertama
– Sepsis bacterial atau infeksi
• Ikterik yang muncul sesudah satu minggu
– breast milk jaundice, septicemia, atresia congenital,
hepatitis, galaktosemi, hipotiroidisme, anemia
hemolitik kongenital (spherocytosis), anemia
hemolitik akibat obat.
• Ikterik yang persisten selama satu bulan
– kondisi hyperalimentation-associated cholestasis,
hepatitis, cytomegalic inclusion disease, syphilis,
toxoplasmosis, familial nonhemolytic icterus, atresia
bilier, atau galaktosemia. Ikterik fisiologis dapat
berlangsung beberapa minggu pada kondisi hipotiroid
atau stenosis pilori
Krammer
Cephalhematoma
• Benjolan di occiput, tidak melewati garis
tengah  sefal hematom  cukup
diobservasi karena akan mengalami resorpsi
dengan sendirinya. Observasi terjadinya ikterik
akibat hematom (perhatikan apakah sampai
perlu dilakukan fototerapi atau tidak)
Pembengkakan Meningkat Melintasi Meningkat
ekstrakranial setelah lahir garis sutura kehilangan
darah akut

Kaput suksadenum Lunak, lekukan Tidak Ya Tidak

Sefal hematoma Padat, tegang Ya Tidak Tidak

Hematoma subgaleal Padat berair ya ya Ya


– Konjungtivitis Gonore
• Keywords: bayi usia 3 hari, bengkak pada
palpebra, sekret purulen, riwayat infeksi pada
jalan lahir ibu (+)  gambaran pada gonore
• Konjungtivitis gonore
Gonore
• Pada bayi: konjungtivitis bilateral  mata
merah, nyeri, sekret purulen. Dapat juga
terjadi infeksi faring, respirasi, atau rectal
akibat disseminated gonococcal infection
(DGI). Dapat terjadi kerusakan permanen pada
mata secara cepat
Gonore
• Masa tunas Neisseria gonore sangat singkat, pada pria umumnya
berkisar antara 2-5 hari. Pada wanita masa tunas sulit untuk
ditentukan karena pada umumnya asimptomatik.
• Pada pria keluhan dapat berupa rasa gatal, panas di bagian distal
uretra di sekitar OUE, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh
mukopurulen, dan nyeri waktu ereksi.
• Pemeriksaan penunjang berupa apusan gram  ditemukan
diplokokus gram negatif di dalam/luar leukosit PMN. Bila perlu,
dilakukan biakan dengan media Thayer-Martin.
• Tata laksana dewasa:
– Penisilin G 4,8 juta unit + 1 g probenesid
– Regimen baru: Ceftriaxone 250 mg intramuscular (IM) single dose
PLUS, Azithromycin 1 g PO single dose OR Doxycycline 100 mg PO
twice a day for 7 days
TORCH pada newborn
• Infeksi torch dapat menyebabkan mikrosefal,
tuli sensorineural, korioretinis,
hepatosplenomegali, dan lain-lain. Dalam
perkembangannya dapat menyebabkan
gangguan neurologis seperti retardasi mental,
CP, keterlambatan dalam perkembangan.
• Jika muncul gejala tersebut pada bayi baru
lahir maka harus dilakukan pemeriksaan
adanya kemungkan infeksi TORCH
Toksoplasmosis
• Pilihan diagnosis untuk toksoplasmosis hanya
akut atau kronis
• Peningkatan 4x titer IgG selang 2 minggu
mengindikasikan pasien menderita
toksoplasmosis kronik.
• Anti toxoplasma gondii IgM timbul segera setelah infeksi, dan mencapai
puncaknya pada minggu keempat setelah infeksi kemudian menurun secara
lambat dan tidak terdeteksi lagi setelah empat bulanpenanda akut
Sedang anti toxoplasma IgG dapat dideteksi setelah 3 atau 4 bulan infeksi
dan kadarnya menetap sampai bertahun- tahunpenanda kronis

Anda mungkin juga menyukai