Ilmu Kesehatan Anak
Ilmu Kesehatan Anak
0 - - - -
I + - - 1st proph.
II + + - 2nd proph.
Tanpa
Minum
dehidrasi Baik, CM Normal Basah Normal Normal
normal
(<5% BB)
Dehidrasi Pucat,
Minum Cekung,
ringan- Rewel, CRT<2s,
seperti produksi Kering Berkurang
sedang gelisah turgor
kehausan kurang
(5-10% BB) lambat
Letargis,
Pucat,
lemah, Malas
Dehidrasi Sangat CRT>2s,
penurunan minum, Sangat
berat cekung, turgor Tidak ada
kesadaran, tidak mau kering
(>10% BB) tidak ada sangat
nadi & minum
lambat
napas cepat
• Diare kronik definisi kronik biasanya setelah
penyakit berlangsung lebih dari 2-3 minggu
• Disentri diare berdarah dan berlendir
dengan demam, nyeri perut, dan tenesmus
recti (rasa seperti defekasi belum selesai)
Diare Akut Dehidrasi Berat
• Keywords
– S: anak usia 3 tahun diare 2 hari, darah (-), lendir (-)
– O: letargis, mata cekung, turgor sangat lambat
• Diagnosis pada anak ini adalah diare akut
dehidrasi berat. Tatalaksana yang diberikan
rehidrasi 30 ml/kgBB (30 menit) diikuti 70
ml/kgBB (2,5 jam)
• Berikan 30 ml/kg dalam 30 menit dan 70 ml/kg
dalam 2,5 jam
Diare Akut – Klasifikasi
Tanpa
Minum
dehidrasi Baik, CM Normal Basah Normal Normal
normal
(<5% BB)
Dehidrasi Pucat,
Minum Cekung,
ringan- Rewel, CRT<2s,
seperti produksi Kering Berkurang
sedang gelisah turgor
kehausan kurang
(5-10% BB) lambat
Letargis,
Pucat,
lemah, Malas
Dehidrasi Sangat CRT>2s,
penurunan minum, Sangat
berat cekung, turgor Tidak ada
kesadaran, tidak mau kering
(>10% BB) tidak ada sangat
nadi & minum
lambat
napas cepat
Diare Akut – Tatalaksana
(5 Pilar Diare WHO)
1. Rehidrasi 2. Nutrisi
a.Tanpa dehidrasi 3. Zinc tab 10 hari (<6 bulan
• + cairan tambahan (oralit, air matang, kuah, air 10 mg, >6 bulan 20 mg)
tajin)
• Lanjutkan pemberian makan/ASI 4. Antibiotik
b.DADRS • Kolera: tetrasikilin
• Rehidrasi oralit per oral 3 jam pertama 75 • Disentri e.c. Shigella: kotrimoksazole
cc/kgBB • Amoebiasis: metronidazole
• Evaluasi status hidrasi setelah 3 jam • Giardiasis: metronidazole
c. DADB 5. Edukasi
• + cairan intravena (total 100 cc/kgBB, NS/RL/RA,
bukan D5)
Umur <1 tahun 30 ml/kg dalam 1 jam
dilanjutkan dengan 70 ml/kg dalam 5 jam
Umur >1 tahun 30 ml/kg dalam 30 menit
dilanjutkan dengan 70 ml/kg dalam 2½ jam
• Evaluasi status hidrasi tiap 15-30 menit
• Oralit 5cc/kgBB/jam setelah anak mau minum
• Evaluasi kembali dalam 6 jam (bayi) dan 3 jam
(anak)
Pertusis
Stage 1 – Catarrhal phase Stage 2 – Paroxysmal phase
Indistinguishable from • Paroxysms of intense coughing
common upper respiratory lasting up to several minutes,
infections. Pertussis is most occasionally followed by a loud
infectious when patients are in whoop
the catarrhal phase • Posttussive vomiting and
• Nasal congestion turning red with coughing
• Rhinorrhea
• Sneezing Stage 3 – Convalescent stage
• Low-grade fever • Chronic cough, which may last
• Tearing for weeks
• Conjunctival suffusion
• Penatalaksanaan
– Kasus ringan pada anak-anak umur ≥ 6 bulan dilakukan
secara rawat jalan
– Beri imunisasi DPT pada pasien pertusis & setiap anak
dalam keluarga
– Antibiotik : Eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali
sehari) selama 10 hari
• Komplikasi : Pneumonia, Kejang, Gizi kurang, Perdarahan
Subkonjungtiva dan Hernia
Schistosomiasis
• Keywords
– S: diare, demam, perut sakit, feses coklat dan banyak
– O: ditemukan telur dengan duri yang rudimenter
• Penyebab diare pada pasien ini adalah parasit. Parasit dengan telur
yang rudimenter adalah Schistosoma japonicum.
• Terdapat 3 jenis schistosoma
– S. japonicum I: urtikaria, II: disentri, III: sirosis, splenomegali; duri
lateral, rudimenter; operculum (-)
– S. mansoni seperti S.japonicum tetapi lebih ringan; duri lateral;
operculum (-)
– S. haematobium tidak menyebabkan gangguan gastrointestinal;
duri terminal prominent; operculum (-)
• Schistosomiasis
Schistosoma
• Terapi: Prazikuantel
Giardiasis
• Keywords
– S: BAB disertai lendir dan berbau sangat busuk, nyeri perut
– O: tinja berminyak tidak berdarah
• Infeksi G.lamblia menyebabkan atrofi vili dan obstruksi
mekanis stadium trofozoit sehingga menyebabkan
hambatan absorpsi lemak dan vitamin larut lemak
malabsorpsi lemak tinja berminyak
• Infeksi menyebabkan kerusakan mukosa epitel usus
nyeri perut/rasa tidak enak di perut
• Giardiasis
Giardia Lamblia – Morfologi, Daur Hidup, Gejala Klinis,
Diagnosis
• Stadium • Diagnosis dengan sediaan tinja
– Trofozoit: jambu monyet, 2 inti, langsung; 3 hari
4 flagel – Tinja encer: cari trofozoit
– Kista: oval – Tinja padat: cari kista
• Kista matang tertelan • Terapi:
ekskistasi di duodenum 2 – Tinidazole 2g single dose
trofozoit – Metronidazole 3x250 mg 7 hari
• Penularan secara fecal-oral
• Gejala Klinis: rasa tidak enak di
perut, mual, tidak nafsu
makan, diare cair berbau
busuk, perut kembung, kram
perut, tinja berminyak,
berlendir dan darah.
• Pemeriksaan fisik: umumnya tanpa demam,
dapat ditemukan perdarahan konjungtiva
maupun petechia akibat batuk. Inspiratory
gasping/ whooping didapatkan pada anak usia
6 bulan-5 tahun.
• Terapi: Untuk bayi di atas 1 bulan: eritromisin,
clarithromycin, dan azithromycin
• Prophylaxis: Erythromycin selama 14 hari
Thypoid
• Gejala khas pada typhoid
– Stepwise fever pattern pola demam dimana suhu akan turun di pagi dan
suhu semakin tinggi dari hari ke hari.
– Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeri perut, konstipasi), batuk,
sakit kepala.
– Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-400C), muncul rose
spot (salmon-colored, blanching, truncal, maculopapules)
– Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan splenomegali.
Bradikardi relatif, dicrotic pulse (double beat, the second beat weaker than
the first)
– Minggu ketiga:takipnue, distensi perut, diare hijau-kuning (pea soup
diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis, confusion, psychosis), dapat
terjadi perforasi usus dan peritonitis
– Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan membaik
• Pemeriksaan tifoid: pada minggu pertama
dapat dilakukan pemeriksaan tubex atau
kultur empedu dimana kuman tersekuestrasi
di empedu
• Pada minggu kedua, mengalami bakteremia
sehingga dapat diperiksa menggunakan widal
– Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x lipat atau
Anti-O 1/320 atau anti-H 1/640
LEPTOSPIROSIS
• Leptospirosis adalah zoonosis yg disebabkan L.
Interrogans . Penyakit ini harus dicurigai pada
pasien yg berkontak dgn air, tanah, atau lumpur
yg terkontaminasi urin binatang.
• Gejala klinis leptospirosis: demam, menggigil,
sakit kepala, mual, muntah, nyeri abdomen,
ikterus, hepatomegali, anoreksia, fotofobia, gagal
ginjal.
• Tatalaksana : doksisiklin 2 x 100 mg. Berat : injeksi
penisilin G 1,5 juta unit/6 jam IV.
• 10% kasus leptospirosis
dapat berkembang menjadi sangat berat,
disebut Weil's syndrome.
• Gejala: tidak ada batasan jelas, tapi tanda
utamanya adalah masalah pada hati, ginjal,
dan pembuluh darah. (jaundice, penurunan
urin, hipotensi, ruam, anemia, sputum
berdarah, perdarahan pada mata)
• Muncul 3-7 hari setelah munculnya penyakit.
VARICELLA ZOSTER VIRUS
• Herpes zoster (cacar ular)
– Vesikel berkelompok dengan dasar kulit eritematosa dan
edema. Lokalisasi unilateral dan dermatomal. Sangat nyeri.
– Dx: tes Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak
– Obat antiviral untuk herpes zoster oftalmikus dan pasien
imunodefisiensi: asiklovir 5x800 mg (7 hari) atau valasiklovir
3x1000 mg (1 hari)
• Varisela (cacar air, chicken pox)
– Demam diikuti papul, vesikel tear drops, eritematosa.
Penyebaran di badan kemudian menyebar ke muka dan
ekstremitas. Terasa gatal.
– Dx: tes Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak
– Tx: simptomatik
• Variola (cacar, small pox)
– Demam tinggi makula dan papul, suhu turun vesikel
dan pustul, suhu naik krusta-krusta, suhu turun
– Keadaan umum pasien buruk, efloresensi bersifat
monomorfik dan terdapat di perifer
– Tx: karantina, antiviral
• Herpes simpleks
– Vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa.
Lokalisasi di sekitar mulut dan hidung atau pada genitalia
eksterna.
– Dx: tes Tzanck sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear
– Tx: asiklovir 5x200 mg (5 hari)
Rubeolla dan Rubella
• Rubeola/morbili/campak
– Demam, batuk, pilek, mata merah diikuti
dengan erupsi eritema makulopapular yang gatal.
Penyebaran dari telinga, wajah, lalu seluruh tubuh
– Patognomonik: Koplik’s spot (titik-titik putih pada
mukosa pipi)
– Komplikasi: diare, pneumonia, otitis media,
ensefalitis, ulkus kornea
– Tx: simptomatik + vitamin A
• Rubella/campak jerman
– Tanda dan gejala mirip morbili, tapi lebih ringan
dan berlangsung dalam waktu lebih pendek (tiga
hari)
– Yang bahaya: rubella kongenital
Malaria
• diagnosis malaria ditegakkan atas dasar adanya
trias : demam tinggi berulang, splenomegali dan
anemia. Ditambah lagi adanya riwayat berpergian
ke tempat endemis malaria.
• Diagnosis selain dari anamenesis, PF, juga dari
pemeriksaan laboratorium (Mikroskopik,Tes
diagnostik cepat) : Menemukan parasit malaria
pada sediaan darah tepi.
• Sediaan dibuat sebaiknya pada waktu demam.
Sediaan apus darah tepi
• Plasmodium falciparum
– parasit muda bentuk cincin / ring form, rossette,
sausage-shape,
• Plasmodium vivax
– sel darah merah membesar, terdapat titik
schuffner pada sel darah merah dan sitoplasma
ameboid
• Plasmodium malariae
– Band form, basket-form
P. falciparum
P. malariae
• Falciparum
– Lini ke-1: artesunat + amodiakuin
– Lini ke-2: kina + tetrasiklin/doksisiklin
• Vivax/ovale
– Lini ke-1: klorokuin + primakuin
– Lini ke-2: kina + primakuin
• Malaria berat
– Lini ke-1: artemeter IM
– Lini ke-2: kina IV
Malaria – Daur Hidup, Patofisiologi
P.falsiparum P.vivax P.ovale P.malariae
Malaria
Malaria Malaria
Penyakit falsiparum/tropika Malaria ovale
vivax/tersiana malariae/kuartana
/tersiana maligna
Vektor Anopheles sp.
Distribusi geografik Seluruh kepulauan Seluruh kepulauan Irian Jaya, Pulau Papua Barat, NTT,
di Indonesia di Indonesia di Indonesia Timor Sumatera Selatan
Hipnozoit - + + -
Daur eritrosit Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 48 jam Tiap 72 jam
Eritrosit yang Muda, normosit, Retikulosit, Retikulosit,
Normosit
dihinggapi tua normosit normosit muda
Pembesaran
- ++ + -
eritrosit
Titik-titik di
Maurer Schuffner Schuffner (James) Ziemann
eritrosit
Cincin, marginal, Bulat/oval (1/3 Band/pita,
Bentuk trofozoit
accole (1/6 Cincin (1/3 eritrosit) eritrosit) basket/keranjang,
intra eritrosit
eritrosit) rossete, bulat
Bentuk gametosit Pisang Bulat/lonjong Bulat Bulat
Pigmen warna Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitam
Toxoplasmosis
• Infeksi toxoplasma yang terjadi baru :
– Antibodi IgM yang sangat tinggi (dapat bertahan hingga 1 tahun)
– Antibodi IgG dan IgM yang tinggi di saat bersamaan
– Peningkatan antibodi IgG sebesar 4 kali dalam waktu 2-3 minggu
• Spiramycin diyakini mengurangi resiko terjadinya infeksi terhadap
janin
• Apabila suspek toxoplasmosis : pyrimethamine dan sulfonamides
dapat diberikan untuk infeksi maternal pada kehamilan akhir dengan
hasil toxoplasma di cairan amnion (-)
• Jika infeksi terdiagnosis saat prenatal : pyrimethamine, sulfonamides,
dan asam folat diberikan untuk eradikasi parasit di plasenta dan fetus
(masih kontroversial)
Nama cacing Cacing dewasa Telur Obat
Ascaris Mebendazole,
lumbricoides pirantel pamoat
Trichuris Mebendazole,
trichiura albendazole
Brooks GF. Jawetz, Melnick & Adelberg’s medical microbiology, 23rd ed. McGraw-Hill; 2004.
Hematoimunologi
Berdasarkan Penyakit
• Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, Serum
Iron ↓, Feritin↓, TIBC ↑, sel pensil. Terapi : suplementasi besi.
• Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel
target dan anisopoikilositosis (bentuk sel bermacam-macam karena lisis),
Bilirubin indirek ↑. Ikterik, splenomegali. Biasanya karena thalassemia.
Pemeriksaan tambahan : elektroforesis Hb.
• Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit meningkat
namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan tambahan : Bone
Marrow Puncture (BMP). Tx : kemoterapi.
• Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan
tambahan : BMP – gambaran hipoplastik.
• Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi besi. Anemia
normositik normokrom.
• Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
• Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op gastrointestinal),
asam folat, liver disease
ITP
• ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan
walau pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6
bulan).
• Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau
infeksi
• PF:
– Nonpalpable petechiae
– Purpura
– Perdarahan
– Limpa tidak teraba.
Immune Thrombocytopenic Purpura
• Adalah trombositopeni dengan sumsum
tulang yang normal dan tidak adanya
penyebab trombositopeni lainnya.
• ITP memiliki dua gambaran klinis: akut pada
anak-anak dan kronik pada dewasa.
• Etiologi: IgG autoantibodi terhadap
permukaan trombosit.
ITP
Pemeriksaan Lab:
• Trombositopeni
• Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal
• Sumsum tulang: megakariosit normal atau meningkat.
• Uji koagulasi normal, bleeding time bertambah, PT dan
PTT normal.
• Tes untuk autoantibodi tidak tersedia secara luas
Diagnosis ITP hanya dilakukan sesudah penyebab
defisiensi trombosit lainnya telah dieksklusi.
DIC
• DIC sistem koagulasi dan atau fibrinolitik
teraktivasi secara sistemik, menyebabkan
koagulasi intravaskular luas dan melebihi
mekanisme antikoagulan alamiah. Menyebabkan:
– mikrotrombus di berbagai organ gagal organ
– Perdarahan hebat
• Etiologi:
– Respon inflamasi sistemik aktivasi sitokin dan
koagulasi (sepsis atau major trauma)
– Pelepasan materi pro-koagulasi ke dalam darah
(cancer, obstetric cases)
DIC
Pemeriksaan Laboratorium
• Trombositopenia
• Kadar fibrinogen menurun.
• Fibrin Degredation Products (FDP) meningkat
contoh: D-dimer
• Thrombin time memanjang.
• Prothrombin time, activated partial thromboplastin
time memanjang pada sindrom akut.
• Ditemukan shcistocytes (pecahan/ kepingan eritrosit)
pada pemeriksaan mikroskopik.
Hemofilia
• Kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan secara sex-linked recessive pada
kromosom X
• Hemofilia A (80-85%) defisiensi/disfungsi
faktor VIII
• Hemofilia B defisiensi/disfungsi faktor IX
• Hemofilia C defisiensi/disfungsi faktor XI
Hemofilia
• Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu
hemartrosis, hematoma subkutan atau
intramuskular, perdarahan mukosa mulut,
perdarahan intrakranial, epistaksis, dan
hematuria.
• Pemanjangan APTT dengan PT yang normal
menunjukkan adanya gangguan pada jalur
intrinsik sistem pembekuan darah
Von Wildebrand Disease
• Inherited bleeding disorder akibat
defisiensi/disfungsi von Willebrand factor
(VWF) mempengaruhi platelet adhesion
atau menurunkan konsentrasi Faktor VIII
• Autosom dominan/resesif
• Isolated prolonged PTT atau normal
• Pemeriksaan VWF antigen; VWF ristocetin
cofactor activity; dan Faktor VIII
SLE – Diagnosis, Tatalaksana
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK Tata laksana
Kriteria SLE (≥4): • Gejala ringan:
• Malar rash – NSAID
• Discoid rash – Hidroksiklorokuin
– Steroid dosis rendah
• Fotosensitivitas
• Gejala berat (ginjal, hematologik,
• Ulkus oral/nasofaringeal SSP)
• Artritis nonerosif – Steroid dosis tinggi
• Serositis • Siklofosfamid
• Proteinuria
• Kejang atau psikosis
• Anemia
hemolitik/leukopenia/limfopenia/tro
mbositopenia
• ANA (+)
• anti-ds-DNA, anti-Sm, antifosfolipid
Abs (+)
Pembengkakan Meningkat Melintasi Meningkat
ekstrakranial setelah lahir garis sutura kehilangan
darah akut
Kaput Lunak, lekukan Tidak Ya tidak
suksadenum
SINDROM TURNER
• 45+XO (perempuan)
• Ciri-ciri: pendek, webbed neck,
amenorea, steril
Sepsis Neonatorum
• Keywords:
– S: malas minum, KPD 19 jam sebelum lahir
– O: merintih, letargi, hipotermi, leukosit 2500
• Malas minum, merintih, letargi, hipotermi
gambaran sepsis dengan KPD sebagai faktor
risiko
• . Sepsis Neonatorum
Neonatus diduga mengalami sepsis (tersangka sepsis) bila ditemukan
tanda-tanda dan gejala berikut:
Untuk bayi berumur sampai dengan tiga hari
Bila ada riwayat ibu dengan infeksi intrauterin, demam yang dicurigai sebagai infeksi
berat atau KPD (ketuban pecah dini);
Bila bayi mempunyai dua tanda atau lebih pada Kategori A (tabel 6), atau tiga tanda
atau lebih pada Kategori B (tabel 6);
Bila bayi mempunyai satu tanda pada Kategori A dan satu tanda pada Kategori B,
atau dua tanda pada Kategori B;
Bila selama pengamatan terdapat tambahan tanda sepsis, kapan saja timbulnya;
Bila selama pengamatan tidak terdapat tambahan tanda sepsis, tetapi tanda
awalnya tidak membaik, lanjutkan pengamatan selama 12 jam lagi.
Bayi berumur lebih dari tiga hari
Bila bayi mempunyai dua tanda atau lebih pada Kategori A atau tiga tanda atau
lebih pada Kategori B;
Bila bayi mempunyai satu tanda pada Kategori A dan satu tanda pada Kategori B,
atau dua tanda pada Kategori B.
Sepsis
• Sepsis neonatal dibagi menjadi:
– Awitan dini: ditemukan pada umur < tiga hari
– Awitan lambat: terjadi setelah hari ke 3
Hipotermi <36.5°C
NEC
ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS PF
kegawatdaruratan GI paling Bising usus menurun
umum pada neonatus
Penunjang
Gejala dan tanda X-ray polos: pneumatosis
• Umumnya pada bayi prematur intestinalis (udara di dalam
di minggu ke-2 atau ke-3 dinding usus)
• Gejala GI non-spesifik
• Distensi abdomen Tata laksana
• Eritema dinding abdomen • NPO (nutrisi parenteral)
• Hematokezia • Dekompresi NGT
• Antibiotik
• Bedah jika ada perforasi atau
nekrosis
GI tract signs: pada NEC ada gejala pada gi tract
• Feeding intolerance
• Delayed gastric emptying
• Abdominal distention, abdominal tenderness, or both
• Ileus/decreased bowel sounds
• Abdominal wall erythema (advanced stages)
• Hematochezia
Systemic signs are nonspecific and can include any combination of the following:
• Apnea
• Lethargy
• Decreased peripheral perfusion
• Shock (in advanced stages)
• Cardiovascular collapse
• Bleeding diathesis (consumption coagulopathy)
Hyaline Membrane Disease
• Keywords: BBL: 1800 gram, prematur, ro toraks
retikulogranuler
• Kebiruan, napas cepat, retraksi sela iga (+) DD:
– Sepsis neonatorum
– Pneumonia congenital
– Hyaline Membran Disease
– Penyakit jantung congenital
• Ro thorax: retikulogranuler gambaran hyaline
membrane disease
Hyaline membrane disease
(respiratory distress syndrome)
• Def: acute lung disease caused by surfactant
deficiency.
• Seen in neonates <36-38 weeks, weighing less
than 2500 g.
• Radiograpic classic findings: hypoaeration,
bilateral diffuse reticulogranular opacities in
the pulmonary parenchyma, and peripherally
extending air bronchograms.
Gambaran retikulogranuler pada Ro
thoraks
Congenital pneumonia
• Pneumonia that presents within the first 24
hours after birth.
• Clinical manifestations are often nonspecific
• Radiographic and laboratory findings have
limited predictive value.
• Therapy: antimicrobial therapy and respiratory
support.
Neonatal Jaundice
• Keywords:
– S: Bayi umur 30 jam, kuning pada wajah, dada,
dan ekstremitas
– O: Bilirubin total 18,5 mg/dL dan Bilirubin direk 1
mg/dL.
• Fototerapi
Indikasi fototerapi dan transfusi ganti
berdasar berat badan
Ikterik neonatorum
• Ikterus fisiologis :
– Timbul setelah 24 jam, berlangsung kurang dari 7-
14 hari,
– Terutama terdiri dari bilirubin indirek,
– Kadar tertinggi bilirubin total kurang dari 15 mg%
– Bilirubin direk kurang dari 2mg%,
– dan tidak ada keadaan patologis lain.
Ikterus yang memerlukan evaluasi
lebih lanjut:
• Ikterus yang timbul pada saat lahir atau sejak
hari pertama kehidupan
• Kenaikan bilirubin berlangsung cepat
(>5mg/dL)
• Kadar bilirubin serum >12 mg/dL
• Ikterus menetap pada usia 2 minggu atau
lebih
• Peningkatan bilirubin direk >2mg/dL
• Ikterik pada 24 jam pertama
– Dapat disebabkan erythroblastosis fetalis, perdarahan
tersembunyi, sepsis, atau infeksi intrauterine,
termasuk sifilis, penyakit inklusi sitomegalik, rubella,
dan toxoplasmosis kongenital
• Ikterik yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3
– Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar syndrome dan
breast feeding jaundice
• Ikterik yang muncul setelah hari ke-3 dan dalam
minggu pertama
– Sepsis bacterial atau infeksi
• Ikterik yang muncul sesudah satu minggu
– breast milk jaundice, septicemia, atresia congenital,
hepatitis, galaktosemi, hipotiroidisme, anemia
hemolitik kongenital (spherocytosis), anemia
hemolitik akibat obat.
• Ikterik yang persisten selama satu bulan
– kondisi hyperalimentation-associated cholestasis,
hepatitis, cytomegalic inclusion disease, syphilis,
toxoplasmosis, familial nonhemolytic icterus, atresia
bilier, atau galaktosemia. Ikterik fisiologis dapat
berlangsung beberapa minggu pada kondisi hipotiroid
atau stenosis pilori
Krammer
Cephalhematoma
• Benjolan di occiput, tidak melewati garis
tengah sefal hematom cukup
diobservasi karena akan mengalami resorpsi
dengan sendirinya. Observasi terjadinya ikterik
akibat hematom (perhatikan apakah sampai
perlu dilakukan fototerapi atau tidak)
Pembengkakan Meningkat Melintasi Meningkat
ekstrakranial setelah lahir garis sutura kehilangan
darah akut