Anda di halaman 1dari 36

INFEKSI HIDUNG

DAN SINUS
Dr. Abla Ghanie Irwan. Sp THT-KL(K)
 Rinitis simpleks
 Rinitis atrofi
 Rinitis hipertrofi
 Rinitis difteri
 Rinitis jamur
 Rinitis tuberkulosa
 Rinitis sifilis
 Rinoskleroma
 Myasis hidung
Penyebab : Rhinovirus (paling
penting), myxovirus, virus
Coxsackie dan virus ECHO
Gejala : bersin berulang, hidung
tersumbat dan ingus encer, demam
dan nyeri kepala. Mukosa merah
dan bengkak
Terapi  tidak spesifik, istirahat,
obat simptomatis seperti
analgetika, antipiretika dan obat
dekongestan
Antibiotik  bila ada infeksi
sekunder oleh bakteri
 Mukosa hidung pada konka
inferior mengalami hipertrofi
karena proses inflamasi kronis
akibat infeksi primer atau sekunder
 Gejala utama  sumbatan hidung
Pemeriksaan 
•konka hipertrofi (terutama inferior)
berbenjol-benjol
• pasase udara rongga hidung sempit
Terapi  tujuannya mengatasi
faktor-faktor penyebab
 Mukosa hidung menghasilkan sekret kental dan cepat mengering 
berbentuk krusta yang berbau busuk
 Infeksi oleh kuman spesifik  Klebsiella ozaena, Stafilokokus, Streptokokus

dan Pseudomonas aeruginosa


 Gejala  Nafas berbau, ingus kental berwarna hijau, kerak (krusta) hijau,

gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung merasa tersumbat


 Tujuan pengobatan  mengatasi etiologi dan menghilangkan gejala

 Pengobatan Konservatif

Antibiotik spektrum luas, sesuai uji resistensi kuman dan dosis adekuat
Untuk membantu menghilangkan bau busuk  obat cuci hidung,
menggunakan larutan hipertonik
 Etiologi : Corynebacterium diphteriae
Bisa akut dan kronik, ada pengaruh dari
riwayat imunisasi tidak lengkap
 Gejala  demam, toksemia,
limfadenitis, mungkin paralisis otot
pernafasan
 Pemeriksaan  ingus bercampur
darah, pseudomembran putih mudah
berdarah, krusta coklat di nares
anterior dan rongga hidung
 Terapi  ADS, penisilin lokal dan
intramuskuler. Pasien harus diisolasi
sampai hasil pemeriksaan kuman
negatif
 Non-invasif  menyerupai rinolith dg
inflamasi mukosa lebih berat, yang
sebenarnya fungus ball, tidak terjadi
destruksi kartilago dan tulang
 Terapi  mengangkat seluruh fungus ball.
Pemberian obat sistemik dan topikal tidak
diperlukan
 Pemeriksaan hidung  sekret
mukopurulen, ulkus atau perforasi
pada septum disertai dengan
jaringan nekrotik berwarna
kehitaman (black eschar)
 Infeksi tuberkulosis ekstra pulmoner
 Tb pada hidung  noduler atau ulkus, mengenai
tulang rawan septum dan dapat mengakibatkan
perforasi
 Klinis  sekret mukopurulen dan krusta  hidung
tersumbat
 Diagnosis  BTA pada pemeriksaan sekret hidung,
histopatologi  sel datia Langhans dan limfositosis
 Terapi  anti Tb dan obat cuci hidung
 Etiologi: Treponema pallidum
 Primer / sekunder  ada bercak / bintik
pada mukosa
 Tersier  gumma atau ulkus, terutama
mengenai septum nasi dan mengakibatkan
perforasi septum
 Klinis  sekret mukopurulen berbau dan
krusta, perforasi septum atau hidung pelana
 Terapi  penisillin dan obat cuci hidung,
krusta dibersihkan rutin
 Infeksi granulomatosa kronik pada hidung disebabkan
Klebsiella rhinoscleromatis
 Terdiri dari 3 tahap penyakit :
Kataral  granulomatosa  Sklerotik
 Diagnosis  klinis, bakteriologik, histopatologi yang
khas  sel-sel Mikulicz
 Terapi  antibiotik jangka panjang, tindakan bedah
untuk obstruksi pernafasan
 Infestasi larva lalat dalam rongga hidung  Lalat Chrysomia
bezziana
 Gejala  hidung dan muka bengkak dan merah, dapat meluas
ke dahi dan bibir. Obstruksi hidung  bernafas melalui mulut
dan suara sengau, mungkin epistaksis dan ada ulat yang keluar
 Rinoskopi  jaringan nekrotik, ulserasi membran mukosa dan
perforasi septum. Sekret purulen dan berbau busuk. Dapat
menyebabkan obstruksi duktus nasolakrimalis dan perforasi
palatum
 Terapi  MRS, antibiotik spektrum luas atau sesuai kultur. Lokal
 kloroform dan minyak terpentin 1:4 diteteskan ke hidung
 Definisi Sinusitis  peradangan pada
sebagian atau seluruh mukosa sinus
paranasalis
 Sesuai dengan anatomi :
1. Sinusitis maksilaris
2. Sinusitis ethmoidalis
3. Sinusitis Frontalis dan
4. Sinusitis sfenoidalis
1. Infeksi
rhinitis akut dapat meluas ke dalam sinus
melalui ostium
2. Obstruksi
setiap keadaan yang menyebabkan
sumbatan pada ostium yang enyebabkan
gangguan drainase seperti : septum
deviasi, konkha hipertrofi, rhinitis alergi,
polip nasi dan tumor
3. Infeksi dari organ sekitar : adenoid, tonsil
dan infeksi gigi
4. Keadaan lingkungan : lingkungan
berpolusi, udara dingin dan kering dan
kebiasaan merokok.
Infeksi Virus
Variasi Anatomi
Kerusakan
Komplek
osteomeatal
Inflamasi
Kerusakan Gangguan drainase dan Irreversibel
Mukosiliar Sinusitis Kronik
ventilasi

PO2
Retensi Lendir

Bakteri anaerob
berkembang,
memproduksi toksin

Sinusitis
 Konsensus Tahun 2004 membagi sinusitis
menjadi :
1. Sinusitis akut gejala timbul sampai 4
minggu
2. Sinusitis subakut gejala timbul 4 minggu
sampai 3 bulan
3. Sinusitis kronik bila gejala lebih dari 3
bulan
 Keluhan utama sinusitis adalah hidung
tersumbat disertai rasa nyeri / tekanan
pada wajah dan adanya ingus yang
kental yang sering kali turun ke
tenggorok (post nasal drip)
 Dapat disertai gejala sistemik seperti
demam
 Keluhan nyeri atau rasa tekanan di
daerah sinus yang terkena  ciri khas
sinusitis akut
 Kadang-kadang ada nyeri alih (referred pain)
- Nyeri pipi  sinusitis maksilaris
- Nyeri dibelakang bola mata  sinusitis
ethmoid
- Nyeri di dahi atau seluruh kepala 
sinusitis frontalis
- Nyeri di vertek, oksipital, daerah mastoid
 sinusitis sfenoid
Gejala lain adalah : sakit kepala, hiposmia /
anosmia, halitosis, post nasal drip
Tanda khas adalah adanya pus pada
meatus medius (pada sinusistis
maksilaris, etmoid anterior dan
frontalis) dan pada meatus superior
(pada sinusitis ethmoid posterior
dan sfenoid)

Pada sinusitis akut  mukosa udem


dan hiperemis
Diagnosis

• Pemeriksaan penunjang : foto polos dan


CT Scan
• Foto polos posisi water’s, PA dan lateral
 hanya dapat menilai sinus-sinus besar
 adanya perselubungan, batas udara-
cairan (air fluid level) atau penebalan
mukosa
Tampak Gambaran Air Fluid Level
pada Sinusitis Maksilaris Sinistra
 CT scan sinus  gold
standard diagnosis sinusitis
 mampu menilai anatomi
hidung, adanya penyakit
dan kelainan pada sinus 
karena mahal hanya untuk
diagnosis sinusitis kronik
yang tidak sembuh
 Tujuan
terapi adalah :
1. mempercepat penyembuhan
2. mencegah komplikasi
3. mencegah perubahan menjadi kronik

 Prinsip
terapi : membuka sumbatan di KOM
 drainase dan ventilasi sinus-sinus menjadi
lancar
 Antibiotika dan dekongestan  terapi untuk
sinusitis aku bakteril
 Antibiotik yang dipilih  golongan penisilin
dan amoksisilin atau amoksisilin-klavulanat
bila diperkirakan kuman telah resisten atau
memproduksi beta laktamase atau
sefalosporin generasi kedua
 Antibiotik diberikan selama 10 – 14 hari
meskipun gejala telah hilang
 Padasinusitis kronik diberikan antibiotik yang
sesuai dengan kuman gram negatif dan
anaerob

 Terapi lain dapat diberikan analgetik,


mukolitik, steroid topikal/oral dan pencucian
rongga hidung dengan NaCl atau diatermi
 Irigasi
sinus maksila merupakan terapi yang
sangat bermanfaat

 Imunoterapidapat dipertimbangkan jika


pasien menderita kelainan alergi yang berat
 Tindakan Operasi
Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)
 operasi terkini untuk sinusitis kronik.
indikasinya :
1. sinusitis kronik yang tidak membaik
setelah terapi adekuat
2. sinuistis kronik dengan kista atau polip
3. adanya komplikasi sinusitis dengan sinusitis
jamur
 Komplikasi telah menurun sejak adanya
antibiotika
 Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis
akut atau sinusitis kronik eksaserbasi akut
berupa :
1. Komplikasi orbita  yang sering akibat
sinusitis ethmoid, frontal dan maksila
berupa : edema palpebra, abses
subperiosteal, abses orbita dan trombosis
sinus kavernosus
2. Komplikasi intrakranial
meningitis, abses ekstradural atau
subdural, abses otak atau trombosis sinus
kavernosus
Komplikasi akibat sinusitis kronik :
1. Osteomielitis atau abses subperiosteal
 akibat sinusitis frontalis sering
ditemukan pada anak-anak
2. Kelainan paru seperti bronkhitis kronik dan
bronkiektasis, kelainan sinus paranasal
disertai kelainan paru disebut sinobronkhitis

Anda mungkin juga menyukai