Anda di halaman 1dari 97

FURNACE

Bahan bakar dan Pembakaran

Annasit : 19810601 200604 1 001


Bahan bakar
• Bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila
dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut
dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor.

Masnasit 2
Karakteristik bahan bakar
Karakteristik bahan bakar
Syarat-syarat bahan bakar yang baik sebagai berikut :
• Mempunyai titik nyala yang rendah, sehingga mudah
terbakar
• Mempunyai nilai kalori yang tinggi
• Tidak menghasilkan gas buang yang beracun dan
membahayakan
• Asap yang dihasilkan sedikit, tidak banyak membentuk
jelaga
• Ekonomis, mudah dalam penyimpanan dan
pengangkutan
• Mempunyai efisiensi yang tinggi

Masnasit 3
Sumber bahan bakar
Sumber bahan bakar
• bahan bakar fosil, seperti : batubara, minyak bumi, dan
gas bumi.
• bahan bakar nuklir, seperti: uranium dan plutonium.
Pada bahan bakar nuklir, panas diperoleh dari hasil
reaksi rantai penguraian atom-atom melalui peristiwa
radioaktif.
• bahan bakar lain, seperti: sisa tumbuh-tumbuhan
(biomass), minyak nabati (straight vegetable oil), minyak
hewani, biofuel/biodiesel

Masnasit 4
Komposisi bahan bakar
Komposisi bahan bakar

• Bahan bakar umumnya tersusun dari unsur-unsur :


– C (karbon),
– H (hidrogen),
– O (oksigen),
– N (nitrogen),
– S (belerang),
– Abu, dll

• Combustible matter : unsur-unsur kimia yang penting adalah C, H


dan S, yaitu unsur-unsur yang jika terbakar menghasilkan panas,

• Non-combustible matter : Unsur-unsur lain yang terkandung


dalam bahan bakar namun tidak dapat terbakar adalah O, N, bahan
mineral atau abu dan air.
Masnasit 5
Klasifikasi bahan bakar
• Bahan bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk
umum:
– Bahan bakar padat (solid fuel).
– Bahan bakar cair (liquid fuel).
– Bahan bakar gas (gaseous fuel).

• Masing-masing bahan bakar tersebut dibagi menurut


asalnya yaitu:
– Bahan bakar alam (natural fuel).
– Bahan bakar yang disiapkan (prepared fuel).

Masnasit 6
Klasifikasi bahan bakar
Bahan bakar cair
• Hampir semua bahan bakar cair yang digunakan secara
komersial adalah dibuat dari natural petroleum (crude
oil).
• Fuel oil adalah minyak bakar yang paling berat yang
banyak digunakan untuk bahan bakar dapur. Titik
didihnya diatas 320 oC.
• Fuel oil diklasifikasikan oleh US Bureau of Standard
dalam nomor grade 1 – 6.
• masing-masing grade mempunyai properties yang
berbeda sesuai spesifikasi ASTM D 396

Masnasit 7
Klasifikasi bahan bakar

Masnasit 8
Klasifikasi bahan bakar
Grade no. Kategori Jenis burner
1 Middle distillates vaporizing type

atomizing type
2 Middle distillates
burners

4 (Light) heavy distillate fuel burners equipped with device to atomize oils

heavy distillate/residual fuel


4 burners equipped with device to atomize oils
blend

Preheating may be necessary in some types of


5 (Light) Residual fuel of intermediate viscosity equipment for burning and in colder climates
for handling.
Preheating may be necessary in some types of
Residual fuel more viscous than Grade No.
5 (Heavy) equipment for burning and in colder climates
5 (Light)
for handling.
It requires preheating in the storage tank to
Referred to as Bunker C, is
6 permit pumping, and additional preheating at
a high-viscosity oil
the burner to permit atomizing.

Masnasit 9
Klasifikasi bahan bakar
Bahan bakar gas
• Bahan bakar gas adalah bahan bakar yang paling
mudah untuk dibakar dan dapat dengan mudah
bercampur dengan udara.
• Terdapat dua jenis bahan bakar gas yang digunakan di
kilang yaitu : gas alam dan gas kilang yang berasal dari
hasil proses pengolahan minyak.

Masnasit 10
Klasifikasi bahan bakar
• Keuntungan dari bahan bakar gas adalah :
– Lebih mudah terbakar sempurna dan tidak
menghasilkan asap,
– Tidak memerlukan pompa transfer,
– Pengontrolan suhu pada furnace lebih cepat dan
mudah,
– Tidak memerlukan atomizing steam,
– Nilai kalor per satuan berat lebih tinggi. Sedangkan
kerugiannya adalah mudah terbakar sehingga perlu
penanganan lebih cermat serta penyimpanannya
memerlukan instalasi yang mahal

Masnasit 11
Spesifikasi bahan bakar
Spesifikasi Bahan Bakar

• Nilai Bakar atau “Heating Value”


• Kandungan Air di dalam Bahan Bakar
• Kandungan Abu
• Kadar Belerang
• Berat Jenis (Spesific Gravity)
• Viskositas atau Kekentalan
• Titik Nyala (flash temperature)
• Titik Sulut (Auto-igntion temperature)
• Bau
• Titik Anilin (Anilin point)
• Faktor Karakterisasi dan Titik Didih

Masnasit 12
Spesifikasi bahan bakar
Nilai kalori bahan bakar
• Merupakan karakteristik utama bahan bakar,
• Nilai kalori atau heating value bahan bakar dapat
dinyatakan sebagai jumlah panas yang dihasilkan dari
pembakaran yang sempurna setiap satuan bahan bakar.
• Nilai kalori bahan bakar padat dan cair dinyatakan dalam
satuan Kcal/kg atau Btu/lb bahan bakar.
• Nilai kalori bahan bakar gas dinyatakan dalam Btu/Cuft
atau Kcal/m3 pada temperatur dan tekanan tertentu.
• Nilai kalori biasanya dinyatakan dalam istilah :
– Higher Heating Value (nilai kalori tinggi).
– Lower Heating Value (nilai kalori rendah).

Masnasit 13
Spesifikasi bahan bakar
HHV untuk unsur C, H and S

Unsur Hasil Pembakaran HHV (MJ/kg)

Carbon karbon dioksida 34

Hydrogen air 144

Sulphur sulphur dioksida 10.5

Masnasit 14
Spesifikasi bahan bakar
Nilai kalori dari bahan bakar gas
Spesific Gravity HHV LHV
Bahan bakar
(udara = 1.0) kcal/kg kcal/kg
H2 0.069 34,400 29,000
CH4 0.55 13,100 11,800
C2H4 0.975 11,900 11,100
C2H6 1.05 12,300 11,200
C3H6 1.50 11,600 10,800
C3H8 1.56 11,900 10,900
C4H8 2.03 11,500 10,700
C4H10 2.07 11,700 10,800
C3H12 2.63 11,600 10,700
CO 0.967 2,430 2,430
CO2 1.528 - -
N2 0.967 - -
H2O 0.621 - -
Masnasit 15
Spesifikasi bahan bakar
Kandungan air

• Air yang terkandung dalam bahan bakar menyebabkan penurunan


mutu bahan bakar karena:
– menurunkan nilai bakar dan memerlukan sejumlah panas untuk
penguapan,
– menurunkan titik nyala,
– memperlambat proses pembakaran, dan menambah volume gas
buang.

• Keadaan tersebut mengakibatkan:


– pengurangan efisiensi heater
– penambahan biaya perawatan
– menambah biaya transportasi, merusak saluran bahan bakar cair (“fuel
line”) dan ruang bakar.

Masnasit 16
Spesifikasi bahan bakar
Viskositas
• Viskositas merupakan sifat bahan bakar (fuel oil) yang
sangat penting yaitu memungkinkan bahan bakar
tersebut dapat dipompakan atau tidak (pumpable) dan
mudah dinyalakan atau tidak (flamable).

• Untuk menjaga viskositas tersebut dengan cara


mengkondisikan temperatur tanki fuel oil tetap terjaga
dengan coil pemanas dan menjaga temperatur supply
(100 –110oC) menggunakan heat exchanger dengan
media pemanas steam.

Masnasit 17
Spesifikasi bahan bakar
Flash point (titik nyala)
• Titik nyala adalah temperatur terendah di mana uap-uap yang
terbentuk dari suatu bahan bakar dapat terbakar apabila diberi
sumber panas tanpa bahan tersebut sendiri terbakar (terbakar
sesaat).

Contoh:
piridin, mempunyai titik nyala
21°C; pada musim dingin tidak
dapat terbakar tanpa dipanasi
sampai titik nyalanya, tetapi
pada musim panas akan
membentuk uap yang mudah
terbakar

Masnasit 18
Spesifikasi bahan bakar
Titik Bakar (Combustion temperature)
Titik bakar adalah temperatur di mana bahan yang dinyalakan akan
terbakar terus (biasanya kira-kira 30 - 40°C lebih tinggi dari titik
nyala)

Auto Ignition temperature


• Apabila campuran bahan bakar dimasukkan kedalam ruang bakar
dan secara bertahap dipanasi, maka akan terbakar dengan
sendirinya pada suhu tertentu, suhu ini disebut “self ignition
temperature “ atau titik sulut
• Titik sulut adalah suhu terendah di mana bahan dapat terbakar
dengan sendirinya. Biasanya "temperatur operasi" lebih rendah dari
titik sulut suatu bahan yang mudah terbakar

Masnasit 19
Spesifikasi bahan bakar
Autoignition & Flash Point

Bahan bakar Flash point (oC) Autoignition (oC)

methane -188 537


ethane -135 472
propane -104 470
butane -60 365
n – oktane 10 206
i – oktane -12 418
n-cetan 135 205
methanol 11 385
ethanol 12 365

Masnasit 20
Spesifikasi bahan bakar
Kandungan Belerang
• Apabila bahan bakar yang mengandung belerang
dibakar, belerang akan terbakar membentuk gas
belerang dioksida (SO2) dan belerang trioksida (SO3).
• Gas-gas ini bersifat sangat korosif terhadap logam dan
meracuni udara sekeliling.

Bau
• Bau tak enak yang khas biasanya ditimbulkan oleh
senyawa belerang dalam bahan bakar cair. Senyawa itu
adalah belerang hidrokarbon atau merkaptan yang
bersifat korosif.

Masnasit 21
Spesifikasi bahan bakar
Faktor karakterisasi
• Faktor karakterisasi ini memberi petunjuk tentang watak
dan sifat-sifat termal fraksi minyak bumi.
• Di samping itu, juga menyatakan perbedaan sifat
parafinitas hidrokarbon secara kuantitatif atau indeks
parafinitas minyak bumi mentah.

Masnasit 22
Introduksi
• Pembakaran merupakan reaksi kimia yang bersifat
eksotermis dari unsur-unsur yang ada di dalam bahan
bakar dengan oksigen serta menghasilkan panas.

• Terdapat dua istilah pembakaran yang berhubungan


dengan udara excess, yaitu :
1. Neutral combustion, merupakan pembakaran tanpa excess
atau defisit udara dan tanpa bahan bakar yang tidak terbakar,
2. Oxidizing combustion, merupakan pembakaran dengan
excess udara.

Masnasit 23
Introduksi
• Tiga elemen dasar yang dibutuhkan supaya
terjadi pembakaran :
– Bahan bakar
– Udara
– Sumber api
• Persamaan reaksi pembakaran :

Fuel + oxygen  flue gas + panas

Masnasit 24
Proses pembakaran
Untuk memperoleh reaksi pembakaran yang baik
diperlukan:

a. Perbandingan tertentu antara bahan bakar dengan


udara.
b. Pencampuran yang baik antara bahan bakar dengan
udara.
c. Permulaan dan kelangsungan penyalaan campuran.

Masnasit 25
Syarat-syarat pembakaran
• Berada dalam “explosion limit”
Bahan bakar dalam fase gas dan oksigen harus tercampur
sempurna. Perbandingan bahan bakar dan oksigen harus
berada dalam “explosion limits”

• Adanya Energi penyalaan (ignition energy)


Campuran bahan bakar harus dapat dinyalakan. Memulai
reaksi pembakaran diperlukan energi penyalaan. Jika panas
yang dibutuhkan kecil, maka percikan api dari busi sudah
cukup, sedangkan jika panas yang dibutuhkan besar karena
bahan bakar harus diuapkan penggunaan nyala api
diperlukan

• Tersedianya 3 elemen dasar pembakaran (oksigen, bahan


bakar dan suhu) dalam jumlah yang cukup

Masnasit 26
Teori pembakaran
• Pembakaran dikatakan sempurna bila campuran bahan
bakar dan oksigen (dari udara) mempunyai
perbandingan yang tepat, hingga tidak diperoleh sisa.

• Bila oksigen terlalu banyak, dikatakan campuran “lean”


(kurus). Pembakaran ini menghasilkan api oksidasi.

• Bila bahan bakarnya terlalu banyak (atau tidak cukup


oksigen), dikatakan campuran “rich”(kaya). Pembakaran
ini menghasilkan api reduksi. Api reduksi ditandai oleh
lidah api panjang, kadang-kadang sampai terlihat
berasap. Keadaan ini juga disebut pembakaran tidak
sempurna.

Masnasit 27
Reaksi kimia pembakaran
• Carbon Combustion
C + O2 + 3,75 N2  CO2 + 3,75 N2 14100 Btu/lb

• Hydrogen combustion
2H2 + O2 + 3,75 N2  2H2O + 3,75 N2 51600 Btu/lb

• Sulfur Combustion
S + O2 + 3,75 N2  SO2 + 3,75 N2 4000 Btu/lb

Masnasit 28
Kebutuhan udara
• Kebutuhan udara teoritis adalah jumlah udara yang dibutuhkan per
kilogram bahan bakar yang mengandung oksigen tepat habis
membakar bahan bakar. Gas buang tidak lagi mengandung oksigen.

• Tidak mungkin membakar bahan bakar dengan kebutuhan udara


teoritis, karena tidak mungkin memperoleh campuran ideal bahan
bakar dan udara.

• Jika pembakaran dilakukan dengan kebutuhan udara teoritis, maka :


– gas buang akan mengandung sebagian bahan bakar yang tidak
terbakar dan karbon monoksida (CO).
– Kehilangan energi karena panas ikatan kimia tidak sepenuhnya
digunakan
– Gas buang akan mengandung bahan-bahan pencemar lingkungan
environmental pollution

Masnasit 29
Kebutuhan udara
Contoh perhitungan untuk 1 x 106 Btu/h
• Hydrogen

1.000.000
bahan bakar yang dibutuhkan   3636 ft 3 / h
275

3636 H2 + 1818 O2 + 6836 N2  3636 H2O + 6836 N2

Udara yang diperlukan = 1818 + 6836 = 8,654 sft3/h

Masnasit 30
Kebutuhan udara
• Methane (CH4)
1.000.000
bahan bakar yang dibutuhkan   1098 ft 3 / h
911

1098 CH4 + 2196 O2 + 8257 N2 → 1098 CO2 + 2196 H2O + 8257 N2

• Udara yang diperlukan = 2196 + 8257 = 10,453 sft3/h


• Hydrocarbon fuels memerlukan lebih banyak udara
untuk pembakaran dibandingkan dengan high hydrogen
fuels.

Masnasit 31
Hasil pembakaran
Tergantung pada bahan bakar, pencampuran dan suhu
• Pada suhu < 1250 K

Bahan Bakar + oksidator  O2 + CO2 + H2O + N2

• Pada suhu pembakaran (~1400 - 2200 K)


Banyak komponen stabil akan terurai. Penguraian
molekul terjadi secara elementer

CO2  CO+ 1/2 O2


H2O  H2 + 1/2 O2

Masnasit 32
Hasil pembakaran
• Pembakaran sempurna, maka susunan gas asap :
– CO2,
– H2O,
– SO2,
– N2 dari udara dan O2 kelebihan.
• Pembakaran tidak sempurna, maka susunan gas asap :
– CO2,
– H2O,
– SO2,
– N2 dari udara dan O2 kelebihan.
– gas CO
– sisa bahan bakar yang tidak terbakar.
• Besarnya kadar gas CO dalam gas asap merupakan
indikator sempurna atau tidaknya pembakaran.

Masnasit 33
Efisiensi pembakaran
• Efisiensi Thermal adalah perbandingan jumlah energy
panas yang dapat dimanfaatkan terhadap energy panas
maksimum yang bisa dihasilkan oleh pembakaran bahan
bakar.

Masnasit 34
Efisiensi pembakaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi:

• Excess Air
Udara berlebih pada proses pembakaran, akan keluar sebagai
panas melalui flue gas.
• Energy Losses
Losses panas melalui heater casing. Pembakaran tidak sempurna
yang menghasilkan cary over bahan bakar yang tidak terbakar.Heat
loss yang terbuang melalui flue gas (stack).
• Pre heat
Pre heat pada combustion air dapat meningkatkan effisiensi
• Dew Point
Dew point adalah temperature dimana flue gas (H2S) dapat
terkondensasi sehingga menimbulkan terjadinya korosi.

Masnasit 35
Flue gas oksigen vs excess air

Masnasit 36
Secondary combustion
Secondary combustion atau afterburn terjadinya proses
pembakaran di bagian konveksi.

Penyebab
• Suplai udara pembakaran dalam furnace tidak mencukupi
Mengakibatkan pembakaran tidak sempurna. pembakaran yang
tidak sempurna, akan menyebabkan adanya sejumlah bahan bakar
yang tidak terbakar di burner. Bahan bakar ini akan mengalir ke atas
bersama dengan flue gas, melewati bagian konveksi dan stack.

• Terdapat kebocoran udara di bagian konveksi dan stack


Bahan bakar yang tidak terbakar di burner dan masih panas akan
dapat bereaksi dengan oksigen yang bocor dari lingkungan, dan
menghasilkan nyala api.

Masnasit 37
Persoalan Pembakaran

Energi Energi
Konversi
Kimia Panas

Problem : Problem : Problem :


•Jenis Bahan Bakar •Furnace Type •Perp. Panas
•Komposisi •Burner Type •Gas buang
•Ukuran partikel •Operasi Burner •Pencemaran
•Viskositas •Konversi Reaksi •Pengolahan
•Nilai Bakar •Suhu Pembakaran
•Harga bahan Bakar •Efisiensi

Masnasit 38
Pencemaran udara
• Partikulat /debu
• Sulfur Oxides (SOx)
• Nitrogen Oxides (NOx)
• Carbon Monoksida (CO)
• Volatile Organic Compounds (VOC)

Masnasit 39
Pencemaran udara
• Partikulat, adalah padatan atau cairan yang sangat kecil,
tersuspensi dalam gas asap.
• Partikulat ini terlepas ke atmosfer, dan efek yang
ditimbulkan berupa:
– terganggunya penglihatan oleh kabut partikulat,
– menyebabkan bronkhitis, emphysema dan kanker.

Masnasit 40
Pencemaran udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi Partikulat :
• Excess air
Peningkatan excess air mengakibatkan berkurangnya
particulate.
• Atomising steam pressure
Penambahan atomizing steam press akan
mengakibatkan berkurangnya particulate.
• Viscosity
Peningkatan viscosity akan menambah particulate.
• Air preheat
Air preheat akan mengurangi particulate

Masnasit 41
Pencemaran udara
• Gas belerang oksida, atau SOx, yaitu SO2 dan SO3.
Biasanya gas SO3 terbentuk dalam dapur karena
oksidasi SO2 menjadi SO3
• Akibat yang ditimbulkan oleh gas-gas ini:
– Apabila terjadi kontak dengan air akan terbentuk
asam belerang (H2SO4) yang bersifat korosif
terhadap logam dan merusak instalasi dapur.
– Gas SO2 dan SO3 membentuk kabut di atmosfer,
mengakibatkan terjadinya hujan asam yang
membahayakan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
– Menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.

Masnasit 42
Masnasit 43
Pencemaran udara
• Gas nitrogen oksida, terbentuk apabila pembakaran
dilakukan dalam udara, pada suhu yang cukup tinggi. Hal
ini terjadi karena gas nitrogen N2 dan gas oksigen O2
bereaksi membentuk NO dan NO2.

• Efek yang ditimbulkan oleh gas ini ialah:


– dapat merusak kehidupan tanaman dan binatang,
– mengganggu kesehatan manusia karena menimbulkan iritasi
pada saluran pernafasan,
– bersifat korosif pada logam,
– menimbulkan hujan asam oleh terbentuknya asam nitrat di
atmosfer,
– apabila bereaksi dengan uap atau gas dari senyawa organik
dengan bantuan sinar matahari dapat menimbulkan kabut
fotokimia.

Masnasit 44
Pencemaran udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi NOX :
• Excess air
Peningkatan excess air akan mengakibatkan meningkatkan NOx
sampai maksimum yang pada akhirnya akan turun.
• Atomizing steam pressure
Penambahan atomizing steam pressure akan meningkatkan NOx
• Viscosity
Peningkatan viscosity akan mengurangi NOx
• Air preheat
Penambahan temperature combustion air dengan air preheat akan
menambah NOx.

Masnasit 45
Pencemaran udara
• Gas karbon monoksida yang terbentuk apabila
pembakaran tidak sempurna.
• Efek yang ditimbulkan oleh gas CO bagi kesehatan
manusia ialah : apabila gas tersebut terhisap melalui
pernafasan, gas CO bereaksi dengan haemoglobin
dalam darah, akan menghambat transfer oksigen
yang membahayakan kehidupan manusia.

Masnasit 46
Pencemaran udara
• Gas-gas senyawa organik. Akibat yang ditimbulkan oleh
adanya gas ini adalah : di atmosfer dengan gas NOx
membentuk oksidant, berupa kabut. Kabut oksidant ini
menimbulkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan.

Masnasit 47
Pencemaran udara
Pengendalian pencemaran udara dilakukan dengan cara :
• Modifikasi proses
• Modifikasi bahan bakar
• Pengoperasian peralatan sesuai kondisi desain
• Shut-down berkala plant Industri
• Pengunaan peralatan untuk pengendalian

Masnasit 48
Pencemaran udara
Metode control SOx
– Desulfurisasi (penghilangan sulfur)
– Bahan bakar berkadar sulfur rendah
– Desulfurisasi flue gas (FGD)

Masnasit 49
Pencemaran udara
Metode control NOx
• Pencegahan • Post combustion
– Meminimalkan suhu operasi – selective
– Switching bahan bakar catalytic
– excess udara rendah reduction
– Resirkulasi flue gas – selective non-
– lean combustion catalytic
– staged combustion reduction
– Burner berkadar Nox rendah – non-selective
– Pembakaran kedua catalytic
– Injeksi air/steam reduction

Masnasit 50
FURNACE

Flame

Annasit : 19810601 200604 1 001


Nyala Api (flame)
• Flame adalah zona dimana reaksi pembakaran cepat terjadi yang
menghasilkan radiasi yang bersifat visibel (dapat dilihat).
• Proses yang terjadi dalam daerah nyala di tandai dengan :
– Pancaran cahaya (visible)
– Umumnya suhu diatas 1100ºC;
– oksidasi karbon, hydrogen dan sulphur menjadi karbon dioksida(CO2),
air(H2O) and sulphur dioksida (SO2);
– Kelanjutan reaksi pembakaran

Masnasit 52
Nyala Api
• Sifat-sifat Nyala api
– Warna Nyala
– Kecepatan Nyala
– Suhu Nyala Adiabatik (Adiabatic flame temperature)

Masnasit 53
Warna nyala api
• Hydrogen flame
– Nyala api berwarna biru
– Terbakar dengan cepat
– Low Visible Light

Masnasit 54
Warna nyala api
• Refinery Fuel
– Perubahan komposisi bahan
bakar
– Haze-Unburned Fuel
– Burner membutuhkan udara
– Nyala berwarna kuning
menunjukkan pembakaran
carbon

Masnasit 55
Warna nyala api
• Warna dari nyala api bergantung pada beberapa faktor
termasuk kandungan bahan bakar, kualitas pembakaran,
dan kondisi burner.
• Warna nyala api yang bagus adalah kebiru-biruan jika
menggunakan bahan bakar gas, dan jingga kekuningan
jika menggunakan bahan bakar yang mengandung
senyawa hidrokarbon berat/aromatik. Warna kekuningan
dan jingga merupakan cahaya yang dipancarkan oleh
pembakaran karbon.
• Oil firing umumnya menghasilkan nyala api kekuningan
dan bercahaya. Gas firing umumnya menghasilkan nyala
api kebiruan dan tidak bercahaya atau transparan.

Masnasit 56
Warna nyala api
• Warna nyala tergantung pada perbandingan
carbon/hydrogen dalam bahan bakar.
• Pada umumnya kontribusi hidrogen memberikan nyala
yang kurang tampak (less clearly visible flame).
• Warna nyala tergantung flame temperature.
• Berdasarkan laju pasokan oksigen, warna nyala akan
bervariasi :
– merah-oranye ke kuning untuk bahan bakar cair
– kuning ke biru untuk bahan bakar gas

Masnasit 57
Jenis nyala
• Good flame :
– bentuk dan dimensi nyala api dapat dengan mudah
didefinisikan oleh orang yang mengamatinya dengan
mata telanjang. Biasanya tinggi nyala api bervariasi
dari 1 s.d. 25 ft berdasarkan pada panas yang
dilepaskan, jenis burner, turbulensi campuran dan
kandungan bahan bakar.
– Diameter flame umumnya berkisar antara 0,5 3 ft.
– Good flame biasanya pendek dan kurus.

Masnasit 58
Jenis nyala
• Bad flame
– didefinisikan sebagai suatu dimensi yang
tidak dapat didefinisikan dengan baik.
Beberapa flame dapat lepas, panjang,
berasap, kabur/suram, tidak teratur.
– Bentuk aktual atau full flame melampaui
dimensi atau kontur yang dapat dilihat dengan
mata telanjang.

Masnasit 59
Nyala api
• Gambar jenis nyala api

Masnasit 60
Kecepatan Nyala
• Campuran yang dapat menyala, seperti udara dengan
gas, udara dengan butir-butir cairan atau udara dengan
bahan padat berupa serbuk akan terbakar oleh adanya
nyala dan menghasilkan panas dan tekanan.
• Letusan, ledakan, dan detonasi dari suatu campuran
yang mengandung udara dan bahan yang dapat
terbakar hanya dapat terjadi pada daerah konsentrasi
tertentu

Masnasit 61
Kecepatan Nyala

Masnasit 62
Kecepatan Nyala
• Laju pembakaran dan akibat reaksi pembakaran tersebut dapat
bermacam-macam. Letusan, ledakan, dan detonasi dapat
dibedakan berdasarkan kenaikan laju pembakaran tersebut.
• Letusan : bidang api dan bidang tekanan berjalan dengan
kecepatan hampir sama(sampai dengan kira-kira 100 m/s)
Contoh: Campuran debu/udara yang menyala dalam bejana atau
ruang terbuka.
• Ledakan : gelombang tekanan berjalan di depan bidang api (kira-
kira 100 - 300 m/s).
Contoh: Campuran uap pelarut dan udara dalam ketel tertutup.
• Detonasi : gelombang-gelombang tekanan yang berjalan di depan
bidang api menghasilkan lagi bidang api selanjutnya, sehingga
mengakibatkan kecepatan yang sangat tinggi (lebih dari 300 m/s 
melebihi kecepatan suara)
Contoh: Campuran gas dengan udara yang menyala dalam saluran
pipa yang panjang.

Masnasit 63
Kecepatan Nyala
• Kecepatan nyala (flame speed) didefinisikan sebagai
kecepatan perambatan nyala
• Kecepatan nyala ditentukan oleh ratio anatar
udara/bahan bakar.
• Kecepatan nyala sangat penting hubungannya dengan
stabilisasi nyala.

Masnasit 64
Kecepatan nyala

Masnasit 65
Ignition temperature

Masnasit 66
Stabilitas nyala
• Stabilitas nyala dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah :
– Kandungan bahan bakar
– Campuran udara dan bahan bakar dan
– Jenis burner

Masnasit 67
Stabilitas nyala
Faktor-faktor yang mempengaruhi Flame Length :
• Excess Air
Peningkatan excess air akan mengakibatkan flame menjadi lebih
pendek.
• Atomising steam pressure
Penambahan atomizing steam press akan mengakibatkan flame
menjadi lebih pendek.
• Viscosity
Peningkatan viscosity akan menambah panjang flame.
• Combination firing
Secara umum penambahan porsi fuel oil pada dual firing akan
menambah panjang flame.
• Burner tip Design
Untuk dapat memperoleh panjang flame yang diinginkan dapat
dicapai dengan menggunakan burner tip yang sesuai (design).

Masnasit 68
Flame temperature
• Excess air
• Air preheat

Masnasit 69
Flame temperature
• Natural gas

Masnasit 70
Flame temperature
• Fuel oil

Masnasit 71
Flame temperature
• Excess air effect
– Menaikkan excess air akan menurunkan
flame temperature
• Air preheat effect
– Menaikkan air preheat temperature akan
menaikkan flame temperature

Masnasit 72
Fuel effect
• Kandungan Hydrogen
– kenaikan kandungan hydrogen menaikkan
flame temperature
• Heating Value Change
– penurunan fuel gas heating value sedikit
menaikkan flame temperature

Masnasit 73
Flame impingement
Flame impingement terjadi jika nyala api menyentuh atau
menelan/menjilat tube dan supportingnya.

• Efek Flame Impingement.


Impingement nyala api pada suhu yang tinggi pada tube
atau tube support menyebabkan laju localized heat flux
(jumlah panas yang diserap per luasan) yang sangat
tinggi. Hal ini dapat menyebabkan coking di dalam tube,
dan seperti halnya kebocoran, bengkok, melengkung
dsb, merupakan kerusakan awal pada tube dan tube
support.

Masnasit 74
Flame impingement
• Hot spot pada tube yang diakibatkan oleh flame
impingement

Masnasit 75
Hot Spot
• Tonjolan pada tube
mengindikasikan
penipisan area
pada tube
• Diameter tube naik
20%, maka tube
akan berkurang
ketebalannya s.d.
40%

Masnasit 76
Flame impingement
Tanda-tanda flame impingement
• Kenaikan suhu pada dinding tube
• Kenaikan Pressure drop di sepanjang proses tube yang
tidak seperti biasanya merupakan indikasi adanya flame
impingement.

Masnasit 77
Flame impingement
Penyebab utama flame impingement diantaranya adalah
• Kerusakan bagian-bagian tertentu dari burner
(diantaranya tip dan tile burner)
• Pembakaran yang buruk.
Poor combustion umumnya merupakan hasil dari suplai
udara yang tidak mencukupi atau pencampuran yang
buruk antara udara dengan bahan bakar pada burner
throat.
• Overfiring pada burner dan kebocoran udara.
• Pola aliran flue gas yang tidak teratur dalam fire box.

Masnasit 78
Flame impingement
Mencegah flame impingement
• Aspek desain
• Aspek operasi

Masnasit 79
Flame impingement
Mencegah flame impingement
• Aspek desain
1. Box tidak boleh terlalu sempit atau terlalu pendek.

Masnasit 80
Flame impingement
2. Memodifikasi sudut gas/oil tip.
Teknik ini juga dilakukan untuk menurunkan lebar nyala api.
3. Jenis dan desain burner
Premix burner menghasilkan nyala yang lebih pendek dibandingkan
dengan raw gas burner.
4. Kualitas bahan bakar
Bahan bakar mengandung partikel, kondensat atau logam berat
seperti Na, Va, atau Ni, yang sering menyebabkan kerusakan pada
fuel tip. Pemasangan sistem filtrasi bahan bakar yang baik dapat
menurunkan atau menghilangkan kerusakan tersebut.
5. Distribusi udara.
Untuk sistem multiburner desain Jika distribusi udara buruk,
beberapa burner akan mencari udara dari fire box untuk membakar
bahan bakar mereka, dan menghasilkan zona yang kaya bahan
bakar atau memperpanjang flame.

Masnasit 81
Flame impingement
• Aspek operasi
1. Overfiring pada burner
2. tidak terpenuhinya atomisasi
3. Kebocoran udara dan pencampuran yang buruk

Masnasit 82
Fired heater

Draft
Draft
• Draft adalah tekanan negatif yang dihasilkan oleh efek
bouyancy dari gas panas hasil pembakaran di dalam
furnace
• Tekanan di dalam furnace negatif karena gas panas
memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan udara
luar.
• Draft biasanya diukur di tiga tempat :
– Firebox floor
– Di bawah convection section
– Di bawah stack damper

Masnasit 84
Natural draft
• Gas hasil pembakaran yang berada di dalam dapur dan cerobong
mempunyai temperatur yang lebih tinggi dari udara disekitarnya,
sehingga densitasnya kecil.
• Keadaan ini akan menyebabkan gas tersebut mengalir ke atas
dengan sendirinya sehingga menimbulkan gaya angkat secara
alami.

Masnasit 85
Natural draft

Masnasit 86
Induce draft
• Pada dapur jenis ini digunakan blower untuk membantu
mengeluarkan gas hasil pembakaran dari
cerobong/stack.
• Cerobong yang
digunakan tidak terlalu
tinggi, sehingga perlu
dibantu dengan isapan
blower pada jalur
cerobongnya.
• Volume flue gas relatif
besar, sehingg kapasitas
blower juga besar.

Masnasit 87
Forced draft
• Pada dapur jenis ini digunakan blower untuk membantu
memasukkan udara ke dalam ruang pembakaran, dan
tekanan draft dalam kabin positip

Masnasit 88
Forced draft

Masnasit 89
Balanced draft
• Kombinasi forced dan
induce draft
• Dipasang dua buah blower
yang masing-masing
berfungsi sebagai induced
draft dan forced draft.
• Biaya relatif lebih mahal,
tetapi mempunyai
keuntungan aliran udara
(draft) dan gas buang (flue
gas) dapat diatur atau dibuat
seimbang

Masnasit 90
Balanced draft

Masnasit 91
Draft reading

P3

Refraktori

Refraktori
P1 = 0,03 in draft
Pressure drop 0,5 in

P1

Refraktori

Refraktori
10 ft

P2

Masnasit 92
Profile draft menurut ketinggian
stack dan bukaan damper

Masnasit 93
Draft reading

Masnasit 94
Draft reading
• Untuk menentukan pengukuran draft sehingga dapat
digunakan untuk mengevaluasi pressure drop, dapat
dilakukan langkah-langkah berikut :
– Membuat datum line pada bagian atas stack seperti
ditunjukkan pada gbr
– Untuk setiap titik pembacaan draft tambahkan
tekanan yang terbaca dengan static head udara

Masnasit 95
Draft reading

Masnasit 96
Damper
• Untuk mengotrol draft pada furnace
• Diatur hingga tekanan -0,1 – 0,2 in
H2O pd bridgewall
• Tidak digunakan untuk mengontrol
udara pembakaran

Masnasit 97

Anda mungkin juga menyukai