Anda di halaman 1dari 40

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam industri perminyakan, pipa merupakan salah satu peralatan/sarana

yang sangat penting, karena pipa adalah alat atau sarana untuk memindahkan

cairan atau gas dari satu tempat ke tempat lain. Mengingat begitu banyak jenis

fluida yang melaluinya dengan kondisi operasi yang berbeda, maka dibuat pipa

dengan berbagai ukuran dan jenis. Untuk kelancaran operasional suatu kilang

pemeliharaan pipa sangatlah penting, untuk itu penulis memilih judul Kertas Kerja

Wajib ini “Pemeliharaan Pipa Transfer Crude Oil dari SUKOWATI PAD A ke

CPA (Central Processing Area ) di JOB (Joint Operating Body ) Pertamina –

Petrochina East Java Tuban”.

1.2 Tujuan Penulisan

Guna meningkatkan kemampuan dan pengetahuan secara praktis sesuai

dengan bidang kemampuan penulis. Meningkatkan penanganan masalah

perpipaan dengan cara memahami prosudur kerja yang sistematis, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan penulis untuk memahami masalah tentang perpipaan.

Mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dikelas (teori) dengan

membandingkan kenyataan yang ada dilapangan.

1.3 Batasan Masalah

Materi dalam penulisan ini berdasarkan dari pengamatan penulis selama

menjalankan Praktek Kerja Lapangan terhadap peralatan-peralatan lapangan,

khususnya mengenai sistem perpipaan, maka penulis membatasi pemeliharaan

1
pipa secara preventive yaitu, pengecatan, wrapping tape, external coating,

cathodic protection, pigging dan pemasangan cassing pipa, pada pipa transfer

crude oil dari SUKOWATI PAD A ke CPA ( Central Processing Area ) di JOB

( Joint Operating Body ) Pertamina – Petrochina East Java Tuban.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Kertas Kerja Wajib ini dimaksudkan untuk

mengetahui isi dari susunan tugas akhir. Sistematika penulisan ini terdiri dari :

I Pendahuluan, berisikan tentang Latar Belakang Penulisan Judul, Tujuan

Pemilihan Judul, Batasan Masalah dan Sistematika Penulisan.

II Orentasi Umum, berisikan tentang sejarah lapangan, sejarah produksi,

sejarah geologi, lokasi, sruktur organisasi dan fasilitas produksi.

III Tinjauan Pustaka, berisikan tentang sistem perpipaan, standarisasi,

spesifikasi, alat penyambung pipa ( fitting ), valve, gasket, bolt & nuts.

IV Pembahasan, berisikan tentang tata letak instalasi pipa, pemeliharaan

sistem perpipaan, faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan, pekerjaan

pemeliharaan pipa dan keselamatan kerja.

V Penutup, berisikan tentang simpulan dan saran.

2
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Lapangan

Gambar 2.1 Lokasi JOB Pertamina - Petrochina East Java Tuban


( Sumber : JOB Pertamina - Petrochina East Java Tuban)

Pengelolaan migas di lapangan Tuban Block mengalami beberapa

perubahan. Pada tanggal 29 Februari 1988 Trend International Ltd.

Menandatangani kontrak bagi hasil dengan Pertamina, sehingga terbentuk JOB

Pertamina–Trend Tuban. Pada tanggal 31 Agustus 1993, perusahaan ini

mengalami peralihan dari JOB Pertamina - Trend Tuban menjadi JOB Pertamina -

Santa Fe Tuban.

Pada tanggal 02 Juli 2001, perusahaan ini menjadi JOB Pertamina - Devon

Tuban. Pada tanggal 1 Juli 2002, perusahaan ini berubah menjadi JOB Pertamina -

Petrochina East Java Tuban (untuk selanjutnya disebut JOB - PPEJ Tuban)

3
sampai sekarang. Wilayah operasinya meliputi 6 kabupaten yaitu: Tuban,

Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto.

2.2 Struktur Organisasi

Field Manager

Field Admin Field Operation FS & E


Superintendent Superintendent Superintendent

Material Supt General Admin Offshore Supt Construction Engineering Production Medic
Supt Maintenance Supt Supt

HRD Supv Mechanical Product & Well Supv Environment


Supv Proces Engineer

Accounting Instrument Mechanical CPA Supv Fire Inspecture


Supv Supv Engineer

Cost Control Fabrication Electrical


Supv Supv Engineer

Service Supv Electric Supv Instrument


Engineer

IT Comp Supv HEO Supv Pipeline


Engineer

Civil Supv Civil Engineer

FSE Engineer

Gambar 2.2 Struktur Organisasi JOB Pertamina - Petrochina East Java Tuban

( Sumber : JOB Pertamina - Petrochina East Java Tuban)

4
2.3 Sejarah Geologi

Lapangan Mudi terletak di dalam cekungan Jawa Timur dengan sistem

pengendapan tersier, analog dengan cekungan-cekungan lain menghasilkan

minyak di cekungan-cekungan Sumatra. Minyak terdapat pada batuan karbonat

formasi Tuban. Kolom statigraphy umum, dimana formasi karbonat Tuban

terdapat. Lapangan tersebut tertutup oleh endapan alluvial sungai bengawan solo.

Secara geologi struktur, Lapangan Mudi dapat dikategorikan sebagai antiklin

dimana kolom minyak terdapat dengan ketebalan kurang lebih 600 kaki.

2.4 Sarana dan Fasilitas Produksi

JOB PPEJ mempunyai pusat pengolahan di lapangan Mudi yang disebut

Central Processing Area (CPA). Proses pengolahan di CPA menggunakan

peralatan produksi yang dioperasikan secara semi-otomatis. Peralatan ini dikontrol

dari sebuah ruang kontrol yang dioperasikan oleh seorang operator, sedangkan

operator yang berada di lapangan mengoperasikan peralatan secara langsung.

Peralatan produksi di lapangan ini juga dilengkapi dengan fasilitas Shut Down

System yang dikontrol dari ruang kontrol. Shut Down System ini akan mematikan

operasi peralatan-peralatan produksi secara otomatis bila terjadi suatu kondisi

yang menyimpang dari operasi produksi normal misalnya, terdeteksi gas H2S

lebih dari 50 part per million ( ppm )

Beberapa peralatan produksi yang terdapat di CPA MUDI meliputi:

Free Water Knock Out (FWKO), berfungsi memisahkan fluida produksi

dari sumur menjadi 3 fasa, yaitu:

5
a. Fasa Gas, di mana gas ini kemudian diproses di dalam Sulfur Recovery

Unit (SRU) untuk dijadikan gas bersih sebagai bahan bakar turbin

generator dan sebagian lagi dipakai dalam proses sweetening unit.

b. Fasa Minyak, dimana minyak ini kemudian diproses di dalam Stripper (Oil

Sweetening Unit).

c. Fasa Air, yang kemudian diinjeksikan lagi ke dalam sumur sebagai air

injeksi (water disposal).

Stripper, peralatan ini berfungsi memisahkan dan menyerap gas H2S

yang masih terlarut di dalam minyak dengan menggunakan media gas bersih

(sweet gas) dari SRU.

Degassing Boot, berfungsi melepaskan sisa gas yang masih terlarut di

dalam minyak dan menurunkan tekanan sebelum masuk ke tanki penimbun.

Tanki Penimbun (Storage tank), berfungsi untuk menampung hasil

produksi sementara sebelum dipompakan ke kapal pengangkut (Tanker).

Pompa Pengirim (Shipping Pump), berfungsi mengirimkan minyak dari

CPA kekapal pengangkut yang berada di tengah laut, kira–kira 18,5 km dari

pantai Palang, Tuban.

Sulfur Recovery Unit (SRU), merupakan unit untuk memurnikan gas

dari senyawa H2S sehingga menghasilkan sweet gas. Sweet gas tersebut dapat

digunakan untuk bahan bakar generator listrik dan suplai gas ke Stripper.

6
Filter Pressure, berfungsi untuk menyaring sulfur yang terlarut dalam

larutan yang telah digunakan SRU dalam memurnikan gas, sehingga

didapatkan produk berupa sulfur cake.

Heat Exchanger, berfungsi untuk menukar panas antara air yang baru

dipisahkan dari FWKO, dengan minyak yang akan dikirimkan ke Tanker.

Kompresor Gas. Ada dua gas kompresor yang mempunyai fungsi

sendiri–sendiri, yaitu :

Fuel Gas Compressor, berfungsi menaikkan tekanan bahan bakar gas

bersih untuk turbin dan gas engine sampai 300 psig.

Vapour Recovery Gas Compressor, berfungsi menaikkan tekanan gas

buang dari Stripper untuk diproses lagi di dalam SRU.

Pembangkit Tenaga Listrik. Kebutuhan tenaga listrik untuk proses

produksi dipenuhi dari pembangkit tenaga listrik. Beberapa pembangkit

menggunakan turbin gas dan gas engine yang berbahan bakar gas dari

produksi, sedangkan sisanya menggunakan mesin diesel yang berbahan bakar

solar.

High Temperatur Flare (HTF), HTF ini berfungsi untuk membakar gas

buang dengan pembakaran stoichiometric sempurna. HTF ini menghasilkan

api biru yang pendek sehingga pengaruh radiasi panas yang rendah dan tanpa

adanya asap hitam yaitu gas CO yang berbahaya bagi lingkungan serta

berkurangnya tingkat kebisingan.

7
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Sistem Perpipaan

Sistem Perpipaan adalah rangkaian yang terdiri dari pipa, fitting, valve dan

sebagainya yang dirakit dengan kebutuhan sebagai sarana transportasi fluida dari

suatu tempat ke tempat lain.

Sebatang pipa berapapun ukurannya tidak akan berfungsi, kalau tidak

merupakan bagian dari suatu sistem. Demikian juga dengan komponen-

komponennya, misalnya elbow, flanges dan lainnya.

Untuk merencanakan suatu sistem perpipaan dalam industri perminyakan

harus dibutuhkan suatu rencana yang benar-benar baik agar sistem itu kelak akan

berfungsi dengan benar dan sesuai dengan keperluan yang diinginkan.

Maka pemilihan jenis, standar dan material pipa harus diperhatikan.

Kesalahan dalam memilih jenis, standar serta material pipa sangat berpengaruh

buruk terhadap kelangsungan operasi dari pipa itu sendiri, yaitu pipa mudah rusak

sebelum waktunya.

Mengingat pentingnya penggunaan pipa dalam instalasi kilang minyak dan

gas bumi, maka pemeliharaan pipa sangat penting untuk di lakukan.

3.2 Material Pipa

Mengingat begitu banyak jenis fluida yang melaluinya dengan kondisi

operasi yang berbeda, maka pipa dibuat dengan berbagai ukuran dan jenis

material.

8
Pada dasarnya pipa dapat dibuat dari bahan metal (logam) dan bahan non

metal (bukan logam).

Pipa dari bahan metal digolongkan menjadi dua, yaitu :

 Metal ferrous, yaitu : pipa dengan bahan dasar dari besi, contoh : pipa

Carbon Steel, pipa Cast Iron, pipa Alloy Steel, dll.

 Metal non ferrous, yaitu pipa dengan bahan dasar bukan besi, contoh :

pipa aluminium, pipa Copper, pipa Brass, pipa Titanium, dll.

Pipa dari bahan dasar bukan logam (non metal) yaitu : pipa dibuat bahannya

bukan dari logam (metal), contoh : pipa PVC, pipa PE, pipa Concrete, dll.

Adapun pipa dari bahan metal terdiri dari beberapa macam jenis dan

masing-masing memiliki kegunaan yang berbeda-beda pula, yaitu :

 Pipa Baja Karbon (Carbon Steel Pipe)

Pipa Baja Karbon adalah pipa baja yang sifat-sifat mekanisnya

dipengaruhi oleh jumlah prosentase karbon di dalam besi. Sifat-sifat

mekanis dari pipa baja karbon diantaranya kekuatan lebih baik

dibandingkan dengan pipa besi cor, kekerasan rendah, sifat mampu las

yang baik. Pipa jenis ini banyak digunakan untuk fluida miyak, air, uap,

gas , maupun udara.

 Pipa Besi Cor (Cast Iron Pipe)

Pipa jenis ini mempunyai ketahanan korosi yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan pipa baja karbon terhadap air dan gas. Sifat-sifat

mekanis yang dimiliki oleh pipa jenis ini diantaranya keras, getas, mudah

9
pecah, dan kekuatan rendah, dan sifat mampu lasnya jelek. Pipa jenis ini

digunakan untuk temperatur dan tekanan rendah.

 Pipa Baja Paduan (Alloy Steel Pipe)

Pipa Baja Paduan adalah baja yang di dalamnya ditambahkan elemen-

elemen paduan seperti Chrom (Cr), Nickel (Ni), Molybdenum (Mo),

Titanium (Ti), Vanadium (Va). Elemen paduan ini ditambahkan dengan

jumlah yang sedikit namun dengan adanya paduan ini akan dapat

mengubah sifat mekanis dan sifat fisik seperti kekuatan, kekerasan, tahan

korosi, dan tahan panas. Pipa jenis ini banyak digunakan untuk tekanan

dan temperatur tinggi.

 Pipa Baja Stainless (Stainless Steel Pipe)

Pipa Baja Stainless adalah merupakan pipa baja dengan campuran

Chromiun dan Nickel. Pipa jenis ini banyak digunakan untuk pelayanan

yang berat (tekanan, temperatur, tahan kimia).

 Pipa Tembaga dan Kuningan

Pipa jenis ini mempunyai ketahanan korosi yang tinggi dibandingkan

dengan pipa baja karbon, namun mempunyai titik lebur rendah sehingga

tidak cocok dengan penggunaan dengan temperatur operasi yang tinggi

dan juga nilai ekonomisnya rendah, sehingga pipa ini jarang digunakan.

3.3 Cara Pembuatan Pipa

Dari cara pembuatannya pipa ada dua jenis, yaitu:

1. Pipa tanpa kampuh atau seamless pipe

10
Seamless pipe adalah pipa tanpa sambungan (kampuh) yang dibuat dari

bahan silinder massif (solid billets) dari besi tuang (cast) atau besi tempa

(wrought) yang dibor/ditusuk, kemudian diadakan pengerolan untuk

mendapatkan ukuran yang diinginkan.

2. Pipa dengan sambungan (Welded Pipe)

Welded pipe adalah pipa dimana sepanjang dindingnya terdapat

sambungan, hal ini terjadi karena sambungan ini dibuat dari pelat baja

lembaran yang dirol menjadi bentuk pipa kemudian dilas. Cara

pengelasannya ada beberapa macam, yaitu:

 Butt Welded Pipes

 Lap Welded Pipes

 Electric Fusion Welded Pipes

 Electric Arc Welded Pipe ( double welded joint )

 Spiral Pipe Welded

Cara penyambungan pipa tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.

3.4 Standar Pipa

Dalam perencanaan sistem perpipaan perlu memperhatikan kekuatan,

komposisi material serta ukuran sehingga dapat menentukan spesifikasi yang

sesuai untuk fluida yang akan dialirkan dalam pipa tersebut. Adapun standarisasi

pemakaian pipa yang dikeluarkan oleh berbagai negara yaitu: API (American

Petroleum Institute), AWWA (American Water Work Association), ANSI

(American National Standard Institute), ASA (American Standard Association),

11
JIS (Japanese Industrial Standard), BS (British Standard), DIN (Deutch

Industrial Normen) dan seterusnya.

3.4.1 Ukuran Diameter Pipa

Menurut ANSI/ASME ukuran diameter nominal pipa ditentukan sebagai

berikut yang dalam industri dikenal Nominal Pipe Size (NPS) yaitu, misalnya:

 Pipa dengan diameter nominal 1/8 inchi sampai dengan 12 inchi ukuran

ini tidak sama dengan ukuran diameter luar dan diameter dalamnya

(NPS≠ OD≠ ID) dan ukuran ID NPS. Sebagai contoh : pipa 12” maka

OD≠ 12” dan juga ID≠ 12” dari NPS 12” maka terdapat ukuran-ukuran

sebagai berikut :

 Untuk Schedule 40, ID = 11,938”, OD = 12,75”

 Untuk Schedule 60, ID = 11,626”, OD = 12,75”

 Pipa dengan nominal diameter 14 inchi keatas maka ukuran ini sama

dengan ukuran diameter luarnya (NPS = OD).

Contoh:

Pipa dengan ukuran nominal 14” maka OD = 14” dan ID-nya

tergantung ketebalannya (yang tergantung Schedule-nya)

 Untuk Schedule 40, ID = 13,124”

 Untuk Schedule 60, ID = 12,814”

Hal-hal penting yang perlu diketahui adalah ketentuan sebagai berikut:

 Outside diameter (OD) dari pipa selalu tetap untuk ukuran SCH

yang berbeda.

12
 Tebal dinding berubah-ubah sesuai dengan schedule untuk ukuran

NPS nya sama.

3.4.2 Ukuran-Ukuran Panjang Pipa

Ada beberapa ukuran panjang pipa dan pada umumnya mulai dari 6 m (20”)

sampai dengan 12 m (40”) yaitu:

 Uniform Length : panjang pipa 21 ft

 Normal Length : panjang pipa 12 ft

 One Half Random : panjang pipa 8 – 16 ft

 Single Random : panjang 16 – 22 ft

 Double Random : panjang ≈ 40 ft

 Cut Length : panjang sesuai dengan pemesanan

3.4.3 Standar Dinding Pipa ( Wall Thickness )

Tebal dinding pipa untuk masing-masing ukuran nominal diameter (garis

tengah) adalah berubah-ubah sesuai dengan kelas-kelas dan kemampuan yang

ditentukan untuk menahan tekanan dan suhu kerja dari fluida.

Dua standar tebal dinding pipa baja karbon yang hingga kini masih dipakai

adalah :

1. ANSI B.36.10 Steel pipe wall thickness designation

Standar ini membagi kelas tebal, dengan fungsi masing-masing ukuran :

a. Standard Weight (STD) : Tebal dinding srandard weight adalah normal

dan diperlukan untuk melayani tekanan dan suhu yang relatif rendah.

13
Tekanan kerja yang aman adalah : max 150 Psi atau sama dengan 11

kg/cm2 untuk schedule 40.

b. Extra Strong ( XH ) : Berbanding lebih tebal dari pipa standar weight.

Untuk melayani suhu dan tekanan menengah ( sekitar 300 Psi ).

2. ANSI B.36.10 Steel Pipe Number

Pembagian kelas pipa menurut standard wall thickness menyulitkan

pemakaian karena tekanan dan suhu tidak terbagi atas tiga golongan saja,

melainkan lebih banyak dari itu.

Untuk mengatasi hal ini tahun 1939 ASA menerapkan pembagian kelas-

kelas yang terdiri dari berbagai tebal dinding yang mendekati kebutuhan

pelayanan dan suhu. Tebal dinding dikelompokan menjadi 10 ( sepuluh )

kelas utama yang biasa disebut ANSI B.36.10 Stell Pipe Schedule Number

yang terdiri dari : Schedule 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 140 dan 160.

3.5 Fitting

Berfungsi sebagai alat penyambung (penghubung) pada sistem perpipaan,

berupa sambungan lurus, berbelok, bercabang dan pengecilan maupn pembesaran

diameter maupun untuk menutup aliran.

3.5.1 Material Fitting

Material yang digunakan pada fitting : Cast Iron, Malleable Iron, Forged

(tempa) Steel, Cast Steel, Wrought (tempa) Steel, Brass dan Copper.

Pemilihan bahan disesuaikan dengan kondisi kerjanya (sifat-sifat fluida :

temperatur, tekanan, korosif dan lain-lain).

14
3.5.2 Macam-macam Fitting (sambungan)

Berdasarkan dari bentuk dan fungsinya, fitting (sambungan) terdiri dari

beberapa macam, yaitu :

1. Elbow digunakan untuk membelokkan arah aliran. Elbow ada 2 macam

yaitu Elbow 450 dan Elbow 900.

2. Tee digunakan untuk membuat aliran bercabang.

3. Reducer digunakan sebagai penghubung antar pipa dimana ada perubahan

diameternya, misalnya 2” ke 4” atau sebaliknya.

4. Bushing digunakan untuk merubah ukuran flow lines dari besar menjadi

kecil ( pada scrawed piping system ).

5. Coupling digunakan untuk sambungan lurus ( diameternya sama ).

6. Union digunakan untuk sambungan pipa yang mudah dipasang dan mudah

di bongkar kembali.

7. Cap digunakan untuk menutup bagian ujung pipa.

8. Plug digunakan sama seperti cap untuk menutup bagian ujung pipa, hanya

beda pada konstruksi ulirnya ( ulirnya diluar ).

Contoh macam-macam fitting dapat dilihat pada lampiran 2.

3.6 Flanges

Flange adalah merupakan alat untuk menghubangkan jaringan pipa dari

suatu peralatan dengan peralatan lainnya yang terdiri dari : Valve, Fitting ke pipa

atau peralatan.

15
3.6.1 Macam-macam Flanges

Macam-macam flanges yang digunakan untuk sambungan pipa sesuai

dengab kegunaannya yaitu :

1. Screwed Forget Steel Flange, digunakan untuk sambingan pipa ulir.

2. Welding Neck Flange, digunakan untuk service yang berat ( high

pressure atau temperature dibawah 00C atau perbedaan temperatur yang

besar )

3. Slip On Welding Flange, digunakan seperti welding neck flange. Dalam

pemasangan akan mengurangi panjang pipa karena sebagian pipa

masuk ke dalam flange, namun dengan mudah disejajarkan untuk

penyambungan.

4. Socket Welded Flange, digunakan untuk tekanan rendah.

5. Blind Flange, digunakan untuk menutup ujung-ujung pipa, valve,

hand/man hole pada vessel. Berfungsi untuk menutup aliran fluida

sementara.

6. Lap Joint Flange, digunakan untuk sambungan yang sering dibongkar.

Biasanya pemasangannya pada tempat yang tidak diinginkan adanya

tarikan dan ikatan yang kuat.

Contoh macam-macam flanges dapat dapat dilihat pada lampiran 3.

3.6.2 Flange Facing

Flange facing adalah bentuk permukaan flange yang terdiri dari lima ( 5 )

jenis, yaitu :

16
1. Raised Faced (RF), pinggiran atau muka yang ditinggikan untuk kelas

tekanan 150 lbs dan 300 lbs permukaannya menonjol 1/16” dan untuk

kelas tekanan 400 lbs, lebih tinggi permukaanya menonjol 1/4”.

2. Flat Face (FF), pinggiran atau muka yang rata/datar.

3. Ring Type Joint (RTJ), sambungan tipe ring/gelang.

4. Lapped Joint (LP), sambungan berimpit.

5. Tongue ang Groove (T & G), pinggiran berlidah dan beralur.

6. Male and Female (M & F), pinggiran suai hubungan jantan dan

betina.

Bentuk muka flange terdapat pada Lampiran 4.

3.6.3 Standar Flanges

Flange di klasifikasikan menurut standar ANSI ( American National

Standard Institude ). Untuk bentuk flange ; welding neck flange, slip on flange,

lap joint, threaded & blind flange, pada ANSI Series 150, 300, 400, 600, 900,

1500, 2500 Psi. Untuk Socket type welding flange, pada ANSI Series 150, 300,

600, 1500 Psi.

Pembagian kelas menurut ANSI B.16.55 adalah :

1. Class 150, 300, 400, 600, 900,1500, 2500 untuk steel flange.

2. Class 150, 300, 600, 1500 untuk bronze flange.

3. Class 125, 150, 200, 300 untuk cast iron flange.

17
3.7 Valve

Valve adalah peralatan yang dipasang pada sistem perpipaan yang

berfungsi untuk mengalirkan dan penutupan atau untuk mengatur aliran fluida.

3.7.1 Macam-macam Valve

Berdasarkan bentuk dan kegunaannya dalam sistem perpipaan, Valve tediri

dari beberapa macam yaitu :

1. Gate Valve, digunakan untuk membuka dan menutup aliran, pembukaan

dan penutupan harus penuh sehingga tidak terjadi getaran pada wedge

(disk) yang akan merusak seat.

2. Globe Valve, digunakan untuk mengatur aliran fluida dengan frekuensi

operasi tinggi, penempatannya paralel dengan arah aliran fluidanya.

3. Check Valve, digunakan untuk safety peralatan atau menjaga kondisi

kestabilan operasi dan umumnya dipasang pada discharge pompa,

kompresor. Untuk mencegah aliran balik pada suatu sistem aliran

perpipaan.

4. Plug Valve, digunakan untuk membuka atau menutup aliran secara

cepat, gerakan membuka atau menutup dengan memutar handlenya 900.

5. Butterfly valve, digunakan untuk mengatur aliran masuk dan aliran

keluar 900 tutup penuh dan 900 buka penuh.

Contoh macam-macam valves dapat dilihat pada gambar 4, lampiran 5.

18
3.7.2 Standar Valve

Berdasarkan dari bahan meterialnya, valve diklasifikasikan mengikuti

standar API ( American Protelium Institude ) antara lain :

1. API 595 : Cast iron gate valve.

2. API 600 : Steel gate valve.

3. API 603 : Class 150 corrosion resistant gate valve.

4. API 604 : Ductile iron gate valve.

Sedangkan berdasarkan pressure ratingnya sama dengan rating flangenya,

berdasarkan pada ANSI series yaitu : 150, 200, 300, 400, 600, 900, 1500 &

2500 Psi.

Sedangkan untuk code service atau kode pemakaian valve adalah :

1. CWP : Cold Working Pressure

2. S : Steam

3. SP : Steam Pressure

4. WOG : Water, Oil, Gas pressure

5. WP : Working Pressure

6. WSP : Working Steam Pressure

3.8 Bolt & Nuts

Bolt & Nuts berfungsi sebagai pengikat, pemakaian jenis bolt & nuts

tergantung temperatur dan tekanan operasinya.

19
3.8.1 Macam-macam Bolt & Nuts

Berdasarkan dari bentuknya bolt & nuts dibedakan dari beberapa jenisnya,

antara lain :

1. Machine Bolt adalah baut pengikat yang mempunyai bentuk salah satu

ujungnya berkepala dan yang satunya berulir.

2. Studs adalah salah satu baut pengikat dimana pada kedua ujungnya

berulir.

3. Stud Bolt adalah suatu baut pengikat pada bagian ujungnya berulir dan

berdiameter standar. Ada dua jenis Studs Bolts yaitu : Stud bolt with

threaded on bolt end dan Stud bolt with threaded entire length.

Contoh macam-macam Bolt & Nuts dapat dilihat pada lampiran 6.

3.8.2 Material Bolt & Nuts

Material yang digunakan dari baja menurut standar ASTM.A-307 Grade B

untuk pemakaian dengan temperatur sampai dengan 5000F, dengan kekuatan tarik

minimum 55.000 lbf per inchi. Adapun Standarisasi lainnya, antara lain :

1. Standar ASA B.1.1 class 2A untuk dimensi uliran kasar dari mechine

bolt.

2. Standar ASA B.1.1 class 2B untuk dimensi ulir kasar dari nuts.

3. Standar ASA B.18-2 untuk dimensi heavy hexagonal dari nuts.

3.9 Gaskets

Gasket berfungsi sebagai perapat ( mancegah kebocoran ) pada sambungan

flange sistem perpipaan.

20
Pemakaian dari jenis bahan gasket tergantung dari temperatur dan jenis

fluida kerjanya. Adapun mengenai standar bahan dari gasket diatur dalam standar

ASA, yaitu : Standar ASA B16.20 ( metalic ring joint gaskets material ) dan

standar ASA B16.21 ( non metalic for pipe, flange ).

21
IV. PEMELIHARAAN PIPA TRANSFER CRUDE OIL DARI
SUKOWATI KE CPA

4.1 Instalasi pipa Transfer Crude Oil di JOB P-PEJ East Java Tuban

Jalur Pipeline di JOB P-PEJ East Java Tuban digunakan sebagai sistem

transfer Crude oil, karena pipa berfungsi sebagai sarana atau alat transportasi

fluida ( gas, minyak, air ) dari suatu tempat ke tempat lain.

Data Jalur Pipeline dari Sukowati Pad A ke CPA di JOB P-PEJ East Java Tuban :

SUKOWATI Pad A 16 Inch - CPA

Material = API 5L Gread B SCH 60.

Panjang = 10200 m.

NPS = 16 inch.

OD = 16 inch.

Wallthickness = 0,656 inch / 16.662 mm.

Tipe Instalasi = Pipa dalam tanah.

Kedalaman = 1,8 m.

Di pasang = 2011.

Servis = Crude Oil.

Sistem pengendali korosi = 3 LPE dan Impressed curret.

Jenis Pipa = Seamless Pipe.

SUKOWATI Pad A 10 Inch - CPA

Material = API 5L Gread B SCH 60.

Panjang = 10200 m.

22
NPS = 10 inch.

OD = 10,75 inch.

Wallthickness = 0,500 inch / 12.700 mm.

Tipe Instalasi = Pipa dalam tanah.

Kedalaman = 1,8 m.

Di pasang = 2008.

Servis = Crude Oil.

Sistem pengendali korosi = 3LPE dan Impressed curret.

Jenis Pipa = Seamless Pipe.

Gambar 4.1 Jalur Pipa JOB Pertamina - Petrochina East Java Tuban
( Sumber : JOB Pertamina - Petrochina East Java Tuban)

4.2 Pemeliharaan perpipaan

Pemeliharaan suatu instalasi perpipaan di lapangan JOB P-PEJ East Java

Tuban sangatlah penting dilakukan agar instalasi perpipaan tersebut dapat

berfungsi dengan baik dan memiliki usia pakai yang sesuai rencana. Pemeliharaan

perpipaan yang baik, terencana dan terkondisikan akan memperlancar dari proses

23
operasi itu sendiri, dan akan memperkecil biaya perbaikan atau penggantian dari

instalasi perpipaan itu sendiri.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan pipa yaitu :

1. Memberikan External Coating atau wrapping Tape untuk mencegah korosi

pada pipa-pipa yang dipasang didalam tanah.

2. Mengecat permukaan luar pipa agar tidak terjadi korosi dan memberikan

lapisan isolasi pada pipa yang dialiri fluida panas.

3. Untuk konstruksi pipa dalam tanah yang menyebrang jalan harus diberi

casing (selubung pipa) untuk melindungi pipa, agar pipa aman dari beban

kendaraan atau alat berat yang melintas di atas jalan tersebut.

4. Membersihkan dinding bagian dalam pipa dengan melakukan pigging untuk

membersihkan bagian dalam pipa dari scaling dan waxing.

5. Untuk mencegah korosi di dinding bagian luar pipa dilakukan dengan cara

dialiri dengan lisrtik yang dihubungkan dengan pipa cara ini disebut dengan

cathodic protection.

4.3 Faktor yang Menyebabkan Kerusakan pada Sistem Perpipaan

Dalam pengoperasian jaringan perpipaan maupun kelengkapannya pasti akan

terjadi gangguan dan kerusakan yang diakibatkan oleh beberapa faktor. Kerusakan

pipa dapat terjadi pada saat proses pemasangan yang kurang sempurna atau

kurang baik, tidak sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan dengan fluida yang

di alirkan di dalam pipa tersebut.

Sedangkan jenis kerusakan yang sering terjadi akibat faktor lain antara lain :

24
1. Terbentuknya Scale atau wax yang diakibatkan oleh :

a. Kontribusi dari Flow ( aliran ).

b. Temperatur minyak rendah.

c. Fase minyak berat.

Cara mengatasinya adalah :

 Membersihkan bagian dalam pipa dengan melakukan piging.

2. Terjadinya proses pengkaratan atau korosi yang diakibatkan oleh :

a. Kontak antara fluida dan pipa.

b. Pengaruh keasaman yang di kandung oleh tanah terhadap pipa yang di tanam

di dalamnya.

c. Pengaruh udara luar yang mengandung uap air terhadap pipa yang berada di

atas tanah.

d. Pengaruh zat-zat yang terikat pada hydrocarbon, seperti air, garam yang

memiliki sifat korosif pada bahan pipa tersebut.

Cara mengatasinya adalah :

 Meminimalisir korosi dengan catodic protection untuk melindungi bagian

luar pipa terhadap korosi dengan dialiri listrik pada pipa, sehingga pipa

terlindung dari korosi.

 Dengan memberikan pengecatan, external coating atau wrapping tape (

pelapisan pipa ) untuk menghindari terjadinya korosi atau pengkaratan pipa

bagian luar.

 Dengan menginjeksikan korosi inhibitor.

25
3. Terjadinya proses pengikisan atau erosi yang diakibatkan oleh :

a. Pengaruh dari jenis fluida yang mengalir di dalam pipa itu sendiri.

b. Pengaruh dari bahan kimia.

c. Laju atau kecepatan aliran yang tinggi pada saat pipa berbelok.

Cara mengatasinya adalah :

 Expansion loop digunakan agar pipa tidak memuai, selain itu expansion loop

juga dapat mengatur debit dengan mengurangi kecepatan aliran.

 Apabila terjadi kerusakan pada bagian dalam pipa akibat erosi, maka pipa

tersebut harus diganti dengan yang baru sesuai dengan standar material dan

spesifikasi yang diperlukan.

4. Adanya mechanical damage yang diakibatkan oleh :

a. Orang yang melakukan penggalian.

b. Adanya kendaraan besar yang terus menerus melewati daerah pipa yang

tertanam.

Cara mengatasinya adalah :

 Membuat pagar pada pipa yang berada ditepi jalan.

 Memberi tanda peringatan, bahwa terdapat pipa yang ditanam di dalam tanah.

4.4 Kerusakan yang Terjadi pada Instalasi perpipaan

1. Kerusakan pada pipa :

a. Karena terjadinya proses pengikisan / erosi.

b. Karena terjadinya proses pengkaratan / korosi.

c. Adanya scale dan wax di bagian dalam pipa.

26
d. Karena terjadinya tekanan yang melebihi dari desain pipa itu sendiri.

e. Karena terjadinya kelebihan tekanan atau over heated pada saat pengoprasian

pipa tersebut.

Cara mengatasinya adalah :

 Dengan melakukan pengecatan, coating atau wrapping untuk menghindari

terjadinya korosi / pengkaratan di bagian luar pipa.

 Dengan memasang cathodic protection untuk mencegah korosi pada bagian

luar pipa.

 Dengan melakukan pigging untuk membersihkan bagian dalam pipa dari wax

dan scale.

 Dengan melakukan pengontrolan terhadap tekanan dengan mengatur valve.

2. Kerusakan yang terjadi pada Flange :

a. Kerusakan yang terjadi pada raised face atau permukaan flange karena

kebocoran fluida ( sewaktu pengikatan flange tidak rata ).

Cara mengatasinya adalah :

 Dengan melakukan penggantian flange dengan yang baru.

 Cara pengikatan harus rata.

3. Kerusakan yang terjadi pada gasket :

a. Kerusakan yang terjadi pada permukaan flange dudukan gasket kotor.

b. Kerusakan yang terjadi karena gasket asbes sheet pecah.

Cara mengatasinya adalah :

 Dengan melakukan pembersihan pada permukaan flange yang kotor.

27
 Dengan melakukan penggantian gasket asbes sheet yang rusak dengan yang

baru.

4. Kerusakan yang terjadi pada valve :

a. Kerusakan yang terjadi pada disc plate.

b. Kerusakan yang terjadi pada seat plate.

c. Kerusakan yang terjadi pada ulir stem.

Cara mengatasinya adalah :

 Memperbaiki disk dan seat dengan cara diratakan dan digosok

(menggosoknya membentuk angka 8).

 Dengan melakukan penggantian disk dan seat yang rusak dengan yang baru

bila sudah tidak dapat diperbaiki.

4.5 Lapisan Pelindung

Pemberian lapisan pelindung ( protective coating ) pada pipa sangat penting

dilakukan. Pemberian lapisan pelindung dimaksudkan agar supaya bahan logam

dari pipa tersebut dapat terpisah dengan lingkungannya yang korosip.

Adapun bahan-bahan pelapis / coating yang sering digunakan pada pipa

trannsportasi minyak adalah :

1. Memberikan lapisan cat ( painting ), dengan dua kali cat dasar ( primer coat

& intermediete ) dan sekali top coat ( finish coat ), untuk konstruksi pipa di

atas permukaan tanah.

2. Melapisi permukaan luar pipa dengan lapisan polyethylene dengan ketebalan

3 mm

28
4.6 Pemeliharaan Pipa Transfer Crude Oil JOBP-PEJ East Java Tuban

Pemeliharaan sistem perpipaan JOB P-PEJ East Java Tuban sangatlah

penting di lakukan guna untuk menjaga proses operasi tetap berjalan sehingga

produksi tidak terhambat. Dalam pemeliharaan instalasi perpipaan JOB P-PEJ

East Java Tuban melakukan predictive maintenance dan preventive maintenance

1. predictive maintenance

predictive maintenance adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk

mengetahui sedini mungkin kondisi sistem perpipaan sebelum terjadi kerusakan

menggunakan. Salah satunya memasang corrosion coupon.

corrosion coupon adalah alat pengukuran dan pemonitoran laju korosi.

2. preventive maintenance

Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk

mecegah terjadinya kerusakan atau mengurangi laju kerusakan sehingga dapat

menjamin operas yang kontinyu dan dapat juga di artikan sebagai perawatan yang

direncanakan dalam rangka memperpanjang umur pemakaian pipa.

Pelaksanaanya dapat di lakukan secara rutin maupun berkala.Pelaksanaan

preventive emaintenance sistem perpipaan meliputi ,painting, coating, wrapping,

pigging, proteksi katodik.

Berikut ini Pekerjaan pemeliharaan pipa transfer crudeoil yang di lakukan

oleh JOB P-PEJ yaitu meliputi painting, coating, wrapping, pigging dan

cathodec protection.

29
1. Painting

Painting atau pengecatan merupakan suatu cara yang dilakukan dalam

pemeliharaan pipa yang bertujuan untuk melindungi permukaan pipa dari kondisi

lingkungan sekitar pipa.

Alat–alat dan bahan yang digunakan adalah kompresor, mesin brush, mesin

spray, pasir aronsen, cat jotun kelas plamir, cat jotun kelas intermediate, cat jotun

finishing, cairan pengering, dan thiner. Pengecatan dilakukan sebanyak tiga lapis.

Lapis pertama menggunakan cat kelas primer, lapis ke dua menggunakan cat

kelas intermediate, dan lapis ketiga menggunakan cat kelas finishing. Untuk

setiap lapis, cat dicampur dengan cairan pengering dan thiner.

Setiap lapis pengecatan mempunyai ketebalan yang disarankan. Lapis

pertama dengan ketebalan 75–100 mikron, lapis ke dua dengan ketebalan 100–

175 mikron, dan lapis ketiga dengan ketebalan 175 mikron. Setiap lapis

pengecatan juga mempunyai fungsi masing–masing. Fungsi lapis pertama sebagai

perekat dan sebagai pelindung metal dari korosi. Lapis kedua berfungsi menjadi

lapisan yang kedap air, sebagai pelindung cat primer, dan lapis ketiga untuk

melindungi cat intermediate dan sebagai rambu warna pipa.

Langkah –langkah painting :

1. sandblasting, yaitu pembersihan karat pada pipa mengunakan pasir aronsen

oleh mesin blasting dengan tekanan dari kompresor 110–120 Psi dengan cara

di semprotkan.

30
2. Untuk lebih maksimal pipa disikat menggunakan sikat baja. Debu yang

masih menempel di bersihkan dengan kain lap, agar cat bias melekat dengan

kuat.

3. Dengan menggunakan mesin spray,cat dengan kelas masing-masing yang

sudah di campur dengan cairan pengering dan thiner di spray-kan pada pipa.

Untuk setiap lapis membutuhkan waktu untuk kering sekitar delapan jam

baru di lanjutkan dengan pengecatan lapis selanjutnya.

2. Coating

Coating sama halnya dengan painting yaitu pelapisan pada permukaan pipa

dengan tujuan mencegah terjadinya korosi. Yang membedakan coating dengan

painting terletak pada bahanya. Coating bisa dalam bentuk ORGANIC dan

INORGANIC dalam bentuk liquid atau padat,dari bahan yang keras non metal,

komposit, ceramic, metal, dan bahan sintetis. Sementara PAINTING atau yang

lazim disebut di Indonesia sebagai CAT, pada umumnya terbuat dari bahan

ORGANIC berupa Liquid atau cairan.Coating yang di lakukan di JOB P- PEJ East Java

Tuban sebagi berikut :

1. Sandblasting sama seperti proses painting.

2. Coating nya terdiri dua lapis. Setelah melakukan pelapisan pertama atau

primercoat, pelapisan yang kedua langsung menggunakan pelapis yang

khusus untuk digunakan sebagai coating. Jenis coating yang digunakan JOB

P-PEJ East Java Tuban adalah epoxy berbentuk cair.

31
3. Wrapping

Wrapping yaitu melakukan pelapisan atau pengisolasian pada permukaan

pipa dengan menggunakan polyethylene yang berbentuk seperti tape. Langkah

pemasangannya adalah dengan cara mengulirkan polyethylene secara bertumpuk

pada bagian permukaan sepanjang pipa yang ingin dicoating. Saat pemasangan

polyethylene jangan sampai ada rongga atau celah udara pada polyethylene yang

dapat menimbulkan terbentuknya korosi. Karena tujuan pemasangan wrapping

ini adalah mencegah terjadinya korosi pada permukaan pipa. Secara umum pipa

yang di wrapping merupakan pipa yang dipasang di dalam tanah.

4. Pigging

Pigging adalah suatu pemeliharaan pipa bagian dalam dengan tujuan

membersihkan scale atau wax maupun kotoran–kotoran lain yang melekat pada

dinding pipa. Proses pigging dilakukan dengan sebuah alat yang bernama pig

yang berbentuk seperti peluru. Untuk membersihkan pipa dari scale atau wax

maupun kotoran–kotoran lain, JOB P-PEJ East Java Tuban menggunakan pig

jenis Hard pig.

32
Gambar 4.2 Hard Pig JOB Pertamina - Petrochina East Java Tuban
( Sumber : JOB Pertamina - Petrochina East Java Tuban)

Langkah– langkah melakukan pigging :

1. Pig mempunyai ukaran yang lebih besar dari ID pipa 10inch yang akan

dimasukkan kedalam pig launcher yang telah dipasang pada pipa.

2. Pig didorong dengan menggunakan tongkat sampai ke ujung pig launcher

dan tepat di depan bibir pipa 10 inch. Setelah itu pig di dorong menggunakan

tekanan yang di berikan oleh pompa melalui media crude oil. Karena pig

yang digunakan mempunyai ukuran yang lebih besar dari ID pipa maka pig

menyusut dan merapat dengan kuat pada dinding pipa sehingga scale atau

33
wax maupun kotoran lain yang berada dalam pipa ikut terdorong dengan pig

keluar menuju pig receiver.

5. Cathodic Protection

Pemasangan proteksi katodik sudah banyak dilakukan untuk mencegah

terjadinya korosi. Proteksi katodik ada dua macam yaitu sacrificial anode dan

impressed current. JOB P-PEJ East Java Tuban menggunakan sistem sacrifical

anode dan impressed current dalam memproteksi pipa untuk mencegah terjadiya

korosi. Sistem sacrificial anode adalah menggunakan sebuah anode yang terbuat

dari magnesium yang nantinya dialirkan kepipa menggunakan kabel. Sedangkan

system impressed current adalah menggunakan anode dan juga trafo yang

digunakan untuk mengaliri tegangan pada pipa.

Prinsip kerja sacrificial anode :

Sacrifical anode adalah anode korban. Anoda yang di korbankan untuk

melidungi pipa, adalah magnesium. Proteksi katodik metode anoda korban

dilakukan dengan menghubungkan anoda korban terhadap pipa yang akan

diproteksi menggunakan kabel. Pipa yang akan diproteksi diatur agar berperan

sebagai katoda dalam suatu sel korosi dan pasangan yang di hubungkan adalah

logam lain yang memiliki potensial yang lebih negatif yaitu magneium sehingga

berperan sebagai anoda. Elektron akan mengalir dari anoda kekatoda melalui

kabel penghubung sehingga terjadi penerimaan elektron dikatoda. Dengan

adanya penerimaan electron tersebut katoda mengalami reaksi reduksi dan

terproteksi dari proses korosi.

34
2. Prinsip kerja impressed current :

Pada metode ini adalah system arus paksa. Anode tidak dipilih dari logam

dengan potensial elektrode lebih negatif dari logam yang dilindungi tetapi justru

lebih dipilih dari logam mulia yaitu titanium. Meskipun elektorede titanium lebih

besar dari pada pipa, elektron tetap mengalir dari anode menuju pipa kerena

dipaksa oleh arus searah yang diperoleh dari transformer rectifier. Anode yang

dipasang di dalam tanah dia akan mengalirkan elektron–elektron melalui

elektrolit berupa tanah menuju pipa dan pipa akan terselubungi oleh elektron–

elektron sehingga unsur lain yang ingin bereaksi dengan pipa untuk membentuk

korosi tidak bisa karena terhalang oleh elektron-elektron tadi. Dengan demikian

pipa dapat di lindungi oleh sebuah anode tunggal dan kerena tegangan dorong

yang dimiliki tinggi maka anode dapat ditempatkan jauh dari pipa.

Pemeliharaan pipa di dalam tanah :

Untuk pemeliharaan di dalam tanah ini sulit untuk dilakukan, karena kondisi

pipa itu sendiri yang tertanam tidak dapat terlihat, ada salah satu cara untuk

pemeliharaan pipa dalam tanah yaitu melakukan pigging.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada saat pemasangan awal atau pada

saat konstruksi, yaitu antara lain :

 Pemilihan jenis pipa yang tahan korosi atau sesuai dengan spesifikasi dari pipa

yang diperlukan.

 Pada waktu pemasangan dilakukan external coating atau wrapping tape dan

pemasangan cathodic protection untuk melindungi pipa dari korosi.

35
 Pemberian casing (selubung pipa) untuk melindungi pipa yang letaknya

menyeberangi jalan, agar pipa aman dari beban kendaraan atau alat berat yang

melintas di atas jalan tersebut.

4.7 Rambu-Rambu Pipa

Pemberian rambu-rambu atau warna-warna tertentu pada pipa merupakan hal

yang penting, agar dapat diketahui jenis fluida yang terdapat dalam pipa tersebut.

Dalam hal ini ada standar warna yang baku misalnya :

1. Untuk air bersih, pipa dicat dengan warna biru.

2. Untuk pemadam kebakaran, pipa dicat dengan warna merah.

3. Untuk minyak mentah, dicat dengan warna hijau.

4. Untuk gas, pipa dicat dengan warna kuning.

Selain dengan memberi warna pada pipa, rambu-rambu ( marka ) harus

dipasang di atas pipa pada setiap sisi jalan raya dan perlintasan sungai, yang

perletakannya harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan lokasi

pipa dengan mudah.

4.8 Keselamatan Kerja

4.8.1 Umum

Dalam proses suatau pekerjaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan / diutamakan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan tanggung jawab semua

pihak, mulai dari pekerja, pengawas dan perusahaan.

36
Agar setiap pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan aman dan bebas

dari bahaya-bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan, maka setiap

pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan aktifitas atau

pekerjaannya.

Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada saat melakukan pekerjaan

pemeliharaan pipa transfer di JOB P-PEJ East Java Tuban antara lain : bising,

kejatuhan benda, kebakaran, semburan fluida, terjepit dan lain-lain.

4.8.2 Keselamatan Kerja Operator

Ada beberapa Alat Pelindung Diri ( APD ) yang sering digunakan pada saat

melakukan pekerjaan pemeliharaan pipa transfer crude oil di JOB P-PEJ East

Java Tuban, antara lain :

1. Pelindung kaki ( Safety Shoes )

2. Pelindung kepala ( Safety Helmet )

3. Pelindung telinga atau pendengaran ( Ear Plug / ear muff )

4. Pelindung tangan ( Hand Glove )

5. Pelindung muka dan mata ( Face Shield Protecs, Duct Mask, dan lain-lain )

4.8.3 Keselamatan Kerja Alat ( Perpipaan )

Ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan alat

( perpipaan ) dalam mengoperasikannya, antara lain :

1. Pergunakan pipa sesuai spesifikasi dari jenis fluida yang mengalir di dalamya,

dan sesuai dengan kemampuan pipa tersebut dalam menerima tekanan dan

temperatur pada saat dioperasikannya.

37
2. Jangan memukul pipa dengan benda keras.

3. Jangan meletakan beban berat diatas jalur pipa.

4. Jangan menduduki atau berjalan diatas jalur pipa.

5. Memberi support atau penyangga pipa dengan jarak yang sesuai, untuk

menghindari terjadinya kelenturan (diflexi) atau patah pada jalur pipa tersebut.

38
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil praktek kerja lapangan yang penulis lakukan di

JOB Pertamina – PetroChina East Java Tuban, dapat diambil simpulan :

 Walaupun lapangan JOB Pertamina – PetroChina East Java Tuban sudah

cukup lama beroperasi, namun kelancaran operasinya sangat berperan

dalam memenuhi kebutuhan minyak mentah di tanah air dan masih layak

untuk operasi.

 Secara umum, kondisi pipa-pipa dan peralatan-peralatan di lapangan masih

memadai, apalagi jalur pipa transfer minyak mentah dari SUKOWATI

PAD A ke CPA yang berdiameter 16 inchi terbilang masih cukup baru,

yang di tanam pada tahun 2012, yang sebelumnya menggunakan pipa

berdiameter 8 inchi yang di tanam pada tahun 1997 (yang saat ini stand

by) menurut informasi masih memadai untuk dioperasikan ditinjau dari

tekanan dan temperaturnya.

 Pekerjaan pemeliharaan instalasi perpipaan di JOB Pertamina - Petrochina

East Java Tuban sangat berperan , untuk menjaga kelancaran operasional

dan memperpanjang usia pakai jaringan pipa tersebut.

 Pemeliharaan yang dilakukan seperti pengecatan, perlindungan katodik,

Wrapping tape, external coating dan Pigging di JOB PPEJ Tuban sudah

baik.

39
5.2 Saran

Setelah membuat simpulan maka penulis memberikan beberapa saran

antara lain :

 Pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan perpipaan pada lapangan JOB

Pertamina – Petrochina East Java Tuban, agar lebih di tingkatkan.

Khususnya dari segi pengecatan ulang pada pipa, pemberian tanda

peringatan bahwa dibawah ada pipa panas penyalur crude oil maupun

pembersihan lokasi jalur pipa tersebut.

 Pada dasar pekerjaan pemeliharaan pipa secara preventive lebih baik dari

pada pekerjaan perbaikan secara breakdown.

 Penggunaan Alat Pelindung Diri ( APD ) juga harus diperhatikan untuk

mencegah hal-hal atau kecelakaan yang tidak diinginkan dalam bekerja.

40

Anda mungkin juga menyukai