Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

PARESE KORDA VOKALIS SINISTRA

Pembimbing :
dr. Agustina P. Kayunop, Sp. THT-KL

Oleh :
Benediktus R. Kayame Lucia Yarru
Benyamin D. Kalapadang Rizal
Hotnida Ulfa Rahayu AR
LAPORAN KASUS
• IDENTITAS PASIEN
• 1. Nama : Tn. Y.M
• 2. Umur : 71 tahun
• 3. Jenis kelamin : Laki-laki
• 4. Alamat : Dok V atas
• 5. Pekerjaan : Petani
• 6. Agama : Kristen
• 7. Status : Menikah
• 8. Suku : Biak
• 9. Tanggal pemeriksaan : 12 – 09 - 2018
ANAMNESA KU : suara hilang sejak bulan
februari

RPS : Pasien datang ke Poliklinik THT-KL RSUD Dok 2


Jayapura dengan keluhan suara hilang sejak bulan Februari.
Keluhan disertai dengan batuk (+) saat cuaca dingin, lendir
(+) warna putih, nyeri menelan (-). Pasien juga memiliki
riwayat sering mengonsumsi gorengan dan merokok sejak
SMP sampai sekarang. Dalam sehari pasien menghabiskan
satu bungkus rokok. Pasien juga mengikuti kegiatan
menyanyi/paduan suara di gereja, 2 kali seminggu selama
1 jam. Pasien sudah berobat ke puskesmas tapi tidak ada
perubahan. Makan/minum baik. Pasien juga sudah ada gigi
yang tanggal.
Riwayat Penyakit Riwayat Riwayat Penyakit
Dahulu Pengobatan Keluarga
• DM, Hipertensi, • Pasien sudah • Tidak ada yang
Jantung, TB, berobat ke pernah
Asma puskesmas mengalami
disangkal namun tidak penyakit yang
• Alergi (–) ada serupa dan
perubahan. riwayat
penyakit
lainnya juga
tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Denyut Nadi : 80 x/m
Pernapasan : 20 x/m
Pemeriksaan Kepala
Suhu Tubuh : Afebris
Normochepal, wajah simetris, deformitas (-), pupil
isokor, refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-
/-), sklera ikterik (-/-), oral candidiasis (-)
Pemeriksaan Leher
Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan thorax :

Simetris, IGN, Retraksi - , SN Ves, Rho +/+, Whe -/-

BJ I – II Reguler , Mur-mur - , Gallop –

Pemeriksaan ABDOMEN : DBN

Ekstremitas : DBN
PEMERIKSAAN TELINGA

No. Pemeriksaan Telinga Telinga kanan Telinga kiri

1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)

2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas normal, Bentuk dan ukuran dalam batas normal,
hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-) hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-)

3. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-),
edema (-), otorhea (-) edema (-), otorhea (-)

4. Membran timpani Intak. Retraksi (-), bulging (-), hiperemi Intak. Retraksi (-), bulging (-), hiperemi
(-), edema (-), perforasi (-), cone of light (-), edema (-), perforasi (-), cone of light
(+) (+)
PEMERIKSAAN HIDUNG

Pemeriksaan hidung Dextra Sinistra


Hidung Bentuk normal Bentuk normal
Sekret Mukoserous Mukoserous
Mukosa konka media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Mukosa konka inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Meatus media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Meatus inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Septum Deviasi (-) Deviasi (-)


Massa (-) (-)
PEMERIKSAAN TENGGOROK

Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)


Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda
Geligi Warna kuning gading, caries (-), gangren(-), dental lost (+)
Ginggiva Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-), dalam batas normal
Uvula Bentuk normal, hiperemi (+), edema (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-)
Tonsila palatine Kanan Kiri
Ukuran T1 T1
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Kripte Melebar Melebar
Detritus (-) (-)
Peri Tonsil Abses (-) Abses (-)
Fossa Tonsillaris dan hiperemi (-) hiperemi (-)
Arkus Faringeus
Pemeriksaan Penunjang
Telah dilakukan pemeriksaan endoskopi :

Sermon of relaksation dan inform consent

Pasien posisi duduk

Dilakukan endoskopi, didapatkan :


 Faring : dbn
 Laring :
- epiglotis : dbn
- massa -/-
- gerak korda vokalis kanan dbn
- gerak korda vokalis kiri kesan parese
DIAGNOSA :
 Parese korda vokalis sinistra

Penatalaksanaan
 Istirahat bicara
 Cefixime 200 mg 2 x 1 tab
 Natrium diklofenak 50 mg 2 x 1 tab
 Cetirizine 10 mg 1 x 1 tab
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI LARING..

LARING → MENYATUKAN TRAKEA DAN BRONKUS DENGAN FARING

SEBAGAI JALUR AERODIGESTIF UMUM


• Laring dibagi :
» Supraglottis : epiglotis, plika ariepiglotis, kartilago
aritenoid, plika vestibular (pita suara palsu) dan
ventrikel laringea
» Glottis : pita suara atau plika vokalis
» Subglottis: permukaan bawah pita suara hingga kartilago
krikoid
• Tulang rawan yang menyusun laring :
• kartilago epiglottis,
• kartilago krikoid,
• kartilago aritenoid,
• kartilago kornikulata, dan
• kartilago tiroid.
• Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan
intrinsik
• Otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring keseluruhan, sedangkan
• Otot- otot intrinsik berfungsi menggerak bagian-bagianlaring.

Adapun fungsi dari otot intrinsik laring adalah:


• M . Cricothyroid : berfungsi menegangkan plika vokalis
• M. Thyroarytenoid : berfungsi merelaksasikan plika vokalis
• M . Cricoarytenoid posterior : berfungsi mengabduksikan plika
vokalis
• M . chrcoaritenoid lateral : berfungsi mengadduksikan plika vokalis
• M . interaritenoid dan ariepiglotis : membentuk spincter dan bersama
dengan epiglottis menutup aditus laring selama proses menelan
• Laring dipersarafi oleh cabang-cabang n. vagus yaitu n.
Laringeus superior, n. Laringeus rekurens
• Perdarahan laring terdiri dari 2 cabang yaitu a. laringis
superior dan a. laringis inferior.
Fisiologi Laring..

Fonasi Sirkulasi
Fungsi
Dasar

Fungsi Lain
Respirasi Menelan
Proteksi Batuk

 Fungsi Fonasi : membuat suara serta menentukan tinggi rendah nada,


diatur oleh peregangan plika vokalis.

 Syarat suara nyaring → anatomi korda vokalis normal dan rata,


fisiologis harus normal dan harus ada aliran udara yang cukup kuat.
• Terdapat 3 fase dalam berbicara:

1. pulmonal • menghasilkan aliran energi dengan inflasi dan ekspulsi


(paru) udara

2. laringeal • pita suara bervibrasi pada frekuensi tertentu untuk


membentuk suara yang kemudian di modifikasi pada
(lariynx) fase supraglotik/ oral

3.
supraglotis/oral

• Kata (word) terbentuk sebagai aktivitas faring (tenggorok), lidah,


bibir, dan gigi.

• disfungsi pada setiap stadium dapat menimbulkan perubahan suara


• Perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan
ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan
ketegangan pita suara.
• Otot adduktor laringeal bertanggung jawab dalam memodifikasi
panjang pita suara → kedua pita suara akan merapat
(aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak → vibrasi
dari pita suara yang elastik.
• Selama pernapasan normal, pita akan terbuka lebar →
aliran udara mudah lewat.
• Selama fonasi, pita menutup bersama- sama → aliran
udara diantara mereka menghasilkan getaran (vibrasi).
• Kuatnya getaran ditentukan oleh :
• derajat peregangan pita,
• kerapatan pita satu sama lain dan
• massa pada tepinya.
Otot- otot yang terletak di dalam pita suara yaitu otot
tiroaritenoid→ mendorong kartilago aritenoid ke arah
kartilago tiroid → melonggarkan pita suara.

Pemisahan otot-otot ini dapat mengubah bentuk dan massa


pada tepi pita suara, menajamkannya untuk menghasilkan
bunyi dengan nada tinggi dan menumpulkannya untuk
suara yang lebih rendah (bass)

Beberapa otot laryngeal yang terletak di antara kartilago


aritenoid dan kartilago krikoid, dapat merotasikan kartilago
ini ke arah dalam atau kearah luar atau mendorong
dasarnya bersama-sama atau memisahkannya, untuk
menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara
DEFINISI PARESE PLIKA VOKALIS
• Parese Plika Vokalis merupakan kelainan dalam suara
yang dihasilkan, akibat dari satu atau kedua plika vokalis
yang tidak membuka atau menutup secara sempurna.
KLASIFIKASI
• Paresis plika vokalis dapat diklasifikasikan berdasarakan
nervus yang terkena.

Paralisis nervus
laringeus
Paralisis nervus
rekuren
laringeus
superior
Paralisis
Kombinasi
 Paralisis nervus laringeus rekuren

Paralisis nervus
laringeus
rekuren

Paralisis Paralisis
Unilateral Bilateral

1. Paralisis bilateral
1. Paralisis unilateral midline
midline 2. Paralisis bilateral
2. Paralisis unilateral inkomplit
inkomplit 3. Paralisis komplit
4. Paralisis adduktor
• Paralisis Unilateral
1. Paralisis unilateral midline
Paralisis ini juga paralisis nervus laringeus rekuren merupakan
paralisis dari otot abduktor pada satu sisi. Pada paralisis ini gejala
yang timbul adalah disfonia, dan tidak ada gangguan respirasi.
2. Paralisis unilateral inkomplit
Terjadi jika semua otot laring sepihak lumpuh kecuali otot
aritenoideus, karena otot ini innervasinya bilateral
• Paralisis Bilateral
1. Paralisis bilateral midline
Paralisis dari otot abduktor pada dua sisi. Gejala yang timbul adalah sesak dengan
kemungkinan untuk asfiksia oleh karena penyempitan dari glotis. Pernafasan stridor
cenderung terjadi selama tidur atau pada saat melakukan aktivitas.
2. Paralisis bilateral inkomplit
Semua otot laring lumpuh kecuali otot aritenoideus. Kedudukan plika vokalis di
tengah-tengah antara kedudukan respirasi dalam dan fonasi.
3. Paralisis komplit
Semua otot intrinsik mengalami kelumpuhan sehingga suara sangat serak dan
gangguan respirasi
4. Paralisis adduktor
Terjadi karena paralisis otot-otot penutup glotis. Otot-otot penutup glotis dibagi atas
pars intermembranacea dan pars intercartilagineus. Pada paralisis adduktor
komplit, semua otot penutup glotis mengalami kelumpuhan. Apabila pars
intercartilagineus tidak lumpuh, maka glotis pars intermembranecea tetap terbuka.
 Paralisis nervus laringeus superior

Paralisis nervus
laringeus
superior

Paralisis Paralisis
Unilateral Bilateral
• Paralisis Unilateral
1. Paralisis unilateral
Cedera pada nervus laringeus superior jarang terjadi, dan biasanya
adalah paralisis kombinasi. Paralisis dari nervus laringeus superior
menyebabkan paralisis otot krikotiroid dan anestesi ipsilateral laring
diatas plika vokalis. Paralisis dari otot krikotiroid menyebabkan
ketegangan plika vokalis terganggu. Gejala yang dapat timbul temasuk
aspirasi makanan dan minuman, kehilangan volume suara, dan anestesi
laring pada satu sisi.
2. Paralisis bilateral
• Hal ini adalah kondisi yang jarang terjadi. Kedua otot krikotiroid
mengalami paralisis dengan anestesi pada laring bagian atas. Gejala
klinik berupa anestesi yang menyebabkan inhalasi makanan dan
sekresi faring yang merangsang batuk dan tersedak, juga suara yang
lemah.
 Paralisis Kombinasi

Paralisis
Kombinasi

Paralisis Paralisis
Unilateral Bilateral
• Paralisis Kombinasi
1. Paralisis unilateral
Hal ini menyebabkan paralisis pada semua otot laring satu sisi kecuali
otot interaritenoid yang juga menerima persarafan pada sisi yang
berlawanan
2. Paralisis bilateral
Kedua saraf mengalami paralisis pada kedua sisi. Hal ini merupakan
kondisi yang jarang terjadi, dan dapat menyebabkan terjadi total
anestesi pada laring.
ETIOLOGI

Trauma akibat operasi (44%)

Keganasan (17%)

Intubasi endotrakeal (15%)

Kelainan neurologis (12%)

Idiopatik (12%)
DIAGNOSIS
• riwayat suara parau?
• Sering merokok?
anamnesis • Sering bernyanyi?
• Riwayat operasi?

• Fiberoptic laringoscope
 menentukan abnormalitas gerakan pita suara
Pasien diminta untuk menghidu dan bersiul,
karena gerakan ini akan menggerakan otot-
Pemeriksaan otot abductor
fisik • Direct laringoscopy
Menilai kondisi glotis bagian
posterior,subglotis,trakea,dan bronkus.
Berguna untuk menentukan penyebab dari
paralisis/parese olika vokalis
Cont.....

• Laringeal electromyography (LEMG)


 Mengukur arus potensi listrik saraf di laring
 Berguna untuk menentukan derajat keparahan paralisis

• Tes darah, pemeriksaan radiografi (x-ray


& CT scan)
TATALAKSANA
 Voice Therapi/Voice Rest

• Voice therapi dilakukan terlebih dahulu, sambil melihat kondisi pasien


• Pasien diharapkan mengehentikan aktifitas merokok, bernyanyi.
• Pasien disarankan voice rest selama satu minggu

 Phososurgery
• Dilakukan Pembedahan untuk meningkat atau memperbaiki pita suara
• Indikator: pada daerah celah glotis dan kekakuan normal pita suara yang
simetris
• Untuk bergetar dan menghasilkan suara
Cont....

 Pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral dengan indikasi gagal


nafas dan mengancaM nyawa>> Trakeostomi
 tindakan trakeostomi dalam waktu lama tidak dianjurkan>> merusak
plika vokalis
KOMPLIKASI
• Perubahan kualitas suara >> kembali ke kondisi semula agak sulit
• Hilangnya proteksi terhadap saluaran udara yang dapat menyebabkan
batuk-batuk yang parah dan aspirasi
• Tindakan kordotomi posterior, endokopi posterior biasanya akan
membentuk granuloma, pembentukan jaringan parut & breathy sound
PROGNOSIS
 Perbaikan spontan dapat terjadi 55%
• Lebih dari setengahnya mengalami perbaikan pada tahun pertama
setelah didiagnosis
• Tidak sedikit juga yang mengalami perbaikan sampai 11 tahun dari
tahun pertama didiagnosis
PEMBAHASAN
• Pada kasus, Tn. YM, berusia 71 tahun didiagnosis
dengan PARESE KORDA VOKALIS SINISTRA
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang
ANAMNESA

Teori Kasus

• Riw. Suara parau • Suara hilang sejak bln


• Sering merokok februari
• Sering bernyanyi • Merokok sejak SMP
• Riw. Operasi • Mengikuti paduan
suara gereja (latihan
2x/minggu selama 1
jam)
PEMERIKSAAN FISIK & PENUNJANG

Teori Kasus

• Fiberoptic laringoscope • Dilakukan Direct


• Direct laringoscopy laringoscopy didapatkan :
• Laringeal • Faring : dbn
electromyography (LEMG) • Laring :
• Laboratorium • - Epiglotis : dbn
• X-ray & CT-Scan • - Massa (-)
• - Gerak korda vokalis
kanan dbn
• -gerak korda vokalis kiri
kesan parese
TATALAKSANA

Teori Kasus

• Voice Therapi/Voice • Istirahat bicara/Voice


Rest Rest
• Phososurgery • Cefixime 200 mg 2 x 1
• Trakeostomi tab
• Riw. Operasi • Natrium diklofenak 50
mg 2 x 1 tab
• Cetirizine 10 mg 1 x 1
tab
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai