PPT Tiroid
PPT Tiroid
Elizabeth Margaretha
11.2012.083
DEFINISI
• Kelainan glandula thyroidea dapat berupa
gangguan fungsi, seperti tirotoksikosis, atau
perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya, seperti penyakit noduler.
Berdasarkan patologinya, pembesaran tiroid
umumnya disebut struma
• Pembesaran kelenjar tiroid atau struma diklasifikasikan
berdasarkan efek fisiologisnya, klinis, dan perubahan
bentuk yang terjadi. Struma dapat dibagi menjadi :
• Struma Toksik, yaitu struma yang menimbulkan gejala
klinis pada tubuh, berdasarkan perubahan bentuknya
dapat dibagi lagi menjadi
– Diffusa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid meliputi
seluruh lobus, seperti yang ditemukan pada Grave’s
disease.
– Nodosa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid hanya
mengenai salah satu lobus, seperti yang ditemukan pada
Plummer’s disease
• Struma Nontoksik, yaitu struma yang tidak
menimbulkan gejala klinis pada tubuh,
berdasarkan perubahan bentuknya dapat
dibagi lagi menjadi
– Diffusa, seperti yang ditemukan pada endemik
goiter
– Nodosa, seperti yang ditemukan pada keganasan
tiroid
ETIOLOGI
• Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan
oleh : Hiperplasia dan Hipertrofi
• Setiap organ apabila dipicu untuk bekerja akan
mengalami kompensasi dengan cara
memperbesar dan memperbanyak jumlah selnya.
Demikian juga dengan kelenjar tiroid pada saat
pertumnuhan akan dipacu untuk bekerja
memproduksi hormon tiroksin sehingga lama
kelamaan akan membesar, misalnya saat
pubertas dan kehamilan.
• Inflamasi atau Infeksi
Proses peradangan pada kelenjar tiroid seperti
pada tiroiditis akut, tiroiditis subakut (de
Quervain) dan tiroiditis kronis (Hashimoto)
• Neoplasma
Jinak dan ganas
• Struma menimbulkan gejala klinis dikarenakan
oleh perubahan kadar hormon tiroid di dalam
darah.
• Kelenjar tiroid dapat menghasilkan hormon
tiroid dalam kadar berlebih atau biasa disebut
hipertiroid
• kadar kurang dari normal atau biasa disebut
hipotiroid.
Gejala yang timbul pada hipertiroid adalah :
• Peningkatan nafsu makan dan penurunan berat badan
• Tidak tahan panas dan hiperhidrosis
• Palpitasi, sistolik yang tinggi dan diastolik yang rendah
sehingga menghasilkan tekanan nadi yang tinggi (pulsus
celler) dan dalam jangka panjang dapat menjadi fibrilasi
atrium
• Tremor
• Diare
• Infertilitas, amenorrhae pada wanita dan atrofi testis pada
pria
• Exophtalmus
Gejala yang timbul pada hipotiroid adalah
kebalikan dari hipertiroid :
• Nafsu makan menurun dan berat badan
bertambah
• Tidak tahan dingin dan kulit kering bersisik
• Bradikardi, tekanan sistolik yang rendah dan
tekanan nadi yang lemah
• Gerak tubuh menjadi lamban dan edema pada
wajah, kelopak mata dan tungkai
KLASIFIKASI
• Pembesaran tiroid selain keganasan menurut American Society for Study
of Goiter membagi:
1. Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan sukar
digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik dan
kemudian menjadi lunak.
2. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun nodul
yang mengalami kalsifikasi dapat ditemukan pada hiperplasia adenomatosa yang
sudah berlangsung lama.
3. Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupaka tanda keganasan, walaupun
nodul ganas tidak selalu melakukan infiltrasi. Jika ditemukan ptosis, miosis, dan
enoftalmus merupakan tanda infiltrasi ke jaringan sekitar
4. Sekitar 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang
ganas.
5. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas
terutama yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba membesar
progresif
6. Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional atau perubahan suara menjadi serak.
7. Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus
sternokleidomastoideus karena desakan pembesaran nodul (Berry’s Sign)
GEJALA KLINIS
• Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa
berupa benjolan di leher yang sudah berlangsung lama, maupun
gejala-gejala hipertiroid atau hipotiroidnya.
• Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus
digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif atau
lamban, disertai dengan gangguan menelan, gangguan bernafas
dan perubahan suara.
• Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper dan
hipofungsi dari kelenjer tiroid. Perlu juga ditanyakan tempat tinggal
pasien dan asupan garamnya untuk mengetahui apakah ada
kecendrungan ke arah struma endemik.
• Sebaliknya jika pasien datang dengan keluhan ke arah gejala-gejala
hiper maupun hipofungsi dari tiroid, harus digali lebih jauh ke arah
hiper atau hipo dan ada tidaknya benjolan di leher.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli
anterior, yang paling pertama dilakukan adalah
inspeksi, dilihat apakah pembesaran simetris atau
tidak, timbul tanda-tanda gangguan pernapasan atau
tidak, ikut bergerak saat menelan atau tidak.
• Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah
bejolan tersebut benar adalah kelenjar tiroid atau
kelenjar getah bening. Perbedaannya terasa pada saat
pasien diminta untuk menelan. Jika benar pembesaran
tiroid maka benjolan akan ikut bergerak saat menelan,
sementara jika tidak ikut bergerak maka harus
dipikirkan kemungkinan pembesaran kelenjar getah
bening leher.
Pembesaran yang teraba harus dideskripsikan :
• - Lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus
• - Ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
• - Jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu
(multinodosa)
• - Konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
• - Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
• - Mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea,
muskulus sternokleidomastoidea
• - Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada
pembesaran atau tidak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam
mendiagnosis penyakit tiroid terbagi atas :
• Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid. Pemeriksaan
untuk mengetahui kadar T3 dan T4 serta TSH paling sering
menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) dan ELISA
dalam serum atau plasma darah. Kadar normal T4 total pada
orang dewasa adalah 50-120 ng/dl. Kadar normal untuk T3
pada orang dewasa adalah 0,65-1,7 ng/dl.
• Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid.
Antibodi terhadap macam-macam antigen tiroid yang
ditemukan pada serum penderita dengan penyakit tiroid
autoimun. Seperti antibodi tiroglobulin dan thyroid
stimulating hormone antibody.
• Pemeriksaan radiologis
- Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea
atau pembesaran struma retrosternal yang pada
umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga. Foto
rontgen leher posisi AP dan lateral biasanya menjadi
pilihan.
- USG tiroid yang bermanfaat untuk menentukan jumlah
nodul, membedakan antara lesi kistik maupun padat,
mendeteksi adanya jaringan kanker yang tidak
menangkap iodium dan bisa dilihat dengan scanning
tiroid.
- FNAB. Pemeriksaan histopatologis akurasinya 80%. Hal
ini perlu diingat agar jangan sampai menentukan terapi
definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.
- Scanning Tiroid dasarnya adalah presentasi uptake dari I
131 yang didistribusikan tiroid. Dari uptake dapat
ditentukan teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama
ialah fungsi bagian-bagian tiroid (distribusi dalam kelenjar).
Uptake normal 15-40% dalam 24 jam. Dari hasil scanning
tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu cold nodule bila
uptake nihil atau kurang dari normal dibandingkan dengan
daerah disekitarnya, ini menunjukkan fungsi yang rendah
dan sering terjadi pada neoplasma. Bentuk yang kedua
adalah warm nodule bila uptakenya sama dengan
sekitarnya, menunjukkan fungsi yang nodul sama dengan
bagian tiroid lain. Terakhir adalah hot nodule bila uptake
lebih dari normal, berarti aktifitasnya berlebih dan jarang
pada neoplasma.
PENATALAKSANAAN
Tindakan Pembedahan
• Indikasi operasi pada struma adalah :
• Struma difus toksik yang gagal dengan terapi
medikamentosa
• Struma uni atau multinodosa dengan
kemungkinan keganasan
• Struma dengan gangguan kompresi
• Kosmetik
Kontraindikasi pada operasi struma :
• Struma toksik yang belum dipersiapkan sebelumnya
• Struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit
sistemik lain yang belum terkontrol
• Struma besar yang melekat erat ke jaringan leher
sehingga sulit digerakkan yang biasanya karena
karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering
dari tipe anaplastik yang jelek prognosisnya. Perlekatan
pada trakea ataupun laring dapat sekaligus
dilakukanreseksi trakea atau laringektomi, tetapi
perlekatan dengan jaringan lunak leher yang luas sulit
dilakukan eksisi yang baik.
• Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk
menentukan apakah nodul tiroid tersebut suspek maligna
atau suspek benigna. Bila nodul tersebut suspek maligna,
maka dibedakan apakah kasus tersebut operable atau
inoperable.
• Bila kasus yang dihadapi adalah inoperable maka dilakukan
tidakan biopsi insisi untuk keperluan pemeriksaan
histopatologis. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan
radiasi eksterna atau kemoradioterapi. Bila nodul tiroid
suspek maligna yang operable atau suspek benigna dapat
dilakukan tindakan isthmolobektomi atau lobektomi. Jika
setelah hasil PA membuktikan bahwa lesi tersebut jinak
maka operasi selesai, tetapi jika ganas maka harus
ditentukan terlebih dahulu jenis karsinoma yang terjadi.
• Komplikasi pembedahan tiroid :
– Perdarahan dari A. Tiroidea superior
– Dispneu
– Paralisis N. Rekurens Laryngeus. Akibatnya otot-otot laring
terjadi kelemahan
– Paralisis N. Laryngeus Superior. Akibatnya suara penderita
menjadi lenih lemah dan sukar mengontrol suara nada tinggi,
karena terjadi pemendekan pita suara oleh karena relaksasi M.
Krikotiroid. Kemungkinan nervus terligasi saat operasi
***********************************************************
*******
*********************************************************