Pengajar :
Dra. Hj. Gando Sari, M.Kes
Latar Belakang
Limpa (Lien/Spleen) adalah organ limfatik tunggal terbesar dalam
tubuh yang memiliki fungsi filtrasi darah dan koordinasi respon
imun. Limpa bekerja di dalam sistem peredaran darah sebagai
kelenjar getah bening melalui sistem limfatik.
Berbagai macam penyakit dapat mempengaruhi organ limpa.
Diagnosis banding penyakit pada limpa sangat luas. Oleh karena
itu, kondisi patologis pada limpa dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori: 1) Kelainan kongenital; 2) Splenomegali; 3) Lesi
Cystic; 4) Penyakit inflamasi; 5) Penyakit neoplastik; 6) Trauma; 7)
Penyakit vaskular; 8) Gangguan hematologi; dan 9) Lain-lain
(kalsifikasi, infarct, abses limpa, emboli a.lienalis).
Anatomi Limpa
Anatomi Limpa
Fisiologi Limpa
Limpa terdiri dari 2 bagian, dipisahkan oleh zona
marginal. Bagian yang putih (pulpa alba) terdiri dari
limfosit T dan B, dan terletak di pusat, merupakan
sistem kekebalan untuk melawan infeksi. Sedangkan
bagian yang merah (pulpa rubra) terdiri dari banyak
pleksus sinus vena yang berliku-liku, bertugas
membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dari
dalam darah seperti sel darah merah yang rusak.
Macam-macam kelainan
Limpa
1. Kelainan Kongenital
a) Limpa Aksesori
Ditemukan pada 10% individu, bentuknya kira-kira
soliter atau multiple dan biasanya berukuran tidak
lebih dari 2 cm. Paling sering terjadi pada hilus limpa.
Identifikasi cepat dengan Scintigrafi dan CT.
b) Asplenia, Polysplenia
Asplenia, Polysplenia berhubungan dengan situs
abdominal dan anomali kardiovaskular. Kondisi ini
lebih sering terjadi pada wanita. Pada polysplenia
tampak gambaran massa kecil di hypochondrium
kanan atau kiri. Pada Asplenia tampak gambaran
limpa dengan ukuran panjang < 7 cm dan lebar < 3 cm.
c) Wandering Spleen
Wandering spleen merupakan limpa yang normal
tapi tidak memiliki ligamen yang kuat sehingga
posisinya dapat berubah-ubah dalam perut.
Penyakit ini jarang, sering terjadi pada wanita.
Secara klinis dapat terjadi massa abdomen yang
tidak terdefinisi atau nyeri akut abdomen karena
torsio limpa. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan
CT/radioisotop scan.
Splenomegali
Splenomegali
Degenerasi &
Gangguan Storage Tumor
Sirkulasi disease
Gambaran pembesaran limpa biasanya ke arah
superior, anterior, dan dextra. Gaster terdesak ke
superior dan medial, diafragma terangkat ke
superior. Beberapa gambaran lainnya yang terjadi
pada pembesara limpa:
Hilangnya batas musculus psoas sinistra, renal sinistra
terdepresi, kadang-kadang merupakan tanda-tanda
pembesaran limpa, atau kadang-kadang renal sinistra
terdesak ke superior.
Ada tanda-tanda flexura lienalis terdesak.
Limpa yang membesar secara total berada di bawah
flexura lienalis.
Lesi Cystic
a) Splenic Cyst
Sel epitel yang berlapis, sering terjadi pseudocysts yang
biasanya bersifat sekunder akibat dari proses trauma,
infeksi, dan infark. Psedocyst bisa dikonfirmasi dengan
USG dan CT scan. Pencitraan MR berguna ketika USG
dan CT hasilnya samar-samar.
b) Hemangioma
Tumor jinak primer, terdiri dari saluran pembuluh
darah endotelium berlapis penuh dengan darah. Pada
foto polos X-Ray kemungkinan tampak gambaran
marginal kalsifikasi.
Penyakit Inflamasi
Abses limpa ditemukan 0,14% -0,7% dari kasus
otopsi; bisa menjadi soliter, multiple, atau
multilokular. Prevalensi meningkat karena Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Penyakit inflamasi pada limpa lainnya adalah
candidiasis, histoplasmosis, dan sarcoidosis.
Malignant Neoplastik
a) Sarcoma
Sangat jarang, prognosis sangat buruk.
b) Limfoma
Tumor ganas yang paling umum pada limpa.
a) Metastasis
Metastasis limpa relatif jarang.
Trauma
Klasifikasi derajat trauma berdasarkan American
Association For The Surgery Of Trauma (1994):
Derajat 1
a. Terdapat hematoma subkapsuler kurang 10% pada
area permukaan.
b. Ukuran kapsul kurang dari 1 cm.
Derajat 2
a. Hematoma subkapsuler sekitar 10-50% pada area
permukaan.
b. Diameter hematoma intraparenkim kurang dari 5 cm.
c. Ukuran laserasi sekitar 1-3 cm dan tidak mengenai
pembuluh darah trabekula.
Derajat 3
a. Hematoma subkapsuler lebih dari 50% area
permukaan atau terdapat ruptursubkapsuler
atau hematoma parenkim.
b. Hematoma intraparenkim lebih dari 5 cm atau
lebih.
c. Ukuran laserasi lebih dari 3 cm dan mengenai
pembuluh darah trabekula.
Derajat 4
Laserasi pada bagian segmental atau hillum
pembuluh darah dengan devaskularisasi limpa yang
lebih dari 25%.
Derajat 5
Limpa mengalami kerusakan atau trauma pada
hilum pembuluh darah.
Penyakit Vaskular
Infark adalah penyebab paling penting dari defek
fokal limpa yang mungkin disebabkan oleh emboli,
hematologi atau penyakit pembuluh darah limpa.
Lesi ini dapat divisualisasikan sebagai bentuk
melingkar, lesi multinodular dengan batas tidak
jelas.
Penyakit vaskular limpa lainnya adalah splenic artery
aneurysm, splenic vein thrombosis, dan arteriovenous
malformation.
Gangguan Hematologi
a) Sickle cell disease
Sickle cell diseases adalah secara umum terjadi dalam
populasi kulit hitam dengan prevalensi 0,2% (bentuk
homozigot) dan 8% -10% (bentuk heterozigot). Limpa
organ yang paling sering terlibat sickle cell disease. Pada
pemeriksaan scintigrafi bisa terlihat gambaran infarct
limpa yaitu adanya defek fokal dan juga bisa terlihat
pada CT scan.
a) Extramedullary Hematopoiesis
Extramedullary hematopoiesis merupakan respon
kompensasi pada defisiensi sel sumsum tulang.
Biasanya menunjukkan infiltrasi difus mikroskopis
Lain-lain
a) Kalsifikasi Limpa
Terjadi pada usia > 50 tahun
Kalsifikasi arteri (Misal: Aneurisma)
Kalsifikasi vena lienalis/phlebolith, hal ini jarang terjadi.
Granuloma TBC, single/multiple kalsifikasi dengan batas
tegas pada parenkim.
Pada abses lama limpa dan kalsifikasi pada hematoma.
Kalsifikasi pada kista limpa, bentuk oval.
Infarct complete limpa misalnya yang terjadi pada sickle
cell anemia, kalsifikasi bentuk kurve, kecil-kecil di bawah
diafragma sinistra.
b) Gambaran gas pada limpa
Abses limpa
Emboli a.lienalis biasanya bersamaan dengan
penurunan gerakan diafragma sinistra dan
mungkin terjadi efusi pleura sinistra.
Diagnosis banding: gas feses pada colon flexura
lienalis.
Gambaran
radiologi
normal pada limpa
Pada literatur tertentu
untuk menentukan
lebar pada limpa adalah
pada jarak 2 cm dari
batas bawah limpa
ditarik garis horizontal
pada limpa, merupakan
cara untuk
mendapatkan nilai
lebar limpa.
Untuk menentukan
panjang pada limpa
adalah jarak antara
batas teratas limpa
yang berdekatan
dengan diafragma
terhadap batas bawah
limpa.
Lebar (cm) Limpa Pada 2
Jumlah Usia Batas Bawah
cm Dari Jarak Batas
Kasus (Tahun) Limpa
Bawah Limpa
L1-L3 2,0-3,6
16 <5
(Umumnya L2) (Rerata 3,0)
L1-L3 2,5-3,8
37 5-10
(Umumnya L1-L2) (Rerata 3,3)
L1-L3 2,5-3,8
36 11-20
(Umumnya L1-L2) (Rerata 3,2)
T12-L2 2,0-4,2
82 21-30
(Umunya L1) (Rerata 3,5)
T12-L2 2,0-4,6
117 >30
(Umumnya L1) (Rerata 3,5)
Total
288
Hematoma Limpa
USG
Abses Limpa
USG