Anda di halaman 1dari 100

TRIKOEPITELIOMA

Disusun oleh :
Chrisandi Omega Putra
102117059
Pembimbing :
dr. Hj. Hervina,Sp.KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD. Dr.R.M. DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
BATAM
2018
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ida
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Suku : Batak
Agama : Kristen
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Binjai
II. ANAMNESA

 O (onset) : ± 1 bulan
 L (Location) : Kedua sisi wajah, dibawah kelopak mata
 D (Duration) : Setiap Saat
 C (Karakteristik) : Tampak bintil-bintil kemerahan sebesar kepala
Jarum pentul dan bagian tengah membentuk
cekungan
 A (Aggravating) : Tidak ada
 R (Radiasi) : Leher dan Badan
 T (Time) : Setiap Saat

 Keluhan Utama
Adanya bintil bintil yang tidak gatal atau nyeri, timbul setiap saat ,
dijumpai bintil bintil kemerahan yang menempel pada kulit sebesar kepala
jarum pentul dan bagian tengah membentuk cekungan yang terjadi pada
kedua sisi wajah dibawah kelopak mata . Ada penjalaran ke leher dan badan.
Hal ini alami sejak ± 1 bulan yang lalu.
 Keluhan Tambahan
Tidak ada
 Riwayat Perjalanan Penyakit

 Lokasi Timbul Lesi Pertama Kali : Di kedua sisi wajah

 Perluasan Lesi : .Ada penjalaran ke leher dan badan

 Pengaruh Makanan / Lingkungan : Tidak ada


 Riwayat Pemakaian Obat : Tidak ada
 Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada
 Riwayat Penyakit Keluarga : Ada
 Riwayat Alergi Obat Makanan : Tidak ada
 Status Gizi dan Kebiasaan : Cukup baik
 Keadaan Lingkungan : Cukup baik
III. PEMERIKSAAN FISIK

 Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,5 C
INSPEKSI
 Kepala : dijumpai bintil bintil
kemerahan yang menempel
pada kulit sebesar kepala
jarum pentul dan bagian
tengah membentu cekungan
yang terjadi pada kedua sisi
wajah dibawah kelopak mata
 Leher : dijumpai bintil bintil
kemerahan yang menempel
pada kulit sebesar kepala
jarum pentul dan bagian
tengah membentu cekungan

 Dada : dijumpai bintil bintil
kemerahan yang menempel
pada kulit sebesar kepala
jarum pentul dan bagian
tengah membentu cekungan

 Perut : DBN
 Punggung : DBN

 Ekstremitas
 Superior : DBN
 Inferior : DBN
PALPASI
 Kepala (Wajah) : Teraba bintil bintil keras sebesar
kepala biji jagung di kedua sisi
wajah dibawah kelopak mataa
 Leher : Teraba bintil bintil keras sebesar
kepala biji jagung
 Dada : Teraba bintil bintil keras sebesar
kepala biji jagung
 Perut : DBN
 Punggung : DBN
 Ekstremitas
 Superior : DBN
 Inferior : DBN
PERKUSI
 Dada : DBN

AUSKULTASI
 Dada : DBN
 Perut : DBN
IV. STATUS DERMATOLOGI
Inspeksi Kulit

a. Lokasi : Regio fasialis dibawah palpebra

b. Distribusi : Regional

c. Bentuk : Tidak Teratur

d. Susunan : Tidak Khas

e. Batas : Diatas permukaan kulit

f. Ukuran : Milliar

g. Efloresensi

 Primer : Papul

 Sekunder :

h. Ruam Rambut : Tidak ada

i. Ruam Kuku : Tidak Ada

j. Ruam Genitallia : Tidak ada

Palpasi Kulit : Keras


V. RESUME

Seorang wanita usia 20 tahun tahun datang ke poliklinik


kulit dan kelamin RSUD dr. RM Djoelham Binjai dengan
keluhan Adanya bintil bintil yang tidak gatal atau nyeri,
timbul setiap saat , dijumpai bintil bintil kemerahan yang
menempel pada kulit sebesar kepala jarum pentul dan
bagian tengah membentuk cekungan yang terjadi pada
kedua sisi wajah dibawah kelopak mata . Ada penjalaran ke
leher dan badan. Hal ini alami sejak ± 1 bulan yang lalu.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Histopatologi
Didapatkan Kista keratinosa dan massa sel
embrional. Massa sel ini membentuk kista yang
berisi zat tanduk dan sel sel stratum basalis
bentuk kecil kecil dan matang
VII. DIAGNOSA SEMENTARA
 Trikoepitelioma

VIII. DIAGNOSA BANDING

 Trikoepitelioma
 Siringoma

 Millia
 Trikoepitelioma  Siringoma
 Millia
 tumor jinak pada adneksia  Milia terbentuk karena
kulit, tumor jinak  adalah adenoma kelenjar minyak belum
hamartomatous dari folikel
pilosebaseus
jinak dari saluran terbentuk sempurna
 Lesi biasanya berderet,
ekrin. Berukuran 1 -
bentuk papul atau nodul 2 mm, berwarna  di superficial kulit,
dengan diameter 2 – 5 sesuai kulit atau uniform, warna putih
mm, konsistensi keras,
bagian tengah dapat sedikit kekuningan, mutiara sampai kuning
membentuk cekungan, muda, lesi membentuk
bilateral dan jarang merupakan papula
terjadi ulserasi. yang sering terjadi kubah dengan diameter
 Lesi sewarna dengan pada kelopak mata antara 1-2mm.
kulit, tapi terkadang Efloresensi yang
dapat berwarna coklat, waanita mulai saat
kuning, merah jambu, pubertas dan ditemukan adalah
atau kebiru-biruan papula-papula milier,
dengan permukaan licin kemungkinan
bersifat genetic multiple kadang
berkelompok.
IX. PENATALAKSANAAN
9.1 Non Farmakologi
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

 Penatalaksanaan bedah, penatalaksanaan meliputi :


Bedah Listrik
Bedah beku
X. KOMUNIKASI & EDUKASI
 Menyampaikan kepada pasien walaupun penyakit
tersebut tidak berbahaya namun tetap harus selalu
menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan agar terhindar
dari penyakit kulit yang berisiko terhadap kesehatan.
TRIKOEPITELIOMA

Disusun oleh :
Chrisandi Omega Putra
102117059
Pembimbing :
dr. Hj. Hervina,Sp.KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD. Dr.R.M. DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
BATAM
2018
1. DEFINISI

ADALAH TUMOR JINAK PADA ADNEKSIA


KULIT, TUMOR JINAK HAMARTOMATOUS DARI
FOLIKEL PILOSEBASEUS
2. ETIOLOGI

Kasus yang diturunkan secara familial sehubungan dengan adanya


mutasi gen yang disandi oleh supresi tumor pada pita kromosom
9p21. Gen yang terlibat dalam karsinoma sel basal (PTCH, human
patched gene yang terdapat pada pita kromosom 9q22.3) juga
berperan dalam pathogenesis TE
3. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi pasti belum dapat diketahui. Di


amerika serikat, suatu laboratorium dermatologi
melaporkan terdapat 2,14 dan 2,75 kasus per
tahunnya (9000 spesimen). Baik laki-laki maupun
perempuan dapat terkena, akan tetapi karena laki-
laki jarang dikeluhkan sehingga sebagian besar
pasien adalah wanita.(
4. FAKTOR RESIKO

 Trikoepiteliomaakan terjadi pada usia


awal dewasa, tetapi kadang-kadang
dapat terjadi pada anak-anak, Biasanya
timbul pada saat atau setelah masa
pubertas. Tumor ini juga dapat
mengenai semua ras
5. DIAGNOSA

5.1 Anamnesa
Anamnesa
 Pasien datang biasanya dengan keluhan kosmetik,
tidak gatal, tidak nyeri, tidak panas tapi hanya
merasa tidak nyaman.
5.2 PEMERIKSAAN
DERMATOLOGI

 Papul atau nodul single atau multiple yang tumbuh


lambat.
 Lesi biasanya berderet, bentuk papul atau nodul
dengan diameter 2 – 5 mm (dapat mencapai 5 mm
pada muka dan telinga, bahkan dapat berukuran 2 –
3 cm ditempat lain), konsistensi keras, bagian tengah
dapat membentuk cekungan, bilateral dan jarang
terjadi ulserasi.
 Lesi sewarna dengan kulit, tapi terkadang dapat
berwarna coklat, kuning, merah jambu, atau kebiru-
biruan dengan permukaan licin.
 Sebagian besar lesi berlokasi di kelopak mata, pipi,
lipatan nasobial, hidung, dahi, diatas bibir, dan pada
kulit kepala, 50 % lesi terjadi di leher dan badan
bagian atas.
5.3 Pemeriksaan Penunjang
5.3.1 Histologi
Untuk melakukan pemeriksaan histopatologi perlu
dilakukan punch biopsi dengan cara melakukan irisan
kecil sehingga dapat mengambil jaringan untuk
pemeriksaan histologi
 Berupa kista keratinosa dan massa sel embrional yang
sama dengan sel-sel stratum
 basalis atau selubung keras akar rambut. Massa sel ini
membentuk kista yang berisi
 zat tanduk dan sel-sel stratum basalis bentuk kecil-kecil dan
matang, kadang-kadang berada dalam stadium mitosis
5.3.2 PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Onkologi
6. PATOGENESIS
.
TRIKOEPITELIOMA
adalah tumor jinak
pada adneksia kulit,
tumor jinak diduga disebabkan oleh mutasi (sering NRAS)
hamartomatous dari yang terjadi pada sel progenitor yang
folikel pilosebaseus menghasilkan akumulasi luas yang abnormal
pada sel-sel melanosit sepanjang jalur
migrasi selama terjadi perkembangan normal.
Peristiwa yang mengarah ke akumulasi
nevomelano-cyte juga mungkin memiliki efek
pada jaringan sekitarnya (yaitu,
peningkatan panjang & hitamnya rambut)
mungkin karena perubahan lingkungan
sitokin lokal pada sel nevomelanocyt. Mutasi
dari NRAS merupakan penyabab terjadinya
perubahan sel pigmen dan atau nonpigmen
pada kulit dan system saraf pusat (SSP)
7. PATOFISIOLOGI
•Gen yang berhubungan dengan TE tipe familial adalah
lengan pendek dari kromosom 9. karena beberapa gen
supresor tumor berada pada area ini (misalnya p16, p15,
dan gen pada sindrom nevus sel basal), maka gen untuk
perkembangan TE tipe familial juga menyandi supresor
tumor
•Jika dirubah, proliferasi seluler akan meningkat karena
kurang baiknya fungsi atau bahkan ketiadaan dari supresi
tumor
8. DIAGNOSA BANDING

1. Siringoma : Siringoma adalah


adenoma jinak dari saluran ekrin.
Berukuran 1 -2 mm, berwarna
sesuai kulit atau sedikit
kekuningan, merupakan papula
yang sering terjadi pada kelopak
mata waanita mulai saat pubertas
dan kemungkinan bersifat genetic

2. Millia : kista epithelia yang


berasal dari penyumbatan saluran
kelenjar ekrin yang berisi massa
keratin.
9. PENATALAKSANAAN
9.1 Non Farmakologi

 Penatalaksanaan bedah, penatalaksanaan meliputi :


 Eksisi bedah dengan penjahitan primer
 “scissor xexcision with secondary intention healing”
 Elektrokauter bedah listrik
 Elektrodesiccation dan kuretase
 Laser karbondioksida dengan menggunakan metode
lubang jarum dari aplikasi atau ablasi laser er : YAG
 Krioterapi
 Dermabrasi
 Asam trikloroasetat
9.2 farmakologi
tidak ada

9.3 Edukasi

 Menyampaikan kepada pasien walaupun


penyakit tersebut tidak berbahaya namun tetap
harus selalu menjaga kebersihan tubuh dan
lingkungan agar terhindar dari penyakit kulit
yang berisiko terhadap kesehatan.
10. KOMPLIKASI

 Meskipun jarang, tumor juga dapat berkembang


menjadi karsinoma stadium lanjut dan mixed
tumor
11.PROGNOSIS

 Prognosis biasanya baik. Akan tetapi apabila


penghilangan lesi hanya sebagian akan
mengakibatkan lesi yang persisten atau
rekuren. Meskipun jarang, tumor juga dapat
berkembang menjadi karsinoma stadium lanjut
dan mixed tumor (epitelial/sarkomatous).
Trikoepitelioma tipe familial bersifat agresif
namun jarang rekuren
12. PROFESIONAL
 Membantu mengontrol kesembuhan pasien dengan
edukasi yang baik
SIRINGOMA

Disusun oleh :
Chrisandi Omega Putra
102117059
Pembimbing :
dr. Hj. Hervina,Sp.KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD. Dr.R.M. DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
BATAM
2018
1. DEFINISI

SIRINGOMA ADALAH ADENOMA JINAK


DARI SALURAN EKRIN. BERUKURAN 1 -2 MM,
BERWARNA SESUAI KULIT ATAU SEDIKIT
KEKUNINGAN, MERUPAKAN PAPULA YANG
SERING TERJADI PADA KELOPAK MATA WANITA
MULAI SAAT PUBERTAS DAN KEMUNGKINAN
BERSIFAT GENETIC
2. ETIOLOGI

Siringoma merupakan tumor yang sering terjadi akibat


deferensiasi dari kelenjar keringat eccrine. Dilaporkan
siringoma dijumpai sebanyak 18% pada orang dewasa yang
menderita sindrom down dan lebih banyak pada penderita
perempuan
3. EPIDEMIOLOGI

umumnya siringoma selalu timbul pada usia


pubertas,mengenai awal usia dewasa tetapi
kadang-kadang dapat terjadi pada anak-
anak. Bahkan pada suatu penelitian dilaporkan
siringoma terjadi sebagai lesi congenital. Biasanya
timbul pada saat atau setelah masa pubertas
4. FAKTOR RESIKO
 Siringoma / Syringoma biasanya
bersifat sporadis, tetapi siringoma yang
familial atau diturunkan telah sering
dilaporkan pula dalam literatur. Pada
keadaan familial, siringoma cenderung
terjadi pada masa sebelum remaja
ataupun remaja, dan paling sering timbul
pada wajah, dan biasanya diwariskan
atau diturunkan sebagai sifat
autosomal dominan
5. DIAGNOSA

5.1 Anamnesa
Anamnesa
 Pasien datang biasanya dengan keluhan kosmetik,
tidak gatal, tidak nyeri, tidak panas tapi hanya
merasa tidak nyaman.
5.2 PEMERIKSAAN DERMATOLOGI

 Siringoma cenderung lebih kecil, letaknya lebih


superficial, lebih datar diatasnya dan lebih merata
diatas pipi dan kelopak mata, daripada lipatan
nasolabial. Lesi di kelopak mungkin dikira xantelasma,
tetapi tidak memiliki warna jingga, lesi eruptif
pada batang tubuh dapat sulit dibedakan dengan
granuloma anulare
5.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
5.3.1 Pemeriksaan Histologi
Pada dermis ditemukan kista-kista yang
berasal dari saluran kelenjar. Dinding terdiri
dari 2 lapis sel epitel. Lumen kista berisi materi
yang bersifat koloidal. Sekitar kista terdapat
sebukan sel-sel radang tak spesifik.
5.3.2 Pemeriksaan Tambahan
Tidak ada
6. PATOGENESIS
.
Siringoma
merupakan
adenoma jinak dari
diduga disebabkan oleh mutasi (sering NRAS)
saluran ekrin. yang terjadi pada sel progenitor yang
Berukuran 1 -2 mm menghasilkan akumulasi luas yang abnormal
pada sel-sel melanosit sepanjang jalur
migrasi selama terjadi perkembangan normal.
Peristiwa yang mengarah ke akumulasi
nevomelano-cyte juga mungkin memiliki efek
pada jaringan sekitarnya (yaitu,
peningkatan panjang & hitamnya rambut)
mungkin karena perubahan lingkungan
sitokin lokal pada sel nevomelanocyt. Mutasi
dari NRAS merupakan penyabab terjadinya
perubahan sel pigmen dan atau nonpigmen
pada kulit dan system saraf pusat (SSP)
7. PATOFISIOLOGI
•Syringoma umumnya dianggap sebagai neoplasma jinak
yang membedakan garis ekrin.
•Tes imunohistokimia enzim menunjukkan adanya enzim
ekrin seperti aminopeptidase leusin, dehidrogenase suksinat,
dan fosforilasa.
• Pola imunohistokimia ekspresi cytokeratin menunjukkan
diferensiasi baik terhadap bagian paling atas dari saluran
dermal dan saluran intraepidermal rendah (yaitu, keringat
saluran bubungan).
8. DIAGNOSA BANDING

1. Trikoepitelioma: adalah adalah


tumor jinak pada adneksia
kulit, tumor jinak
hamartomatous dari folikel
pilosebaseus

2. Millia : kista epithelia yang


berasal dari penyumbatan
saluran kelenjar ekrin yang
berisi massa keratin.
9. PENATALAKSANAAN
9.1 Non Farmakologi

 Penatalaksanaan bedah, penatalaksanaan meliputi :


 Eksisi bedah dengan penjahitan primer
 “scissor xexcision with secondary intention healing”
 Elektrokauter bedah listrik
 Elektrodesiccation dan kuretase
 Laser karbondioksida dengan menggunakan metode
lubang jarum dari aplikasi atau ablasi laser er : YAG
 Krioterapi
 Dermabrasi
 Asam trikloroasetat
9.2 Farmakologi
Tidak ada

9.3 Edukasi
 Menyampaikan kepada pasien walaupun
penyakit tersebut tidak berbahaya namun tetap
harus selalu menjaga kebersihan tubuh dan
lingkungan agar terhindar dari penyakit
kulit yang berisiko terhadap kesehatan.
10. KOMPLIKASI
 Tidak ada komplikasi dari Siringoma, selain masalah
yang berkaitan dengan penampilan dan citra diri
11.PROGNOSIS

 Prognosis pada umumnya baik karena lesi


merupakan tumor jinak. Dengan
pengobatan dengan siringoma idealnya
harus dihancurkan dengan memisahkan
jaringan parut seminimal mungkin dan
tidak mengalami kekambuhan
12. PROFESIONALISME
 Dapat sembuh , jika ada keluhn tambahan di
rujuk ke spesialis kulit
MILLIA

Disusun oleh :
Chrisandi Omega Putra
102117059
Pembimbing :
dr. Hj. Hervina,Sp.KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD. Dr.R.M. DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
BATAM
2018
1.DEFINISI

Milia adalah kista


epithelia yang berasal
dari penyumbatan
saluran kelenjar ekrin
yang berisi massa
keratin.
2. ETIOLOGI

 Milia terbentuk karena kelenjar  Milia primer dipercaya timbul


minyak belum terbentuk di kelenjar sebasea yang tidak
sempurna berkembang secara lengkap

 Kulit tidak mengelupas secara  Lesi sekunder timbul mengikuti


normal sehingga menyebabkan trauma atau kulit lepuh oleh
terperangkap didalam kulit karena gangguan di duktus
keringat
3.EPIDEMIOLOGI
 Milia dapat ditemukan pada berbagai populasi dan
semua umur.
 Milia primer ditemukan pada bayi baru lahir (50%
dari semua bayi lahir) > normal
 Milia sekunder lebih sedikit ditemukan pada bayi
tetapi mungkin akan muncul jika ada trauma pada
kulit
4.FAKTOR RESIKO
 Kebersihan Diri
 Mengenakan pakaian kasar

 Sering terpapar sinar matahari


5. diagnosis

5.1 Anamsesis
 Milia sering asimptomatik.  Efloresensi yang ditemukan
 Pada anak-anak dan dewasa adalah papula-papula milier,
bisa muncul di area sekitar multiple kadang
mata. berkelompok.
 Erupsi
milia biasanya onsetnya
lebih cepat bahkan dalam
beberapa minggu.
5.2 PEMERIKSAAN KULIT

 Pada pemeriksaan kulit, milia ditemukan di superficial


kulit, uniform, warna putih mutiara sampai kuning
muda, lesi membentuk kubah dengan diameter antara 1-
2mm. Efloresensi yang ditemukan adalah papula-papula
milier, multiple kadang berkelompok. Pada milia en plaque,
milia dalam jumlah lebih banyak muncul pada plaque eritem.
5.3. PEMERIKSAAN
PENUNJANG

5.3.1Pemeriksaan histologi

 Menunjukan adanya kista


epidermoid
 Terletak di dermis superficial
 Mempunyai garis epithelia
(dengan lapisan sel
bergranula).
 Berisi keratin lamellated
dalam jumlah bervariasi.
5.3.2 Pemeriksaan
Tambahan

 Tidak ada
6. PATOGENESIS

 Pathogenesis dari milia belum dapat diketahui


secara jelas, namun Milia sering dihubungkan
dengan berbagai macam kelainan:
 Pemphigoid bulosa

 Keturunan

 epidermolysis bulosa dapatan,

 liken planus bulosa,

 prophyria cutanea tarda dan

 luka bakar. Trauma kulit dari dermabrasi atau


radioterapi dapat menyebabkan pebentukan milia. 3
7. PATOFISIOLOGI
Penyumbatan
Folikel sebasea

Kista epidermois

MILIA

MILIA MILIA
PRIME SEKU
R NDER

Menghasil akibat
kan folikel kerusakan
rambut pilosebaceu
vellus s
8. DIAGNOSIS BANDING

Trikoepitelioma

Siringoma
9. PENATALAKSANAAN
9.1 Nonfarmakologi
Bedah Listrik : aplikasi listrik
frekuensi tinggi, langsung pada
jaringan untuk menghancurkan lesi
jinak maupun ganas
9.2 Farmakologi Tidak ada terapi
topical maupun sistemik yang
efektif untuk milia primer dan
sekunder

A. Elektrodesikasi
Metode
Bedah
Listrik
B. Elektrofulgurasi
9. 3 EDUKASI
 Menjaga kebersihan kulit
 Usahakan tidak mengenakan pakaian kasar

 Hindari paparan sinar matahari


10. KOMPLIKASI
 Tidak ada komplikasi sistemik yang dilaporkan.
11. PROGNOSIS

Baik
12.PROFESIONALISME
 Bisa sembuh, jika ada keluhan tambahan dapat
di rujuk ke spesialis kulit
FIBROMA MOLE

Disusun oleh :
Chrisandi Omega Putra
102117059
Pembimbing :
dr. Hj. Hervina,Sp.KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD. Dr.R.M. DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
BATAM
2018
1.DEFINISI
 suatu tumor jinak jaringan konektif pada
dermis yang merupakan tumor jinak yang
paling sering dijumpai.
2. ETIOLOGI
 Etiologi dari skin tag belum diketahui
secara pasti. Lebih sering terjadi pada daerah
garukan dan sering berhubungan dengan
beberapa kondisi, termasuk acromegali, chron
disease, aging, transplantasi organ, polip kolon,
kehamilan, infeksi HPV, peningkatan jumlah sel
mast, dan juga peningkatan reseptor androgen
dan estrogen serta kadar leptin
3.EPIDEMIOLOGI
 Lesi skin tag ini sering ditemukan pada populasi
dewasa diatas umur 40 tahun dan peningkatan
insiden dijumpai pada umur yang lebih tua,
namun dikatakan usia 50 merupakan turning
point terjadinya pertumbuhan skin tag berhenti
4. FAKTOR RESIKO
 Obesitas
5. DIAGNOSIS
5.1 anamnesis
Tumor ini biasanya bersifat asimptomatis, tidak
menimbulkan rasa nyeri jika tidak disertai adanya
peradangan dan iritasi. Penderita dapat merasakan
gatal atau perasaan tidak nyaman bila skin tag ini
terkena kalung perhiasan atau pakaian.

5.2 Pemeriksaan Kulit


Skin tag merupakan tumor jinak pada jaringan konektif
dermis yang terlihat sebagai tumor yang lunak,
pedunkulasi, berwarna seperti warna kulit ataupun
hiperpigmentasi yang terjadi pada daerah pergesekan.
5.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
5.3.1 Pemeriksaan Histopatologi
gambaran papul yang berkerut yang
memperlihatkan adanya gambaran
papilomatosis, hiperkeratosis dan akantosis
yang reguler. Epidermis menunjukkan bentuk
filiform, gambaran pertumbuhan yang lunak
menunjukkan adanya akantosis yang ringan
sampai sedang dan kadang – kadang dijumpai
papilomatosis
 5.3.2 Pemeriksaan Tambahan
Tidak ada
6.PATOFISIOLOGI
 Belum diketahui
7. PATOGENESIS
 Terdapatnya beberapa teori yang menyebutkan
skin tag terjadi sebagai akibat tekanan yang
persisten ataupun dari gesekan yang terus
menerus pada daerah permukaan kulit,
terutama pada penderita obesitas, yang
menyebabkan gangguan jaringan elastik kulit
8.DIAGNOSIS BANDING
 Neurofibromatosis
 Keratosis Seboroik
9 .PENATALAKSANAAN
9.1 Non Farmakologi
 curved blade scissors
 Elektrodesikasi
 Krioterapi

9.2 Farmakologi
 Tidak ada

9.3 Edukasi
 Menjaga pola makan
10. KOMPLIKASI
 Tidak ada komplikasi
11. PROGNOSIS
 Baik
12. PROFESIONALISME
 Bisa sembuh, jika ada keluhan tambahan
dirujuk ke spesialis kulit
Fibroepitelioma

Disusun oleh :
Chrisandi Omega Putra
102117059
Pembimbing :
dr. Hj. Hervina,Sp.KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD. Dr.R.M. DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
BATAM
2018
1. DEFINISI
 Neoplasma pre malignan yang tampak jinak dan
berwarna merah muda
2. ETIOLOGI
 Genetik
 Sebagian besar akibat paparan sinar
matahari yang berlebihan
3. EPIDEMIOLOGI
 Laki laki lebing sering menderita daripada
perempuan
 Kulit putih lebih sering terkena
4. FAKTOR RESIKO
 Kemungkinan paparan sinar matahari
5. DIAGNOSIS
5.1 Anamnesis
Terasa benjolan berwarna kemerahan tanpa
ada nyeri atau gatal

5.2 Pemeriksaan Fisik/Kulit


Nodus agak bertangkai
Berwarna kemerahan

5.3 Pemeriksaan Penunjang


5.3.1Secara Histopatologi tersusun seperti pita
yang tipis, panjang, bercabang, dan saling
berhubungan di dalam stroma yang fibrosis
5.3.2 Pemeriksaan Tambahan
Onkologi
6. PATOFISIOLOGI
 Hilangnya / Rusaknya Gen TP53 sebagai tumor
supressor Kurangnya kontrol proliferasi
sel Terjadi mutasi gen
7. PATOGENESIS
 Belum diketahui
8. DIAGNOSIS BANDING
 Dermatitis
 Psoriasis
9. PENATALAKSANAAN
9.1 Nonfarmakologi
 Bedah Skalpel
 Bedah Beku
 Bedah Listrik
 Bedah laser

9.2 Farmakologi
Tidak Ada

9.3 Edukasi
Saat beraktivitas menggunakan pakaian pelindung
dari matahari
10. KOMPLIKASI
 Tidak ada komplikasi
11. PROGNOSIS
 Umumnya tumor tumbuh setempat dan
jarang sekali yang bermetastasis, tetapi
dapat sangat destruktif pada jaringan
sekitarnya.
12. PROFESIONALISME
 Dilakukan rujukan ke spesialis kulit dan lainnya
yang berkompeten

Anda mungkin juga menyukai