Anda di halaman 1dari 15

DAMPAK DUKUNGAN SPIRITUAL PADA LANSIA PASIEN

PERAWATAN PALIATIF DENGAN PENYAKIT TUMOR KEPALA


SUSPEK KANKER PARU

GADIEH KASIH MUHARROM JR


1102014112

KELOMPOK 2 PALLIATIVE CARE

Dosen Pengampu: dr. Riyani Wikaningrum, DMM, MSc

Dosen Tutor: dr. Dini Widianti, MKK, dipIDK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017-2018
ABSTRAK
 Latar Belakang: spiritual dalam perawatan paliatif tidak hanya berhubungan dengan keagamaan seseorang tetapi
bagaimana hubungan dia dengan deirinya sendiri, dengan mausia maupun dengan tuhannya. Keluarga dalam hal
ini sangat berperan penting dalam mendukung spiritual pasien agar psikis pasien tetap baik dan pengobatan
pasien tidak terganggu apalagi jika pasie tersebut adalah lansia.
 Persentasi Kasus: seorang wanita 77 tahun nyeri ditangan kanan sejak 5 minggu yang lalu. Pasien memiliki
riwayat hipertensi, jantung dan pada tahun 2010 pernah pasang ring sebanyak 3 buah dan osteoarthritis. Pasien
juga pernah operasi kaki pada tahun 2013, tidak ada alergi. Pada saat kunjungan, tekanan darah pasien 110/60
mmHg, kesadaran pasien komposmentis, pasien masih dapat bercanda dengan dokter dan perawat, komunikasi
pasien masih sangat baik, terdapat hematom di kaki sebelah kanan, tangan sebelah kanan tremor, pasien juga
mengeluhkan susah tidur, tidak ada nyeri tekan di perut. Pasien memakai sebuah benda di bajunya yang pasien
sebut fuh (jimat) dimana pasien percaya bahwa benda itu dapat membuatnya menjadi tenang, tidak merasa
nyeri, dan merasa ada yang menjaganya. Benda tersebut pemberian dari anaknya dan pasien juga masih tetap
beribadah walaupun tidak sering. Pasien memilih dirawat dirumah agar dapat berkumpul bersama keluarga.
Keluarga pasien juga memilih perawatan paliatif dirumah agar pasien juga tidak susah lagi untuk pergi ke rumah
sakit karena keluarga pasien memilih perawatn paliatif agar dokter yang dating ke rumah.
 Diskusi dan Simpulan: Kebutuhan spiritual merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup lansia. Spiritual bukan hanya berhubungan dengan tuhan tetapi juga berhubungan dengan manusia dengan
dirinya sendiri dan manusia dengan sesamanya. Bagaimana seorang pasien lansia yang megalami kanker agar
dapat semangat menjalani pengobatan maupun kehidupannya dengan tetap memperkuat spiritualnya.
 Kata Kunci: spiritual, lansia, tumor kepala suspek kanker paru, perawatan paliatif.


PENDAHULUAN
Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian
sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain (WHO, 2009).
Pasien yang terdiagnosis kanker dilaporkan tingkat spiritualnya rendah, sebuah survei
penilaian kebutuhan pasien rawat jalan dengan kanker menemukan bahwa banyak
melaporkan kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi, termasuk 40% menginginkan
bantuan dalam menemukan makna dalam kehidupan, 42% dalam menemukan harapan,
dan 51% dalam mengatasi ketakutan, sehingga pasien membutuhkan perawatan
paliatif dari segi spiritual (Fitria, 2010; Kandasamy et al, 2011).
Spiritualitas telah didefinisikan sebagai, sesuatu yang melekat pada seluruh
manusia yang mendorong manusia untuk mencari arti dan makna dalam hidup,
melibatkan hubungan dengan diri sendiri, orang lain.
Beberapa peneliti juga menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan spiritual
yang lebih tinggi terkait dengan tingkat tekanan psikologis yang lebih
rendah, seperti depresi, keputusasaan, keinginan untuk mempercepat kematian,
dan ingin bunuh diri di kalangan pasien yang sakit parah yang mendapat
perawatan paliati (Kandasamy et al, 2011).

Perawatan paliatif pada pasien yang membutuhkan dukungan spiritual tidak


hanya dilakukan dalam praktek keagamaan saja tetapi dukungan spiritual juga
berupa hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia,
dan manusia dengan tuhan nya (Nelson, 2002). Jadi, tujuan penulis adalah
menjelaskan seberapa besar dukungan spiritual pada lansia pasien perawatan
paliatif dengan penyakit tumor kepala suspek kanker.
PERSENTASI KASUS
Identitas pasien

1 Nama : Ny. M
2 Jenis Kelamin : Perempuan-
3 Usia : 77 Tahun
4 Alamat : Jakarta Barat, Cengkareng
5 Agama : Budha
6 Pekerjaan :-
7 Tanggal Kunjungan : 1-11-2017

Seorang pasien bernama Ny. M berusia 77 tahun didiagnosis tumor otak suspek kanker paru.
Awalnya pasien mengeluh nyeri di tangan kanan yang tidak sembuh-sembuh. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan jantung, tahun 2010 dipasang ring sebanyak 3 buah. Pasien tidak memiliki
alergi, tahun 2013 pasien pernah di operasi di kaki, pasien juga memiliki riwayat osteoarthritis.
Dari hasil laboraturium didapatkan tes MRI lesi multiple intra aksial cerebrum cerebellum dan
pemeriksaan PetCT ditemukan massa pada bronkial superior kanan, lesi meta paru kiri, lesi os
parietal kanan.
Lesi meta frontal kanan, parietal kiri. Lesi meta caput humeri costa kanan, os
femur, acetabulum namun pasien menolak untuk di biopsi. Kesadaran pasien
komposmentis, pasien masih dapat bercanda dan berkomunikasi dengan baik,
tekanan darah pasien 110/60 mmHg, tekanan denyut nadi 104x/menit,
jantung masih kondisi baik, pasien mengalami tremor tangan kanan, pasien
dapat buang air besar tetapi dengan bantuan obat pencahar, pada kaki kanan
pasien terdapat hematom.
Keluarga memberikan dukungan spiritual seperti doa-doa
dalam bentuk fuh (jimat) yang diyakini bahwa dapat mengurani
nyeri. Walaupun demikian, pasien tetap beribadah kepada
Tuhannya.
PEMBAHASAN
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang/Space Occupying Lesion (SOL).
Tumor yang pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang perlahan
munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang vital akan
memberikan gejala yang muncul dengan cepat (Harsono, 1999).
Pada saat kunjungan, penulis mendapatkan pasien lansia yang
terdiagnosis tumor kepala suspek kanker paru, hal ini akan berdampak bagi
kesehatan pasien jika tidak disertai dengan dukungan spiritual untuk pasien.
Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa klasifikasi umur, yaitu

• usia pertengahan (middle age): 45–59 tahun


• usia lanjut (fiderly): 60–74 tahun
• lansia tua (old): 75–90 tahun
• lansia sangat tua (very old): > 90 tahun

Spiritualitas bagaimana cara orang memahami kehidupan mereka dengan makna


kehidupan. Pada kasus diatas, Ny. M mendapatkan dukungan spiritual dari keluarga
dalam bentuk memberikan benda yang disebut fuh (jimat) yang dipercayai oleh pasien
bahwa dapat menghilangkan rasa sakit, gelisah, takut, depresi, dan pasien merasa
bahwa ada yang menjaganya. Dari data yang ada menjelaskan bahwa memberikan
dukungan terhadap pasien terminal dapat membantu meningkatkan fungsi psikologis
dan penyesuaian terhadap penyakit (Breitbart et al, 2003)
Setiap orang yang mengalami penyakit terminal akan merasakan perasaan
yang bermacam-macam apalagi orang tersebut mempunyai masalah spiritual,
perasaan yang dialami oleh orang tersebut antara lain, masalah fisik atau
psikologis, rasa sakit atau gejala lain akibat dampak dari psikis yang
terganggu akibatnya tidak responsif terhadap terapi, pasien merasa
sedih, tertekan atas semua penderitaan fisik dan psikososial yang dialaminya,
pasien biasanya jarang mengungkapkan perasaan yang dia rasakan kecuali jika
pasien ditanya masalah spiritualnya dan dari tenaga kesehatan paliatif
mengajak untuk bercerita. Biasanya perlu bantuan orang-orang yang terlatih
seperti dokter paliatif atau psikiater.
Beberapa cara bagi tenaga kesehatan dalam menghadapi pasien
yang sedang mengalami tekanan spiritual diantaranya:
1.Yakinkan pasien
2.Respon pasien terhadap masalah spiritual berbeda-beda
3. Perawatan spiritual
4. Pasien merasa terbantu
Dari pandangan islam tentang spiritual hendaknya setiap
orang yang merasa gelisah, takut, cemas, dan depresi selalu
berzikir.
Diantaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah, dan zikir adalah satu
kewajiban yang tercantum dalam Al-Qur'an sehingga pasien secara tidak
langsung dapat berhubungan dengan Allah lewat zikir. Allah berfirman:

Artinya:“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi


pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus 10: 57)
Al Qur’an juga telah menjelaskan bahwa ketika kita mendekatkan diri
kepada allah maka hati menjadi tenang seperti dalam firman Allah:

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tentram” (QS. Ar-Ra‟d 13: 28)
Hal ini dapat berdampak baik bagi kesehatan pasien sehingga pengobatan
pasien efektif. Allah menciptakan suatu penyakit kecuali Dia juga
menciptakan penawarnya, Rasulullah SAW bersabda:

”Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga


menurunkan penawarnya” (HR Bukhari).
KESIMPULAN

Dukungan spiritual sangat dibutuhkan bagi lansia yang mengalami penyakit kanker. Lansia dengan tumor kepala
suspek kanker paru dapat mengalami berbagai gangguan psikis seperti depresi, cemas, gelisah, takut, sedih, dan
merasa tidak aman, semua itu dapat mengganggu psikis pasien dan berdampak bagi kesehatan dan pengobatannya.
Orang-orang yang mengalami masalah spiritual seringkali akan merasa tertutup untuk berbagi cerita tentang apa
yang dia rasa, maka dari itu peran perawatan paliatif adalah untuk bisa membangun rasa percaya pasein ketika
pasien bercerita. Salah satu bentuk dukungan spiritual yang dapat keluarga berikan adalah dengan selalu mengajak
pasien untuk berdoa bersama sesuai dengan agama masing-masing, memberikan doa-doa penenang jiwa atau
meberikan doa-doa dalam bentuk benda, contohnya fuh (jimat). Walaupun semua itu tergantung dengan
kepercayaan masing-masing, tetapi pasien tersugesti bahwa dengan memakai benda itu tubuhnya tidak merasa
nyeri, pasien merasa aman, tidak gelisah, hati menjadi tenang, dan pasien merasa ada yang menjaganya.

SARAN

Dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya perlu mendalami pelayanan paliatif dalam aspek spiritual dengan
cara mengikuti pelatihan perawatan paliatif. Indonesia adalah negara ke-empat terbanyak lansia di seluruh dunia,
maka diperlukan juga adanya pembinaan dan perawatan bagi lansia. Tidak hanya perawatan kesehatan fisik, tetapi
juga perawatan kesehatan mental dan jiwa supaya bisa tercapai ketenangan jiwa pada pasien lansia. Selain itu
bisa mengajak pasien dalam kegiatan keagamaan atau membawa orang yang mengerti agama dalam hal ini misalnya
guru spiritual nya untuk berdoa bersama, memberikan pencerahan agar pasien merasa bahwa Tuhan selalu bersama
orang-orang yang selalu semangat dan berbuat baik bagi orang disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, CN. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Gaster 7 (1): 527-535
Doyle, D. and Woodruff, R. (2013) „The IAHPC Manual of Palliative Care 3rd Edition‟, IAHPC Press. Doi:
10.3109/15360288.2013.848970.
Kandasamy, A., Chaturvedi, S. and Desai, G. (2011) „Spirituality, distress,depression, anxiety, and quality of life in
patients with advance cancer‟, Indian journal of Cancer, 48(1), p. 55. doi: 10.4103/0019-509X.75828.
McClain, C. S., Rosenfeld, B. and Breitbart, W. (2003) „Effect of spiritual well- being on end-of-lifr despair in
terminally ill cancer patients‟. Lancet, 361, pp. 1603-1607. doi: 10.1016/S0140-6736(03)13310-7.
WHO. The World Health Organization Palliative Care. 2002
Harsono. 1999. Tumor otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis proses-proses penyakit volume 1 edisi 6. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Hlm. 1183-1189
Travis WD, Brambilla E, Noguchi M, Nicholson AG, Geisinger KR. 2011. Internasional
Association for the Study of Lung Cancer /Amaerican Thoracic Society/European Respiratory Society International
Multidisciplinary Classification of Lung
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. Jakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20906/5/Chapter%20I.pdf
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1-2006- sairohnim 3-1133-bab4_310-2.pdf
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai