Anda di halaman 1dari 21

Up’45 Yk

Sri Haryono, ST.,M.Eng.


25/September/2018
Tanda-tanda anomali pada
sirkulasi:
Tanda-tanda anomali dari pada sirkulasi lumpur antara lain :
1. Qin = Qout  kondisi Normal (balance)
2. Qin > Qout  Mud Lost Total Lost
Partial lost
3. Qin < Qout  Kick
Catatan :
Qin = Laju lumpur masuk Lubang Bor
Qout = Laju lumpur keluar lubang Bor

Untuk menanggulangi Lost Circulation menggunakan “ LCM”


Berupa : “ bentuk Fibrous”, “bentuk Granular” dan “bentuk Flake”
Untuk daerah “Lost” dapat diketahui dari perbedaan survai dan
biasanya temperaturnya “Lebih rendah”.
Penyebab
Hilang Lumpur ( Lost Circulation )
Penyebab “ Hilang Lumpur “
a. Tekanan hidrostatis lumpur (Phm) >> dari Tekanan
formasi.
b. Efek Surge :
Masuknya drill string ke dalam lubang bor terlalu cepat, hal
ini menyebabkan pecahnya formasi apabila dernsitas lumpur
tinggi.
c. Naiknya Sg lumpur yang tidak diimbangi naiknya ROP, bila
tidak diimbangi oleh naiknya ROP maka terjadi Regrinding
dan densitas lumpur semakin naik, Phm juga naik maka
formasi pecah.
Hilang
. lumpur adalah peristiwa hilangnya lumpur pemboran
masuk ke dalam formasi. Hilang lumpur ini merupakan problem
lama di dalam pemboran, yang meskipun telah banyak
penelitian, tetapi masih banyak terjadi dimana-mana, serta
kedalaman yang berbeda-beda. Hilang lumpur tejadi karena dua
faktor, yakni : faktor mekanis dan faktor formasi. Hilang lumpur
ditandai dengan tidak kembalinya lumpur yang digunakan dalam
operasi pemboran ke permukaan pada saat operasi pemboran
berlangsung. Tidak kembalinya lumpur bor ke permukaan
dikarenakan tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan
formasi
I. Mekanisme Terjadinya Lost
Circulation
• Pada waktu terjadinya hilang lumpur ini
permukaan lumpur di mud pit turun, karena
tekanan hidrostatik lumpur lebih besar dari pada
tekanan formasi yang sedang dibor. Kerugian dari lost
circulation ini adalah hilangnya lumpur, penurunan
permukaan lumpur didalam lubang bor yang dapat
berakibat terjadinya blow out pada formasi jika
bertekanan tinggi, tidak didapatinya serbuk bor
(cutting) untuk sample log, hilang waktu dan biaya
serta menimbulkan kerusakan formasi.
II. Sebab – sebab Lost Circulation

• Faktor - faktor yang menyebabkan lost circulation


dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
mekanis dan faktor formasi. Faktor formasi dapat
meliputi coarseley permeabel formation, cavernous
formation dan fractured formation.



II.1. Faktor Mekanis
• Hilang lumpur terjadi jika tekanan hidrostatik lumpur
naik hingga melebihi tekanan rekah formasi, yang akan
mengakibatkan adanya crack (rekahan) yang
memungkinkan lumpur (fluida) mengalir ke dalamnya.
Hilang lumpur ini terjadi jika besar lubang pori lebih
besar daripada ukuran partikel lumpur pemboran. Pada
prakteknya, ukuran lubang pori yang didapat
mengakibatkan terjadinya hilang lumpur berada pada
kisaran 0.1 - 1.00 mm. Pada lubang bagian permukaan,
hilang lumpur atau hilang sirkulasi dapat menyebabkan
washout yang besar. Laju penembusan yang tinggi akan
menghasilkan keratan bor yang banyak dan bila tidak
terangkat dengan cepat akan menyebabkan kenaikan
densitas lumpur yang pada akhirnya akan menaikkan
tekanan hidrostatik. Kebanyakan perusahaan minyak
membatasi laju penembusan di lubang permukaan untuk
mengurangi equivalent circulating density di annulus
yang pada akhirnya akan membatasi tekanan dinamis
pada formasi yang ditembus. Oleh karena itu diperlukan
pengamatan sifat-sifat lumpur pemboran yang teliti
.• Hilang lumpur juga terjadi sebagai akibat kenaikan tiba-
tiba dari tekanan hidrostatik lumpur yang disebabkan
kenaikan berat lumpur yang mendadak atau gerakan pipa.
Penurunan pipa yang cepat akan menyebabkan fluida
memberikan tekanan tambahan (surging) pada annulus.
Tekanan total sebagai akibat surge effect dan tekanan
hidrostatik lumpur dalam keadaan tertentu akan menjadi
cukup tinggi untuk merekahkan formasi yang belum
dicasing. Pada lubang intermediate, kebanyakan kasus
hilang lumpur disebabkan karena memasuki zone deplesi
dimana tekanan reservoirnya lebih kecil daripada formasi
diatasnya, kenaikan tiba-tiba dari tekanan hidrostatik
lumpur sebagai akibat surging effect dapat merekahkan
formasi yang lemah dan akan menyebabkan terjadinya
hilang sirkulasi.

Faktor Formasi
.
 Ditinjau dari segi formasinya (Gambar 1), hilang lumpur
dapat disebabkan oleh :
 Coarseley permeable formation.
 Contoh dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel.
Namun tidak semua jenis formasi ini menyerap lumpur.
Untuk dapat menyerap lumpur perlu keadaan, antara lain
tekanan hidrostatis lumpur harus lebih besar daripada
tekanan formasi, formasi harus permeabel, disamping ada
pengertian bahwa lumpur mampu masuk ke dalam formasi
bila diameter lubang atau pori-pori sedikitnya tiga kali
lebih besar dari diameter butiran atau partikel padat dari
lumpur. Jadi kalau lumpur sampai dapat masuk ke dalam
formasi, berarti lubang atau celah-celah cukup besar.
Cavernous Formation
 Hilang lumpur ke dalam reef, gravel ataupun formasi yang
mengandung banyak gua-gua sudah dapat diduga
sebelumnya. Gua-gua ini banyak terdapat pada formasi
batu kapur (limestone dan dolomite).
Fracture formation
 Merupakan celah-celah atau rekahan dalam formasi. Bila
hilang lumpur tidak terjadi pada formasi permeabel
ataupun batuan kapur, biasanya ini terjadi karena celah-
celah atau retakan tersebut. Fracture ini dapat terjadi
alamiah tetapi dapat juga terjadi karena sebab-sebab
mekanis.
.
 Penentuan tekanan rekah formasi dapat dilakukan
dengan beberapa metode dan test, salah satu metode
adalah Hubbert and Willis method, yang menganggap
1/3 s/d 1/2 dari tekanan overburden berpengaruh
efektif terhadap tekanan rekah.
 Pf 1  Pob 2P  (1)
   
D 3 D D
 keterangan :
 Pf = tekanan rekah, psi.
 Pob = tekanan overburden, psi.
 P = tekanan formasi, psi.
 D = kedalaman, ft.

Gambar hilang lumpur

A Coarsely
permeable
formation
B.Cavernous
Formation
C. Fracture
Formation
.
 Selain menggunakan metode, penentuan tekanan
rekah formasi juga dapat menggunakan test, test yang
digunakan adalah leak-off test. Prinsipnya yaitu
memberikan tekanan sedikit demi sidikit terhadap
lumpur kemudian diplot terhadap volume lumpur
(dalam barrel). Hasilnya yaitu didapat kenaikan
tekanan dengan bertambahnya volume lumpur
tersebut dan pada suatu kedalaman akan mencapai
angka maksimal, setelah angka maksimal tersebut
maka tekanan akan turun. Tekanan maksimum
tersebut merupakan tekanan rekah dari formasi yang
ditest, seperti ditunjukkan pada Gambar.
Gambar test tekanan
Klasifikasi Zona Lost Circulation
 Zona hilang lumpur dapat diklasifikasikan menjadi : Seepage loss,Partial loss,
dan Complete Loss.
 1. Seepage Loss
 Seepage loss adalah apabila hilang lumpur dalam jumlah relatif kecil, kurang
dari 15 bbl/jam (40 lpm) dapat terjadi pada setiap jenis formasi yang terdiri
dari pasir porous dan gravel, rekah alami (natural fracture) dan pada formasi
yang terdapat rekahan (batugamping) serta induced fracture (rekah bukan
secara alami.

 2. Partial Loss
 Partial loss adalah hilang lumpur dalam jumlah yang relatif besar, lebih besar
dari 15 bbl/jam atau sekitar 15 – 500 bbl/jam (40 – 1325 lpm). Dapat terjadi
umumnya pada jenis formasi yang terdiri dari pasir porous dan gravel, serta
kadang-kadang terjadi pada batuan yang mengandung rekahan (natural
fracture dan fracture induced).

 3. Complete Loss
 Complete loss adalah lumpur tidak keluar kembali dari lubang bor. Dapat
terjadi pada formasi batupasir gravel, rekah secara alami (natural fracture) dan
pada formasi yang banyak terjadi rekahan.
Penentuan Tempat Loss Circulation.

 Biasanya jika terjadi hilang lumpur selama dilakukan


operasi pemboran, lost ciculation material (LCM)
akan disemprotkan sepanjang zona yang diduga
menjadi tempat hilang lumpur untuk mengatasinya.
Akan tetapi, pada kasus hilang lumpur yang parah,
penentuan letak zone hilang lumpur atau sering
disebut “thief” harus ditentukan agar cara
mengatasinya lebih efektif. Ada beberapa metode yang
telah terbukti berhasil digunakan dalam hal ini antara
lain:
Temperature Survey
 Alat perekam suhu diturunkan ke dalam lubang dengan
menggunakan wire line untuk memberikan data suhu pada
kedalaman tertentu. Pada kondisi normal, kenaikan
temperatur akan berbanding lurus dengan kenaikan
kedalaman. Trend (Gambar) direkam pada keadaan statis
untuk mendapatkan base log (log dasar). Sejumlah lumpur
dingin kemudian dipompakan ke dalam lubang dan
dilakukan survey yang lain. Lumpur dingin ini akan
menyebabkan peralatan survey merekam temperatur yang
lebih rendah daripada sebelumnya, sampai pada “thief”
dimana terjadi hilang lumpur. Di bawah “thief” level
lumpurnya statis dan suhunya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan “thief”. Dari keterangan diatas
menunjukkan bahwa log suhu yang baru akan
menunjukkan anomali sepanjang “thief” dan letak zone ini
dapat ditentukan dari pembacaan kedalaman dimana
terjadi perubahan garis pada gradiennya.
Gambar grafik test temperatur
Radioactive Tracer Survey
 Pertama kali gamma ray log dijalankan untuk
mendapatkan radioaktivitas formasi normal dan
bertindak sebagai dasar untuk perbandingan.
Kemudian sejumlah kecil bahan radioaktif
dimasukkan ke dalam lubang disekitar daerah dimana
kemungkinan terdapat “thief". Gamma Ray Log yang
kedua kemudian dijalankan dan dibandingkan dengan
log dasar (gamma ray pertama). Titik (kedalaman)
terjadinya hilang lumpur ditunjukkan dengan
penurunan radioaktivitas log kedua yang disebabkan
karena bahan radioaktif yang kedua hilang (masuk) ke
formasi.
Spinner Survey
 Kumparan yang dipasang pada ujung kabel
diturunkan ke dalam lubang untuk menentukan
kemungkinan letak zone hilang lumpur. Kumparan ini
akan berputar karena adanya gerakan vertikal lumpur
yang kemungkinan terjadi karena di dekat “thief”.
Kecepatan rotor direkam dalam sebuah film sebagai
rangkaian titik dan spasi. Metode ini terbukti tidak
efektif jika digunakan sejumlah besar LCM dalam
lumpur.
Soal mid
 1. Apa tanda-tanda lost sirkulasi
 2. Klasifikasi Zona lost sirkulasi ada ada berapa
terangkan

Anda mungkin juga menyukai