Anda di halaman 1dari 29

Teknik Anastesi GA-TIVA pada

Pasien Combusio Derajat IIB-III


Riska Mailani
Pendowo Suraden Putro
Novriza Mestika

Pembimbing : dr. H Asmin Lubis, DAF, Sp.An, KAP, KMN


• Combutio atau Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan
atau kehilangan jaringan. Luka bakar merupakan suatu
jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal
(fase syok) sampai fase lanjut.

Apa itu Combutio ?


1. Paparan api
a. Flame
b. Benda panas (kontak)
2. Scalds (air panas)
3. Uap panas
4. Gas panas
5. Aliran listrik
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

Apa penyebab dari


Combutio ?
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka
morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%). Berdasarkan
tempat kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di
jalan raya, 5% di rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain.
Simposium Indonesia Burn and Wound Care Meeting yang
diselengarakan di Universitas Padjadjaran di Bandung dilaporkan data
terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar RSCM Januari 1998 - Mei
2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah tangga, 20%
karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain. Dan
angka kematian akibat luka bakar pun di Indonesia masih tinggi, sekitar
40%, terutama diakibatkan luka bakar berat.

Epidemiologi
1. Derajat I
2. Derajat II
3. Derajat III

Klasifikasi Combutio
Rumus 9 atau rule of nine untuk orang
dewasa Pada dewasa digunakan “rumus 9”,
yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,
paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta
tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%.
Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus
ini membantu menaksir luasnya permukaan
tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Berat dan luas luka bakar


Patofisio-
logi
1. Pain
2. Pallor
3. Parastesia
4. Paralysis
5. Pulselesness

Manifestasi Klinis
1. Primary Survey  Airway, Breathing, Circulation,
Disability, Environment.
2. Sistematik  Clothing, Cooling, Cleaning,
Chemoprophylaxis, Covering, Comforting.

Penatalaksanaan
1. Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),
2. Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),
3. Sepsis

Komplikasi dan
Prognosis
• Anestesi Intravena (TIVA)
Teknik anastesi umum dengan hanya menggunakan obat-
obat anastesi yang dimasukkan lewat jalur intravena.
TIVA  digunakan untuk ketiga trias anastesi yaitu
hipnotik, analgetik, dan relaksasi otot.

Anastesi apa yang


digunakan ?
TIVA dalam praktek sehari-hari digunakan sebagai :
• Obat induksi anastesi umum
• Obat tunggal untuk anastesi pembedahan singkat
• Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
• Obat tambahan anastesi regional
• Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP

Indikasi Pemberian
• Golongan Barbiturat
• Golongan Benzodiazepin
• Propofol
• Ketamin
• Opioid

Jenis-jenis Anastesi
Intravena
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Hendrik
• Jenis Kelamin : Laki laki
• Umur : 32 tahun
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Mabar Pasar 3 Lorong Jaya
• Pekerjaan : Buruh Pabrik
• Status Perkawinan : Menikah
• No RM : 314602
ANAMNESA
• Keluhan Utama : Luka Bakar Listrik
• Telaah : Seorang pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan
tersetrum listik saat menjolok kelapa dengan galah pada tanggal 16 Februari 2018,
galah mengenai kabel listrik. Terdapat kesan luka bakar pada kaki kiri dan kanan,
lengan atas kanan dan pada bagian perut. Nyeri (+) jika luka bakar disentuh. Riwayat
pingsan (-), muntah (-), sesak (-), batuk (-).

Laporan Kasus
PEMERIKSAAN FISIK
• Status Present
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Vital Sign
• Sensorium : Compos Mentis
• Tekanan Darah : 120/60 mmHg
• Nadi : 91 x/menit
• RR : 20 x/menit
• Suhu : 36,7 oC
• Tinggi Badan : 165 cm
• Berat Badan : 65 kg
• Pemeriksaan Umum
• Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor (kembali cepat)
• Kepala : Normocepali
• Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-), Edema palpebra (-/-)
• Hidung : Hidung luar: Bentuk (Normal), hiperemis (-),
Nyeri tekan (-), Deformitas (-).
: Hidung dalam : tidak ditemukan kelainan
• Tenggorokan : Pembesaran tonsil (-)
• Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-)
Thorax
1. Jantung
• Inspeksi : tidak ditemukan kelainan
• Palpasi : iktus (tidak teraba)
• Perkusi : Batas Jantung
Atas : ICS II parasternalis sinistra
Kanan : ICS II linea parasternalis dextra
Kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
• Auskultasi : Dalam batas normal
2. Paru
• Inspeksi : Pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan
abdominotorakal, retraksi costae (-/-)
• Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
• Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru
3. Abdomen
• Inspeksi : Datar, Simetris
• Palpasi : Nyeri (+) pada luka bakar
• Perkusi : Tidak dilakukan
• Auskultasi : Peristaltik (5x/ menit)
• Ekstremitas : Nyeri (+) pada luka bakar dilengan kanan atas,
dan pada kaki kiri dan kanan
• Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium:
• Darah Rutin
• Hb : 15,8 g/dl
• Ht : 48,4 %
• Eritrosit : (-) /µL
• Leukosit : 8.000 / µL
• Trombosit : 455.000/µL
• Faal Hati
• SGOT : 533 U/I
• SGPT : 112 U/I
• Metabolik
• KGDs : 150 mg/dl
• Fungsi Ginjal
• Ureum : 32 mg/dl
• Kreatinin : 0,7 mg/dl
RESUME
• Hendrik (32 tahun) datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan
keluhan tersetrum listrik saat menjolok kelapa dengan galah
pada tanggal 16 Februari 2018, galah mengenai kabel listrik.
Terdapat kesan luka bakar pada kaki kiri dan kanan, lengan
atas kanan dan pada bagian perut. Nyeri (+) jika luka bakar
disentuh. Riwayat pingsan (-), muntah (-), sesak (-), batuk (-).
RENCANA TINDAKAN
• Tindakan : Debridemen
• Anesthesi : GA-TIVA
• PS-ASA : 1
• Posisi : Supinasi
• Pernapasan : Nasal Kanul
KEADAAN PRA BEDAH
Pre operatif
B1 (Breath)
• Airway : Clear
• RR : 20 x/menit
• SP : Vesikuler ka=ki
• ST : Ronchi (-), Wheezing (-/-)
B2 (Blood)
• Akral : Hangat/Merah/Kering
• TD : 120/60 mmHg
• HR : 91 x/menit
B3 (Brain)
• Sensorium : Compos Mentis, GCS= 15
• Pupil : Isokor, ka=ki 3mm/3mm
• RC : (+)/(+)
B4 (Bladder)
• Urine Output : 200 cc
• Kateter : Terpasang
B5 (Bowel)
• Abdomen : Soepel
• Peristaltik : Normal (+)
• Mual/Muntah : (-)/(-)
B6 (Bone)
• Oedem : (-)
• Fraktur : (-)
PERSIAPAN OBAT GA-TIVA

Premedikasi
• Midazolam 2,5 mg
• Fentanyl 100 mcg

Medikasi
• Ketamin : 10 ml
• Ketorolac : 30 mg
• Ondansetron : 4 mg

Pernapasan
• O2 : 2,5 L/menit
Jumlah Cairan : IFVD RL (4x10) (2x10) (1x45) = 35 gtt/i
• Cairan Keluar
• PO : 200 cc
• DO : 300 cc
• UOP : 500 cc

Perdarahan
• Kasa Basah : (-)
• Kasa 1/2 basah : (-)
• Suction : (-)
• EBV : 65 x 70 : 4550 cc
• EBL 10 % : 455 cc
• 20 % : 910 cc
• 30 % : 1365 cc

Durasi Operatif
• Lama Anestesi: 14.05 – 14.35
• Lama Operasi : 14.15 – 14.35 WIB

Teknik Anastesi : GA-TIVA


• Premedikasi dengan Inj. Midazolam 2,5 mg dan Inj. Fentanyl 100 mcg  Induksi: Ketamin 60 mg 
perhatikan pernafasan
POST OPERASI

• Operasi berakhir pukul : 14.35 WIB


• Setelah operasi selesai pasien di observasi di Recovery Room.
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dipantau setiap 15 menit
selama 2 jam.
• Pasien boleh pindah ke ruangan bila Alderette score > 9
• Pergerakan :2
• Pernapasan :2
• Warna kulit :2
• Tekanan darah : 2
• Kesadaran :2
PERAWATAN POST OPERASI

• Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke ruang pemulihan


setelah dipastikan pasien pulih dari anestesi dan keadaan
umum, kesadaran serta vital sign stabil, pasien dipindahkan ke
bangsal dengan anjuran untuk istirahat selama 24 jam, makan
dan minum sedikit demi sedikit apabila pasien sudah sadar
penuh dan peristaltik normal.
TERAPI POST OPERASI

• Istirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang


• IVFD RL 35 gtt/menit
• Minum sedikit-sedikit bila sadar penuh dan peristaltik (+) dan
kembali dalam frekuensi yang normal
• Bila kesakitan : Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
• Bila mual atau muntah : Inj. Ranitidin 50 mg/12jam dan Inj.
Ondansetron 4 mg/10 jam
THANK YOU
FOR
YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai