Anda di halaman 1dari 28

O L EH : EVA TA N DISALLA

PEMBIMBING : D R .S UPRIJANTO , S PA
L ATAR B ELAKANG
• Urutan pertama dari penyebab penyakit hati di seluruh dunia
Hepatitis • Penyebab 1-2 juta kematian setiap tahunnya di seluruh dunia
viral • Etiologi : VHA, VHB, VHC, VHD, VHE. .

• Penyebab terbanyak terjadinya sirosis hati, kanker hati, yang dapat


berujung pada transplantasi hati
Hepatitis • Transmisi melalu darah : transfusi darah, tranplantasi organ, pemakaian
C jarum suntik, hemodialisa, dsb

• Dilaporkan 170 juta orang telah terinfeksi VHC dalam 2 dekade terakhir,
bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian per tahun.
Prevalen
si di • Dilaporkan kejadian Hepatitis C hampir berbanding lurus dengan
dunia pertambahan pengguna jarum suntik dan kejadian HIV.
• Prevalensi anti-VHC pada donor darah menunjukkan angka sekitar 0.5 %- 3.37%
Prevalen positif. Kejadian Hepatitis C menunjukkan prevalensi 15.5%-46.4% dari seluruh
kejadian Hepatitis viral. Diantaranya > 80% dari pengguna narkoba suntik, 70 %
sIndones dari pasien dialisis dan pasien dengan riwayat tranfusi
ia
T UJUAN

 Bertujuan menambah
pengetahuan dan pemahaman
tentang Definisi, Etiologi, Metode
Tranmisi, Patogenesis, Diagnosis
hingga Pencegahan dari penyakit
Hepatitis C
DEFINISI
E TIOLOGI
Virus single stranded RNA.
Famili Flaviviridae dengan
Virus Hepatitis C diameter 55 nm. Enam
genotype 1-6, dengan
(VHC) subtype untuk masing-
masing genotype
(1a,1b,2a,2b,dst)

Target utama : sel-sel hati


dan mungkin juga sel
limfosit B melalui reseptor
yang mungkin serupa
dengan CD81 pada sel
hati,limfosit sel B,atau
reseptor LDL
V IROLOGI
Adsorpsi dan Viral Entry

Mekanisme tepatnya belum diketahui secara pasti, namun diasumsikan bahwa VHC masuk
ke hepatosit berikatan dengan LDL. Proses pengikatan ini termasuk diantaranya pengikatan
LDL dengan reseptor LDL pada permukaan hepatosit yang kemudian menstimulasi
pengikatan glikoprotein virus dengan glikosaminoglikan sel. Hal ini diikuti pula dengan
pengikatan VHC dengan reseptor sel limfosit B type I dan tetraspanin CD81

Proses Translasi dan Posttranslasi


Setelah masuk, genotype VHC RNA kemudian melepas selubungnya masuk ke dalam
sitoplasma hati. Prekursor poliprotein VHC yang telah disintesis dalam sitoplasma kemudian
diproses oleh peptidase yang mengirimkan sinyal untuk bersatu dengan protein core yang
belum matang dari N-terminal protein virus, E1,E2,dan P7 yang terjadi di Retikulum
Endoplasma.

Replikasi VHC RNA


Proses replikasi masih belum diketahui benar. Diduga enzim yang bertanggung jawab dalam
replikasi virus ini adalah NS5B ( polimerase RNA dependent dari VHC).
Pelepasan Virus

Setelah protein virus,glikoprotein, dan genotype RNA VHC


disintesis, komponen-komponen ini kemudian diubah untuk
menghasilkan virions infeksius. Pengumpulan komponen-
komponen adalah multi-stepyang diperantarai faktor-faktor selular
yang terjadi di dalam Retikulum Endoplasma, di sini droplet lipid
dalam formasi particle ikut terlibat. Mekanisme pelepasan dari
partikel infeksius VHC masih belum diketahui.
Faktor Resiko :
• Transfusi Darah
• Parenteral • Hemodialisa
• Intravenous Drugs
• Melalui Faktor Resiko yang
berhubungan
user
• Berganti-ganti
darah dengan transmisi pasangan
• Memiliki Riwayat
Penularan darah dapat
Penyakit Menular
meningkatkan Seksual.
resiko terinfeksi
VHC • Resiko transmisi
perinatal dari VHC
dari ibu dengan
RNA-VHC positif
kepada janin adalah
sekitar 5% atau
kurang
PATOGENESIS
VHC MENYEBABKAN PERUBAHAN
BERIKUT DI JARINGAN HATI :
Beberapa skala
Fibrosis mungkin digunakan untuk
ada dalam tahap penentuan stage
fibrosis.
awal yang
1. Tahap 0 =
terbatas pada menunjukkan tidak
Nekrosis
saluran portal, ada fibrosis
hepatosit
tahap peralihan 2. Tahap 1 =
dan pembesaran daerah
Nekrosis dan yang terdiri dari
peradangan portal oleh fibrosis
peradangan di perluasan
fokal dalam 3. Tahap 2 = fibrosis
tepi area portal saluran portal ke meluas keluar dari
sel parenkim daerah portal
(sedikit demi daerah
hati di 4. Tahap 3 =
sedikit pusat,atau pada
daerah terbentuknya
nekrosis) tahap akhir yaitu jembatan fibrosis
portal
sirosis yang yang
(Peradangan menghubungkan
ditandai oleh daerah portal dan
portal)
gangguan fungsi pusat hati
hati dengan 5. Tahap 4 =
menunjukkan
fibrosis dan adanya sirosis.
regenerasi.
Kebanyakan pasien tidak menampakkan
gejala dan tidak terdiagnosis setelah infeksi
HCV akut. RNA HCV terdeteksi dalam 1-2
minggu setelah infeksi dan meningkat
dengan cepat. Kadar RNA HCV stabil pada
105 – 107 IU/mL menyebabkan peningkatan
kadar ALT dan timbulnya gejala-gekala
hepatitis. Gejala timbul pada 7 minggu
Tahap Akut setelah infeksi dan berlangsung selama 3-12
minggu.

Gejala-gejala yang dapat timbul:


• Kelelahan
Infeksi akut akan berkembang
• Hilang nafsu makan menjadi kronis pada 85% pasien,
• Lemah dapat dilihat dari RNA HCV yang
• Jaundice /kuning menetap selama 6 bulan.
• Nyeri perut
• Urin berwarna gelap
Tahap Kronis

Kadar RNA-VHC dan ALT serum dapat


berfluktuasi, bahkan tidak terdeteksi/ kembali
normal. Gejala yg dapat timbul pada tahap ini :
-Kelelahan
- Nyeri Perut bagian kanan atas
-Mual
-Nafsu makan hilang atau menurun
-Hepatomegali dapat ditemukan pada
pemeriksaan fisik
Tahap Lanjut

Gejala yang dapat timbul


- Spider nevi , Splenomegali, Eritema pada telapak
tangan, Atrofi testis, Caput meduse.
Child-Pugh Classification of Severity
of Liver Disease
Parameter Points assigned

1 2 3

Ascites Absent Slight Moderate

Bilirubin, mg/dL <2 2-3 >3

Albumin, g/dL >3.5 2.8-3.5 <2.8

Prothrombin time <4 4-6 >6

INR <1.7 1.7-2.3 >2.3

Encephalopathy None Grades 1-2 Grades 3-4

A total score of 5-6 is considered stage A (well-compensated disease); 7-9 is stage B (significant
functional compromise); and 10-15 is stage C (decompensated disease). These grades correlate
with one- and two-year patient survival: stage A - 100 and 85 percent; stage B - 80 and 60
percent; and stage C - 45 and 35 percent.
HCV- RELATED EXTRAHEPATIC
MANIFESTASIONS
Organ / System Manifestation
Endocrine disorders Autoimmune thyroidopathies, esp. Hashimoto thyroiditis
Insulin resistance/diabetes mellitus*
GH insufficiency
Rheumatic disorders Mixed cryoglobulinemia*
Cryglobulinemic vasculitis*
Peripheral neuropathy*
Membranoproliferative glomerulonephritis (GN)*
Membranous GN*
Rheumatoid arthralgias/oligopolyarthritis
Rheumatoid factor positivity*
Sicca syndrome

Hemotologic disorders Lymphoproliferative disorders/Non-Hodgkin Lymphomas*


Immune thrombocytopenic purpura (ITP)
Monoclonal gammopathies*
Autoimmune hemolytic anemia

Dermatologic disorders Palpable purpura


Porphyria cutanea tarda (PCT)
Lichen planus
Pruritus

Miscellaneous Chronic fatigue*, subclinical cognitive impairment, psychomotoric


deceleration, symptoms of depression*
Myopathy
Cardiomyopathy/Myocarditis
Idiopathic pulmonal fibrosis
P EMERIKSAAN P ENUNJANG
• Penanda nekrosis sel hati : SGOT, SGPT, LDH
• Penanda Kolestasis : Bilirubin direk, GGT, alkali
fosfatase.
• Penilaian faal sintesis : kadar albumin serum,
kadar transiretin, kolinesterase,PT
Tes Faal Hati

• Anti-HVC Test :mendeteksi kronik HCV atau karier dari


donor darah. Tes ini tidak diindikasikan untuk semua
penyakit akut atau infeksi HCV neonatal dengan ibu
HCV +
• HCV RNA : Bila Anti-HCV negative. Untuk mengetahui
Serologi lebih pasti dan membedakan pasien sudah sembuh
atau masih sakit
• RT-PCR Test : mendeteksi viremia, berguna untuk masa
inkubasi
P ENATALAKSANAAN
 Prednison diberikan pada dosis awal 1-2 mg/kg/hari dan
dilanjutkan sampai nilai aminotransferase kembali kurang dari
dua kali batas atas normal. Dosis kemudian harus diturunkan
perlahan-lahan pada 5 mg selama masa 4 minggu sampai 6
minggu, sampai dosis rumatan kurang dari 20 mg/hari
tercapai. Pada pasien yang kurang berespons, yang mengalami
efek samping berat, atau yang tidak bisa dirumat pada dosis
steroid rendah, dapat ditambah azatioprin (1,5 mg/kg/hari,
sampai 100 mg/hari), dengan pemantauan yang sering untuk
supresi sumsum tulang. Terapi kortikosteroid selang sehari
harus digunakan dengan sangat hati-hati. Pada orang dewasa,
bentuk pengobatan ini menyebabkan perbaikan atau bahkan
normalisasi aktivitas aminotransferase serum, tetapi
penyembuhan histologi tidak terjadi
 Respons positif terhadap pengobatan antivirus pada infeksi virus hepatitis B dan C kronis
telah dilaporkan. Dosis interferon-α intramuskuler berkisar dari 5-10 juta U/m2 tiga kali
seminggu selama 16-24 minggu telah dipakai secara pada anak. Faktor yang meramalkan
respons positif terhadap interferon meliputi kadar aminotransferase serum lebih dari dua
kali batas atas normal.10

 Terapi interferon-α memperbaiki fungsi hati pada sekitar 50% penderita dengan
infeksi kronis virus hepatitis C. Setengah dari pasien kambuh setelah penghentian terapi
tetapi biasanya berespons terhadap pengobatan kembali. Terapi interferon tampak
ditoleransi dengan baik pada anak-anak.

 Pengobatan terbaru hepatitis C kronik adalah dengan menggunakan interferon alfa dan
ribavirin. Umunya disepakati bila genotype VHC adalah genotype 1 dan 4, maka terapi
perlu diberikan selama 48 minggu dan bila genotype 2 dan 3, terapi cukup diberikan
selama 24 minggu.

 Untuk interferon alfa yang konvensional, diberikan setiap 2 hari atau 3 x seminggu degan
dosis 3 juta unit subkutan setiap kali pemberian. Interferon yang telah diikat dengan poly-
ethylen glycol (PEG) atau dikenal dengan Peg-Interferon, diberikan setiap minggu dengan
dosis 1,5 ug/kgBB/kali. (untuk PEG-interferon 12 KD) atau 180 ug (untuk Peg-interferon
40 KD).1,7,8

 Pemberian interferon diikuti dengan pemberian ribavirin dengan dosis pada pasien
dengan berat badan < 50 kg 800 mg setiap hari, 50-70 kg 1000mg setiap hari, dan >70 kg
1200 mg setiap hari dibagi dalam 2 kali pemberian.1,7,8
 Kontraindikasi terapi adalah berkaitan dengan menggunakan interferon alfa dan
ribavirin tersebut. Pasien dengan Hb < 10 g/dL, lekosit darah < 2500/uL,
trombosit < 100.000/uL, adanya gangguan jiwa yang berat, dan adanya
hipertiroid tidak diindikasikan untuk terapi dengan interferon dan ribavirin.
Pasien dengan gangguan ginjal juga tidak diindikasikan menggunakan ribavirin

Non-medical mentosa

 Bed rest yang cukup banyak. Dan berolahraga sedikit.

 Diet. Alcohol tidak diperbolehkan.

 Pembuangan Fe. Fe mengganggu terapi interferon. Lakukan low-iron diet (ocha)


selama terapi interferon dilaksanakan. Agar mengganggu absorpsi dari Fe dan
meningkatkan kerja dari interferon.

 Silymarin – antioxidant.

 Ursodeoksicolic acid. (UDCA) – immunomodulatory. Kombinasi dengan interferon.

 EPL (Essential Phospolipids)


TUJUAN PENULISAN LAPORAN

• Sirosis Hati
• Gagal Hati
• Hepatocelular
carcinoma
KOMPLIKASI
• Perihepatic
Limfadenopathy
• Non-hodgkin
lyphoma
TUJUAN PENULISAN LAPORAN

• Dalam 5 tahun terakhir


mortilitas rata-rata adalah 0-
2% pada tanpa sirosis. 14-
20% dengan sirosis hati. 70-

Prognosis 86% dengan gagal hati.


Resiko sirosis dan HCC
berhubungan dengan serum
HBV DNA, dan fokus terapi
adalah untuk menekan HBV
DNA ini samapai dibawah
300 copies/ml.
P ENCEGAHAN

Belum ada vaksin Skrining Virus


Hepatitis C pada Meminimalkan
pencegahan pendonor darah faktor resiko
infeksi VHC atau organ

Anda mungkin juga menyukai