Anda di halaman 1dari 14

GANGGUAN BERBICARA & BAHASA

(COMMUNICATION DISORDER)

Adi Putra Pratama (052)


Sekar Hayu Cahyaninrum (118)
Intan Nurhaliza (159)
DEFINISI
Suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suara
yang menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi lisan (Kurnia, dkk,
2015)

Ketidakmampuan mengungkapkan pikiran seseorang melalui pengucapan


suara (secara lisan) atau dengan kata lain tidak mampu mengungkapkan
dan atau/ memahami ucapan (Ni’matuzahroh & Nurhamida, 2016)
blablabla

SEJARAH
Gangguan Wicara (Artikulasi)
1 Ditandai adanya subtitusi (penggatian), omisi (penghilangan),
distorsi (tidak jelas), dan adisi (penambahan)

Klasifikasi 2
Gangguan Bahasa
Terjadi akibat adanya lesi pada pusat-pusat bahasa
di korteks serebri

Gangguan Suara
3 Kelainan fungsi laring pada proses produksi suara (fonasi)
Contoh: Disfonia dan Afonia

Gangguan Irama/Kelancaran
4 Adanya pengulangan, perpanjangan, dan blocking
pada saat berbicara (seperti gagap & latah)

Gangguan Menelan (Disfagia)


Disebabkan kondisi patologis, psikogenik, dan neurologis
151,371 jiwa merupakan penyandang disabilitas
tuna wicara, berdasar survei Kementrian Sosial
Republik Indonesia (2007-2009)

151,427 jiwa adalah mereka yang menderita


disabilitas tuna wicara, berdasar data Badan
Pusat Statistik (2009)

PREVALENSI DI INDONESIA .
PENYEBAB

Faktor Internal
Faktor Eksternal
A. Persepsi
(Lingkungan)
B. Kognisi
A. Pola Asuh
C. Genetik
B. Lingkungan Verbal
D. Prematuritas
KARAKTERISTIK PSIKOLOGIS & PERILAKU
1. Berbicara keras dan tidak jelas
2. Fokus pada gerak gerak bibir atau gerak tubuh lawan bicara
3. Telinga mengeluarkan cairan
4. Menggunakan alat bantu dengar
5. Senang melakukan gerakan tubuh
6. Cenderung pendiam
7. Suara sengau
8. Cadel
IDENTIFIKASI & ASESMEN
• Asesmen pada tunawicara yang juga menderita disabilitas
tunarungu

• Asesmen pada selective mutism


Bunnell, et al (2015) menjelaskan jika selective mutism sendiri
biasa mulai muncul pada anak yang berusia 1 tahun akan tetapi lebih
sering dijumpai pada anak yang berusia 3 hingga 8 tahun.
PERTIMBANGAN PENDIDIKAN

Pasal 15 UU no 20 tahun 2003, menyatakan


bahwa jenis pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus adalah pendidikan
khusus.

Anak dengan disabilitas tuna wicara dapat


mengikuti pendidikan di SLB-A yang
diperuntukkan untuk tuna rungu, maupun di
SLB-AB yang diperuntukkan bagi anak dengan
disabilitas tuna rungu tuna wicara
TERAPI
1) Asesmen Lip bumper
2) Diagnosis dan prognosis digunakan untuk Terapi
3) Perencanaan terapi wicara meningkatkan Behavioral
4) Pelaksanaan terapi wicara aktivitas otot bibir
5) Evaluasi serta untuk
dan Terapi CBT
6) Pelaporan hasil menghilangkan
kebiasaan jelek
Terapi Wicara menggigit bibir
bawah.

Lip Bumper
TRANSISI MENUJU TAHAP DEWASA

• Pola pertumbuhan pada anak tuna wicara menunjukkan bahwa


pertumbuhan anak tuna wicara dibawah anak normal serta cenderung
memiliki aktivitas otot yang lebih lemah (hipotonus) dan tulang yang
lebih rapuh dibanding anak normal.
Daftar Pustaka
Bunnell, et al. (2015). Gamificiation of therapy: treating selective mutism. Gamificiation of
therapy, 390 - 410.

Indah, R., N. (2017). Gangguan berbahasa: kajian pengantar. Malang: UIN Maliki Press.

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi penyandang disabilitas. Jakarta.

Kurnia, T., A., Titien., I., & Kusuma., P. (2015). Pengaruh pemakaian lip bumper terhadap
aktivitas otot bibir pada anak tuna wicara usia 7 - 15 tahun. Jurnal Kedokteran Gigi, 6(4), 373
- 377.

Mahmud, I. (2016). Aktivitas komunikasi penyandang tunawicara di sekolah luar biasa al-
fajar pangalengan kabupaten bandung. (Skripsi). Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Ni’matuzahroh & Nurhamida, Y. (2016). Individu berkebutuhan khusus dan pendidikan


inklusif. Malang: UMM Press.

Somad, P. & Hernawati, T. (1996). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta. Ditjen Dikti.

Sunanik. (2013). Pelaksanaan terapi wicara dan terapi sensori integrasi pada anak terlambat
bicara. Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 20-44.
Thank you
Any Question?
Question

1.
2.
3.

Anda mungkin juga menyukai