Anda di halaman 1dari 100

PEMERIKSAAN FISIK

ORTHOPAEDI

Ronny Sutanto,dr,MARS,SpOT

UNIBA Class2017
Pemeriksaan
Orthopedic
UMUM
Status Generalis
• Sejak penderita datang

• Pemeriksaan fisik ortopedi meliputi:


• Pemeriksaan bagian yang dikeluhkan pada
keluhan utama
• Pemeriksaan kemungkinan nyeri adalah reffered
pain.

• HEAD ---to TOE


Status Lokalis
Inspeksi ( Look )

a. Kulit: warna dan tekstur


b. Jaringan lunak: pembuluh darah, saraf, otot, tendon,
ligamen, jaringan lemak, fasia, kelenjar limfe
c. Tulang dan Sendi
d. Sinus dan jaringan parut
• Sinus: dari permukaan, dalam tulang, atau dalam sendi.
• Jaringan parut: dari luka operasi, trauma, atau supurasi.
Palpasi (Feel)
a. Suhu kulit:
• lebih panas/dingin dari biasanya
• arteri teraba/tidak

b. Jaringan lunak:
• spasme otot
• atrofi otot
• keadaan membran sinovial (penebalan/tidak)
• tumor dan sifatnya
• cairan di dalam/di luar sendi atau adanya pembengkakan

c. Nyeri tekan:
• lokalisasi nyeri
• nyeri setempat atau nyeri menjalar (referred pain)
d. Tulang:
• bentuk
• permukaan
• ketebalan
• penonjolan tulang atau adanya gangguan di dalam hubungan yang
normal antara tulang yang satu dengan lainnya

e. Pengukuran panjang anggota gerak:


• atrofi/pembengkakan otot (membandingkan dengan anggota gerak yang
sehat)

f. Penilaian deformitas yang menetap:


• sendi tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis normal
Kekuatan Otot (Power)

Medical Research Council membagi kekuatan


otot menjadi grade 0-5, yaitu:
• 0 : tidak ditemukan kontraksi otot
• 1 : kontraksi berupa perubahan tonus otot yang dapat
diketahui dengan palpasi, sendi tidak dapat digerakkan
• 2 : otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya
tidak dapat melawan pengaruh gravitasi
• 3 : disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan
pengaruh gravitasi, tetapi tidak kuat terhadap tahanan
yang diberikan oleh pemeriksa
• 4 : kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai kemampuan otot
terhadap tahanan ringan
• 5 : kekuatan otot normal
Pergerakan ( Move)

Dua macam pergerakan:


- aktif: pergerakan sendi oleh penderita sendiri
- pasif: pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa

a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif


• Timbul rasa sakit
• Disertai krepitasi
b. Stabilitas sendi:
• Integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen yang
mempertahankan sendi.
• Dilakukan dengan memberi tekanan pada ligamen sambil
mengamati gerakan sendi.
c. ROM (Range of Join Movement): batas gerakan aktif dan pasif
• Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan
normal yang merupakan patokan untuk gerakan
abnormal dari sendi.
• Beberapa macam gerakan pada sendi:
• abduksi
• adduksi
• ekstensi
• fleksi
• rotasi eksterna
• rotasi interna
• pronasi
• supinasi
• fleksi lateral
• dorso fleksi
• plantar fleksi
• inversi
• eversi
Auskultasi

• Auskultasi pada bedah ortopedi jarang dilakukan


• Auskultasi dilakukan bila terdapat krepitasi, misalnya pada
fraktur atau mendengar bising fistulaarteriovenosa
Pemeriksaan Orthopedic
REGIONAL
PF LEHER
Look

• Cari deformitas
• Leher yang asimetris karena spasme otot dapat
disebabkan:
• Lesi pada diskus intervertebralis (inflamasi atau cedera)
• Lesi intrakranial
• Kelainan pada mata atau kanalis semisirkularis
PF LEHER
(Feel)
• Palpasi bagian depan leher dengan posisi pasien duduk dan pemeriksa berdiri di
belakang pasien.

• Palpasi bagian belakang leher dengan posisi pasien pronasi dan dan kepala di
atas bantal.

• Cari benjolan atau lokasi nyeri tekan, serta spasme otot leher.
PF LEHER
(Move)
• Tes gerakan fleksi depan, ekstensi, fleksi samping, rotasi, dan gerakan
bahu.

• Tes gerakan aktif dan pasif.

• Pada pasien lanjut usia, ROM dapat berkurang tetapi seharusnya


gerakan tetap baik dan tanpa rasa nyeri.

• Tanyakan kepada pasien apakah ada gerakan yang disertai nyeri.


PF LEHER
Tes Khusus

• Spurling’s test
• rotasi leher ke satu sisi dengan elevasi dagu.
• bila ada parestesia atau nyeri pada lengan ipsilateral, tandanya
ada prolaps diskus dengan kompresi radiks servikal.

• Abduction relief sign


• nyeri leher hilang bila lengan diangkat ke atas kepala.
Spurling’s test Abduction relief sign
PF LEHER
Tes Khusus
• Adson’s test:
• pulsasi A. radialis hilang ketika pasien inspirasi
dalam dan leher menghadap ke sisi yang sakit dalam
keadaan ekstensi.

• Wright’s test:
• pulsasi A. radialis hilang ketika bahu pasien dalam
keadaan elevasi dan rotasi eksternal.

• Kedua tes tersebut digunakan untuk


mengetahui apakah ada kompresi arteri
(thoracic outlet syndrome)
Adson’s test Wright’s test
PF LEHER
Neurologis
• Pemeriksaan neurologis ekstremitas atas harus dilakukan.
• Kekuatan otot, sensasi, dan refleks diperiksa.
PF PUNGGUNG

• Punggung harus terlihat jelas. (minta pasien


membuka pakaian)
PF PUNGGUNG
(Look)
• Kulit:
• scar (bekas operasi/cedera)
• pigmentasi (neurofibromatosis)
• rambut (spina bifida)

• Perhatikan postur tubuh pasien dari depan dan


belakang.

• Asimetri pada dada, trunkus, atau pelvis dapat


langsung terlihat atau hanya terlihat bila pasien
membungkuk.
PF PUNGGUNG
(Look)
• Vertebra dalam keadaan normal sedikit kifosis pada bagian torakal
dan sedikit lordosis pada bagian lumbal.

• Perhatikan juga otot-otot paravertebral (spasme)

• Pasien berdiri dengan salah satu lutut tertekuk terus menerus


meski tungkainya sama panjang : nerve root tension pada sisi
tersebut
PF PUNGGUNG
(Feel)
• Palpasi prosesus spinosus dan ligamen interspinal:
rasakan adanya penonjolan yang abnormal.

• Nyeri dapat terasa pada palpasi:


• Tulang
• Jaringan intervertebral
• Otot dan ligamen paravertebral
PF PUNGGUNG
Move
• Tes fleksi:
• minta pasien menyentuh jari kaki
• perhatikan gerakan vertebra lumbal.
• perhatikan cara fleksi dan cara pasien kembali ke posisi
tegak (perlu mendorong pada kedua paha?)

• Tes ekstensi:
• minta pasien berdiri dengan punggung miring ke belakang.
Sendi lutut harus tetap lurus.
PF PUNGGUNG
Move
• Wall test:
• pasien berdiri membelakangi dinding. Normalnya tumit, bokong,
bahu, dan occiput menyentuh dinding.

• Fleksi lateral:
• minta pasien memiringkan tubuh dengan tangan bergerak
sepanjang sisi luar tungkai. Bandingkan kedua sisi.

• Rotasi:
• minta pasien memutar tubuh ke kedua sisi dengan pemeriksa
memegang sendi pinggul.
PF PUNGGUNG
Keadaan Pronasi
• Look : deformitas, spasme otot, atau wasting

• Feel : struktur tulang, nyeri tekan, pulsasi A. poplitea dan A.


tibialis
posterior, fungsi sensorik punggung dan bagian belakang
tungkai.

• Move: tes N. femoralis (sendi lutut pasien difleksikan atau sendi


pinggul diekstensikan. Pasien dapat merasa nyeri pada
bagian
depan paha.)
PF PUNGGUNG
Keadaan Pronasi
PF PUNGGUNG
Keadaan Supinasi

• Pasien diminta berubah posisi dari pronasi ke supinasi. Apakah


ada rasa nyeri atau kekakuan?

• Pemeriksa dianjurkan memperhatikan tubuh bagian depan


pasien. (leher, dada, perut)

• Mobilitas sendi pinggul dan lutut diperiksa sebelum memeriksa


apakah ada kelainan pada medula spinalis atau radiks saraf.
PF PUNGGUNG
Keadaan Supinasi
• Straight leg-raising test:
• Pemeriksa mengangkat tungkai pasien dengan keadaan
sendi lutut lurus.
• Angkat hingga pasien merasa nyeri.
• Nyeri dapat dirasakan pada punggung bawah, bokong, paha,
dan betis.
• Normalnya nyeri baru dirasakan pada posisi 80-90 derajat.
• Tes dilakukan dengan pasien mengangkat tungkainya
sendiri secara aktif dan berhenti apabila terasa nyeri.
• Pada posisi dimana pasien mulai merasa nyeri,
dorsofleksi pasif kaki dapat menambah rasa nyeri.
PF PUNGGUNG
Keadaan Supinasi
• Bowstring sign:
• Angkat tungkai pasien hingga pasien merasa nyeri.
• Kemudian, fleksikan lutut pasien. Nyeri akan menjadi lebih
ringan.
• Rasa nyeri dapat ditimbulkan kembali dengan menekan N.
peroneus communis di belakang condylus tibialis lateral.

• Crossed sciatic tension:


• nyeri bila straight leg-raising test dilakukan pada sisi
kontralateral.
PF PUNGGUNG
Keadaan Supinasi

• Pemeriksaan neurologis: refleks fisiologis


dan patologis.
• Periksa panjang tungkai dan otot tungkai.
Pemeriksaan
Sendi Bahu
Inspeksi
(LOOK)
• Lesi kulit
• jaringan parut dari operasi
sebelumnya
• sinus
Jangan lupa memeriksa aksila

• Muscle Wasting
• Adanya ‘wasting’ otot yang
mengelilingi bahu

• Pembengkakan sendi
• Agak sulit dilihat
Palpasi
(FEEL)

• Suhu
• Karena sendi bahu dilapisi dengan baik, inflamasi
yang terjadi jarang mempengaruhi suhu kulit bahu.
• Nyeri
• Edema
• Kontur tulang
PF Bahu

Palpasi bahu mencakup:


• Sendi sternoclavicular
• Sendi acromioclavicular
• Daerah subacromion
• Bicipital groove
• Otot-otot skapula

40
Movements
Gleno-humeral Joint

• Ekstensi (0-45˚)
• M.latissimus dorsi, M.teres major, M.posterior deltoideus
• teres minor, triceps

• Fleksi (0-180˚)
• M.anterior deltoideus
• pectoralis major, biceps
Ekstensi

Fleksi
Movements
Gleno-humeral Joint

• Abduksi (0-180˚)
• M.middle deltoideus, M.supraspinatus
• deltoid anterior/posterior

• Adduksi (0-45˚)
• M.pectoralis major, M.latissimus dorsi
• teres major, deltoid anterior
Abduksi 30˚ dari bahu dilakukan oleh M. supraspinatus
Abduksi 30˚- 90˚ dilakukan oleh M. deltoideus
Movements
Gleno-humeral joint:

• Rotasi internal (0-55˚) - hingga 100˚ oleh sendi


scapulothoracic
• M.subscapularis, M.pectoralis major, M.latissimus dorsi,
M.teres major;
• anterior deltoid

• Rotasi eksternal (0-45˚) – hingga 90˚ oleh sendi


scapulothoracic.
• M.infraspinatus, M. teres minor
• posterior deltoid
Abduksi dengan Adduksi dengan
rotasi eksternal rotasi internal
Movements
Artikulasio Scapulo-Thoracic
• Elevasi
• M.trapezius, M.levator scapulae
• rhomboideus

• Retraksi
• M.rhomboideus, M.trapezius

• Protraksi
• M.serratus anterior
elevasi skapula retraksi skapula
PF BAHU:
Tes khusus

Winged Scapula
Pasien diminta mendorong melawan
dinding dengan kedua tangan, pemeriksa
mengamati dari belakang.

• Medial winging menandakan injury


pada N. thoracicus longus.

• Lateral winging menandakan


kelemahan M. trapezius (N. accessorius
spinal)
PF BAHU:
Tes khusus
• Apprehension (crank) test untuk instabilitas anterior:
• Lengan diabduksi hingga 90˚ dan dirotasikan ke arah lateral. Tes (+)
bila pasien merasa bahunya akan mengalami dislokasi sehingga ia
memberikan tahanan terhadap gerakan yang dilakukan.

• Rockwood test untuk instabilitas anterior:


• Posisi pasien sama dengan apprehension test, namun bahu
dirotasikan ke arah lateral pada 0, 45, 90, dan 120˚.

• Rowe test untuk instabilitas anterior:


• Pasien dalam posisi telentang dengan tangan diletakkan di belakang
kepala. Kepalan tangan pemeriksa ditempatkan di belakang caput
humerus dan tekanan ke arah bawah dilakukan pada lengan.
PF BAHU:
Apprehension Test
PF BAHU:
Tes khusus

• Anterior and posterior drawer:


• 0-25% translation (normal), 25-50% (Grade I), >50% namun
dapat dilakukan reduksi spontan (Grade II), >50% namun
tetap dislokasi (Grade III)

• Jobe relocation test:


• Tekanan pada caput humerus diberikan pada posisi yang
sama dengan apprehension test. Tes positif jika pasien
merasa nyeri menghilang pada posisi tersebut.

• Fulcrum test:
• Pasien dengan lengan telentang diabduksikan ke arah 90˚,
tangan pemeriksa di bawah glenoid dan lengan dirotasikan
ke arah lateral.
PF BAHU:
Anterior and
Posterior Drawer
PF BAHU:
Jobe Test
PF BAHU:
Tes khusus
• Feagin test:
• Lengan diabduksikan ke arah 90˚, siku lurus dan diletakkan pada bahu
pemeriksa, tekanan ke bawah dan ke depan dilakukan. Tes positif jika
terdapat instabilitas anteroposterior.

• Clunk test:
• Pasien telentang, tangan kanan pemeriksa pada aspek posterior bahu,
tangan yang lain memegang sedikit di atas pergelangan tangan dan
melakukan fleksi maksimal lengan hingga ke atas kepala.
• Kemudian, dilakukan tekanan ke arah anterior dengan posisi tangan di
bawah bahu dan rotasi humerus ke arah lateral dengan tangan yang lain.
• Rasakan adanya ‘clunk’ yang dapaat mengindikasikan robeknya labrum.
PF BAHU:
Tes khusus
• Compression rotation test:
• Pasien telentang, siku difleksikan dan diabduksikan 20˚, pemeriksa menekan
siku dan merotasikan humerus ke arah medial dan lateral. Snapping/ catching
(+) pada robekan labral.

• Speed’s test:
• Lengan atas disupinasikan, siku diekstensikan dan dilakukan tahanan fleksi
bahu ke arah depan. Tes (+) jika rasa nyeri dirasakan pada lekukan bicipital
yang menandakan adanya bicipital tendinitis.
PF BAHU:
Tes khusus
• Yergason’s test:
• Siku difleksikan 90˚, lengan atas dipronasikan, tahanan
untuk supinasi dilakukan saat pasien merotasikan
lengannya ke arah lateral. Tes (+) jika nyeri pada lipatan
bicipital dan mengindikasikan bicipital tendinitis.

• Supraspinatus (empty can/ Jobes) test:


• Bahu difleksikan ke depan pada 30˚, lengan diluruskan
dan posisi ibu jari ke arah tanah, tekanan ke arah bawah
diberikan pada lengan.
• Merupakan tes untuk robekan atau kelemahan dari
muskulus supraspinatus.
PF BAHU:
Tes khusus
• Codman’s (drop arm) test:
• bahu diabduksikan ke arah 90˚ dan pasien diminta untuk
menurunkan lengannya perlahan. Jika lengan jatuh saat diberikan
tekanan sedikit padanya, atau jika terasa nyeri, tes (+) dan
mengindikasikan robeknya rotator cuff.

• Neer impingement test:


• Lengan dielevasikan dengan melakukan fleksi ke arah depan, bila
nyeri maka tes (+).

• Hawkins-Kennedy impingement test unutk menilai adanya supraspinatus


tendon impingement:
• Lengan difleksikan ke depan 90˚, siku diposisikan 90˚, kemudian
lengan dirotasikan ke dalam, jika nyeri maka tes (+).
PF BAHU:
Tes khusus

• Impingement test:
• Lengan diabduksikan 90˚, siku difleksikan 90˚, dan lengan
bawah dirotasikan ke arah lateral sebanyak 80˚. Pemeriksa
menahan dan memerintahkan pasien untuk melakukan rotasi
eksternal serta rotasi internal.
• Tes (+) bila pasien dengan kuat menahan rotasi eksternal,
namun lemah menahan rotasi internal.

• Military brace (Costoclavicular Syndrome) test:


• Palpasi arteri radialis bersamaan dengan bahu dibawa ke arah
bawah dan belakang. Tes (+) jika pulsasi nadi menurun dan
mengindikasikan thoracic outlet syndrome.
PF BAHU:
Tes khusus

• Adson Maneuver:
• Pulsasi arteri radialis dipalpasi ketika lengan dirotasikan ke
arah lateral dan siku diekstensikan ketika pasien
mengekstensikan dan merotasikan kepalanya untuk
melakukan tes pada bahu.

• Allen test:
• Siku difleksikan 90˚, bahu diabduksikan dan dirotasikan ke
arah lateral, sambil pasien merotasikan kepala menjauhi sisi
yang diperiksa.

• Halstead maneuver:
• Pulsasi arteri radialis dirasakan ketika lengan ditarik ke
bawah saat leher pasien hiperekstensi dan rotasi ke arah
yang berlawanan.
Pemeriksaan
Lengan Atas dan
Sendi Siku
Sendi Siku
• INSPEKSI
• Sudut siku
• Apakah didapat nodul atau pembengkakan

• PALPASI
• Epikondilus lateral and medial
• Olekranon
• Caput radius
• Lipatan pada masing-masing sisi olekranon
PF Siku:
Tes Khusus
• Varus Stress test:
• Untuk stabilitas ligamen dari ligamentum kolateral lateral. Pasien
telentang dengan tangan pada posisi supinasi, pemeriksa berada di
bagian medial lengan, tangan yang satu memegang siku, tangan yang
lain pada pergelangan tangan pasien.
• Tangan pada siku digerakkan ke lateral/varus, tangan pada pergelangan
tangan ke arah medial. Tes (+) bila terdapat open joint.

• Valgus Stress test:


• Posisi pasien telentang, pemeriksa di lateral lengan, lengan bawah
difleksikan sedikit, kemudian dilakukan abduksi/valgus pada siku ke
arah medial, dan pergelangan tangan ke arah lateral. Tes (+) bila
terdapat open joint.

• Cozen’s test: (Lateral Epicondylitis / Tennis elbow test)


• Pasien mengekstensikan lengan, mengepalkan tangan dan melakukan
pronasi lengan bawah, pergelangan tangan dibawa menjauhi radial
• Tes (+) jika terdapat nyeri pada area epikondilus lateralis.
PF Siku:
Tes Khusus

• Golfer’s elbow test:


• Sambil melakukan palpasi epikondilus medial, lengan
bawah disupinasikan dan siku serta pergelangan tangan
diekstensikan. Positif bila nyeri dirasakan di sepanjang
epikondilus medial.

• Tinel’s of the elbow:


• Perkusi dilakukan pada N.ulnaris pada lipatan. Tes (+) bila
sensasi menjalar menuruni lengan bawah hingga
mencapai tangan.
Pemeriksaan Lengan
Bawah,
Pergelangan Tangan,
dan Jari Tangan
Gerakan Pergelangan Tangan

• Pergelangan tangan memiliki 2 komponen:


• sendi radiokarpal
• sendi interkarpal: fleksi 80˚, ekstensi 90˚, abduksi/deviasi radial 25˚,
adduksi/deviasi ulnar 30˚
• sendi radioulnar inferior: supinasi 90˚ dan pronasi 90 ˚

Untuk melakukan pemeriksaan AKURAT terhadap kedua


gerakan ini:
sendi siku difleksikan 90˚ untuk menghilangkan rotasi pada sendi
bahu
Gerakan pada Jari

1. Sendi karpometakarpal ibu jari


• lima macam gerakan: fleksi, ekstensi, aduksi, abduksi dan oposisi

2. Sendi metakarpofalangeal
• fleksi dan ekstensi 90˚.

3. Sendi interfalangeal
• fleksi dan ekstensi
Kekuatan Otot

• Pemeriksaan otot ibu jari:


• otot abduktor, aduktor, ekstensor (longus dan brevis), fleksor
(longus dan brevis) serta otot oponens.

• Pada jari-jari dilakukan pemeriksaan:


• otot fleksor profundus dan superfisial ekstensor digitorum,
ekstensor indisis, otot interoseus, dan otot lumbrika.
Kekuatan Pegangan Otot

• Untuk mengetahui kekuatan pegangan

• Merupakan kombinasi gerakan otot fleksor


dan ekstensor pergelangan tangan serta
fleksor jari-jari dan ibu jari.
Fungsi Saraf
• Pemeriksaan pada ketiga saraf:
• N. ulnaris, medianus, dan radialis.
Sirkulasi
• Dalam pemeriksaan sirkulasi perlu
diperiksa:
• pulsasi arteri
• warna dan rasa hangat
• pengisian kembali kapiler
• sensibilitas kulit
Pemeriksaan
Panggul
Pengukuran Panjang Anggota Gerak dan
Ukuran-ukurannya

• Secara ideal pengukuran dilakukan dari titik tengah kaput femur.

• Secara klinik hal ini sulit dilakukan sehingga titik ukur diambil dari
titik yang paling mendekati yaitu spina ilika anterior superior.
1. Pengukuran Panjang Klinik
(true leg length)
• Panjang klinik diukur dari spina iliaka interior superior (SIAS) sampai
ke pinggir bawah maleolus lateralis atau pinggir maleolus medialis.
Dengan pengukuran ini dibandingkan antara kiri dan kanan.

• Bila terdapat pemendekan maka harus ditentukan apakah


ditemukan :
• Di atas trochanter melalui pengukuran segitiga dari Bryant,
garis dari nelaton, garis dari Schoemaker.
• Di bawah trochanter
Pengukuran Panjang Tampak/palsu
(Apparent Leg Length)

• Pemeriksaan diukur dari titik digaris tengah


tubuh yaitu dari xiphisternum, dari pusat atau
dari pubis ke maleolus medialis.
2. Pemeriksaan Deformitas Rotasi
yang Menetap
• Deformitas rotasi dapat dinilai dari:
• posisi patela yang dalam keadaan normal merupakan
satu garis lurus dari spina iliaka anterior superior,
pertengahan patela dan jari kaki kedua.

• Apabila terdapat rotasi baik ke dalam maupun


keluar, konfigurasi berubah.
3. Pemeriksaan Deformitas Menetap
• Deformitas aduksi menetap
menilai hubungan antara pelvis dan panggul.

• Deformitas abduksi yang menetap


Sudut antara pelvis dan tungkai melebihi 90°

• Deformitas fleksi yang menetap


Dapat diketahui melalui uji Thomas.
4. Pergerakan pada Sendi Panggul

1. Fleksi : normal 120°


2. Ekstensi : meluruskan kaki 0°
3. Abduksi : satu tangan diantara spina iskiadika
anterior superior kiri dan kanan
dan
tangan yang satu melakukan
abduksi
kaki 30-40°
4. Adduksi : menyilangkan kedua kaki 30°
5. Rotasi lateral dan medial: melalui garis imajiner
pada
patela (40°)
5. Pemeriksaan Stabilitas Postural
• Bertujuan melihat stabilitas panggul terutama
kemampuan otot abduktor panggul (otot gluteus
medius dan minimus) dalam stabilisasi panggul
trhadap femur.

Duschene-Trendelenburg Test
• Satu tungkai diangkat dalam keadaan fleksi 90˚
sambil berdiri di atas kaki lain.
• Panggul akan ditahan oleh muskulus gluteus
medius dan maximus.
6. Cara berjalan (Gait)
• Gait perlu diperhatikan pada waktu berdiri dan
berjalan.

• Apabila penderita mengalami nyeri panggul atau


panggul tidak stabil,biasanya penderita
menggunakan tongkat pada sisi sebaliknya.
Pemeriksaan Tungkai
Bawah,
Pergelangan Kaki, dan
Jari Kaki
Inspeksi

Exam Technique / Findings Clinical Application

Cara berjalan Mengobservasi pergerakan ba- Pegerakan abnormal : Masalah pada bagian Patellofemoral
gian Patella

Berjalan dengan lutut terfleksi, Achiles Masalah pada bagian Patellofemoral


tendon atau hamstrings terlihat tegang

Anterior Genu Valgum ( Knock Knee) , Genu Varum ( Deformitas Valgum atau Varus dengan defisiensi ligamen
Bow Leg ) atau tulang

Bengkak Efusi ( Arthritis, trauma, infeksi / inflamasi ) , Bursitis (


prepatellar, infrapatellar )

Posterior Bengkak, massa Efusi ( Arthritis ) , Baker’s Cyst

Lateral Back Knee, High / Low Riding Patella Genu Recurvatum(PCL Injury), Patella Alta ( Pattelar
Instability )

Musculature Atrofi Vastus Medialis Atrofi menyebabkan masalah Patellofemoral


Palpasi

Exam Technique / Findings Clinical Application

Struktur Tulang Patella bagian lateral dan medial Nyeri tekan di bagian ujung distal : Tendinitis (Jumpers Knee)

Patella Tubercle Osgood Schlatter Disease

Soft Tissues Tekan bagian Suprapatellar Pouch ( Milk Knee ) Balottable Patella ( Efusi ) : Arthritis, Trauma, Infeksi

Prepatellar / Infrepattelar Bursae Edema dan nyeri tekan pada Bursae mengarah pada Bursitis

Pes Anserine Bursa Nyeri tekan menandakan Bursitis

Plica ( medial to Patella ) Penebalan dan nyeri tekan menandakan suatu keadaan patologis

Medial jointline & MCL Nyeri tekan : Robekan Meniscus Medial , MCL injury

Lateral jointline & LCL Nyeri tekan : Robekan Meniscus Lateral , LCL injury

Iliotibial band (anterolateral knee) Sakit dan tegang pada daerah tersebut menandakan keadaan patologik

Fossa Poplitea Adanya massa biasanya berhubungan dengan Baker’s Cyst, poplitea aneurysm

Compartments of leg (anterior, posterior, lateral) Compartment Syndrome


Range of Motion

Exam Technique / Findings Clinical Application

Fleksi & Ekstensi Supine: angkat kaki menuju ke dinding dada, Normal : Flex 0 - 125-135o, ekstensi 0 – 5-150;
lalu diluruskan

Pergerakan , sakit, dan krepitus pada Patella Pergerakan abnormal menunjukkan sakit pada bagian
anterior lutut
Sakit dan krepitus : Arthritis

Tibia IR & ER Stabilisasi femur lalu putar tibia Normal 10 – 150


NeuroVaskular

Exam Technique / Findings Clinical Application

Sensori

Femoral Nerve Medial leg ( Medial cutaneous Defisit menandakan adanya lesi pada percabangan
(L4) nerves) saraf yang sama

Peroneal Nerve Lateral leg Defisit menandakan adanya lesi pada percabangan
(L5) saraf yang sama

Tibial Nerve ( Posterior Leg ( Sural nerves) Defisit menandakan adanya lesi pada percabangan
S1) saraf yang sama
Motorik

Femoral Nerve Ekstensi lutut Kelemahan : Masalah pada Quadriceps ataupun lesi
(L2-4) percabangan saraf tersebut

Sciatic: Tibial(L4- Fleksi lutut Kelemahan : Masalah pada Biceps (LH) ataupun lesi
S3) percabangan saraf tersebut

Peroneal (L4-S2) Fleksi lutut Kelemahan : Masalah pada Biceps (SH) ataupun lesi
percabangan saraf tersebut

Tibial Nerve ( L4- Plantarfleksi kaki Kelemahan : TP, FHL , FDL, ataupun lesi percabangan
S3) saraf tersebut

Peroneal (deep) Dorsofleksi kaki Kelemahan : TA, EHL, EDL, lesi percabangan saraf
Nerve (L4-S2) tersebut

Refleks

L4 Patellar Hipoaktif/ absence menandakan L4 radiculopathy

Pulse Popliteal
KAKI
PEMERIKSAAN FISIK
ANKLE
MOVEMENT

Anda mungkin juga menyukai