Pemeriksaan Fisik Orthopaedi
Pemeriksaan Fisik Orthopaedi
ORTHOPAEDI
Ronny Sutanto,dr,MARS,SpOT
UNIBA Class2017
Pemeriksaan
Orthopedic
UMUM
Status Generalis
• Sejak penderita datang
b. Jaringan lunak:
• spasme otot
• atrofi otot
• keadaan membran sinovial (penebalan/tidak)
• tumor dan sifatnya
• cairan di dalam/di luar sendi atau adanya pembengkakan
c. Nyeri tekan:
• lokalisasi nyeri
• nyeri setempat atau nyeri menjalar (referred pain)
d. Tulang:
• bentuk
• permukaan
• ketebalan
• penonjolan tulang atau adanya gangguan di dalam hubungan yang
normal antara tulang yang satu dengan lainnya
• Cari deformitas
• Leher yang asimetris karena spasme otot dapat
disebabkan:
• Lesi pada diskus intervertebralis (inflamasi atau cedera)
• Lesi intrakranial
• Kelainan pada mata atau kanalis semisirkularis
PF LEHER
(Feel)
• Palpasi bagian depan leher dengan posisi pasien duduk dan pemeriksa berdiri di
belakang pasien.
• Palpasi bagian belakang leher dengan posisi pasien pronasi dan dan kepala di
atas bantal.
• Cari benjolan atau lokasi nyeri tekan, serta spasme otot leher.
PF LEHER
(Move)
• Tes gerakan fleksi depan, ekstensi, fleksi samping, rotasi, dan gerakan
bahu.
• Spurling’s test
• rotasi leher ke satu sisi dengan elevasi dagu.
• bila ada parestesia atau nyeri pada lengan ipsilateral, tandanya
ada prolaps diskus dengan kompresi radiks servikal.
• Wright’s test:
• pulsasi A. radialis hilang ketika bahu pasien dalam
keadaan elevasi dan rotasi eksternal.
• Tes ekstensi:
• minta pasien berdiri dengan punggung miring ke belakang.
Sendi lutut harus tetap lurus.
PF PUNGGUNG
Move
• Wall test:
• pasien berdiri membelakangi dinding. Normalnya tumit, bokong,
bahu, dan occiput menyentuh dinding.
• Fleksi lateral:
• minta pasien memiringkan tubuh dengan tangan bergerak
sepanjang sisi luar tungkai. Bandingkan kedua sisi.
• Rotasi:
• minta pasien memutar tubuh ke kedua sisi dengan pemeriksa
memegang sendi pinggul.
PF PUNGGUNG
Keadaan Pronasi
• Look : deformitas, spasme otot, atau wasting
• Muscle Wasting
• Adanya ‘wasting’ otot yang
mengelilingi bahu
• Pembengkakan sendi
• Agak sulit dilihat
Palpasi
(FEEL)
• Suhu
• Karena sendi bahu dilapisi dengan baik, inflamasi
yang terjadi jarang mempengaruhi suhu kulit bahu.
• Nyeri
• Edema
• Kontur tulang
PF Bahu
40
Movements
Gleno-humeral Joint
• Ekstensi (0-45˚)
• M.latissimus dorsi, M.teres major, M.posterior deltoideus
• teres minor, triceps
• Fleksi (0-180˚)
• M.anterior deltoideus
• pectoralis major, biceps
Ekstensi
Fleksi
Movements
Gleno-humeral Joint
• Abduksi (0-180˚)
• M.middle deltoideus, M.supraspinatus
• deltoid anterior/posterior
• Adduksi (0-45˚)
• M.pectoralis major, M.latissimus dorsi
• teres major, deltoid anterior
Abduksi 30˚ dari bahu dilakukan oleh M. supraspinatus
Abduksi 30˚- 90˚ dilakukan oleh M. deltoideus
Movements
Gleno-humeral joint:
• Retraksi
• M.rhomboideus, M.trapezius
• Protraksi
• M.serratus anterior
elevasi skapula retraksi skapula
PF BAHU:
Tes khusus
Winged Scapula
Pasien diminta mendorong melawan
dinding dengan kedua tangan, pemeriksa
mengamati dari belakang.
• Fulcrum test:
• Pasien dengan lengan telentang diabduksikan ke arah 90˚,
tangan pemeriksa di bawah glenoid dan lengan dirotasikan
ke arah lateral.
PF BAHU:
Anterior and
Posterior Drawer
PF BAHU:
Jobe Test
PF BAHU:
Tes khusus
• Feagin test:
• Lengan diabduksikan ke arah 90˚, siku lurus dan diletakkan pada bahu
pemeriksa, tekanan ke bawah dan ke depan dilakukan. Tes positif jika
terdapat instabilitas anteroposterior.
• Clunk test:
• Pasien telentang, tangan kanan pemeriksa pada aspek posterior bahu,
tangan yang lain memegang sedikit di atas pergelangan tangan dan
melakukan fleksi maksimal lengan hingga ke atas kepala.
• Kemudian, dilakukan tekanan ke arah anterior dengan posisi tangan di
bawah bahu dan rotasi humerus ke arah lateral dengan tangan yang lain.
• Rasakan adanya ‘clunk’ yang dapaat mengindikasikan robeknya labrum.
PF BAHU:
Tes khusus
• Compression rotation test:
• Pasien telentang, siku difleksikan dan diabduksikan 20˚, pemeriksa menekan
siku dan merotasikan humerus ke arah medial dan lateral. Snapping/ catching
(+) pada robekan labral.
• Speed’s test:
• Lengan atas disupinasikan, siku diekstensikan dan dilakukan tahanan fleksi
bahu ke arah depan. Tes (+) jika rasa nyeri dirasakan pada lekukan bicipital
yang menandakan adanya bicipital tendinitis.
PF BAHU:
Tes khusus
• Yergason’s test:
• Siku difleksikan 90˚, lengan atas dipronasikan, tahanan
untuk supinasi dilakukan saat pasien merotasikan
lengannya ke arah lateral. Tes (+) jika nyeri pada lipatan
bicipital dan mengindikasikan bicipital tendinitis.
• Impingement test:
• Lengan diabduksikan 90˚, siku difleksikan 90˚, dan lengan
bawah dirotasikan ke arah lateral sebanyak 80˚. Pemeriksa
menahan dan memerintahkan pasien untuk melakukan rotasi
eksternal serta rotasi internal.
• Tes (+) bila pasien dengan kuat menahan rotasi eksternal,
namun lemah menahan rotasi internal.
• Adson Maneuver:
• Pulsasi arteri radialis dipalpasi ketika lengan dirotasikan ke
arah lateral dan siku diekstensikan ketika pasien
mengekstensikan dan merotasikan kepalanya untuk
melakukan tes pada bahu.
• Allen test:
• Siku difleksikan 90˚, bahu diabduksikan dan dirotasikan ke
arah lateral, sambil pasien merotasikan kepala menjauhi sisi
yang diperiksa.
• Halstead maneuver:
• Pulsasi arteri radialis dirasakan ketika lengan ditarik ke
bawah saat leher pasien hiperekstensi dan rotasi ke arah
yang berlawanan.
Pemeriksaan
Lengan Atas dan
Sendi Siku
Sendi Siku
• INSPEKSI
• Sudut siku
• Apakah didapat nodul atau pembengkakan
• PALPASI
• Epikondilus lateral and medial
• Olekranon
• Caput radius
• Lipatan pada masing-masing sisi olekranon
PF Siku:
Tes Khusus
• Varus Stress test:
• Untuk stabilitas ligamen dari ligamentum kolateral lateral. Pasien
telentang dengan tangan pada posisi supinasi, pemeriksa berada di
bagian medial lengan, tangan yang satu memegang siku, tangan yang
lain pada pergelangan tangan pasien.
• Tangan pada siku digerakkan ke lateral/varus, tangan pada pergelangan
tangan ke arah medial. Tes (+) bila terdapat open joint.
2. Sendi metakarpofalangeal
• fleksi dan ekstensi 90˚.
3. Sendi interfalangeal
• fleksi dan ekstensi
Kekuatan Otot
• Secara klinik hal ini sulit dilakukan sehingga titik ukur diambil dari
titik yang paling mendekati yaitu spina ilika anterior superior.
1. Pengukuran Panjang Klinik
(true leg length)
• Panjang klinik diukur dari spina iliaka interior superior (SIAS) sampai
ke pinggir bawah maleolus lateralis atau pinggir maleolus medialis.
Dengan pengukuran ini dibandingkan antara kiri dan kanan.
Duschene-Trendelenburg Test
• Satu tungkai diangkat dalam keadaan fleksi 90˚
sambil berdiri di atas kaki lain.
• Panggul akan ditahan oleh muskulus gluteus
medius dan maximus.
6. Cara berjalan (Gait)
• Gait perlu diperhatikan pada waktu berdiri dan
berjalan.
Cara berjalan Mengobservasi pergerakan ba- Pegerakan abnormal : Masalah pada bagian Patellofemoral
gian Patella
Anterior Genu Valgum ( Knock Knee) , Genu Varum ( Deformitas Valgum atau Varus dengan defisiensi ligamen
Bow Leg ) atau tulang
Lateral Back Knee, High / Low Riding Patella Genu Recurvatum(PCL Injury), Patella Alta ( Pattelar
Instability )
Struktur Tulang Patella bagian lateral dan medial Nyeri tekan di bagian ujung distal : Tendinitis (Jumpers Knee)
Soft Tissues Tekan bagian Suprapatellar Pouch ( Milk Knee ) Balottable Patella ( Efusi ) : Arthritis, Trauma, Infeksi
Prepatellar / Infrepattelar Bursae Edema dan nyeri tekan pada Bursae mengarah pada Bursitis
Plica ( medial to Patella ) Penebalan dan nyeri tekan menandakan suatu keadaan patologis
Medial jointline & MCL Nyeri tekan : Robekan Meniscus Medial , MCL injury
Lateral jointline & LCL Nyeri tekan : Robekan Meniscus Lateral , LCL injury
Iliotibial band (anterolateral knee) Sakit dan tegang pada daerah tersebut menandakan keadaan patologik
Fossa Poplitea Adanya massa biasanya berhubungan dengan Baker’s Cyst, poplitea aneurysm
Fleksi & Ekstensi Supine: angkat kaki menuju ke dinding dada, Normal : Flex 0 - 125-135o, ekstensi 0 – 5-150;
lalu diluruskan
Pergerakan , sakit, dan krepitus pada Patella Pergerakan abnormal menunjukkan sakit pada bagian
anterior lutut
Sakit dan krepitus : Arthritis
Sensori
Femoral Nerve Medial leg ( Medial cutaneous Defisit menandakan adanya lesi pada percabangan
(L4) nerves) saraf yang sama
Peroneal Nerve Lateral leg Defisit menandakan adanya lesi pada percabangan
(L5) saraf yang sama
Tibial Nerve ( Posterior Leg ( Sural nerves) Defisit menandakan adanya lesi pada percabangan
S1) saraf yang sama
Motorik
Femoral Nerve Ekstensi lutut Kelemahan : Masalah pada Quadriceps ataupun lesi
(L2-4) percabangan saraf tersebut
Sciatic: Tibial(L4- Fleksi lutut Kelemahan : Masalah pada Biceps (LH) ataupun lesi
S3) percabangan saraf tersebut
Peroneal (L4-S2) Fleksi lutut Kelemahan : Masalah pada Biceps (SH) ataupun lesi
percabangan saraf tersebut
Tibial Nerve ( L4- Plantarfleksi kaki Kelemahan : TP, FHL , FDL, ataupun lesi percabangan
S3) saraf tersebut
Peroneal (deep) Dorsofleksi kaki Kelemahan : TA, EHL, EDL, lesi percabangan saraf
Nerve (L4-S2) tersebut
Refleks
Pulse Popliteal
KAKI
PEMERIKSAAN FISIK
ANKLE
MOVEMENT