Anda di halaman 1dari 9

SOSIOLOGI KELUARGA

(PERCERAIAN)
KELOMPOK 5 :
CRISTOFHER NURA’ BANDASO (1764041005)
MUH. RESFANI (1764040010)
HAIRIL (1764041014)
RISMAYANTI (1764040008)
YULI MARDIANA (1764042002)
REZY MAGRISA (1764042003)
PUTRI PRATIWI ARSYAD (1764042005)
DEFENISI PERCERAIAN

• Perceraian merupakan bagian dari perkawinan, sebab tidak ada


perceraian tanpa adanya perkawinan terlebih dahulu.
Perkawinan merupakan awal dari hidup bersama antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri, sedangkan
perceraian merupakan akhir dari kehidupan bersamasuami
isteri tersebut.Setiap orang menghendaki agar perkawinan
yang dilakukannya tetap utuh sepanjang masa kehidupannya.
Tetapi tidak sedikit pulaperkawinan yang dibina dengan susah
payah itu berakhir dengan sebuah perceraian.
JENIS-JENIS PERCERAIAN

1. CERAI HIDUP
Perceraian adalah berpisahnya pasangan suami istri
atau berakhirnya suatu ikatan perkawinan yang
diakui oleh hukum atau legal
2. CERAI MATI
Cerai mati merupakan meninggalnya salah satu dari
pasangan hidup dan sebagai pihak yang ditinggal
harus sendiri dalam menjalani kehidupannya
BENTUK DAN TAHAPAN PERCERAIAN

1. PERCERAIAN EMOSIONAL
2. PERCERAIAN LEGAL
3. PERCERAIAN EKONOMI
4. PERCERAIAN ANTAR
ORANG TUA
5. PERCERAIAN KOMONITAS
6. PERCERAIAN PSIKIS
Beberapa tahap peraturan dan hukum yang ditetapkan
dan berlaku di Indonesia mengenai perceraian, (Rofiq,
2000):

1. Tahap permohonan

2. Tahap persidangan

3. Tahap putusan pengadilan agama atau mahkamah syar’iyah


ALASAN-ALASAN PERCERAIAN
a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,
penjudi dan lain sebagainya yang sulit disembuhkan.
b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-
berturut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena
hal lain di luar kemampuannya.
c) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan pihak lain.
e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.
f) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.
TATA CARA UNTUK MENGAJUKAN GUGAT CERAI
Pasal 40 Undang-Undang Perkawinan ( UU No. 1/1974),yaitu dalam ayat-ayatnya
sebagai berikut.
1. Gugatanperceraian diajukan kepada pengadilan
2.Tata cara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1) diatur dengan
peraturan perundangan tersendiri.
Pengaturan tentang Tata cara Perceraian selanjutnya terdapat dalam :
1 .Bab V dimulai dari Pasal 14 hingga Pasal 36 PP No. 9 tahun 1975
tentangPelaksanaan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
2. Menurut Pasal 14 PP No. 9 tahun 1975 tersebut, seorang suami yang
telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang
akan menceraikan isterinya, mengajukan surat kepada Pengadilan
di tempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia
bermaksud menceraikan isterinya disertai alasan –alasannya
3. Pasal 16 PP tersebut mengatur bahwa pengadilan hanya memutuskan
untuk mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian
apabila memang terdapat alasan-alasan yang tepat dan Pengadilan
berpendapat bahwa antara suami isteri yang bersangkutan tidak mungkin
lagi didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga (Pasal 16).
FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN
1. Tidak adanya sikap lemah lembut satu sama lain
2. Tidak adil
3. Rasa setia yang minim
4. Memperpanjang pertengkaran
5. Kurangnya rasa saling memaafkan
6. Tidak mengoreksi diri
7. Tidak mampu menahan amarah
8. Memasang wajah yang tidak enak dilihat
9. Menomorduakan kepentingan keluarga
10. Tidak menjaga penampilan
11. Tidak terbuka
12. Tidak menjaga aib satu sama lain
13. Kesibukan dan prasangka buruk
14. Perbedaan kenyakinan
15. Tidak memiliki keturunan
DAMPAK DARI PERCERAIAN

1. Mengalami cemas yang berlebih dan depresi


2. Sulit menjalani hubungan yang sehat
3. Pendidikan anak terancam
4. Berpikir sendiri, bekerja sendiri

Anda mungkin juga menyukai