Anda di halaman 1dari 80

1 HUKUM PERIKATAN

• Perikatan (verbintenis) ?
• Perjanjian (overeenkomst) ?
• Kontrak ?

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


2

1. Perikatan :
 Hubungan hukum di dalam lapangan harta kekayaan
antara 2 orang atau lebih, dimana pihak yang satu berhak
atas suatu pretasi (kreditur) dan pihak lain (debitur) wajib
menjalankan/memenuhi prestasi
2. Perjanjian
 Perbuatan hukum dlm lap.harta kekayaan antara 2 orang
atau lebih dst.
 Perjanjian adalah salah satu sumber dari perikatan selain
UU
3. Kontrak : perjanjian tertulis
 Obyek perikatan : prestasi (kewajiban debitur untuk
melaksanakan apa yang telah diperjanjikan
 Subyek perikatan : para pihak – debitur n kreditur

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


Sumber Perikatan
4 SISTEMATIKA HUKUM PERIKATAN

Terdiri dari 18 bab

1. Bab I,II,III : (1352,1353/IV Ketentuan Umum)-mengenai


perikatan yg lahir krn UU
2. Bab I : Ketentuan umum bagi semua perikatan baik krn
perjanjian maupun perikatan yg timbul karena UU (1233 BW)
3. Bab II : Ketentuan umum perikatan yg timbul karena
perjanjian (1313 BW)
4. Bab III : Ketentuan Umum perikatan yg timbul karena UU
5. Bab IV : Ketentuan umum mengenai hapusnya perikatan
– Untuk Bab III - kecuali pasal 1302,1353, Bab V s/d XVIII
merupakan ketentuan khusus = perjanjian khusus

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


5

• Perjanjian khusus : ketentuannya hanya berlaku untuk


perjanjian ybs

• Selain disebut perjanjian khusus adakalanya disebut juga


dengan perjanjian bernama (karena oleh UU sudah diberi
nama sendiri oleh UU)

• Sepanjang ketentuan khusus tdk diatur secara rinci,maka


berlaku ketentuan umum (contohnya : tidak diatur dlm
ketentuan khusus siapa yg boleh melakukan jual beli, maka
berlakulah ketentuan umum yaitu yg bisa melakukan
perbuatan hukum adalah orang yg sudah dewasa – 1457 BW

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


6

• Ada ketentuan khusus yang menyimpangi ketentuan


ketentuan umum (1601 g = org yg belum dewasa dlm hak
melakukan perjanjian kerja)

• Seseorang boleh mengadakan perjanjian lain di luar/selain


apa yg diatur dalam ketentuan khusus,tetapi tidak boleh
menyimpangi ketentuan umum,karena sifat ketentuan umum
yang memaksa)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


7 PRESTASI

Pasal 1234 BW :

1. Prestasi dalam bentuk memberikan sesuatu – sebagai


contoh perjanjian timbal balik (msg2 pihak deb n kred
mempunyai hak dan kewajiban, ex:jual beli,sewa menyewa.

2. Prestasi berbuat sesuatu – perjanjian untuk melakukan


perbuatan tertentu, ex : perjanjian perburuhan/kerja,
perjanjian pemborongan

3. Prestasi tidak berbuat sesuatu – perjanjian ini bertujuan


untuk tidak berbuat sesuatu. Pihak yg manapun jika yg
berbuat berlawanan dgn perikatan karena pelanggaran itu
dan karena itupun saja wajiblah ia akan penggantian biaya,
rugi dan bunga (1242 BW).

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


8

• Prestasi adalah kewajiban debitur untuk memenuhi apa yang


telah diperjanjikan

• Wujud dari prestasi 1234 BW, Wan Prestasi : tidak


dilaksanakannya apa yang telah diperjanjikan.

• Kewajiban debitur :
– Schuld – hutang
– Haftung – jaminan 1131 BW

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


9

Adakalanya perjanjian terjadi dimana


1. debitur hanya punya schuld tetapi tidak ada haftung :
1774 BW (perjanjian untung”an)1788,1789
2. Schuld dengan haftung terbatas : hak tanggungan
UU.4/96, fidusia UU.42/99,hipotik 1162,gadai
1150,borgtocht 1820
3. Schuld dengan haftung pada orang lain

Alasan adanya jaminan khusus :


1. Yang dijaminkan benda tertentu untuk jaminan hutang
tertentu
2. Khusus untuk kreditur tertentu
3. Schuld dan haftung pada orang lain

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


10 Wan Prestasi

Wan prestasi = prestasi buruk = tak dilaksanakannya yang telah


diperjanjikan debitur

Sebab – sebab wan prestasi


1. Kesalahan debitur : dolus – culpa
2. Keadaan memaksa/overmacht

Dalam hukum perdata alasan dolus – culpa tidak perlu dibedakan


karena keduanya menimbulkan kerugian

Tiga keadaan wanprestasi :


1. Tidak berprestasi
2. Salah berprestasi
3. Terlambat berprestasi : apabila perjanjian ditentukan termin

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


11

Pernyataan debitur lalai = somasi =1238BW telah dihapus oleh


SEMA 3/1963

Ingebrekestelling = penetapan lalai setelah dilakukan somasi

Tuntutan kreditur jika debitur wan prestasi


1. Pemenuhan perjanjian (ps 1267)
2. Pemenuhan perjanjian ditambah ganti rugi (1267)
3. Ganti rugi (1243)
4. Pembatalan perjanjian (1266)
5. Pembatalan perjanjian ditambah ganti rugi (1267)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


12

Sifat tuntutan alternatif, tidak kumulatif

Kerugian yang diderita kreditur apabila debitur wan prestasi

1. Biaya (kosten) : ongkos yg telah dikeluarkan


2. Rugi (schaden) : merosotnya nilai brg/berkurangnya
barang milik kreditor,ex : pembangunan gedung tidak
sesuai spek,sehingga megalami kerugian
3. Bunga (interessen) : keuntungan yg seharusnya
diperoleh apabila tdk terjadi w.p

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


13

Tangkisan debitur atas tuntutan wanprestasi

1. Overmacht / force majeur (1245)


2. Exceptio non adimpleti contractus (1478) ex : jual beli
3. Richtsverwerking (pelepasan hak) : jual beli beras

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


14 Bunga Uang

1. Bunga moratoir
1. Diatur menurut SB 1848 No.22
2. Besar 6% thn, disebut pula wettelijke rente/ bunga UU,1250 BW
3. 1250 BW : annotisisme (bunga berbunga) – seseorang dilarang
membunga - bungakan uang kecuali diperjanjikan , Lihat Ps 1768
BW

2. Bunga konvensional
Bunga yg diperjanjikan
Apakah boleh membungakan uang? Lihat 1765 BW
Membuat perjanjian dg bunga harus tertulis (1767)

3. Bunga compensatoir
Bunga yg harus dibayar oleh debitur kepada kreditor sbg
kompensasi biaya bunga pinjaman kreditur pd pihak ke3
akibat debitur wan prestasi
Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam
15 Overmacht

1. Keadaan yg terjadi diluar kesalahan debitur


2. Terjadi setelah perikatan dibuat, keadaan itu tidak dapat
diduga sebelumnya
3. Menghalangi debitur untuk memenuhi prestasi
4. Akibat overmacht :
a. Pembebasan ganti rugi
b. Pembebasan prestasi
5. Menghentikan kerjanya perikatan
a. Kreditur tdk dpt menagih debitur
b. Kreditur tdk dpt menuntut agar perikatan dipenuhi
c. Kreditur tdk dpt meminta pemutusan pekerjaan
d. Pada perjanjian timbal balik,gugur kewajiban untuk
melakukan kontra prestasi

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


16 Overmacht

• Apabila terjadi overmacht


– Debitur mengemukakan adanya keadaan memaksa
(tangkisan)
– Yang berutang memikul beban untuk membuktikan adanya
keadaan memaksa

• Teori keadaan memaksa


– Ajaran yang obyektif (absolut) – 1444 dan Ajaran yang
subyektif/relatif

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


17

• Pembuktian dalam keadaan memaksa


1. Harus membuktikan bahwa ia tidak bersalah
2. Tidak dapat memenuhi kewajiban secara lain
3. Tidak menanggung resiko

• Sifat overmacht
1. Bersifat tetap : tdk mungkin berprestasi untuk seterusnya
maka perikatan terhenti, ex : musnahnya obyek
2. Bersifat sementara : perikatan tertentu,prestasi masih
dibutuhkan,atau perikatannya tertunda sampai sebab
overmacht teratasi perikatannya berjalan kembali

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


18 Resiko

• Dasar Hukum Ps 1237, 1245, 1460 (jual beli), 1545 (tukar


menukar)
• Resiko : kerugian yang harus dipikul apabila terjadi overmacht
• Resiko selalu berkaitan dengan overmacht
• Resiko 1460 dinyatakan tidak berlaku (SEMA 3/1963)
• Pada Perjanjian sepihak
– Pasal 1237 – 1444
– Resiko pada kreditur
• Pada perjanjian timbal balik
– Menurut asas kepatutan
– Ditanggung pemilik

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


Jenis Perikatan : 1. Perikatan
19
Bersyarat

• Perikatan Bersyarat (1253-1267) :


Perikatan yang terjadi/batalnya digantungkan pada suatu
peristiwa yang akan datang, yang belum pasti terjadi,
dibedakan atas :

1. Sarat Tangguh : perikatan yang terjadinya digantungkan


kepada suatu peristiwa yang akan datang yang belum
pasti terjadi (1263).

2. Sarat Batal : perikatan sudah terjadi, tetapi kalau


kejadian y.a.d terpenuhi maka perikatannya batal (1265)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


20

Pasal 1254 : syarat yang tidak mungkin, bertentangan dengan


kesusilaan, dan dilarang undang-undang = batal

Pasal 1256 : disebut syarat potestatif : syarat yang digantungkan


kepada kemauan salah satu pihak terutama kreditur

Pasal 1266 : dianggap selalu ada di dalam perjanjian, artinya


orang tidak dapat membatalkan perjanjian secara sepihak. Hal ini
berkaitan dengan pasal 1338 (2)

Pasal 1338 (2) : perjanjian dapat dibatalkan atas persetujuan


kedua belah pihak

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


21

• Perbedaan 1266 dan 1338 (2) BW

1. 1266 : syarat batal dianggap selalu ada dalam perjanjian


artinya orang dapat membatalkan perjanjian manakala
salah satu pihak wan prestasi

2. 1338 (2) : pembatalan tersebut tidak karena adanya wan


prestasi, tetapi atas kesepakatan para pihak

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


22 2. Perikatan dgn Ketetapan Waktu

• Dasar Hukum : 1268-1271

• Perikatan yg berlakunya/hapusnya digantungkan pada suatu


peristiwa yang akan datang yang sudah pasti terjadi

• Menangguhkan pelaksanaan perikatan sampai dengan syarat


itu terpenuhi

• Waktunya tertentu, ex : menyewakan rumah yg waktunya


sudah ditentukan

• Waktunya tidak tentu tapi pasti terjadi : menjual rumah dgn


ketetapan waktu jika pewaris meninggal

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


23 Perikatan bersyarat vs Ketetapan Waktu

Perikatan Bersyarat Perikatan Ketetapan Waktu

1.Digantungkan kepada peristiwa 1. Digantungkan pada peristiwa


yg belum terjadi yg sudah terjadi

2.Yang ditangguhkan 2. Yang ditangguhkan


perikatannya pelaksanaan perikatannya

3.Pembayarannya dapat ditarik 3. Pembayarannya tidak dapat


kembali karena digantungkan ditarik kembali karena
pada peristiwa yg belum terjadi digantungkan pada peristiwa
yang pasti terjadi

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


24 3. Perikatan Manasuka/Alternatif

• Dasar hukum 1272 – 1277


• Perikatan dimana debitur boleh memilih untuk menyerahkan
salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan
• Memenuhi salah satu dari dua barang, debitur dibebaskan dan
perikatan berakhir
• Hak memilih ada pada debitur, jk tidak scr tegas diberikan
kepada kreditur (1273)
• Debitur tdk bisa memaksa kreditur untuk memilih masing-
masing sebagian dari 2 barang tsb (1272)
• Jk salah satu tdk dpt mjd pokok perikatan, maka perikatan mjd
murni atau bersahaja (1274-1275)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


25 4. Perikatan Tanggung Renteng

• Dasar hukum pasal 1278 – 1295


• Perikatan yg terdiri dari beberapa orang kreditur berhadapan
dengan seorang debitur atau beberapa orang debitur
berhadapan dgn seorang kreditur (1278)
• Tanggung Renteng terjadi karena :
• Perjanjian : harus secara tegas (1282)
• UU : persekutuan firma (18 KUHD), peminjaman barang
(1749 BW), pemberian kuasa (1811 BW), borgtocht (1836
BW)
• Kata tanggung renteng harus disebutkan secara tegas dalam
perjanjian agar perikatannya disebut/menjadi perikatan
tanggung renteng

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


26

Tanggung renteng aktif :


1. beberapa org kreditur vs 1 debitur dimana msg” kreditur
mempunyai hak untuk menagih seluruh hutang kpd
debitur yg mengakibatkan debitur yg sudah membayar
dibebaskan dr kewajiban pembayaran thdp kreditur lain
2. Tanggung renteng aktif jarang terjadi dalam praktek
karena tdk memberikan jaminan yg jelas kpd kreditur,
apabila debitur meninggal maka kreditur mengalami
kerugian

kreditur
Kreditur
debitur

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


27

Tanggung renteng pasif (1280)


– Seorang kreditur vs dgn beberapa debitur dalam hal
mana seorang kreditur dapat menuntut kepada setiap
debitur untuk membayar seluruh utangnya dan jk seorang
debitur sudah membayar maka membebaskan debitur
lainnya dr pembayaran
– Tg rt pasif pada umumnya terjadi di dalam praktek jauh
lebih memberikan jaminan kpd kreditur
– Tg rt pasif ada 2 hubungan :
1. Extern antara debitur dgn kreditur (1285-1291)
2. Intern antara sesama debitur (1292-1295)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


28 Tanggung renteng pasif

Kita butuh duit Saya mau aja


pak, apa bpk bisa minjemin duit,
membantu dana asal tanggung
untuk kita ? renteng ya
OK

kreditur

bayar hutang
debitur
Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam
29 5. Perikatan yg dapat/tidak dibagi

• Dasar hukum pasal 1296 – 1303


• Perikatan dapat/tdk dapat dibagi apabila barang yg mjd
obyeknya prestasi dpt/tdk dpt dibagi menurut imbangan
pembagian mana tdk boleh mengurangi hakekat prestasi,
Ex : pembagian obyek 10 ton beras vs 1 ekor sapi
• Perikatan dapat dan tdk dpt dibagi dibedakan menurut :
1. Sifat prestasi (absolut) pasal 1296
2. Tujuan/maksud para pihak (relatif) – 1297, Bisa terjadi
barangnya bisa dibagi, tapi krn tujuan / maksud para
pihak maka dianggap tdk bisa dibagi. (ex pembuatan
jalan raya sepanjang 100 km).
3. Perikatan dapat/tdk dibagi baru mempunyai arti apabila
kred./deb. lebih dari seseorang.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


30

• Contoh dapat dibagi


– Apabila kreditur vs beberapa ahli waris debitur : para ahli
waris hanya berkewajiban untuk membayar untuk bagian
masing” (1299). Kreditur dapat menuntut setiap debitur
untuk membayar bagian dari utang seluruhnya
– Apabila beberapa kreditur vs debitur, maka masing”
kreditur dapat menuntut bagiannya dari prestasi itu
• Contoh tidak dapat dibagi
– Kreditur vs beberapa debitur, tiap debitur bertanggung
jawab untuk melunasi seluruh prestasi, walaupun perikatan
itu tdk dibuat secara tanggung renteng (1301)
– Ketentuan 1301 berlaku juga bagi ahli waris debitur
– Tiap ahli waris kreditur dapat menuntut pelaksanaan suatu
perikatan yg tidak dapat dibagi untuk seluruhnya (1303-1)
Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam
31

beda pj.tg renteng vs pj. tdk/dapat dibagi.


TANGGUNG RENTENG TDK/DPT DIBAGI

• Yg tdk dapat dibagi subyeknya • Tidak dapat dibagi obyeknya


(satu kesatuan subyek) (satu kesatuan obyek)

• Semua ahli waris secara


bersama” mengganti debitur yg • Masing” ahli waris dari seorang
berhutang secara tanggung debitur diwajibkan memenuhi
renteng seluruhnya (1301 dan 1302)

• Yg mendapat penyelesaian dlm • Bila prestasi sudah diganti dgn


suatu ganti kerugian, msg” pembayaran ganti rugi, debitur
debitur tetap wajib memenuhi tdk lagi diwajibkan memenuhi
seluruh prestasi yaitu seluruh seluruh prestasi
jumlah ganti rugi

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


32 6. Perikatan dgn Ancaman Hukuman

• Dasar hukum : 1304 – 1312

• Perikatan yg berisi ancaman hukuman guna menjamin


pelaksanaan suatu perikatan diwajibkan melakukan sesuatu
apabila perikatan itu tidak dipenuhi (1304)

• Ancaman hukuman bukan bersifat pidana

• Biasanya terjadi pd perjanjian pemborongan pekerjaan

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


33

• Tujuan perjanjian tsb bukan untuk pengenaan denda, ttp


ancaman tsb ditujukan untuk memacu pemenuhan prestasi
(tepat waktu,prestasi yg sesuai dll)

• Sifatnya accessoir/pelengkap : perjanjian dlm hal ini ada 2


yaitu perjanjian pokoknya perjanjian pemborongan
kerja,sedangkan sanksinya disebut perjanjian sampingan
dimana perjanjian sampingan mengikuti perjanjian pokok.
Sehingga apabila perjanjian pokoknya batal begitu pula
perjanjian sampingan batal.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


34

• Kreditur dapat memilih menuntut pelaksanaan perikatan atau


menuntut hukuman, kalau terjadi wan prestasi (1306)

• Hukuman dapat dirubah oleh hakim,jika perikatan pokoknya


sebagian telah dilaksanakan (prestasinya belum sempurna-
dilaksanakan sebagian). Bagaimana apabila debitur sama
sekali belum berprestasi, sedang hukuman terlalu tinggi?
Hakim dapat menerapkan pasal 1338 (3) BW

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


35 Perikatan yg terjadi krn perjanjian

• Definisi perjanjian : suatu persetujuan adalah sesuatu


perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih (1313)
• Kritik atas 1313 : tidak lengkap dan sangat luas
– Tidak lengkap : ada kalimat 1 orang atau lebih
mengikatkan dirinya yang berarti bahwa perjanjian sepihak
saja
– Sangat luas : karena perbuatan mencakup pula perbuatan
melawan hukum dan perwakilan suka rela. Padahal
perbuatan melawan hukum dan perwakilan sukarela bukan
merupakan perjanjian,karena timbul karena undang” bukan
merupakan sumber dr perjanjian

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


36

• Karena rumusan ps 1313 BW terlalu luas definisi perjanjian


dirumuskan : adalah suatu perbuatan hukum antara satu
orang atau lebih saling mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih

• Pasal 1313 BW adalah perjanjian obligatoir : perjanjian yg


menimbulkan hak dan kewajibanbagi para pihak dan apabila
dilanggar dapat dituntut pemenuhannya.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


37 Bagian/unsur perjanjian

1. Essensialia : bagian yang harus ada dalam perjanjian,


misal jual beli hrs ada barang dan harga, barter : barang
dan barang, sewa menyewa : barang dan uang

2. Naturalia : peraturan yg bersifat mengikat, misal


penanggungan (vrijwaring) ps 1491, pembayaran 1514.
Perlu diingat bahwa buku ke3 BW bersifat terbuka.

3. Accidentalia : bagian yang ditambahkan para


pihak,misal penjualan rumah beserta furniturnya.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


38

• JENIS PERJANJIAN OBLIGATOIR

1. Perjanjian sepihak dan timbal balik


2. Perjanjian Cuma” dan atas beban
3. Perjanjian konsensuil riil dan formil
4. Perjanjian bernama dan tidak bernama

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


39

1. Perjanjian sepihak dan timbal balik


1. Perjanjian sepihak : perjanjian dimana hanya ada satu
pihak yang mempunyai kewajiban sedangkan pihak lain
mempunyai hak
2. Perjanjian timbal balik : sama” punya hak dan kewajiban
misal : perjanjian jual beli.

2. Perjanjian Cuma” dan atas beban


1. Perjanjian Cuma” : perjanjian dimana tidak ada prestasi
sama dengan perjanjian sepihak, misal : hibah
2. Perjanjian atas beban : perjanjian dimana masing” pihak
mempunyai beban

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


40

3. Perjanjian Konsensuil, Riil dan Formil :

1. Perjanjian konsensuil : perjanjian yg dengan adanya


kata sepakat maka msg” pihak sudah mempunyai
kewajiban dan hak ex : jual beli,sewa menyewa
2. Perjanjian riil : perjanjian disamping kata sepakat harus
adanya pelaksanaan perbuatan lanjutan dari
perjanjiannya, ex : penitipan barang, pinjam pakai
3. Perjanjian Formil : perjanjian yg harus dilakukan dgn
bentuk” tertentu kalau dilanggar maka perjanjian tersebut
tidak sah atau batal

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


41

4. Perjanjian bernama dan tidak bernama


Perjanjian bernama : oleh UU sudah diberi nama tertentu
(1457,1541,1547,1601,1604,1618,1653,1666)

Perjanjian tidak bernama: perjanjian yg timbul karena adanya


asas kebebasan berkontrak/dibuat oleh para pihak diluar yg
diatur di dalam BW ex : sewa beli (selama barang belum lunas
pembeli dianggap penyewa, kl sudah lunas maka ia menjadi
pemilik)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


42 Berlakunya Perjanjian

• Asas kepribadian 1315 BW

• Perjanjian itu hanya mengikat kepada para pihak yg membuat


perjanjian/hanya berlaku untuk para pihak

• Perjanjian itu hanya mengikat pribadi” pembuat perjanjian


(sampai pada ahli waris -1318) dan mengikat pihak ke 3 yg
memperoleh hak-1317)
– Perjanjian jual beli tdk memutuskan sewa menyewa. A
sewakan rumah ke B,rumah dijual ke C,mk syarat”/apa yg
diperjanjikan oleh A ke B berlaku jg ke C sebagai pembeli
baru.C sebagai pihak ke3 dalam perjanjian sewa
menyewa.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


43

• Perkecualian 1340 BW – derden beding : perjanjian yg dibuat


memang untuk (kepentingan) pihak ketiga, dimana Ps 1317
hanya mungkin dalam 3 hal :

1. Jika seseorang memberi sesuatu kepada orang lain, ex: A


memberi hadiah (hibah) kpd B dgn membebani B
kewajiban/prestasi tertentu untuk C (pihak ketiga)
2. Seseorang dlm perjanjian membuat janji untuk kepentingan
sendiri, ex: A menjual rumah kepada B,dgn membebani B untuk
melakukan prestasi tertentu untuk C
3. Perjanjian antara A dan B baru mengikat C, apabila perjanjian
tsb disetujui oleh C (sepanjang kepentingan C)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


44 Kapan perjanjian itu lahir?

• Kapan mulai timbul hak dan kewajiban


bagi para pihak?

• Kapan perjanjian itu mulai mengikat


para pihak?

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


45 Asas Konsensuil

Asas yang menentukan kapan suatu


perjanjian lahir/terjadi/mengikat,
yaitu pada saat timbulnya : Kata Sepakat
(1320 ayat 1)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


46 Fungsi Asas Konsensuil

1. Asas Konsensuil dalam fungsinya untuk


menentukan kapan lahirnya suatu
perjanjian
2. Asas Konsensuil sebagai salah satu syarat
sahnya perjanjian (1320 BW)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


47 Syarat Sahnya Perjanjian (1320 BW)

1. Sepakat untuk mengikatkan diri


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu (obyek tertentu)
4. Sebab (Causa) yang halal.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


48 Syarat Subyektif (Sepakat – Cakap)

• Syarat subyektif menyangkut subyek hukum (para pihak


pembuat perjanjian)

• Tidak dipenuhinya syarat subyektif : perjanjian tetap


mengikat,ttp perjanjian tsb tdk sempurna,karena
dimungkinkan adanya upaya pembatalan perjanjian
(vernietigbaar)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


49 Syarat subyektif

• Apabila dalam tercapainya kata sepakat ternyata ditemukan


unsur kekhilafan,pemaksaan (psikis), penipuan,maka ada ada
2 pilihan :

– Selama tdk dimintakan pembatalan,mk perjanjian tersebut


tetap mengikat,dan berlaku seolah-olah tdk ada cacat
– Daluarsa untuk penuntutan/pengajuan pembatalan
perjanjian : 5 thn (1454 BW)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


50 Syarat Subyektif

• Semua orang adalah cakap untuk membuat perjanjian kecuali


oleh UU tdk dinyatakan cakap (1330 BW) :

– Belum dewasa (kekuasaan ortu/wali)


– Pengampuan (pemabuk,pemboros dll)
– Org perempuan (krg cakap-tdk berlaku)

• Perjanjian yang dilakukan oleh orang yg belum


cakap,perjanjian tsb dapat disempurnakan :

– Walinya bisa mengubah perjanjian tsb


– Anak tsb bisa menguatkan sendiri ketika sdh mencapai
umur 18 tahun (dewasa)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


51 Negotium claudicans 1331(2) bw

• Disebut juga perbuatan hukum yg pincang : perbuatan hkm yg


pembatalannya hanya dpt dituntut oleh salah satu pihak saja
(pihak yg tdk cakap-pihak yg di bwh paksaan)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


52 Syarat Obyektif ( Obyek – Causa)

• Obyek Perjanjian :
– Hanya barang” yg dapat diperdagangkan saja yg bisa
menjadi pokok suatu perjanjian (1332 BW)
– Barang yang ada dikemudian hari (1334 BW) –
dikecualikan atas warisan yang belum terbuka.

• Batal Demi Hukum (apabila tidak dipenuhi syarat obyektif –


nietigbaar), akibat hukumnya = seolah-olah tidak ada
perjanjian (berlaku surut bagi para pihak)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


53 Syarat Obyektif (Obyek – Causa)

• Suatu sebab yg halal :


– Suatu persetujuan tanpa sebab,atau dibuat berdasarkan
suatu sebab yg palsu, atau yg terlarang tidaklah
mempunyai kekuatan (1335 BW)

– Suatu sebab itu adalah terlarang,jika sebab itu dilarang


oleh UU,bertentangan dgn kesusilaan dan ketertiban
umum

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


54 Asas kebebasan berkontrak – 1338 (1)

• Siapapun boleh melakukan perjanjian dalam bentuk,syarat,


dan isi apapun,meski tidak diatur dalam UU,asal dipenuhi
syarat sahnya suatu perjanjian (1320 BW)

• Batas kebebasan berkontrak : tidak boleh melanggar UU yg


sifatnya memaksa,kesusilaan, ketertiban umum

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


55 Akibat Hukum Perjanjian yg Sah

1. Berlaku sbg undang-undang (kalo tdk dilaksanakan, bisa


dituntut, karena sifat mengikatnya seperti undang”

2. Perjanjian tsb tdk boleh diputus/dibatalkan secara sepihak


melainkan dgn kesepakatan para pihak

3. Dilaksanakan dengan itikad baik

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


56 Hapusnya perikatan (1381)

1. Pembayaran
2. Konsinyasi
3. Pembaruan hutang (novasi)
4. Perjumpaan hutang (kompensasi)
5. Percampuran hutang
6. Pembebasan hutang
7. Musnahnya barang terutang
8. Kebatalan dan pembatalan
9. Lewat waktu (daluarsa)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


57 Pembayaran

1. Pembayaran disini diartikan secara luas yaitu : pemenuhan


prestasi (memberikan sesuatu,berbuat sesuatu,tidak berbuat
sesuatu-1234 BW)

2. Pembayaran prestasi untuk berbuat sesuatu dari debitur


yang dilakukan oleh pihak ketiga,tidak bisa dilakukan apabila
kreditur mempunyai kepentingan supaya prestasi tsb
pembayarannya harus dilakukan sendiri oleh debitur ybs.
(1383)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


58 Pembayaran

• Pembayaran haruslah pemilik mutlak barang yang dibayarkan


dan juga berwenang untuk memindah tangankan brg tsb, agar
pembayaran tsb sah (1384 BW)

• Pembayaran dilakukan oleh debitur sendiri, atau


kuasanya,atau penjamin (borgtocht 1820 BW)

• Pembayaran tsb harus dilakukan kepada kreditur,atau kpd


seorang yg dikuasakan olehnya atau juga ditetapkan oleh
hakim,atau oleh undang-undang untuk menerima pembayaran
(1385 BW)

• Debitur pailit, yang berhak menerima pembayaran adalah


kurator

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


59 Pembayaran

Subrogasi (1400 BW) : penggantian kreditur oleh pihak ketiga


yang telah membayar hutang debitur kepada kreditur

Segala perjanjian accessoir yang mengikuti perjanjian


pokoknya juga ikut beralih (1401 BW)

Subrogasi bisa terjadi baik karena persetujuan dan karena


undang-undang

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


60 Pembayaran

• Subrogasi karena persetujuan 1401 BW

1. Kreditur menerima pembayaran dari pihak ketiga,dan


menetapkannya sebagai penggantinya di dalam menerima
pembayaran dari debitur, hal ini harus dinyatakan secara
tegas,dan dilakukan bersamaan dengan waktu pembayaran.
kreditur mencari kreditur

2. Debitur mencari sendiri kreditur baru untuk melaksanakan


pembayaran prestasi debitur kepada kreditur lama. Agar
subrogasi ini sah : perjanjian pinjam uang (yang isinya bahwa
uang tersebut akan digunakan untuk membayar kreditur lama)
dan tanda pelunasannya (yang isinya pelunasan tersebut
dilakukan dengan menggunakan uang pinjaman dari kreditur
baru) harus dibuat dalam suatu akta otentik. debitur mencari
kreditur baru

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


61 Pembayaran

• Subrogasi karena Undang-Undang 1402

– Jika seorang debitur tanggung renteng yg membayar


seluruh hutang menggantikan kreditur terhadap debitur”
lainnya.
– Contoh : ABC debitur tanggung renteng terhadap X

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


62 Actio pauliana (1341 bw)

• Tuntutan Pembatalan terhadap perbuatan debitur yg tidak


diwajibkan yang merugikan kreditur
• Beban pembuktian : Kreditur
• Yg hrs dibuktikan :
1. Adanya perbuatan hkm yg merugikan
2. Perbuatan hukum tsb tdk diwajibkan
3. Debitur dan pihak ke3 tahu bhw perbuatan tsb merugikan
kreditur
• Pihak ke 3 yang beritikad baik dilindungi
• Hanya kreditur yang dirugikan dapat menuntut debitur
• Tenggang waktu menuntut pembatalan diatur dalam 1454 BW
(selama 5 tahun)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


63 Konsinyasi (Consignatie) 1412

• Konsinyasi dilakukan apabila kreditur menolak pembayaran


dan hanya dimungkinkan dalam hal :
1. Hutang Uang
2. Hutang benda bergerak

• Dilakukan atas bantuan notaris dan juru sita(1405)


• Segala biaya dipikul oleh kreditur
• Resiko ditanggung kreditur

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


Pembaruan Hutang (Novatie) 1413-
64
1424

• Perjanjian hutang baru yang menggantikan perjanjian hutang


lama-novatie obyektif (yang diganti obyeknya)

• Debitur menunjuk orang lain sebagai penggantinya (yg diganti


subyeknya)

• Kreditur menunjuk orang lain sebagai gantinya

• Dalam novatie,perjanjian yang lama diganti dengan perjanjian


yang baru,yg berakibat hapus/tidak berlakunya perjanjian
lama

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


65 Novasi

Novasi :
1. Obyektif : hutang yang baru berlainan sifatnya dengan
utang yang lama, ex : utang uang diganti barang

2. Subyektif :
• subyektif pasif = delegasi dan ekspromisi
• Subyektif aktif = penggantian kreditur.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


66 Delegasi

• Debitur mencarikan pihak ketiga dan ditawarkan kepada


kreditur untuk menjadi debitur baru = debitur aktif mencari
debitur

• Contoh : A menunjuk C sbg debitur baru kepada B,setelah B


ok,maka B dan C (sebagai calon debitur baru) mengadakan
perjanjian baru tentang apa yg harus dilakukan – prestasi A yg
harus dipenuhi C kepada B.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


67 Ekspromisi

• Penggantian debitur,tanpa ikut sertanya debitur lama.=


kreditur aktif mencari debitur.

• Ex: A diberitahu oleh B akan adanya penggantian debitur baru


(C),dan C berhak melakukan prestasi A kpd B

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


68

Novatie vs Subrogasi
Novasi Subrogasi

1. Terjadi karena perjanjian 1. UU dan perjanjian

2. Debitur dan kreditur bisa 2. Kreditur saja


diganti

3. Pj. lama hapus dgn adanya 3. Perjanjian pokok tetap


pj. baru

4. Hak” accessoir tidak ikut 4. Hak” accessoir ikut berpindah


berpindah (kecuali ke kreditur baru
diperjanjikan lain)

5. Dapat disimpulkan dari 5. Harus dinyatakan secara


perbuatan para pihak tegas

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


69 CESSIE 613

• Suatu cara pemindahan (levering) hak piutang atas nama dan


kebendaan tak bertubuh

• Ex : A punya piutang ke B senilai 1M,karena sesuatu dan lain


hal A menjual piutangnya kepada C senilai 900jt,terjadi
perjanjian jual beli piutang antara A dan C,karena dengan
perjanjian jual beli belum terjadi peralihan hak kebendaan
sebelum adanya levering,maka cara leveringnya dengan
cessie.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


70

Novatie vs Cessie

Novasi Cessie
– Novasi bisa dgn lisan – Harus tertulis – akte
dan tertulis cessie
– Hak acessoir tidak – Hak acessoir ikut
berpindah berpindah
– Adakalanya perlu – Debitur cukup diberi
bantuan debitur tahu (debitur pasif)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


71 Compensatie 1425 - 1435

• Kreditur dan debitur saling berutang (sama” mempunyai


prestasi)

• Perjumpaan demi hukum 1426, (ipso jure


compensatur),perjumpaan hutang tanpa sepengetahuan para
pihak – perjumpaan hutang ini tidak mungkin terjadi (dan
hakim mengetahui) tanpa pemberitahuan para pihak yang
saling berutang

• Ex : A dan B sama” punya prestasi levering beras kualitas


X,masing” 50 dan 30 ton

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


72 Compensatie

• Syarat kompensasi :
1. Dua orang saling berutang
2. Prestasinya serupa : uang,barang yang dapat dihabiskan
dari jenis yang sama
3. Prestasinya sudah dapat ditagih
4. 1434 BW Kompensasi tidak boleh merugikan pihak
ketiga – derden beslag (barang yang hendak
diperjumpakan yang dikuasai oleh satu pihak terbebani
C.B,hingga tidak dapat diperjumpakan)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


73 Percampuran hutang

• Confutio – Percampuran hutang 1436-1437 BW


• Bersatunya kedudukan kreditur dan debitur pada 1 orang
• Terjadi demi hukum – kebanyakan terjadi karena pewarisan
(833)
– Karena adanya kematian maka terjadi peralihan hak dan
kewajiban pewaris kepada ahli waris,kalau A.W punya
utang kepada pewaris,maka utangnya hapus
– Apabila ada seorang penyewa membeli rumah yang
disewanya,maka hapuslah perjanjian sewa menyewa.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


74 Pembebasan hutang 1438-1443

1. Tindakan kreditur membebaskan kewajiban debitur


melaksanakan kewajiban dalam perjanjian
2. 1438 pembebasan hutang harus dibuktikan, TIDAK boleh
dipersangkakan
3. 1439 salah satu bentuk buktinya adalah pengembalian surat
hutang
4. Dapat dilakukan sepihak (kreditur) /persetujuan dua belah
pihak

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


75 Pembebasan hutang

• Dengan Cuma” : debitur tanpa pembayaran prestasi (tegen


prestasi)
• Dengan cara pembebanan : debitur harus menyerahkan
prestasi lain (hampir sama dengan novasi obyektif)
• Pembebasan hutang boleh tertulis/lisan
• Akibat pembebasan hutang tidak diatur dalam UU,ttp dapat
disimpulkan
– Hapusnya perjanjian
– Gugurnya kewajiban debitur dalam pelaksanaan perjanjian

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


76 Musnahnya barang 1444 - 1445

• 1444 Perjanjian hapus dengan musnahnya/hilangnya barang


yang menjadi obyek perjanjian = tidak bisa dilakukan levering
• Beban pembuktian mengenai musnahnya barang ada pada
debitur.
• Musnah/hilangnya barang harus memenuhi sbb :
1. Di luar perbuatan – kesalahan debitur (overmacht)
2. Terjadi sebelum levering
3. Barang itu tetap musnah di tangan kreditur
seandainya barang itu diserahkan (1444/2)

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


77 Kebatalan/pembatalan 1446

• Yg dimaksud pembatalan disini adalah pembatalan perjanjian”


yg dapat dimintakan karena kekurangan syarat subyektifnya.

• Perjanjian yg kekurangan syarat subyektifnya (sepakat atau


kecakapan) dapat dimintakan oleh orang tua atau wali dari
pihak yg tdk cakap atau oleh pihak yg memberikan
perizinannya secara tidak bebas karena memberikan
paksaan-khilaf-ditipu.

• Upaya ini bisa dilakukan dgn secara aktif menuntut


pembatalan perjanjian di depan hakim,atau secara
pembelaan-menunggu sampai digugat di depan hakim untuk
memenuhi perjanjian,dan disitulah baru mengajukan
kekurangan perjanjian tsb.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


78 Berlakunya satu syarat batal 1265

• Perikatan bersyarat : perikatan yg nasibnya digantungkan


pada suatu peristiwa yg akan datang dan masih belum tentu
terjadi,baik secara menangguhkan lahirnya perikatan smp
prstw tsb terjadi,atau membatalkan perikatan menurut terjadi
atau tidaknya peristiwa tsb.

• Syarat batal adalah syarat yg apabila terpenuhi,menghentikan


perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali pada
keadaan semula seolah” tdk terjadi perjanjian.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


79 Lewat Waktu

• Lewat waktu adalah upaya untuk memperoleh sesuatu atau


untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu
waktu tertentu dan atas syarat” yang ditentukan oleh undang”.
• Daluarsa acquisitif – daluarsa untuk memperoleh hak milik
atas barang
• Daluarsa Extinctif – daluarsa untuk dibebaskan dari suatu
perikatan.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam


80

• 1967 BW – segala tuntutan hukum baik yang bersifat


kebendaan, maupun yg bersifat perorangan hapus karena
daluarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, sedangkan
siapa yg menunjukan adanya daluarsa itu tidak usah
mempertunjukkan suatu atas hak dan kepadanya tidak dapat
diajukan suatu tangkisan yang didasarkan atas adanya itikad
buruk.

• Dengan lewatnya waktu tsb, hapuslah perjanjian tsb dan


berubah menjadi natural verbintenis.

Hukum Perjanjian – M. Zairul Alam

Anda mungkin juga menyukai