Anda di halaman 1dari 18

BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP

MAKALAH

Memenuhi tugas matakuliah

Hukum Lingkungan

yang dibina oleh Ibu Amelia Ayu Paramitha, S.H., M.H.

Oleh
M. Dimas Andriyan Sheva 185010100111122 / (17)
Faiz Azhanzi Yazid 185010100111130 / (18)
Mohammad Rizqi 185010101111085 / (34)
Rafael Yehezkiel Aritonang 185010101111086 / (35)
Angelia Ashyira Sinaga 185010101111088 / (36)
Elsa Darma Pratiwi 185010101111089 / (37)
Winda Glea Cynthari 185010107111071 / (64)
Rania Pramesti Jaya 185010107111074 / (65)
Nisa Qonita 185010109111018 / (75)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan
rahmat- Nya maka dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan semampu kami.
Makalah “Baku Mutu Lingkungan Hidup”. Penyelesaian makalah ini juga
bersumberkan dari beberapa referensi dari pengetahuan yang kami miliki seputar
hal ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang untuk
menambah wawasan umum. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
sebagai penyempurnaan makalah ini.

Malang, 27 Februari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

ii
BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Pokok Permasalahan.............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Baku Mutu Lingkungan.....................................................................3

2.2 Kriteria Baku Mutu Lingkungan..........................................................................3

2.3 Jenis-Jenis Baku Mutu Lingkungan.....................................................................4

2.4 Contoh Penerapan Baku Mutu Lingkungan.....................................................5

2.5 Fungsi Baku Mutu Lingkungan...........................................................................6

2.6 Daya Dukung Lingkungan....................................................................................7

BAB III 12

PENUTUP 12

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi
acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan
kelestarian fungsi sumber daya alam serta lingkungan hidup, sehingga
keberlanjutan pembangunan tetap terjamin.

Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi sumber daya alam dan


lingkungan hidup dewasa ini, maka kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup ditujukan pada upaya mengelola sumber daya alam,
baik yang dapat diperbaharui maupaun yang tidak dapat diperbaharui melalui
penerapan teknologi ramah lingkungan, serta menerapkan secara efektif
penggunaan indikator-indikator hidup. Sasaran yang ingin dicapai adalah
terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan seiring
meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya kualitas lingkungan
hidup sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

Dewasa ini, ada banyak pendapat yang sering terjadi di masyarakat, misalnya
seseorang mengatakan bahwa sungai telah tercemar, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa sungai tersebut masih baik. Untuk mengatasi perbedaan
pendapat yang sering terjadi, dan supaya seseorang tidak memandang sesuatu dari
sudut kepentingannya sendiri, maka perlu adanya tolak ukur yang dapat
digunakan bersama. Di antaranya yaitu untuk mengatakan atau menilai bahwa
lingkungan telah rusak atau tercemar, dipakai baku mutu lingkungan. Penetapan
baku mutu lingkungan diperlukan untuk mencegah terjadinya pencemaran
terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia.

Konsep daya dukung lingkungan sudah mulai banyak di perbincangkan.


Mengingat semakin besarnya tekanan penduduk dan pembangunan terhadap
lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk dengan aktifitasnya menyebabkan
kebutuhan akan lahan bagi kegiatan sosial ekonominya (lahan terbangun) makin
bertambah dan sebaliknya lahan tidak terbangun makin berkurang. Selain itu,
pertambahan jumlah penduduk juga dibarengi dengan peningkatan konsumsi

1
sumber daya alam sejalan dengan meningkatnya tingkat sosial ekonomi
masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi
masyarakat akan mempengaruhi daya dukung lingkungan.

1.2 Pokok Permasalahan


Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut diatas, dapat dirumuskan
suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian baku mutu lingkungan?
2. Apa saja kriteria baku mutu lingkungan?
3. Apa saja jenis-jenis baku mutu lingkungan?
4. Apa saja contoh dari penerapan baku mutu lingkungan?
5. Apa saja fungsi baku mutu lingkungan?
6. Apa pengertian dari daya dukung lingkungan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui untuk
membuatpenulisan ini, yaitu:
1. Agar dapat memahami pengertian baku mutu lingkungan.
2. Agar dapat memahami kriteria baku mutu lingkungan.
2. Agar dapat mengetahui jenis-jenis baku mutu lingkungan.
3. Agar dapat mengetahui contoh penerapan baku mutu lingkungan.
4. Agar dapat mengetahui fungsi dari baku mutu lingkungan.
5. Agar dapat mengetahui pengertian dari daya dukung lingkungan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Baku Mutu Lingkungan


Berdasarkan Pasal 1 butir (13) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan:
“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu
sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.”
Menurut pasal 20 ayat (1), menyatakan:
“lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.”
Pasal-pasal tersebut memberikan pemahaman bahwa:
Dari pasal-pasal tersebut dapat ditarik pemahana bahwa baku mutu lingkungan
adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di
lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
tumbuhan atau benda lainnya, yang berfungsi adalah untuk mengatakan atau
menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dan untuk mengetahui telah
terjadi perusakan atau pencemaran lingkungan digunakan.

2.2 Kriteria Baku Mutu Lingkungan


Menyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan sebagai konsekuensi
dari pembangunan, terus dikembangkan upaya pengendalian dampak secara dini.
Salah satu bentuk upaya pengendalian dampak tersebut dalam rangka
melestarikan fungsi lingkungan hidup adalah penerapan baku mutu kerusakan
lingkungan hidup.Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup,
ditetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku
kerusakan akibat perubahan iklim.

3
Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup, ditetapkan kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup:

1) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku


kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim.
2) Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
a. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa
b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan; d. kriteria baku kerusakan
mangrove;
d. kriteria baku kerusakan padang lamun;
e. kriteria baku kerusakan gambut;
f. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
g. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada paramater
antara lain:
a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2.3 Jenis-Jenis Baku Mutu Lingkungan


Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam
keputusannya No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air
pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu
udara emisi dan baku mutu air laut. Dalam keputusan tersebut yang dimaksud
dengan:

4
1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas
kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air,
namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya;
2. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau
bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada
sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air;
3. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan benda;
4. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara,
sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien;
5. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar
yang ditenggang adanya dalam air laut.

2.4 Contoh Penerapan Baku Mutu Lingkungan


Data yang diambil dari lapangan untuk penerapan Baku Mutu Limbah Cair
Kawasan Industri adalah:

1. Luas areal kawasan industri yang terbangun (A) [hektar, ha]


2. Kadar sebenarnya (CA) untuk setiap parameter [mg/liter]
3. Debit limbah hasil pengukuran (DA) [liter/detik]
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemaran


(mg/liter) Maksimum
(kg/hari/ha)
BOD5 50 4.3
COD 100 8.6
TSS 200 17.2
pH 6.0 – 9.0
Debit limbah cair maksimum: 1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai.
Contoh perhitungan:

5
Suatu kawasan industri mempunyai luas lahan kawasan terpakai 1500
hektar. Parameter dari tabel di atas yang akan dijadikan contoh perhitungan adalah
parameter (j) BOD.

Dari tabel tersebut diketahui:


1. Debit maksimum yang diperbolehkan (Dm) = 1 liter/detik/ha
2. Untuk parameter BOD diketahui:
Kadar maksimum (Cm) = 50 mg/liter
Beban maksimum yang diperbolehkan = 4.3 kg/hari/ha
Data lapangan
1. Kadar BOD hasil pengukuran (CA) = 60 mg/liter
2. Debit hasil pengukuran (DA) = 1000 liter/detik
3. Luas lahan kawasan terpakai (A) = 1500 ha
Beban pencemaran maksimum parameter BOD yang diperbolehkan untuk
kawasan industri tersebut (persamaan II. 1.1) adalah:
BPM = Cm x Dm x f x A
= 50 x 1 x 0.086 x 1500
= (4.3 kg/hari/ha) x 1500 ha
= 6450 kg/hari
Beban pencemaran sebenarnya untuk parameter BOD kawasan industri tersebut
(persamaan II. 2.1) adalah:
BPA = CA x DA x f
= 60 x 1000 x 0.086
= 5160 kg/hari
Dari contoh di atas, BPA (5160 kg/hari) lebih kecil daripada BPM (6450 kg/hari),
jadi untuk parameter BOD kawasan tersebut memenuhi Baku Mutu Limbah Cair

2.5 Fungsi Baku Mutu Lingkungan


Baku mutu lingkungan ini keberadaannya sangatlah bermanfaat karena untuk
mengetahui apakah suatu lingkungan dalam keadaan tercemar maupun tidak.
Secara umum Baku Mutu Lingkungan mempunyai manfaat sebagai berikut:

6
1. Untuk menginformasikan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau
tercemar ataukah tidak.
2. Untuk mengetahui terjadinya pencemaran atau perusakan pada suatu
lingkungan.
3. Memberikan ketetapan batas tercemarnya suatu lingkungan
4. Untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan.

Itulah beberapa fungsi dari baku mutu lingkungan. Memang baku mutu
lingkungan ini mempunyai fungsi utama untuk menetapkan tingkat atau batas
pencemaran yang ada di ligkungan.

2.6 Daya Dukung Lingkungan


Pengertian Daya Dukung lingkungan Hidup:
Berdasarka Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) arti dari daya dukung lingkungan
Hidup terdapat pada pasal 1 angka 7, bahwa:
“daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia, mahluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya”.1
Sedangkan menurut Lenzen (2003), kebutuhan hidup manusia dari
lingkungan dapat dinyatakan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung
kehidupan manusia. Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini disebut
jejak ekologi (ecological footprint). Lenzen juga menjelaskan bahwa untuk
mengetahui tingkat keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan
hidup manusia kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan produktif.
Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan produktif ini
kemudian dihitung sebagai perbandingan antara lahan tersedia dan lahan yang
dibutuhkan. Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung
pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup
secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan
dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme
secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.
Definisi Daya Dukung Lingkungan/ Carrying Capacity :

1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

7
 Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang
yang dapat
didukung oleh suatu lingkungan
 Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan
tanpa merusak
lingkungan tersebut
 Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam
periode jangka
panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut
 Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung
oleh suatu
lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut
 Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu
kelompok manusia
dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan diatas angka yang
diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya.
Kapasitas pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam
sebuah lingkungan tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat
tinggal, dan kondisi sosial dari masing-masing lingkungan tempat tinggal
tersebut.
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu
kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah
(assimilative capacity). Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan
hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan
dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air
dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung
pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan
daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga)
pendekatan, yaitu:
a) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
b) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
c) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas
lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus
mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau
defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil
penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan

8
rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat
dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang
harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi
pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar
daerah.
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara
ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL).Penentuan daya dukung lahan
dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan.
i. Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
ii. Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.2
Hal lain yang menjadi tantangan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup adalah mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan manusia dalam jangka pendek dengan keberlanjutan pemanfaatannya
untuk menunjang kehidupan yang keberlanjutan dalam pembangunan serta
memperhatikan kesejahteraan sosial, ekonomi dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup hingga masa yang akan datang. Oleh karena itu kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lainnya dan
keseimbangan antar keduanya (daya dukung lingkungan hidup) serta kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalamnya (daya tampung lingkungan hidup) penting
untuk diketahui, dipahami dan dijadikan dasar dalam perencanaan pemanfaatan
sumber daya alam, perencanaan pembangunan dan perencanaan pemanfaatan
ruang.

Penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagai dasar
pertimbangan dalam pembangunan dan pengembangan suatu wilayah telah
diamanatkan sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang kemudian
disempurnakan menjadi Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan kini Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.  Dalam Undang-
undang nomor 32 Tahun 2009, amanat daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup tertuang dalam sejumlah pasal, diantaranya Pasal 12 yang
menyebutkan bahwa apabila Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RPPLH) belum tersusun, maka pemanfaatan sumber daya alam
dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Selain itu, dalam Pasal 15, 16 dan 17 dijelaskan bahwa daya dukung dan daya
2
Wikimedia “Daya Dukung Lingkungan Hidup”
https://id.wikibooks.org/wiki/Daya_Dukung_Lingkungan_Hidup diakses pada kamis,27 Februari
2020

9
tampung lingkungan hidup merupakan salah satu muatan kajian yang mendasari
penyusunan atau evaluasi rencana tata ruang wilayah (RTRW), rencana
pembangunan jangka panjang dan jangka menengah (RPJP dan RPJM) serta
kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup, melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS). 

Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tertuang pula pada
Pasal 19, yang menyatakan bahwa untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib
didasarkan pada KLHS dan ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup. Keterkaitan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dengan KLHS, RPPLH dan pemanfaatan sumber daya alam
sebagaimana digambarkan pada diagram keterkaitan DDTLH.3 

Beberapa perangkat peraturan perundang-undangan mengenai muku batu


lingkungan di Indonesia sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


01/BIRHUKMAS/1/1975 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum, tanggal 26 April 1975 , kemudian dinyatakan tidak berlaku
lagi dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomot
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air, tanggal 3 September 1990. Peraturan ini telah mencabut pula
berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
172/Menkes/Per/VII/1977 tentang syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Kolam Renang dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
257/Menkes/Per/VI/1982 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Pemandian Umum.
2. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Nomor:KEP-02/MENKLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan, Kemudian diubah dengan KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang
Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan yang sudah Beroperasi, yang
mencabut Bab II serta Lampiran I dan Lapiran II kepurusan MENKLH
Nomor: KEP-02/MENKLH/1/1988 tentang Pedoman Baku Mutu
Lingkungan.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Hotel, tanggal 23 Oktober 1995.

3
Mohammad Dony Yunus. “Daya Tampung dan Daya Dukung Lingkungan Hidup” diakses pada
Kamis, 27 Februari 2020

10
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
42/MENLH/10/1996 tentang Baku Mutu Limbang Cair Bagi Kegiatan
Minyak dan Gas serta Panas Bumi.
6. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor: 413
Tahun 1987 Tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air di Jawa Timur.
7. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor: 187
Tahun 1988 Tentang Peruntukan Air Sungai di Jawa Timur.
8. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor: 129
Tahun 1997 tentang Baku Cara Uji Udara Ambien di Propinsi
DaerahTingkat 1 Jawa Timur.
9. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor: 60
Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Usaha Kegiatan Hotel
di Propinsi Daerah Tingka I Jawa Timur.
10. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor: 61
Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Usaha Kegiatan
Rumah Sakit di Propinsi Daerah Tingka I Jawa Timur.4

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya, yang berfungsi adalah

4
Siti Sundari Rangkut.2005.”Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional”.Surabaya.Airlangga University Press.

11
untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dan
untuk mengetahui telah terjadi perusakan atau pencemaran lingkungan digunakan.
Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup, ditetapkan kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup:

1. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku


kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan
iklim.
2. Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
h. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa
i. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
j. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan; d. kriteria baku kerusakan
mangrove;
k. kriteria baku kerusakan padang lamun;
l. kriteria baku kerusakan gambut;
m. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
n. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada
paramater antara lain:
a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya


No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air,
baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku
mutu air laut. Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:

12
1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air,
2. Baku mutu limbah cair
3. Baku mutu udara ambien
4. Baku mutu udara emisi
5. Baku mutu air laut
Secara umum Baku Mutu Lingkungan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Untuk menginformasikan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak
atau tercemar ataukah tidak.
2. Untuk mengetahui terjadinya pencemaran atau perusakan pada suatu
lingkungan.
3. Memberikan ketetapan batas tercemarnya suatu lingkungan
4. Untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan.

Itulah beberapa fungsi dari baku mutu lingkungan. Memang baku mutu
lingkungan ini mempunyai fungsi utama untuk menetapkan tingkat atau batas
pencemaran yang ada di ligkungan.

Berdasarka Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) arti dari daya dukung lingkungan
Hidup terdapat pada pasal 1 angka 7, bahwa:
“daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, mahluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya”

Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu


kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah
(assimilative capacity). Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan
hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan
dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air
dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung
pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan
daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga)
pendekatan, yaitu:
a) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
b) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
c) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

13
Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan
hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan
kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan
dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan
air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang.

DAFTAR PUSTAKA

Siti Sundari Rangkut.2005.”Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan


Nasional”.Surabaya.Airlangga University Press.
Mohammad Dony Yunus. “Daya Tampung dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup” https://mohdyunus.id/daya-dukung-dan-daya-tampung-lingkungan-
hidup-dalam-pembangunan-wilayah/ diakses pada Kamis, 27 Februari 2020

14
Wikimedia “Daya Dukung Lingkungan Hidup”
https://id.wikibooks.org/wiki/Daya_Dukung_Lingkungan_Hidup diakses pada
kamis,27 Februari 2020
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

15

Anda mungkin juga menyukai