Oleh :
Ricky Fernando Maharis
Pembimbing:
Dr. dr. Luh Made Mas Rusyati, SpKK(K), FINSDV, FAADV
PENDAHULUAN
Pemfigus merupakan sekelompok penyakit bula kronis dimana
didapatkan autoantibodi terhadap permukaan sel keratinosit
yang menyebabkan hilangnya adhesi antara keratinosit satu
dengan lainnya akantolisis.
Riwayat Pengobatan
Riwayat Keluarga
Eflorosensi :
• Bula multipel, dinding
kendor, bentuk bulat,
ukuran diameter bervariasi
0,5-2 cm, berisi cairan
serous, konfigurasi dan
ditribusi tersebar, juga
tampak erosi dan ekskoriasi
multipel, bentuk geografika,
ukuran bervariasi 0,5x1 cm
hingga 3x4 cm, beberapa
ditutupi krusta kecoklatan.
• Mousy odor (+).
• Tanda nikolsky (+)
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Thorak oabdominalis anterior dan
posterior
Eflorosensi :
• Bula multipel, dinding kendor,
bentuk bulat, ukuran diameter
bervariasi 0,5-2 cm, berisi
cairan serous, konfigurasi dan
ditribusi tersebar, juga tampak
erosi dan ekskoriasi multipel,
bentuk geografika, ukuran
bervariasi 0,5x1 cm hingga 3x4
cm, beberapa ditutupi krusta
kecoklatan.
• Mousy odor (+).
• Tanda nikolsky (+)
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Ekstremitas atas kanan kiri
Eflorosensi :
• Bula multipel, dinding
kendor, bentuk bulat,
ukuran diameter bervariasi
0,5-2 cm, berisi cairan
serous, konfigurasi dan
ditribusi tersebar, juga
tampak erosi dan ekskoriasi
multipel, bentuk geografika,
ukuran bervariasi 0,5x1 cm
hingga 3x4 cm, beberapa
ditutupi krusta kecoklatan.
• Mousy odor (+).
• Tanda nikolsky (+)
PLANNING
Pemeriksaan Gram
Pemeriksaan Tzanck
leukosit 2-5/lpb
kokus gram positif (-) Sel akantolitik (+)
kokus basil negatif (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Biopsi
(14 April 2019)
Penatalaksanaan :
• Infus NaCl 0,9% : dekstrosa 5% = 1:1 = 20 tetes per menit
• Injeksi metilprednisolon 125 mg intravena setiap 24 jam
• Lansoprazole 30 mg peroral tiap 24 jam
• Paracetamol 500 mg peroral setiap 8 jam
• Kompres terbuka NaCl 0,9% setiap 6 jam selama 15 menit pada lesi erosi
dan krusta
• Krim hidrokortisone 2,5% + kloramfenicol 2% secara topikal tiap 12 jam
pada lesi erosi yang sudah kering
• triamsinolon in ora base tiap 12 pada erosi di bibir
PENGAMATAN LANJUTAN I
Minggu ke-2
Tanggal 22 April 2019
ANAMNESIS
◦ Pada tanggal 22 April 2019 pasien kembali dirawat
◦ Bengkak pada bibir membaik, lesi baru tidak ada. Nyeri pada
luka akibat gelembung yang pecah membaik.
◦ Lesi lama meninggalkan bercak kecoklatan di seluruh tubuh.
◦ Tidak ada keluhan demam, nyeri kepala, nyeri kencing maupun
nyeri menelan.
◦ Pasien sering merasakan mual setelah minum obat, tidak ada
muntah.
RIWAYAT PENGOBATAN
◦ Pengobatan saat ini Metilprednisolon 32mg-32mg-0
tablet (3 hari)
PEMERIKSAAN FISIK
◦ Status present dan status generalis dalam batas normal
◦ Berat badan 42 kg
◦ VAS score 2
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Bibir, wajah
Eflorosensi :
• Erosi multipel, batas tegas, bentuk
geografika, ukuran bervariasi 0,5x1
cm-3x4cm. Juga tampak makula
hiperpigmentasi multipel, batas tegas,
bentuk geografika, ukuran 0,3x0,5 cm-
2x4cm
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Thorakoabdominalis anterior
dan posterior
Eflorosensi :
• Erosi multipel, batas tegas,
bentuk geografika, ukuran
bervariasi 0,5x1 cm-3x4cm.
Juga tampak makula
hiperpigmentasi multipel,
batas tegas, bentuk
geografika, ukuran 0,3x0,5
cm-2x4cm
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Ekstremitas atas kanan kiri dan
ektremitas bawah kanan kiri
Eflorosensi :
• Erosi multipel, batas tegas,
bentuk geografika, ukuran
bervariasi 0,5x1 cm-3x4cm.
Juga tampak makula
hiperpigmentasi multipel,
batas tegas, bentuk
geografika, ukuran 0,3x0,5
cm-2x4cm
KULIT DAN KELAMIN
Diagnosis :
Pemfigus Vulgaris
Penatalaksanaan :
Infus NaCl 0,9% 20 tetes per menit
Injeksi metilprednisolon 125 mg intravena setiap 24 jam
Kompres NaCl 0,9% setiap 6 jam selama 15 menit pada lesi erosi dan krusta
Krim hidrokortisone 2,5% + kloramfenikol 2% topikal tiap 12 jam pada lesi
erosi yang sudah kering
Triamsinolon in ora base tiap 12 pada erosi di bibir
KULIT DAN KELAMIN
Diagnosis :
Pemfigus Vulgaris
Minggu ke-4
Tanggal 3 Mei 2019
ANAMNESIS
• Pasien datang untuk kontrol di poliklinik kulit dan kelamin RSUP
Sanglah
• Tidak ada lesi baru pada kulit
• Lesi lama menjadi kecoklatan
• Tidak ada demam, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri menelan,
nyeri kencing
RIWAYAT PENGOBATAN
• Pasien mengkonsumsi metilprednisolon tablet 32 mg-32mg-
0 peroral selama (1 minggu) dan azathioprine 100 mg
peroral tiap 24 jam selama (1 minggu).
• Pasien sempat rawat inap di RS Sanglah 2 kali MRS
pertama selama 1 minggu (13/04/2019-20/04/2019), MRS
kedua selama 1 minggu (22/04/2019-28/04/2019).
PEMERIKSAAN FISIK
◦ Status present dan status generalis dalam batas normal
◦ Berat badan 42 kg
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Bibir, Wajah
Eflorosensi :
Erosi multipel, batas tegas, bentuk
geografika, ukuran bervariasi 0,5x1 cm-
2x3cm. Juga tampak makula
hiperpigmentasi multipel, batas tegas,
bentuk geografika, ukuran 0,3x0,5 cm-
2x5cm.
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Thorakoabdominal
anterior dan posterior
Eflorosensi :
Erosi multipel, batas
tegas, bentuk
geografika, ukuran
bervariasi 0,5x1 cm-
2x3cm. Juga tampak
makula
hiperpigmentasi
multipel, batas tegas,
bentuk geografika,
ukuran 0,3x0,5 cm-
2x5cm.
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Ekstremitas atas kanan kiri
Eflorosensi :
• Erosi multipel, batas
tegas, bentuk geografika,
ukuran bervariasi 0,5x1
cm-2x3cm. Juga tampak
makula hiperpigmentasi
multipel, batas tegas,
bentuk geografika,
ukuran 0,3x0,5 cm-2x5cm
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Ekstremitas bawah kanan kiri
Eflorosensi :
• Erosi multipel, batas tegas,
bentuk geografika, ukuran
bervariasi 0,5x1 cm-2x3cm.
Juga tampak makula
hiperpigmentasi multipel,
batas tegas, bentuk
geografika, ukuran 0,3x0,5
cm-2x5cm
PEMBAHASAN
PEMFIGUS VULGARIS
11 kasus baru
(Tahun 2014-
70% 2016)
Perempuan,
Insiden 0.1-0.5/100.000 Usia 17 Tahun
populasi/tahunnya
Mukosa Genital
60% kasus Pemphigus Vulgaris
bulan
Gelembung yang
mudah pecah
Nyeri
Lesi Primer
Gejala awal : kavitas oral
MANIFESTASI KLINIS PEMFIGUS VULGARIS
Induksi mekanik pada kulit yang
Nikolsky Sign + tampak normal dengan gesekan
KASUS
Manifestasi awal pada kavitas oral ke
kulit berupa bula dengan dinding kendur
yang mudah pecah & menimbulkan erosi
pada kulit dan mukosa, nikolsky (+)
DIAGNOSIS PEMFIGUS VULGARIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Hapusan tzanck
4. Biopsi kulit
5. Imunofluerescence langsung
6. Imunofluorescence tidak langsung
KASUS :
sel akantolitik (+)
DIAGNOSIS PEMFIGUS VULGARIS
TEORI KASUS
Akantolisis Hilangnya adhesi antar sel Hasil biopsi pada kasus tampak adanya
keratinosit Terbentuk bula suprabasal celah suprabasal, gambaran row of
intrepitelial tombstones appearance dan neutrophil.
Efek pada
Penghambat pergerakan
poten dari & fungsi
aktivasi NF leukosit
kappa B serta faktor
humoral
KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid sistemik lini pertama pada Pemphigus Vulgaris
Kelenjar Adrenal
Kasus
Kasus
Pada hari ke-17 rawat inap pertama diberikan juga sparing agent berupa
siklosporin 50 mg tiap 12 jam per oral namun tidak menunjukkan hasil yang
memuaskan dan pada rawat inap kedua (minggu ke-20) dilakukan
penggantian sparing agent menjadi azathioprin dengan dosis 50 miligram
tiap 12 jam peroral.
KORTIKOSTEROID SPARING AGENT
Siklosporin terikat pada protein sitosolik T sel spesifik,
cyclophilin
Kompleks cyclosporine–cyclophilin menghambat
kalsineurin bertanggung jawab pada transkripsi IL-2
berakibat pada penurunan fungsi dari efektor sel T
Siklosporin juga digunakan sebagai terapi pemfigus.
Dosis 3–5 mg/kg/hari digunakan sebagai terapi adjuvan
untuk pemfigus dikombinasikan dengan steroid sistemik.
Efek samping utama dari siklosporin adalah hipertensi
dan disfungsi renal
Kasus
Diberikan siklosporin dengan dosis 100 miligram per hari
KORTIKOSTEROID SPARING AGENT
Kasus
Diberikan azathioprine dengan dosis 100 miligram per hari sebagai terapi
adjuvan
EFEK SAMPING KORTIKOSTEROID
Hypertrichosis
Teori
Hypercortisolism
Cushing Syndrome
Kasus
EFEK SAMPING KORTIKOSTEROID
TOPIKAL Risiko efek samping
• Striae
• Hipertrikosis
• Atrofi kulit
• Telangiektasia
• Perioral dermatitis
KASUS
Pemberian
Desoxymethasone topical
0.25% tiap 12 jam
CUSHINGOID APPEARANCE
• Terapi steroid berkepanjangan
peningkatan berat badan dan
redistribusi dari jaringan lemak
yang mengakibatkan penampakan
cushingoid (obesitas trunkus,
jaringan lemak fasialis seperti
moon face dan jaringan lemak
dorsoservikal). Kasus
• Peningkatan berat (70%)
• Cushing Syndrome yang terjadi Pada pasien didapatkan
dua bulan pertama terapi adanya peningkatan berat
bergantung pada dosis dan durasi badan, moon face dan
terapi kortikosteroid buffalo hump
• Usia muda>>
KELAINAN MATA
• Kelainan mata seperti katarak, glaukoma dan central serous
chorioretinopathy (CSCR) meningkat pada pasien yang
menggunakan glukokortikoid.
• Penggunaan glukokortikoid katarak subkapsular posterior
(posterior subcapsular cataracts/ PSCC).
Kasus
Terjadi komplikasi okuler
berupa katarak subkapsular
posterior pada okuli dextra
dan sinistra.
KELAINAN MATA
• Optic disc swelling merupakan kondisi patologis dengan berbagai penyebab.
Gejala klinis yang berhubungan dengan bilateral optic disc swelling umumnya
adalah papiledema, neuropati infiltratif, toxic optic neuropathy
• Mekanisme kortikosteroid menyebabkan edema papil belum jelas
• Studi yang mempelajari masih terbatas kasus yang dilaporkan tidak
banyak
Kasus
Setelah penegakkan papil
edema dilakukan
Penanganan hanya berupa
terapi simtomatik oleh TS
Mata dan TS Neurologi
KELAINAN KULIT
Kortikosteroid menginduksi perubahan pada kulit
yang menyebabkan penipisan dan kerapuhan kulit Patogenesis
berupa purpura dan striae.
Penipisan kulit dan purpura biasanya reversibel Cross Linking
setelah penghentian terapi, tapi striae yang terjadi kolagen imatur
permanen pada dermis
Kasus
Didapatkan adanya striae pada area abdomen, lengan dan paha
KELAINAN KULIT
Erupsi akneiformis merupakan kelainan yang ditandai dengan papul dan pustul
menyerupai akne vulgaris
Perbedaan utama dengan akne vulgaris adalah tidak didapatkan adanya komedo
pada erupsi akneiformis
Patogenesis dari akne akibat steroid dianggap akibat degradasi epitel folikuler
yang mengakibatkan ektrusi dari isi folikuler.
Kasus
Didapatkan adanya papul dan pustul, tidak terdapat komedo
yang dikeluhkan sejak pengamatan kedua
KELAINAN KULIT
Kortikosteroid meningkatkan
pertumbuhan rambut vellus
melalui mekanisme yang tidak
diketahui
Kasus
Didapatkan hipertrikosis pada saat pasien mendapat
kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan keluhan mulai membaik
dengan penurunan dosis kortikosteroid
KELAINAN PSIKIATRI
Gangguan psikiatri dan kognitif • Bergantung pada dosis dan durasi terapi
yang luas : • Terapi jangka pendek euforia
- Gangguan daya ingat • Terapi jangka panjang depresi
- Agitasi • Glukokortikoid gangguan tidur &
- Cemas mimpi buruk
- Ketakutan • Gejala psikosis persisten terapi anti
- Hipomania psikosis
- Insomnia
- Iritabilitas
- Labilitas mood Tatalaksana memodifikasi waktu
- Lethargi pemberian glukokortikoid, bila diperlukan
- Psikosis pemberian obat sedasi di malam hari
Kasus
Terjadi gangguan psikiatri yaitu depresi berat, dikatakan gejala
berkurang dengan penurunan dosis kortikosteroid.
KELAINAN GASTROINTESTINAL
Kortikosteroid meningkatkan
sekresi gastrin & menyebabkan
hiperplasia sel parietal
1. Peningkatan sekresi asam Gastritis
2. Mengurangi sintesis lender
gaster
3. Menekan metabolism asam
arakidonik
4. Menekan sintesis
prostaglandin
Kasus
Komplikasi sistim gastrointestinal berupa Gastritis
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus komplikasi dari
penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada
penderita pemfigus vulgaris
Dubius
Classification of severity in
Pemfigus
A number of severity indices (including the pemphigus disease
disorders but none has yet been universally adopted [89,90]. However,
ROOKS
Disease course and prognosis
Pemphigus in its various forms typically has a chronic course with
an average disease duration of 10 years [91]. However, there is
great variability in disease length in patients. Various factors have
been suggested to influence this including the site and severity of
initial disease, with oral involvement an adverse prognostic factor
[92–94]. Immunologically, the presence of both Dsg 1 and 3
antibodies tends to associate with more active disease [95]. Recent
data from the UK suggest that early age of onset and Asian ancestry
associate with more prolonged disease activity
ROOKS
Histopathology
The earliest histological changes consist of intercellular oedema
with loss of intercellular attachments in the basal layer. Suprabasal
epidermal cells separate from the basal cells to form clefts and blisters.
Basal cells remain attached to the basement membrane but separate
from one another and stand like a ‘row of tombstones’ on the
floor of the blister. Blister cavities contain rounded‐up acantholyticcells,
which can be found in smears taken from the base of a blister
or an oral erosion (Tzank preparation). Clefting may extend into the
walls of adnexae. Blistering is preceded by eosinophilic spongiosis
in some cases. The superficial dermis has a mild, superficial, mixed
inflammatory infiltrate that may include eosinophils.
Direct immunofluorescence testing