PSIK/AA/09-10
• DEFINISI
• NYERI :
perasaan sensoris & emosional yg tidak menyenangkan yg berhubungan dg
adanya / potensi rusaknya jaringan, keadaan yg menggambarkan kerusakan
jaringan tsb.
• DEMAM :
pengaturan panas pd tingkat suhu yg lebih tinggi; gejala penyerta infeksi;
reaksi tangkis bagi tubuh terhadap infeksi. Suhu > 37°C limfosit & makrofag
lebih aktif; suhu > 40 - 41°C menjadi kritis & fatal (tidak terkendalikan oleh
tubuh).
Reseptor suhu & pusat termoregulasi terletak di hipotalamus.
• ANALGETIKA :
(Obat penghalang nyeri) : zat-zat yg mengurangi/menghalau rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dg anestetik umum).
• ANTIPIRETIKA :
Zat yg menurunkan suhu tubuh sampai nilai ambang normal (37°C).
Penatalaksanaan nyeri & kualitas hidup
1. Menurut jenisnya
• Menurut derajatnya :
4.1. nyeri ringan : nyeri hilang timbul, terutama waktu
beraktivitas & hilang waktu tidur.
4.2. nyeri sedang : nyeri terus-menerus, aktivitas terganggu,
hanya hilang waktu tidur.
4.3. nyeri berat : nyeri terus-menerus sepanjang hari, tidak
bisa tidur/sering terbangun karena nyeri.
Visual analog scale (VAS)
- Cara pemberian :
1. Parasetamol 4 dd 1 g + co-analgetik → efeknya kurang, beri
no.2
2. Parasetamol 4-6 dd 1 g + kodein 4-6 dd 30-60 mg + co-
analgetik.
3. Opioid kuat : morfin (oral, s.c. kontinu, i.v., epidural/spinal).
Co - analgetika
• Obat yg indikasi utamanya bukan menghalau nyeri.
• Bisa digunakan tunggal / dikombinasikan dg analgetik lain pd
keadaan tertentu , mis : nyeri onkologik & nyeri neuropatis.
• Fungsi :
- memperkuat efek analgetik
- memperbaiki alam perasaan yg sedang kacau
- bersifat antiinflamasi
- meningkatkan nafsu makan
- membantu mengatasi anorexia
- mengurangi tekanan intrakranial, kompresi epidural &
susunan saraf spinal.
• Contoh : psikofarmaka (antidepresiva trisiklik = amitriptilin;
antiepileptika = levopromazin, karbamazepin, valproat,
fenitoin, pregabalin) ; kortikosteroid (prednison,
deksamethason).
Penatalaksanaan nyeri
3. Akibat komplikasi penyakit atau penggunaan obat.
3.1. polyneuropati
• Yaitu gangguan saraf perifer, tidak bersifat nociceptif, dasar
keluhan bervariasi karena berbagai reseptor berperan.
• Gejala : sakit seperti ditusuk-tusuk, kelemahan otot,
hilang perasaan & refleks berawal dari jari-jari kemudian
menjadi lumpuh pada kedua kaki & tangan.
• Penyebab : DM, pecandu alkohol, peradangan kronis,
gagal ginjal, obat virustatika, anti HIV.
• Pengobatan :
1. kombinasi antidepresiva trisiklik & antiepileptika.
2. obat opioid (tramadol, fentanil) + kombinasi no.1.
3. polyneuropati karena HIV → lamotrigin.
Penatalaksanaan nyeri
3.2. Neuralgia postherpetis.
• Adalah gangguan saraf perifer / nyeri pd bagian atas tubuh yg diperoleh
setelah sembuh dari Herpes zoster (umumnya pd lansia).
• Gejala : nyeri, rasa terbakar terus-menerus, bertahan sampai 2 tahun.
• Pengobatan :
1. 72 jam setelah timbul rash diberi virustatika (asiklovir 5 dd 800 mg
setiap 4 jam selama 7 hari, ditambah kortikosteroid).
2. Bila masih nyeri :
- Antidepresiva trisiklis (amitriptilin, klomipramin, nortriptilin).
- Antiepileptika (gabapentin, karbamazepin, fenitoin, asam valproat,
klonazepam).
- Obat opiat kuat (plester fentanil, metadon).
Penatalaksanaan nyeri
3.3. Neuralgia trigeminus.
• Adalah nyeri neuropatis akibat gangguan dari saraf otak ke-5.
• Gejala : nyeri hebat seperti tersayat di bagian muka.
• Pengobatan : amitriptilin, karbamazepin, fenitoin, valproat,
gabapentin, pregabalin (th 2004).
Klasifikasi analgetik
Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetika dibagi :
2. Analgetika narkotika
- bekerja sentral (hipnoanalgetika)
- berkhasiat kuat
- Menghalau rasa nyeri hebat (kanker).
1. ANALGETIK PERIFER SECARA KIMIAWI, DIBAGI :
1. Parasetamol
2. Salisilat : asetosal, salisilamid, benorilat
3. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug’s)
4. Derivat antranilat : mefenaminat, asam niflumat glafenin,
floktafenin.
5. Derivat pirazolinon : aminofenazon, isopropilfenazon,
isopropilaminofenazone, metamizol.
6. Lain-lain : benzidamin.
.
• Sinonim : P – asetamidofenol; P – asetamino – fenol;
P – asetilaminofenol; P-hidroksi asetanilida; Asetaminofen.
Kontraindikasi
• Hipersensitif terhadap parasetamol & defisiensi Glukose-6-fosfat
dehidrogenase.
• Tidak boleh digunakan pada penderita dg gangguan fungsi hati
• Indikasi :
– Sebagai analgetik & anti-inflamasi & obat rema (artritis reumatoid,
osteoartritis).
– Pengobatan nyeri ringan sampai sedang.
– Penurun demam.
– Profilaksis serangan iskemik transien (transient ischemic attack / TIA).
– Profilaksis infark miokard.
Farmakodinamik / mekanisme kerja aspirin
• Antiinflamasi
1. Dewasa (PO) : 2,6 – 6,2 gram/hari dalam dosis terbagi.
2. Anak-anak (PO) : 60 – 110 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
• Pencegahan TIA
Dewasa (PO) : 1,3 gram/hari dalam 2 – 4 dosis terbagi.
I. ASAM KARBOKSILAT
dihambat fosfolipase
kortikosteroid
asam arachidonat
lipooxigenase dihambat
dihambat NSAID / Cyclooxygenase
zileuton
obat serupa
montelukast
aspirin
COX-1 COX-2
dihambat
leukotrien
nebumeton
Tromboxan prostacyclin prostaglandin LTA
celecoxib
TXA2 PGI2 PGE2/F2
-vaso <
-proteksi peradangan
-bronchi <
lambung
-agregasi > LTB4 LTC4 – LTD4 – LTE4
-vaso >
-antiagregasi
peradangan
-vaso <
-permeab >
• Ada 3 macam obat anti-inflamasi (kerja agak selektif) :
1. Menghambat COX-2 > kuat dp COX-1 (COX-2 inhibitors / penghambat
COX-2 selektif), ex. Nabumeton, meloxicam.
2. Tidak menghambat COX-1 sama sekali pd dosis biasa, tapi efek klinis
iritasi mukosa lambung masih perlu dibuktikan.
ex. Celecoxib, diklofenak, naproksen, ketoprofen.
3. Menghambat ke-2 enzim COX
ex. Sulfasalazin
• Kortikosteroid
- Menghambat fosfolipase → pembentukan PG maupun LT dihalangi.
- Efek kortikosteroid terhadap gejala rema > NSAID → ES > pd dosis tinggi
& penggunaan lama.
Farmakodinamik / Mekanisme
Efek Antiinflamasi NSAID :
• Inflamasi : respon lokal jaringan terhadap rangsang yg berasal dari luar.
• Macam-macam rangsang :
1. Rangsang fisika (panas, sinar matahari)
2. Rangsang kimia (zat kimia)
3. Rangsang mekanik (pukulan/benturan)
4. Rangsang biologik (zat yg dikeluarkan MH, ex. Bisa)
• Gejala/tanda radang :
1. Kalor = panas = heat
2. Rubor = merah = red
3. Tumor = bengkak = swelling
4. Dolor = sakit = pain
5. Functio lase = loss of function
• Farmakodinamik / Mekanisme antiinflamasi NSAID : (lanj…)
3. Agregasi trombosit
• Efeknya dikurangi, karena penghambatan biosintesis tromboksan
A2 (TXA2) → masa perdarahan diperpanjang.
• Bersifat reversibel (kecuali asetosal)
• Efek ini untuk terapi profilaksis trombo-emboli.
Efek Samping NSAID
4. Reaksi kulit
Ruam & urtikaria (diklofenak & sulindak).
5. Bronchokonstriksi
Pd pasien asma yg hipersensitif NSAID
6. Efek Sentral
Nyeri kepala, pusing, tinitus, termangu-mangu, sukar tidur, depresi,
gangguan penglihatan.
7. Lain – lain
Gangguan fungsi hati (diklofenak), gangguan haid (diklofenak, indometasin),
anemia aplastis (jarang).
1. Agonis Opiat
• Menyerupai morfin, bekerja sebagai agonis terutama pd reseptor μ dan
mungkin pd reseptor k.
• alkaloid candu : morfin, codein, heroin, nicomorfin.
• Zat sintetis : metadon & derivatnya (dextromoramida, propoksifen,
bezitramid), petidin & derivatnya (fentanil, sufentanil), tramadol.
2. Antagonis Opiat
• Tidak memiliki aktivitas agonis pd semua reseptor.
• Ex : nalokson, naltrekson, nalorfin, pentazosin, buprenorfin, nalbufin.
3. Kombinasi
• Zat ini mengikat pd reseptor opiat tapi tidak mengaktivasi kerjanya dg
sempurna.
a). Agonis-antagonis opiat
Bekerja sebagai agonis pd beberapa reseptor & sebagai antagonis (agonis
lemah) pd reseptor lain. Ex : nalorfin, pentazosin, nalbufin, dezosin,
butorfanol, buprenorfin.
b). Agonis parsial (buprenorfin, pentazosin).
• Indikasi analgetik opioid (umum)
1. Absorpsi
50% obat diabsorpsi dari sal. GI & diabsorpsi sempurna dari
tempat injeksi i.m.
2. Distribusi
umumnya didistribusikan secara luas, menembus plasenta &
masuk ASI.
3. Metabolisme
umumnya di hati, reaksi metabolisme berbeda tergantung @
obat.
4. Ekskresi
melalui ginjal.
5. Waktu paruh eliminasi
berbeda tergantung @ obat.
Efek samping analgetik opioid (umum)
• Penyebab :
– Penggunaan jangka lama
– Toleransi, yaitu efektifitas opioid berkurang karena
dipercepatnya absorpsi / eliminasinya / menurunnya
sensitifitas jaringan sehingga diperlukan dosis yg lebih besar
untuk mencapai efek yg sama seperti semula.
– penggunaan dosis besar lebih baik bagi si pengguna &
tidak menimbulkan gejala intoksikasi.
• Kontraindikasi :
1. Hipersensitifitas
2. Kehamilan / laktasi (penggunaan kronis)
3. Penggunaan dg MAOI (Monoamin oksidase inhibitor) yg baru
berjalan (14 – 21 hari).
4. Peningkatan tekanan intrakranial / konsentrasi CO2 (penyakit
pernafasan yg berat).
Interaksi
1. Analgetik opioid vs obat gol. Depresan SSP lain (alkohol;
antihistamin; sedatif-hipnotik = barbiturat & benzodiazepin;
obat anestesi = nitrogen oksida; metoklopramida; fenotiazin /
proklorperazin; antidepresan trisiklik) → depresi SSP >>>.