Program TB
• Case detection Insidens TB↓,
(masyarakat dan semua • Cakupan penemuan kasus Kematian TB↓
Man, money, material, simpul fasyankes) • Cakupan pengobatan
method, machine Kasus TB Sembuh
• Pengobatan (Non MDR, sesuai standar
MDR) sesuai standar Surveilans (survei)
Program Imunisasi
• Tata kelola optimal Insidens PD3I ↓
Man, money, material, (sasaran, PWS, dll) • Cakupan Imunisasi
method, machine • Kualitas Proses Imunisasi mencapai UCI (87%?) Kasus PD3I tidak ada
benar (rantai dingin dan
cara pemberian) Surveilans PD3I
• Penurunan stunting
• Remaja KEK ↓ Prevalensi balita dan
• Tata kelola Intervensi gizi • Bumil KEK ↓ anak stunting ↓
Man, money, material, spesifik • Cakupan program gizi • BBLR dan PJ Lahir <48cm ↓
method, machine • Tata kelola intervensi gizi pada Anak Sekolah, • Cakupan dan kualitas PMT↑
sesntif Remaja, Bumil, Baduta • Intake Gizi remaja, Bumil,
Baduta adekuat dan
berkualitas Surveilans gizi
4
Cause of Death Indonesia (Studi GBD), 1990, 1990-2006, 2006-2016
5
Estimasi Prev TB Smear Positif dan Prev TB Konformasi Bakteriologis, SP-TB 2014-2015
Karakteristik Estimasi Prev TB Smear Positif Estimasi Prev TB Konfirmasi Bakteriologis
Kelompok Umur (tahun)
15-24 137,5 360,8
25-34 239,9 753,4
35-44 265,1 713,8
45-54 Pendekatan pada 271,5 835,5
55-64 Klp berisiko 318,6 1.029,5
65+ 527,6 1.581,7
Jenis kelamin
Laki-laki 392,5 1.082,7
Perempuan 131,0
Hampir 3x Lipat 460,6
Klasifikasi daerah
Perkotaan 282,2 845,8
Pedesaan 231,4 674,2
Kawasan
Sumatera 307,4 913,1
Jawa-Bali 216,6 593,1
Lainnya 259,9 842,1
Total 256,5 759,1
6
Prevalensi TB Konfirmansi Bakteriologi Vs Mikroskopik
Solusi?
TCM
7
8
9
10
11
12
13
CASE DETECTION RATE (CDR) TBC, INDONESIA TAHUN 1999-2017*
100%
80%
60%
30% 29% 30% 32% 33% 32% 31% 32% 35% 41%
40% 22% 26% 28% 28%
16% 18%
20% 7% 8% 9%
0%
2008
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Cakupan pengobatan TB (case detection rate/CDR)
2000
2001
2002
2003
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
*Data per 1
Februari 2018 Angka keberhasilan pengobatan pasien TB (Success Rate/SR) 14
Persentase MDR berdasarkan hasil Xpert MTB/RIF dan DST
14
13.1
Riset MDR-TB
12
10
6 Estimasi WHO:
2,8% dari kasus
4 baru
2 1,4
0
Kasus Baru Kasus Pengobatan Ulang
15
Penemuan kasus TB RO (Sumber eTB manager, Juli 2017)
32481
Suspects Confirmed Enrolled
29390
35000
30000
Klinik MDR
25000 TB
15608
20000
42,2%
42,3%
38,8%
49,1%
39,7%
44,0%
39,2%
15000
18,7%
41,8%
9399
10000
3833
2597
2441
2027
1946
1917
1752
1598
1504
1287
1255
1094
5000
819
696
550
460
441
296
216
155
148
66
34
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Denomitor:
391/ 100.000
(pdd 2016)
140%
118%
120%
100%
80%
Sumatera 913; Jawa-Bali 593; Lainnya 842 per 100.000 pdd >=15 th (SP-
60% 53% 53% 52%
47% 46% TB)
44% 43%
41% 41%
38% 36% 36%
40% 35% 33% 33% 33% 32%
31% 30%
27% 27% 26% 26% 26% 26% 26% 25%
23% 23% 23% 23% 22% 22%
20% 16%
0%
17
*Data per 1 Februari 2018
STUDI INVENTORY TB
18
Tren estimasi insiden dan kasus ternotifikasi
19
Missing cases
Thd penduduk
2016 258 juta
1996
1999
2002
2005
2008
2011
2014
22
* Data per 1 Februari 2018
SOLUSI (1)
1. Peningkatan Detection Rate Melalui ACD
Pelacakan kontak Pendekatan PIS-PK
• Semua ART
• Anak
• Tempat kerja
Individu dengan risiko Pendekatan PIS-PK dan Klinik Terpadu
• HIV/AIDS
• DM
• Under-nutrition
• Pecandu narkoba
• Perokok
Kelompok berisiko Pendekatan kelompok masyarakat
• Penjara
• Slums area perkotaan (rusun)
• Tempat Kerja
• Kelompok Lansia
23
SOLUSI (2)
2. Menyelesikan under-reporting pengobatan TB dengan penguatan PPM
• Menyusun kebijakan, regulasi, Juknis PPM untuk digunakan dokter praktik mandiri, klinik
swasta, rumah sakit swasta (ada reward & punishment)
• Menyusun pedoman pengobatan TB di Fasyankes (non NTP)
3. Meningkatkan kepatuhan pengobatan TB
• Pendamping Minum Obat
• Perkumpulan Penderita TB (??)
4. Perbaikan sistem deteksi MDR TB (Klinik MDR TB dengan jejaringnya) dan
akses terapi TB MDR
5. Edukasi TB pada masyarakat dan perbaikan perumahan
• Penggunaan masker di Tempat Umum
• Perbaikan perumahan (ventilasi, genteng kaca, perbaikan lantai, dll)
• Penghilangan stigma TB
6. Pemenuhan tenaga analis peningkatan sensitivitas Dx (melalui NS
individual)
24
KERANGKA KONSEP ANALISIS IMUNISASI
• SDM (Jurim, Bidan, • Manajemen rantai Cakupan Imunisasi Titer Antibodi yang Eradikasi PD3I
Perawat) dingin (petugas Lengkap: protektif: (Tidak ada
• Biaya (BOK, DAK pencatat suhu, • BCG • Difteri kasus PD3I)
Non Fisik, Kapitasi) tata kelola rantai • DPT, HB, HiB • Pertusis
• Vaksin dan Bahan dingin, kualitas (1,2,3) • Tetanus
Habis Pakai vaksin) • Campak • Hepatitis B
• Sarana Rantai • Pemberian • Td • Influenza B
Dingin (Fridge, imunisasi yg benar • MR • Campak
Vaccine carrier, • Rubella
Termos)
• Kendaraan utk
outearch/ PIS-PK Gap Imunisasi Gap Proteksi
(Sepeda motor,
Pusling)
26
Jumlah Anak yang Tidak Diimunisasi/Tidak Lengkap Imunisasi vs Jumlah Kasus Difteri per Provinsi
Indonesia, 2014-2016
Total:
1.716.659
27
Source : Ditjen P2P
Distribution of Measles Confirmed and Rubella Confirmed by Month
in Province in Java Island, 2017
MR Campaign
SEBELUM MR CAMPAIGN August -
SESUDAH MR CAMPAIGN
September
100,98 %
*Source: 28
Measles Lab Information System (MLIS) monthly data
MASALAH CAMPAK DI ASMAT
29
Jumlah Responden Yang Diperiksa Serologi Riskesdas 2013
Kelompok Umur
No. Jenis Pemeriksaan Total
1-14 tahun >= 15 Tahun
1 Difteri 7.229 -- 7.229
2 Tetanus 7.229 -- 7.229
3 Campak 7.229 -- 7.229
4 HBsAg 6.895 33.896 40.791
5 Anti HsAg 6.684 33.066 39.750
30
Tingkat Proteksi Berdasarkan Titer Antibodi
Proporsi Balita dengan Status IDL Dikaitkan Dengan Pemeriksaan Serologi,
Riskesdas 2013
2010 0 2 286
2011 0 1 663
2012 0 2 954
2013 0 2 610
2014 1 0 295
2015 2 0 67
2016 1 0 209 33
Jumlah Anak yang Tidak Diimunisasi/Tidak Lengkap
Indonesia, 2014-2016 Tahun 2014 – 2016 terdapat
1,716,659 anak yang belum
mendapat imunisasi dan
imunisasinya tidak lengkap.
28.8
Kampanye Anti Vaksin (??)
30.0
26.3
25.0
21.9
20.0
16.3
15.0
10.0
6.8 6.7
5.0
0.0
Takut panas Keluarga tidak Tempat Sibuk/repot Sering sakit Tidak tahu
mengijinkan imunisasi jauh tempat
imunisasi
Nasional
92,04%
2017
Tidak Lapor
Cakupan <80%
Cakupan 80% - <92%
Cakupan ≥92%
Nasional
91,6%
2016
Tidak Lapor
Cakupan <80%
Cakupan 80% - <91,5%
Nasional
86,5%
2015
Belum lapor
<80%
Source : Ditjen P2P 80%- <91% 36
>=91%
Studi Cold Chain di 12 Puskesmans Kab. Sorolangun, Prov Jambi
(Kairul, dkk, 2016, Undip) (dalam %)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
37
Manajemen rantai Dingin ( Studi Puslitbang SD dan Yankes tahun 2017)
Peralatan
Rantai dingin
& Pengiriman
100.0
90.0
Berdasarkan Jenis fasilitas 80.0
70.0
60.0
50.0
Sistem dan 40.0 Lokasi Lemari
Prosedur 30.0 Es
20.0
10.0
0.0
Dinkesprov
Dinkeskab/kota
RS
PKM
Klinik
SDM Pencatatan
Suhu
38
Manajemen rantai Dingin ( Studi Puslitbang SD dan Yankes tahun 2017)
Berdasarkan regional
Peralatan Rantai dingin &
Pengiriman
100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
Sistem dan Prosedur 30.0 Lokasi Lemari Es
20.0
10.0
100% 92%
80.47%
80%
63.36%
60%
40% 30.16%
20% 14.57%
8% 4.03% 0.93%
1.70%
0%
PROVINSI KAB/KOTA PUSKESMAS
Kondisi VVM A Kondisi VVM B Kondisi VVM C Kondisi VVM D
80
78 77.7
76
74
72
Vaksin TT Vaksin BCG DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib
N puskesmas = 400 41
Pemenuhan Sarana Cold Chain
2015 2016 78,81 %
61,1 %
± 92,2
2017 %
Tahun 2018
Seluruh Puskesmas memiliki cold
Legend :
chain sesuai dengan standar dan
: 100 % berfungsi
: ≥80% - 99%
: < 80 %
: No data
42
Source : Ditjen P2P
PWS Imunisasi: Apakah masih jalan?
43
Usulan Penajaman Program
1. Peningkatan cakupan imunisasi
• Penerapan PWS-Imunisasi
• Identifikasi sasaran melalui PIS-PK
• Integrasi tenaga (multipurposive personnel)
• Peningkatan pelayanan imunisasi luar gedung (Posyandu, Polindes)
2. Peningkatan kualitas Imunisasi >> Perbaikan rantai dingin
• Penunjukan pengelola Fridge Penyimpan Vaksin (SK Ka Puskesmas/ SK Ka Dinkes)
• Pelatihan bidan, perawat tentang manajemen rantai dingin
• Mengelola rantai dingin yang benar
• Pemberian imunisasi yang benar
3. Edukasi kepada masyarakat dan advokasi pada pimpinan wilayah
• Melalui tokoh agama melawan isu kampanye negatif
• Pimpinan daerah (Bupati, camat, perangkat desa)
• Pemanfaatan PWS-Imunisasi untuk advokasi kepada pimpinan wilayah
4. Membangun sistem surveilans yang kuat utk deteksi kejadian PD3I
44
Melawan Kampanye Negatif Vaksin
45
ANALISIS DATA UTK PENURUNAN
STUNTING
46
KERANGKA KONSEP ANALISIS PENURUNAN STUNTING
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT
• SDM (Dokter, • Intervensi gizi • Supl Gizi Remaja • Bayi lahir tidak • Prevalensi
Petugas gizi, kader spesifik: • Cakupan dan BBLR (>2500 g) Stunting
kesehatan) PMT pemulihan kualitas ANC • Tidak lahir pendek • Prevalensi
• Peralatan Vit A • PMT Bumil (Panjang Badan > Remaja dan
(Timbangan bayi, TTD • Cakupan Intervensi 48 CM) Bumil KEK
dacin, Pengukur Taburia Gizi spesifik • Balita: BB/U, TB/U • Prevalensi
Panjang badan, Zinc • Cakupan Intervensi dan BB/TB Normal Remaja dan
pengukur tinggi Stimulasi Gizi Sensistif • Tidak ada Remaja Bumil Anemia
badan, buku KIA, • Intervensi gizi dan Bumil KEK
dll) sensitif: • Tidak ada Remaja
• Biaya (BOK, DAK Ketahanan dan Bumil Anemia
Non fisik, Kapitasi) pangan keluarga
• Suplementasi gizi Penganekaragam
(Biskuit, TTD, an pangan
Vitamin A, Taburia) Income keluarga
Bantuan sosial
Perumahan
Sanitasi
Air bersih
Pengukuran 3 Parameter Status Gizi (BB/U, TB/U, BB/TB) Satu Kesatuan Utuh
48
Bagaimana Menggunakan 3 Parameter Status Gizi Dikaitkan Intervensi?
Anak Kelas 4 SD
Cek BB/U Skrining awal
• Gizi Buruk
• Gizi Kurang
• Sangat Kurus
Cek BB/TB • Kurus • PMT Pemulihan
Undernutrisi Akut
49
Pentingnya Intervensi Sejak Remaja dan Bumil
FETAL PROGRAMMING OF HUMAN
Female
50
Barker’s
hypothesis
Gagal Tumbuh
dalam Rahim
IUGR
Manusia Kerdil
(stunted)
51
HUBUNGAN BALITA STUNTING DENGAN SGA DAN PRETERM
52
STUNTING SYNDROME
Environmental
Enteric
1000 HPK
Dysfunction
Faktor Ibu Intake zat gizi (Ibu dan Baduta) Infeksi Faktor lingkungan
dan pola asuh
• Under-nutrisi masa • Infeksi saluran
Kualitas pangan Praktik feeding ASI cerna (diare, • Stimulasi bayi
remaja, kehamilan, dan balita yg
dan laktasi • Rendahnya intake • Infrequent • ASI ekslusif amoebiasis,
micronutrient (Vit feeding kecacingan) kurang
• Ibu pendek (<150 • Inisiasi • Pola asuh yg
cm) dan mineral) • Inadequate Menyusui Dini• Infeksi saluran
jelek
• Infeki pd Ibu • Buruknya feeding (selama (IMD) nafas (ISPA,
• Kehamilan remaja keragaman dan setelah pneumonia) • Sanitasi yg jelek
pangan dan sakit) • Malaria • Keatahanan
• Gangguan mental
pada Ibu sumber protein • Kekurangan • HIV/AIDS pangan keluarga
hewani intake • yg jelek
• IUGR dan kelahiran (kuantitas dan
TB
premature • Taboo makanan • Infeksi yg • Pendidikan Ibu/
kualitas) pengasuh yg
• Jarak anak yg • Kekurangan menurunkan
pendek kecukupan energi nafsu makan rendah
• Hipertensi
(eclampsia)
1 Antenatal care/ • (Masih) percaya pada dukun Dukun adalah tokoh masyarakat yang Keluarga lebih Dirawat oleh dukun
perinatal care • Bidan desa dianggap masih terlalu muda utk diakui kedudukan dan perannya di tenang karena dianggap lebih
menolong persalinan masyarakat percaya pada murah
• Bidan desa tidak punya kapasitas terkait dukun
ritual (bidaya)
2 Pemberian ASI • Kolostrum masih ada yang dibuang, karena • Penaggung jawab bayi adalah sang
dapat membawa penyakit nenek
• (Masih) tidak diberikan ASI eksklusif • Yang menentukan cara (metoda)
• Bayi menangis diartikan masih lapar terkait menyusui adalah nenek (kapan,
• Ibu menganggap bahwa ASI tidak mencukupi seberapa sering, dan lama)
kebutuhan bayi. Bayi perlu mendapatkan
tambahan makanan (bubur, pisang, sagu,
mie)
3 MP-ASI • Tidak mengenal batasan waktu (kapan) • Nenek adalah pengambil keputusan
harus menyapih waktu penyapihan
• Nenek adalah pengambil keputusan
tentang apa yang boleh dan tidak
boleh dimakan
55
Resume hasil riset etnografi dikaitkan dengan stunting (2)
(Sumenep, Gunung Mas, Sorong Selatan, Tambraw, Tolikara)
Perilaku Faktor yang kemungkinan bisa menjadi penyebab stunting
No. berkontribusi
pd stunting Kepercayaan (belief) Struktur masyarakat Psikologis Ekonomi
4 Pola • Anak tidak boleh menangis (mendorong • Keluarga besar bertanggung Orang tua menjadi • Meringankan
pengasuhan dijejali makanan) jawab pada pengasuhan anak tenang, karena keluarga beban orang tua
anak
• Anak harus patuh pada orang tua • Perintah orang tua harus besar terlibat dalam (tenaga kerja)
dipatuhi pengasuhan anak • Tidak ada
• Orang tua/ keluarga besar boleh pembatasan
memberi hukuman pada anak jumlah anak (SD
bila dinilai salah ekonomi)
5 Penyediaan • Tidak perlu masak lauk/ sayur setiap hari • Perempuan mempunyai peran Penghematan
makan • Makanan olahan harus bisa disimpan dan (otoritas) dalam memasak dan ekonomi keluarga
dikonsumsi dalam beberapa hari penyediaan makanan siap makan
6 Konsumsi • Makan pagi bisa pisang bakar/ goreng • Makan nasi (beras)
makanan • Makan nasi diasosiasikan dengan badan kuat merupakan symbol
(makan nasi biar kuat) status ekonomi
• Laki-laki mendapat porsi lebih banyak • Ada pobhia (rasa
disbanding perempuan takut) terkait dengan
• Tabo makanan masih kuat pada kaum tabu
perempuan
• Ada pantangan makanan utk balita
7 Distribusi • Prioritas utama diberikan kepada pencari • Tanggung jawab istri
makanan nafkah menghormati suami
56
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
Kep.Riau
DIY
DKI
Kaltim
Babel
Bali
Banten
Sulut
Jabar
Jatim
Sumsel
Jateng
Riau
Indonesia
37.2
36.8
Jambi
2007
Kalbar
Gorontalo
2010 Sumbar
Bengkulu
2013
Papua
Maluku
Sulsel
Proporsi Balita Pendek
Malut
Sulteng
Kalteng
Aceh
Kecenderungan Provinsi: 2007-2013
Sumut
Sultra
Lampung
Kalsel
Pabar
NTB
Sulbar
NTT
57
PREVALENSI BALITA STUNTING (TB/U)
DI INDONESIA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2016)
2015 2016
BENGKULU 18.1 SUMSEL 19.2
KEP BABEL 18.9 BALI 19.7
BALI 20.6 DKI JAKARTA 20.1
DIY 20.6 SULUT 21.2
SULUT 22.2 DIY 21.8
LAMPUNG 22.6 KEP BABEL 21.9
KEP RIAU 22.9 KEP RIAU 22.9
DKI JAKARTA 23.1 BENGKULU 23.0
BANTEN 23.2 JATENG 23.9
SUMSEL 23.4 SUMUT 24.4
RIAU 23.9 MALUT 24.6
MALUT 24.5 LAMPUNG 24.8
JATENG 24.8 RIAU 25.1
JABAR 25.6 JABAR 25.1
JAMBI 25.9 SUMBAR 25.5
KALTIM 26.6 JATIM 26.1
JATIM 27.0 ACEH 26.4
SUMBAR 27.6 BANTEN 27.0
PAPUA 28.6 JAMBI 27.0
INDONESIA 29.0 KALTIM 27.1
PAPUA BARAT 29.5 INDONESIA 27.5
KALTARA 31.1 PAPUA 28.0
SULTRA 31.4 MALUKU 29.0
ACEH 31.6 SULTRA 29.6
MALUKU 32.3 NTB 30.0
SUMUT 33.2 PAPUA BARAT 30.3
KALTENG 33.3 KALSEL 31.1
NTB 33.9 KALTARA 31.6
KALBAR 34.1 SUTENG 32.0
SULSEL 34.1 GORONTALO 33.0
SUTENG 35.3 KALTENG 34.1
GORONTALO 36.5 KALBAR 34.9
KALSEL 37.2 SULSEL 35.6
SULBAR 38.4 NTT 38.7
NTT 41.2 SULBAR 39.7
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0
58 Pada tahun 2016, dari 34 provinsi, HANYA 2 PROVINSI yang berada DI BAWAH batasan WHO 2010 (20%).
Proporsi balita 0-59 bulan menurut Status Gizi (TB/U & BB/TB) 2007-2013
60
Komposit Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks TB/U
dan BB/TB dalam 6 Kategori Di Indonesia, 2016
Dari
70 • Berdasarkan hasil PSG Tahun 2016 dari 27,5%
TB/U balita Pendek (TB/U), sebanyak 23,4% balita
61.1
60 mempunyai berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) normal
50 • Balita tersebut berpotensi mengalami
Dicek kegemukan
40
BB/TB
30
23.4
20
10
8.7
2.6 1.7 2.4
0
TB/U normal - TB/U normal - TB/U normal - TB/U pendek - TB/U pendek - TB/U pendek -
BB/TB gemuk BB/TB normal BB/TB kurus BB/TB gemuk BB/TB normal BB/TB kurus
61
Balita Gizi Kurang Tidak Selalu Kurus
Balita Gizi
Kurang 17,8% • Balita Gizi Kurang (Dalam KMS
12.0 termasuk BGT tidak tepat
Yg perlu intervensi
9.7
langsung intervensi PMT, tapi
10.0
cek dulu BB/TB.
8.0
• Bila BB/TB masuk kurus
PMT
6.0 • Bila BB/TB masuk normal
3.9 hati-hati malah obese
4.0
2.4
2.0
1.7
3,9+2,4= 6,3% Mencegah “kejadian stunting”
0.0 0.0 mampu mengurangi gizi kurang
0.0
TB/U TB/U TB/U TB/U TB/U TB/U sebesar 9,7% + 2,4% = 12,1%
normal - normal - normal - pendek - pendek - pendek -
BB/TB BB/TB BB/TB BB/TB BB/TB BB/TB
gemuk normal kurus gemuk normal kurus
62
Rata-rata Tinggi Badan Anak Umur 5-18 tahun
dibanding Rujukan (WHO 2007) : 2007-2013
Laki-laki Perempuan
190.0 190.0
180.0
Beda 12,5 cm 180.0
150.0 150.0
140.0 140.0
130.0 130.0
120.0 120.0
110.0 110.0
100.0 100.0
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Umur (tahun) Umur (tahun)
63
Rata-rata Tinggi Badan Anak Umur 5-18 tahun
dibanding Rujukan (WHO 2007) menurut Tempat tinggal, 2013
Laki-laki Perempuan
190.0 190.0
180.0 180.0
170.0 170.0
Rata-rata Tinggi Badan (cm)
150.0 150.0
140.0 140.0
130.0
Kota & Desa, 130.0
beda 2,7 cm Kota & Desa,
120.0 120.0 beda 1,7 cm
110.0 110.0
100.0 100.0
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Umur (Tahun) Umur (tahun)
64
Besaran masalah di upaya
65
AKP AKE
68
PERSENTASE REMAJA PUTERI (12-18 TAHUN) MENDAPAT
DAN MENGONSUMSI TTD MENURUT TEMPAT TINGGAL
Mendapat TTD
Tidak
Tempat Mengonsumsi Mengonsumsi
Total Tidak menda
tinggal < 52 Tablet ≥ 52 Tablet
mengonsumsi pat
69
PREVALENSI ANEMIA PADA IBU HAMIL: RKD 2013, SIRKESNAS 2016
100.0%
90.0%
80.0%
Riskesdas 2013
70.0%
55.9% 54.9% Sirkesnas 2016
60.0%
53.8%
50.0% N Riskesdas 2013 = 503
36.2% 38.1% 37.1%
40.0% N Sirkesnas = 946
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Perkotaan Perdesaan Nasional
71
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT
TTD 90 TABLET SELAMA KEHAMILAN
BUMIL
N =7.313
Mendapat/Membeli Mendapat/Membeli
TTD < 90 TTD ≥ 90
n = 3.755 n = 2.621
58,9% 41,1% = 35,8% dari total ibu hamil
73
Hasil Evaluasi PMT (kualitatif)
• Masalah Gudang Tempat Penyimpanan
• Masalah Kepatuhan Pelaksana Terhadap Pedoman (Bumil KEK dan
Balita Kurus)
• Masalah siapa yang makan setelah didistribusikan
• Masalah tingkat kepatuhan dari sasaran
• Masalah KIE kepada sasaran
• Masalah cara mendistribusikan (provider)
• Masalah makanan pendamping PMT dan keberlanjutan pangan PMT
di keluarga (ketahanan pangan keluarga dan makanan lokal)
74
JENIS PENJELASAN PETUGAS SAAT SASARAN MENERIMA PMT
75
Alasan menerima PMT
83.9%
75
KEPATUHAN BALITA TERHADAP PMT
Balita penerima PMT Tabel 3.3. Alasan balita tidak menghabiskan PMT
76
KEPATUHAN BUMIL TERHADAP PMT
Ibu hamil penerima PMT Tabel 3.4. Alasan ibu hamil Tidak menghabiskan PMT
Ya Lainnya 25,9
tidak
Aroma kurang bervariasi 6,2
77
ORANG YANG IKUT MAKAN PMT & ALASANNYA
57.9%
60.9%
41.6%
29.7% 28.2%
19.5%
15.2%
6.7%
4.3% 2.5% 1.6%
25
20
40
80
60
76.5
55.5
90.5
64.6
59.1
67.4
56.4
51.2
91.9
68.1
50
57.7
INPUT : SDM
85.4
99.2
77.9
63.5
84.2
94.9
91.9
87.8
88.7
96.5
75.9
89.1
79.6
65.6
92.4
85.1
Penempatan TPG sebagai NS Individual
98.9
86.2
78.8
PERSENTASE PUSKESMAS MENURUT KEBERADAAN TENAGA GIZI, RISNAKES 2017
85.8
80
73.3
49.5
INPUT : PERALATAN
PERSENTASE PUSKESMAS MENURUT KETERSEDIAAN ALAT UKUR TIMBANG BADAN BAYI,
RISNAKES 2017
105
99.7
99.7
100
100
100
100
100
99.6
99.5
99.3
99.2
99.1
98.9
98.9
98.7
98.6
98.4
98.2
99
97.9
97.8
100
97.5
97.2
97.1
96.9
96.8
96.5
96.2
97
95.8
94.8
94.4
95
92.7
90
86.6
85
80
75
99.7
99.6
99.2
99.2
99.1
99.1
98.9
100
98.4
98.3
98.3
98.3
98.2
98.2
97.9
97.8
97.8
97.6
97.6
97.5
97.1
96.3
95.7
95.5
95.5
94.8
94.4
94.2
94.1
96
91.8
100
89.3
93
78
80
60
40
20
83
No Klp Intervensi spesifik
Sasaran Intervensi sensitif
Msl Intervensi skr Perbaikan Usulan Intervensi Baru
1. Anak UKS jalannya kurang Transformasi UKS (Selain PMT AS (Tambahan Kemendikbud: Kurikulum
Sekolah optimal Trias UKS ditambahkan protein: Susu, Telur, Gizi dan
edukasi gizi dan kesehatan Kacang Hijau) Penganekaragaman
reproduksi) pangan
Akses pendidikan
2. Remaja TTD: cakupan dan Meningkatkan cakupan dan Edukasi gizi BKKBN: Program KRR
Putri kualitas kepatuhan tingkat kepatuhan (Sedian (penganekaragaman Pramuka: SBH
rendah Fe yang menarik dan tidak pangan, citra tubuh yang Kemendag: Poskestren
bau) sehat) (Kesehatan reproduksi
Program Kesehatan Penguatan Program remaja)
Remaja blm optimal Kesehatan Remaja
(Pencegahan kehamilan di
luar nikah, perkawinan usia
dini)
3. Bumil Belum Semua Bumil Penigkatan cakupan dan PMT Buskuit pada semua Kemensos: PKH
KEK mendapat PMT kualitas Bumil (perluasan: KEK, Kementan: Program
Miskin, TB Bumil<150 cm, Pangan Lestari
Bumil SGA) PUPR:
Mikronutrient Bumil Peningkatan cakupan dan Tidak ada asap rokok • Perbaikan rumah
(TTD, Asam Folat, Vit kualitas (keluarga tidak merokok) • Air bersih
A) • Sanitasi
Kemeninfokom:
ANC belum berkualitas Peningkatan kualitas ANC • Edukasi 1000 HPK
84
Klp Intervensi spesifik
No Sasaran Intervensi sensitif
Msl Intervensi skr Perbaikan Usulan Intervensi Baru
3. Bumil • Penggunaan Buku • Buku KIA sebagai alat • Penajaman deteksi • PKH,
KIA belum optimal deteksi bumil calon SGA dengan USG • Program Pangan Lestari
• Program Kelas penghasil bayi stunting portable • Akses Pendidikan
Bumil belum cukup (SGA, bumil pendek, bumil • Penggunaan KMS • Pendidikan gizi dan
miskin) Bumil deteksi SGA kesehatan reproduksi
4 Bayi 0-6 IMD Peningkatan cakupan dan • Kampanye melawan pada remaja
bulan dan ASI Eksklusif kualitas dari IMD dan ASI MP-ASI • Pencegahan nikah dini
Ibu Laktas Vit. A Eksklusif • Edukasi ttg makanan • Pencegahan kehamilan
kaya gizi dan stimulasi di luar nikah
bayi • Program cash for works
• PMT Ibu Laktasi (padat karya untuk
perbaikan income)
5. Baduta 7- PMT Buskuit utk Peningkatan cakupan dan • Edukasi ttg makanan • Pendampingan Ibu yang
24 bulan Baduta Kurus tingkat kepatuhan kaya gizi punya balita dan
dan Ibu • Edukasi pola asuh menjadi TKI
Pengasuh (stimulasi, cara
pemberian makan)
6 Perbaikan • Penempatan Tenaga Petugas Gizi - NS Individual
inputs • Melengkapi alat antropometri (Buku KIA dengan 3 parameter gizi, KMS Bumil, Alat ukur Panjang badan
bayi, alat timbang badan bayi)
• Pembagian pembiayaan antara Pusat, Provinsi dan Kab/Kota
7 Perbaikan • Semua Intervensi dikaitkan dengan PIS-PK
kebijakan • Penetapan indikator yang jelas terkait indikator program intervensi gizi spesifik
• Penetapan indkator yang jelas terkait indikator program intervensi gizi spesifik
• Sinergi lokus untuk intervensi spesifik dan intervensi sensitif (100 kab/kota terpilih) 85
Kesimpulan solusi
Intervensi spesifik gizi Intervensi sensitif gizi
• Remaja • Peningkatan ekonomi keluarga cash for work
• Anak Usia Sekolah (UKS, PMT AS) (padat karya)
• Remaja Putri (PKPR, suplemen TTD/ gizi) • Program Keluarga Harapan (PKH)
• Ibu hamil
• Gizi (PMT, micronutrient, ANC berkualitas, Monitoring Ibu
• Program pangan lestari/ program mandiri pangan
pendek, penggunaan Buku KIA dg benar, Kelas Ibu hamil) • Program bedah rumah/ benah rumah
• Non gizi (cegah kawin muda, hamil tanpa nikah)
• Program akses air bersih dan sanitasi (STBM)
• Bayi 0-6 bulan & Ibu
• IMD • Program edukasi gizi dikaitkan dengan kecerdasan
• ASI eksklusif (kualitas SDM)
• Suplementasi Ibu laktasi • Akses Pendidikan (khususnya wanita)
• Stimulasi bayi
• Yankes standar (Imumisasi, akses pengobatan kalau sakit) • Pembangunan infrastruktur (akses ke fasyankes,
• Mikronutrient pada bayi (Vit A, Zinc), PMT bayi kurus
tranportasi, komunikasi, dll)
• Bayi 7-24 bulan & Ibu
• ASI bisa berlanjut
• Makanan berkualitas (volume, dan kandungan gizi)
• Stimulasi bayi
• Mikronutrient (Viat A, Zinc), PMT Baduta Kurus
86
87