Anda di halaman 1dari 87

Analisis Data Percepatan Eliminasi

Tuberkulosis, Peningkatan Mutu Cakupan


Imunisasi, dan Penurunan Stunting
Siswanto
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI

Disampaikan Pada Pertemuan Pra-Rakerkesnas Kementerian Kesehatan,


Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City Banten 5 Maret 2018
1
KERANGKA KONSEP PENAJAMAN PROGRAM DENGAN PENDEKATAN SISTEM
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT

Program TB
• Case detection Insidens TB↓,
(masyarakat dan semua • Cakupan penemuan kasus Kematian TB↓
Man, money, material, simpul fasyankes) • Cakupan pengobatan
method, machine Kasus TB Sembuh
• Pengobatan (Non MDR, sesuai standar
MDR) sesuai standar Surveilans (survei)

Program Imunisasi
• Tata kelola optimal Insidens PD3I ↓
Man, money, material, (sasaran, PWS, dll) • Cakupan Imunisasi
method, machine • Kualitas Proses Imunisasi mencapai UCI (87%?) Kasus PD3I tidak ada
benar (rantai dingin dan
cara pemberian) Surveilans PD3I

• Penurunan stunting
• Remaja KEK ↓ Prevalensi balita dan
• Tata kelola Intervensi gizi • Bumil KEK ↓ anak stunting ↓
Man, money, material, spesifik • Cakupan program gizi • BBLR dan PJ Lahir <48cm ↓
method, machine • Tata kelola intervensi gizi pada Anak Sekolah, • Cakupan dan kualitas PMT↑
sesntif Remaja, Bumil, Baduta • Intake Gizi remaja, Bumil,
Baduta adekuat dan
berkualitas Surveilans gizi

Penyebab masalah Pokok Permasalahan 2


KERANGKA KONSEP ANALISIS PENGENDALIAN TB
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT
• SDM (Dokter, • Penemuan kasus • Penemuan kasus • Penderita TB yang • Insiden TB ↓
Perawat, Petugas secara aktif (ACD) TB diobati sembuh • Kematian
TB, Analis, Bidan) • Penggunaan teknik • Semua fasyankes pasien TB ↓
• Biaya (BOK, DAK Dx yang sensitif lapor SITT (NTP)
Non Fisik, Kapitasi) dan spesifik (TCM) dan pakai DOTS
• Sarana dan bahan • Gerakan • Pengobatan TB
habis pakai (TCM, penemuan kasus sesuai standar
cartridge, (pelacakan kontak, (DOTS)
Mikroskop, Cat ZN, Klp masyarakat)
Obyek glass, dll) • Pengobatan secara
• Obat TB (Paket disiplin (PMO)
DOTS, Obat MDR) • Public-Private Mix
• Kendaraan utk (mencegah under-
outearch/ PIS-PK reporting dan mis-
(Sepeda motor, detection)
Pusling)

Solusi Masalah Permasalahan 3


ANALISIS DATA UNTUK
ELIMINASI TB

4
Cause of Death Indonesia (Studi GBD), 1990, 1990-2006, 2006-2016

1990 No. 2006-2016 No.


Diarrhea 1 Diarrhea 6
TB 2 TB 3
LRTI 5 LRTI 9
Measles 9 Measles 59
Tetanus 15 Tetanus 76
Infeksi sal. Cerna 18 Infeksi sal. cerna 27
Malaria 27 Malaria 48
Neonatal Sepsis 28 Neonatal sepsis 49
Meningitis 30 Meningitis 52

5
Estimasi Prev TB Smear Positif dan Prev TB Konformasi Bakteriologis, SP-TB 2014-2015
Karakteristik Estimasi Prev TB Smear Positif Estimasi Prev TB Konfirmasi Bakteriologis
Kelompok Umur (tahun)
15-24 137,5 360,8
25-34 239,9 753,4
35-44 265,1 713,8
45-54 Pendekatan pada 271,5 835,5
55-64 Klp berisiko 318,6 1.029,5
65+ 527,6 1.581,7
Jenis kelamin
Laki-laki 392,5 1.082,7
Perempuan 131,0
Hampir 3x Lipat 460,6
Klasifikasi daerah
Perkotaan 282,2 845,8
Pedesaan 231,4 674,2
Kawasan
Sumatera 307,4 913,1
Jawa-Bali 216,6 593,1
Lainnya 259,9 842,1
Total 256,5 759,1
6
Prevalensi TB Konfirmansi Bakteriologi Vs Mikroskopik

ZN: Sensitivitas: 26-75%


TCM: Sensitivitas 97-98%

Solusi?
TCM

7
8
9
10
11
12
13
CASE DETECTION RATE (CDR) TBC, INDONESIA TAHUN 1999-2017*
100%
80%
60%
30% 29% 30% 32% 33% 32% 31% 32% 35% 41%
40% 22% 26% 28% 28%
16% 18%
20% 7% 8% 9%
0%

2008
1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
Cakupan pengobatan TB (case detection rate/CDR)

ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN TB, INDONESIA TAHUN 1999-2017


(KOHORT 1998-2016)
100%
80% 91% 90% 92% 88%
84% 86% 88% 89% 90% 90% 90% 89% 88% 88% 85% 87% 85% 85% 87%
60%
40%
20%
0%
2004
1999

2000

2001

2002

2003

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
*Data per 1
Februari 2018 Angka keberhasilan pengobatan pasien TB (Success Rate/SR) 14
Persentase MDR berdasarkan hasil Xpert MTB/RIF dan DST

14
13.1

Riset MDR-TB
12

10

6 Estimasi WHO:
2,8% dari kasus
4 baru

2 1,4

0
Kasus Baru Kasus Pengobatan Ulang

15
Penemuan kasus TB RO (Sumber eTB manager, Juli 2017)

32481
Suspects Confirmed Enrolled

29390
35000

30000
Klinik MDR
25000 TB

15608
20000

42,2%

42,3%
38,8%

49,1%

39,7%

44,0%
39,2%
15000
18,7%

41,8%

9399
10000

3833

2597
2441

2027

1946

1917
1752

1598

1504
1287
1255

1094
5000

819
696
550

460

441
296
216
155
148
66
34

0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

TARGET PENEMUAN KASUS TB RO (BERDASARKAN KASUS TB TERNOTIFIKASI): 10.000 PASIEN TB RO


16
Case Detection Rate TBC Tahun 2017

Denomitor:
391/ 100.000
(pdd 2016)

140%

118%
120%

100%

80%

Sumatera 913; Jawa-Bali 593; Lainnya 842 per 100.000 pdd >=15 th (SP-
60% 53% 53% 52%
47% 46% TB)
44% 43%
41% 41%
38% 36% 36%
40% 35% 33% 33% 33% 32%
31% 30%
27% 27% 26% 26% 26% 26% 26% 25%
23% 23% 23% 23% 22% 22%
20% 16%

0%

17
*Data per 1 Februari 2018
STUDI INVENTORY TB

18
Tren estimasi insiden dan kasus ternotifikasi

19
Missing cases
Thd penduduk
2016  258 juta

Global TB 310 ribu kasus


Report
WHO, 2017
(30%) belum
terdeteksi

Diestimasi 310 ribu kasus


berdasarkan
hasil sementara
(44%) belum
Studi Inventori terlaporkan
TB, 2017

Data SITT, 2017

Estimasi Estimasi Jumlah


insiden kasus TB kasus TB
kasus TB terdeteksi ternotifikasi
20
Provinsi ∑ Pdd Total th 2018 ∑ Pdd > 15 th 2018 Insidens WHO Prev. SPTB 2015
Aceh 5,281,300 3,648,400 20,650 27,691
Sumut 14,415,400 9,899,200 56,364 75,135
Sumbar 5,382,100 3,786,400 21,044 28,739
Riau 6,814,900 4,746,200 26,646 36,024
Perbandingan Hitungan Estimasi Kasus
Jambi 3,570,300 2,607,400 13,960 19,790
Sumsel 8,370,300 6,012,300 32,728 45,633
Bengkulu 1,963,300 1,421,900 7,677 10,792
Lampung 8,370,500 6,062,100 32,729 46,011
Insidens WHO Vs SP-TB 2014

Babel 1,459,900 1,069,500 5,708 8,118


Riau Kep 2,136,500 1,497,100 8,354 11,363
DKI Jakarta 10,467,600 7,868,700 40,928 59,723
Jabar 48,683,700 35,883,600 190,353 272,357
Jateng 34,490,800 26,296,400 134,859 199,590
DIY 3,802,900 2,980,500 14,869 22,622
Jatim 39,500,900 30,661,200 154,449 232,719
Banten 12,689,700 9,146,200 49,617 69,420
Bali 4,292,200 3,281,300 16,783 24,905
NTB 5,013,700 3,539,700 19,604 26,866
NTT 5,371,500 3,529,300 21,003 26,787
Kalbar 5,001,700 3,560,000 19,557 27,020
Kalteng 2,660,200 1,930,000 10,401 14,649
Kalsel 4,182,700 3,003,000 16,354 22,793
Kaltim 4,365,200 3,159,500 17,068 23,981
Sulut 2,484,400 1,862,100 9,714 14,133
Sulteng 3,010,400 2,156,000 11,771 16,364
Sulsel 8,772,000 6,317,300 34,299 47,948
Sultra 2,653,700 1,782,700 10,376 13,531
Gorontalo 1,185,500 858,800 4,635 6,518
Sulbar 1,355,600 934,100 5,300 7,090
Maluku 1,773,800 1,195,700 6,936 9,075
Malut 1,232,600 828,600 4,819 6,289
Papua Barat 937,500 655,300 3,666 4,974
Papua 3,322,500 2,348,000 12,991 17,821 21
Indonesia 265,015,300 194,528,500 1,036,210 1,476,471
Masalah Terkait Peningkatan Cakupan
1200 Insidens TBC 710.000 kasus TBC • ACD Gerakan
1.036.210 sudah diobati di fasilitas Massal
(pdd 2018) • Alat Dx Sensitif
layanan kesehatan (Hasil
1000 Inventory study 2017)
310.000 kasus TBC
Unreacheable, undetected 326.210 kasus TBC
800 belum terjangkau
belum terjangkau
dan terdeteksi
dan terdeteksi (Pdd
(unreacheable and
659.435 2018)
undetected) (WHO)
600 64,6% missing (ppd 2016)
Under repoting
349.435 kasus TBC
401.130* sudah diobati namun
400 belum dilaporkan Perkuat PPM
(Under reported &
missingness)
200
Thn 2016 : 360.565
360.565 kasus TBC Perkuat
35,4% reported in SITT
sudah dilaporkan Manajemen
0 ke SITT (40%) Program (PMO)
1993
1990

1996
1999
2002
2005
2008
2011
2014

22
* Data per 1 Februari 2018
SOLUSI (1)
1. Peningkatan Detection Rate Melalui ACD
Pelacakan kontak  Pendekatan PIS-PK
• Semua ART
• Anak
• Tempat kerja
Individu dengan risiko  Pendekatan PIS-PK dan Klinik Terpadu
• HIV/AIDS
• DM
• Under-nutrition
• Pecandu narkoba
• Perokok
Kelompok berisiko  Pendekatan kelompok masyarakat
• Penjara
• Slums area perkotaan (rusun)
• Tempat Kerja
• Kelompok Lansia
23
SOLUSI (2)
2. Menyelesikan under-reporting pengobatan TB dengan penguatan PPM
• Menyusun kebijakan, regulasi, Juknis PPM untuk digunakan dokter praktik mandiri, klinik
swasta, rumah sakit swasta (ada reward & punishment)
• Menyusun pedoman pengobatan TB di Fasyankes (non NTP)
3. Meningkatkan kepatuhan pengobatan TB
• Pendamping Minum Obat
• Perkumpulan Penderita TB (??)
4. Perbaikan sistem deteksi MDR TB (Klinik MDR TB dengan jejaringnya) dan
akses terapi TB MDR
5. Edukasi TB pada masyarakat dan perbaikan perumahan
• Penggunaan masker di Tempat Umum
• Perbaikan perumahan (ventilasi, genteng kaca, perbaikan lantai, dll)
• Penghilangan stigma TB
6. Pemenuhan tenaga analis  peningkatan sensitivitas Dx (melalui NS
individual)
24
KERANGKA KONSEP ANALISIS IMUNISASI

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT

• SDM (Jurim, Bidan, • Manajemen rantai Cakupan Imunisasi Titer Antibodi yang Eradikasi PD3I
Perawat) dingin (petugas Lengkap: protektif: (Tidak ada
• Biaya (BOK, DAK pencatat suhu, • BCG • Difteri kasus PD3I)
Non Fisik, Kapitasi) tata kelola rantai • DPT, HB, HiB • Pertusis
• Vaksin dan Bahan dingin, kualitas (1,2,3) • Tetanus
Habis Pakai vaksin) • Campak • Hepatitis B
• Sarana Rantai • Pemberian • Td • Influenza B
Dingin (Fridge, imunisasi yg benar • MR • Campak
Vaccine carrier, • Rubella
Termos)
• Kendaraan utk
outearch/ PIS-PK Gap Imunisasi Gap Proteksi
(Sepeda motor,
Pusling)

Solusi Masalah Permasalahan


25
ANALISIS DATA UTK PENAJAMAN
PROGRAM IMUNISASI

26
Jumlah Anak yang Tidak Diimunisasi/Tidak Lengkap Imunisasi vs Jumlah Kasus Difteri per Provinsi
Indonesia, 2014-2016

Total:
1.716.659

27
Source : Ditjen P2P
Distribution of Measles Confirmed and Rubella Confirmed by Month
in Province in Java Island, 2017

MR Campaign
SEBELUM MR CAMPAIGN August -
SESUDAH MR CAMPAIGN
September
100,98 %

*Source: 28
Measles Lab Information System (MLIS) monthly data
MASALAH CAMPAK DI ASMAT

29
Jumlah Responden Yang Diperiksa Serologi Riskesdas 2013

Kelompok Umur
No. Jenis Pemeriksaan Total
1-14 tahun >= 15 Tahun
1 Difteri 7.229 -- 7.229
2 Tetanus 7.229 -- 7.229
3 Campak 7.229 -- 7.229
4 HBsAg 6.895 33.896 40.791
5 Anti HsAg 6.684 33.066 39.750

30
Tingkat Proteksi Berdasarkan Titer Antibodi
Proporsi Balita dengan Status IDL Dikaitkan Dengan Pemeriksaan Serologi,
Riskesdas 2013

Parameter Proporsi (%) Studi Global


Difteri Protektif Penuh (> 0.1 IU/ml) 68,7 Standar: 90-95 %
Tetanus Protektif Penuh (> 0.1 IU/ ml) 83,1 Standar: 90-95%
85% utk Balita, 90% utk
Campak Positif 63,0 5-9 th, dan 95% untuk
10 th ke atas
HBsAg Negatif 96,3
Anti HBs positif 62,7
31
Titer Ab Anti Diphteri > 0.1 IU/ ml
Riskesdas 2017 dan Riskesdas 2013
RKD 2017 RKD 2013
Karaktristik
Kota Kota+Desa
Kelompok umur
1-4 th 66,7 69,3
5-9 th 70,8 76,2
10-14 th 75,2 74,3
Jenis kelamin
Laki-laki 72,2 75,0
Perempuan 71,1 74,7
Tempat Tinggal
Perkotaan 71,6 75,2
Pedesaan 74,5
Total (Indonesia) 71,6 74,8
Pemeriksaan Ab Anti Diphteri dengan ELISA 32
Perlunya Penguatan Surveilans Dikaitkan dengan Impact Imunisasi
Cakupan Imunisasi Difteri Cakupan Imunisasi Campak
Tahun Papua DIY Jatim Papua DIY Jataim
P2P Litbang P2P Litbang P2P Litbang P2P Litbang P2P Litbang P2P Litbang
2007 54,20 50,50 95,0 89,8 98,0 70,4 58,6 68,7 99.5 99,2 96,5 83,3
2010 64,86 36,50 98,7 96,4 99,9 96,4 47,7 47,1 100,08 96,4 96,4 97,58
2013 62,60 40,80 86,0 95,1 103,4 85,7 66,9 66,9 98,5 98,1 102,2 89,0
Jumlah Kasus Difteri
Tahun
Papua DIY Jatim
ANALISIS PADK

2010 0 2 286
2011 0 1 663
2012 0 2 954
2013 0 2 610
2014 1 0 295
2015 2 0 67
2016 1 0 209 33
Jumlah Anak yang Tidak Diimunisasi/Tidak Lengkap
Indonesia, 2014-2016 Tahun 2014 – 2016 terdapat
1,716,659 anak yang belum
mendapat imunisasi dan
imunisasinya tidak lengkap.

Source : Ditjen P2P 34


Alasan Tidak diimunisasi*), 2013
35.0

28.8
Kampanye Anti Vaksin (??)
30.0
26.3
25.0
21.9
20.0
16.3
15.0

10.0
6.8 6.7
5.0

0.0
Takut panas Keluarga tidak Tempat Sibuk/repot Sering sakit Tidak tahu
mengijinkan imunisasi jauh tempat
imunisasi

*) Dari 8,7 Persen yang tidak diimunisasi


35
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap, Indonesia, 2015-2017

Nasional
92,04%
2017

Tidak Lapor

Cakupan <80%
Cakupan 80% - <92%
Cakupan ≥92%

Nasional
91,6%
2016

Tidak Lapor

Cakupan <80%
Cakupan 80% - <91,5%

Nasional
86,5%
2015

Belum lapor
<80%
Source : Ditjen P2P 80%- <91% 36
>=91%
Studi Cold Chain di 12 Puskesmans Kab. Sorolangun, Prov Jambi
(Kairul, dkk, 2016, Undip) (dalam %)

Lemari Es Tidak Memiliki Termometer 25

Lemari Es Tidak Memiliki Freeze Tag 91.7

Vaksin Heat Sensitive Disusun Dekat Evaporator 33.3

Vaksin Freeze Sensitive Disusun Menjauh dari Evaporator 41.7

Lemari Es Tidak Tersedia Grafik Pencatatan Suhu 50

Petugas Melakukan Pemantauan 2 kali sehari 41.7

Termostat Lemari Es Tidak Diselotip 91.7

Petugas Tidak Melakukan Perawatan Harian 50

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
37
Manajemen rantai Dingin ( Studi Puslitbang SD dan Yankes tahun 2017)

Peralatan
Rantai dingin
& Pengiriman
100.0
90.0
Berdasarkan Jenis fasilitas 80.0
70.0
60.0
50.0
Sistem dan 40.0 Lokasi Lemari
Prosedur 30.0 Es
20.0
10.0
0.0
Dinkesprov
Dinkeskab/kota
RS
PKM
Klinik

SDM Pencatatan
Suhu
38
Manajemen rantai Dingin ( Studi Puslitbang SD dan Yankes tahun 2017)

Berdasarkan regional
Peralatan Rantai dingin &
Pengiriman
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0
Sistem dan Prosedur 30.0 Lokasi Lemari Es
20.0

10.0

0.0 Reg I : Jawa Barat dan Jawa Timur

Reg II : Sumsel dan NTB

reg III : Aceh, Sulut dan Sulsel

Reg IV : Kalsel dan Kalteng

Reg V : Malut dan Papua

SDM Pencatatan Suhu


39
Kualitas Vaksin( Studi Puslitbang SD dan Yankes tahun 2017) Vaccine Vial Monitor

100% 92%
80.47%
80%
63.36%
60%

40% 30.16%
20% 14.57%
8% 4.03% 0.93%
1.70%
0%
PROVINSI KAB/KOTA PUSKESMAS
Kondisi VVM A Kondisi VVM B Kondisi VVM C Kondisi VVM D

Kondisi Vaksin di Dinkes provinsi, Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas 40


% Dinkes Kab/Kota menurut Indikator Ketersediaan Obat dan
Vaksin, Tahun 2015 dan 2016
86 85.23
2015
84 83.33 83.7 2016
82.58
81.8
82

80

78 77.7

76

74

72
Vaksin TT Vaksin BCG DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib

N puskesmas = 400 41
Pemenuhan Sarana Cold Chain
2015 2016 78,81 %
61,1 %

± 92,2
2017 %

Tahun 2018
Seluruh Puskesmas memiliki cold
Legend :
chain sesuai dengan standar dan
: 100 % berfungsi
: ≥80% - 99%
: < 80 %
: No data
42
Source : Ditjen P2P
PWS Imunisasi: Apakah masih jalan?

43
Usulan Penajaman Program
1. Peningkatan cakupan imunisasi
• Penerapan PWS-Imunisasi
• Identifikasi sasaran melalui PIS-PK
• Integrasi tenaga (multipurposive personnel)
• Peningkatan pelayanan imunisasi luar gedung (Posyandu, Polindes)
2. Peningkatan kualitas Imunisasi >> Perbaikan rantai dingin
• Penunjukan pengelola Fridge Penyimpan Vaksin (SK Ka Puskesmas/ SK Ka Dinkes)
• Pelatihan bidan, perawat tentang manajemen rantai dingin
• Mengelola rantai dingin yang benar
• Pemberian imunisasi yang benar
3. Edukasi kepada masyarakat dan advokasi pada pimpinan wilayah
• Melalui tokoh agama  melawan isu kampanye negatif
• Pimpinan daerah (Bupati, camat, perangkat desa)
• Pemanfaatan PWS-Imunisasi untuk advokasi kepada pimpinan wilayah
4. Membangun sistem surveilans yang kuat utk deteksi kejadian PD3I
44
Melawan Kampanye Negatif Vaksin

Argumen para anti vaksin: Kampanye Pentingnya


• Alasan agama dan etika Imunisasi:
• Alasan efek samping • Alasan agama  MUI,
Ustdaz
• Cacat fisik dan mental
• Alasan efek samping, cacat,
• Kimiawi, racun dan tidak racun  KIE oleh Dokter
bermanfaat Anak, Indusatri Vaksin
• Konspirasi Industri Farmasi
Asing

45
ANALISIS DATA UTK PENURUNAN
STUNTING

46
KERANGKA KONSEP ANALISIS PENURUNAN STUNTING
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT
• SDM (Dokter, • Intervensi gizi • Supl Gizi Remaja • Bayi lahir tidak • Prevalensi
Petugas gizi, kader spesifik: • Cakupan dan BBLR (>2500 g) Stunting
kesehatan)  PMT pemulihan kualitas ANC • Tidak lahir pendek • Prevalensi
• Peralatan  Vit A • PMT Bumil (Panjang Badan > Remaja dan
(Timbangan bayi,  TTD • Cakupan Intervensi 48 CM) Bumil KEK
dacin, Pengukur  Taburia Gizi spesifik • Balita: BB/U, TB/U • Prevalensi
Panjang badan,  Zinc • Cakupan Intervensi dan BB/TB Normal Remaja dan
pengukur tinggi  Stimulasi Gizi Sensistif • Tidak ada Remaja Bumil Anemia
badan, buku KIA, • Intervensi gizi dan Bumil KEK
dll) sensitif: • Tidak ada Remaja
• Biaya (BOK, DAK Ketahanan dan Bumil Anemia
Non fisik, Kapitasi) pangan keluarga
• Suplementasi gizi Penganekaragam
(Biskuit, TTD, an pangan
Vitamin A, Taburia) Income keluarga
Bantuan sosial
Perumahan
Sanitasi
Air bersih

Solusi Masalah Permasalahan 47


Bagaimana mengukur gangguan tumbuh?
Tumbuh = Tambah Berat dan Tambah Panjang dengan bertambahnya Umur
No. Indeks Penilaian (Menggunakan Z Score)
BB/U Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
1
(WAZ) Z < -3SD -3SD < Z <-2SD -2SD < Z< 2 SD Z > 2SD
TB/U Sangat pendek Pendek Normal Tinggi
2
(HAZ) Z < -3SD - 3SD < Z < -2SD -2SD < Z < 2SD > 2 SD
BB/TB Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
3
(WHZ) < - 3 SD - 3SD < Z < -2 SD - 2SD < Z < 2SD > 2 SD

Nilai Individu ― Nilai Median Rujukan


Z Score =
Nilai Simpang Baku (SD) Rujukan

Pengukuran 3 Parameter Status Gizi (BB/U, TB/U, BB/TB)  Satu Kesatuan Utuh
48
Bagaimana Menggunakan 3 Parameter Status Gizi Dikaitkan Intervensi?
Anak Kelas 4 SD
Cek BB/U Skrining awal

• Gizi Buruk
• Gizi Kurang

Cek TB/U Undernutrisi kronik

• Sangat Pendek Apakah Perlu Makanan Padat Gizi supaya


• Pendek tumbuh memanjang (??)

• Sangat Kurus
Cek BB/TB • Kurus • PMT Pemulihan
Undernutrisi Akut

49
Pentingnya Intervensi Sejak Remaja dan Bumil
FETAL PROGRAMMING OF HUMAN

Female

50
Barker’s
hypothesis
Gagal Tumbuh
dalam Rahim
IUGR

Cacat pada DNA


(gen) dan Organ

Manusia Kerdil
(stunted)

51
HUBUNGAN BALITA STUNTING DENGAN SGA DAN PRETERM

Gagal Tumbuh dalam Rahim


STUDI SISTEMATIK REVIEW

52
STUNTING SYNDROME

Environmental
Enteric
1000 HPK
Dysfunction

• Asupan Makanan dengan


jumlah yg cukup dan
berkualitas Asupan Makanan
• Obati anemia (TTD) dengan jumlah yg
cukup dan
berkualitas

• Asupan Makanan dengan jumlah yg


cukup dan berkualitas, TTD
• Cegah kawin usia dini, cegah hamil di
luar nikah 53
Stunted Growth (syst rev WHO)

Faktor Ibu Intake zat gizi (Ibu dan Baduta) Infeksi Faktor lingkungan
dan pola asuh
• Under-nutrisi masa • Infeksi saluran
Kualitas pangan Praktik feeding ASI cerna (diare, • Stimulasi bayi
remaja, kehamilan, dan balita yg
dan laktasi • Rendahnya intake • Infrequent • ASI ekslusif amoebiasis,
micronutrient (Vit feeding kecacingan) kurang
• Ibu pendek (<150 • Inisiasi • Pola asuh yg
cm) dan mineral) • Inadequate Menyusui Dini• Infeksi saluran
jelek
• Infeki pd Ibu • Buruknya feeding (selama (IMD) nafas (ISPA,
• Kehamilan remaja keragaman dan setelah pneumonia) • Sanitasi yg jelek
pangan dan sakit) • Malaria • Keatahanan
• Gangguan mental
pada Ibu sumber protein • Kekurangan • HIV/AIDS pangan keluarga
hewani intake • yg jelek
• IUGR dan kelahiran (kuantitas dan
TB
premature • Taboo makanan • Infeksi yg • Pendidikan Ibu/
kualitas) pengasuh yg
• Jarak anak yg • Kekurangan menurunkan
pendek kecukupan energi nafsu makan rendah
• Hipertensi
(eclampsia)

Ekonomi Akses kes Pendidikan Infrastruktur Budaya Sist. pangan Lingk.


• Pemberdayaan • Akses • Akses • Jalan • Norma/ • Pertanian • Perumahan
ekonomi • Yankes • Kualitas guru • Listrik kepercayaan • Food safety • Air bersih
keluarga bermutu • Komunikasi • Status wanita • Bencana
• Akesen modal • Iklim 54
Resume hasil riset etnografi dikaitkan dengan stunting (1)
(Sumenep, Gunung Mas, Sorong Selatan, Tambraw, Tolikara)
Perilaku Faktor yang kemungkinan bisa menjadi penyebab stunting
No. berkontribusi
pd stunting Kepercayaan (belief) Struktur masyarakat Psikologis Ekonomi

1 Antenatal care/ • (Masih) percaya pada dukun Dukun adalah tokoh masyarakat yang Keluarga lebih Dirawat oleh dukun
perinatal care • Bidan desa dianggap masih terlalu muda utk diakui kedudukan dan perannya di tenang karena dianggap lebih
menolong persalinan masyarakat percaya pada murah
• Bidan desa tidak punya kapasitas terkait dukun
ritual (bidaya)
2 Pemberian ASI • Kolostrum masih ada yang dibuang, karena • Penaggung jawab bayi adalah sang
dapat membawa penyakit nenek
• (Masih) tidak diberikan ASI eksklusif • Yang menentukan cara (metoda)
• Bayi menangis diartikan masih lapar terkait menyusui adalah nenek (kapan,
• Ibu menganggap bahwa ASI tidak mencukupi seberapa sering, dan lama)
kebutuhan bayi. Bayi perlu mendapatkan
tambahan makanan (bubur, pisang, sagu,
mie)
3 MP-ASI • Tidak mengenal batasan waktu (kapan) • Nenek adalah pengambil keputusan
harus menyapih waktu penyapihan
• Nenek adalah pengambil keputusan
tentang apa yang boleh dan tidak
boleh dimakan

55
Resume hasil riset etnografi dikaitkan dengan stunting (2)
(Sumenep, Gunung Mas, Sorong Selatan, Tambraw, Tolikara)
Perilaku Faktor yang kemungkinan bisa menjadi penyebab stunting
No. berkontribusi
pd stunting Kepercayaan (belief) Struktur masyarakat Psikologis Ekonomi

4 Pola • Anak tidak boleh menangis (mendorong • Keluarga besar bertanggung Orang tua menjadi • Meringankan
pengasuhan dijejali makanan) jawab pada pengasuhan anak tenang, karena keluarga beban orang tua
anak
• Anak harus patuh pada orang tua • Perintah orang tua harus besar terlibat dalam (tenaga kerja)
dipatuhi pengasuhan anak • Tidak ada
• Orang tua/ keluarga besar boleh pembatasan
memberi hukuman pada anak jumlah anak (SD
bila dinilai salah ekonomi)
5 Penyediaan • Tidak perlu masak lauk/ sayur setiap hari • Perempuan mempunyai peran Penghematan
makan • Makanan olahan harus bisa disimpan dan (otoritas) dalam memasak dan ekonomi keluarga
dikonsumsi dalam beberapa hari penyediaan makanan siap makan
6 Konsumsi • Makan pagi bisa pisang bakar/ goreng • Makan nasi (beras)
makanan • Makan nasi diasosiasikan dengan badan kuat merupakan symbol
(makan nasi biar kuat) status ekonomi
• Laki-laki mendapat porsi lebih banyak • Ada pobhia (rasa
disbanding perempuan takut) terkait dengan
• Tabo makanan masih kuat pada kaum tabu
perempuan
• Ada pantangan makanan utk balita
7 Distribusi • Prioritas utama diberikan kepada pencari • Tanggung jawab istri
makanan nafkah menghormati suami
56
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
Kep.Riau
DIY
DKI
Kaltim
Babel
Bali
Banten
Sulut
Jabar
Jatim
Sumsel
Jateng
Riau
Indonesia
37.2

36.8

Jambi

2007
Kalbar
Gorontalo
2010 Sumbar
Bengkulu
2013

Papua
Maluku
Sulsel
Proporsi Balita Pendek

Malut
Sulteng
Kalteng
Aceh
Kecenderungan Provinsi: 2007-2013

Sumut
Sultra
Lampung
Kalsel
Pabar
NTB
Sulbar
NTT
57
PREVALENSI BALITA STUNTING (TB/U)
DI INDONESIA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2016)

2015 2016
BENGKULU 18.1 SUMSEL 19.2
KEP BABEL 18.9 BALI 19.7
BALI 20.6 DKI JAKARTA 20.1
DIY 20.6 SULUT 21.2
SULUT 22.2 DIY 21.8
LAMPUNG 22.6 KEP BABEL 21.9
KEP RIAU 22.9 KEP RIAU 22.9
DKI JAKARTA 23.1 BENGKULU 23.0
BANTEN 23.2 JATENG 23.9
SUMSEL 23.4 SUMUT 24.4
RIAU 23.9 MALUT 24.6
MALUT 24.5 LAMPUNG 24.8
JATENG 24.8 RIAU 25.1
JABAR 25.6 JABAR 25.1
JAMBI 25.9 SUMBAR 25.5
KALTIM 26.6 JATIM 26.1
JATIM 27.0 ACEH 26.4
SUMBAR 27.6 BANTEN 27.0
PAPUA 28.6 JAMBI 27.0
INDONESIA 29.0 KALTIM 27.1
PAPUA BARAT 29.5 INDONESIA 27.5
KALTARA 31.1 PAPUA 28.0
SULTRA 31.4 MALUKU 29.0
ACEH 31.6 SULTRA 29.6
MALUKU 32.3 NTB 30.0
SUMUT 33.2 PAPUA BARAT 30.3
KALTENG 33.3 KALSEL 31.1
NTB 33.9 KALTARA 31.6
KALBAR 34.1 SUTENG 32.0
SULSEL 34.1 GORONTALO 33.0
SUTENG 35.3 KALTENG 34.1
GORONTALO 36.5 KALBAR 34.9
KALSEL 37.2 SULSEL 35.6
SULBAR 38.4 NTT 38.7
NTT 41.2 SULBAR 39.7
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0

Ket: merupakan batasan masalah menurut WHO 2010

58 Pada tahun 2016, dari 34 provinsi, HANYA 2 PROVINSI yang berada DI BAWAH batasan WHO 2010 (20%).
Proporsi balita 0-59 bulan menurut Status Gizi (TB/U & BB/TB) 2007-2013

3.9 4.8 5.1


100.0
• BB/U
80.0 45.9
• TB/U
49.1 48.6
• BB/TB
60.0
11.4
11.1 9.6
40.0 7.4 6.8
7.6

29.1 27.4 Satu


20.0 25.3
kesatuan
ukuran
2.3 2.1 2.5 antropo-
0.0 metri
2007 2010 2013
Pendek-kurus Pendek-Normal Pendek-Gemuk Normal-kurus Normal-normal Normal-gemuk
59
Proporsi Penduduk Dewasa >18 Tahun berdasarkan Komposit
TB dan IMT, 2007-2013

100.0 10.3 12.2 15.4


90.0
80.0 38.4 37.7 36.8
70.0
60.0
6.9 6.9
50.0 6.3
8.8 9.6
40.0 10.9

30.0 30.0 28.2 25.9


20.0
10.0 5.6 5.3 4.8
0.0
2007 2010 2013

Pendek-kurus Pendek-Normal Pendek-Gemuk Normal-kurus Normal-normal Normal-gemuk

60
Komposit Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks TB/U
dan BB/TB dalam 6 Kategori Di Indonesia, 2016
Dari
70 • Berdasarkan hasil PSG Tahun 2016 dari 27,5%
TB/U balita Pendek (TB/U), sebanyak 23,4% balita
61.1
60 mempunyai berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) normal
50 • Balita tersebut berpotensi mengalami
Dicek kegemukan
40
BB/TB
30
23.4
20

10
8.7
2.6 1.7 2.4
0
TB/U normal - TB/U normal - TB/U normal - TB/U pendek - TB/U pendek - TB/U pendek -
BB/TB gemuk BB/TB normal BB/TB kurus BB/TB gemuk BB/TB normal BB/TB kurus
61
Balita Gizi Kurang Tidak Selalu Kurus

Balita Gizi
Kurang 17,8% • Balita Gizi Kurang (Dalam KMS
12.0 termasuk BGT  tidak tepat
Yg perlu intervensi

9.7
langsung intervensi PMT, tapi
10.0
cek dulu BB/TB.
8.0
• Bila BB/TB masuk kurus 
PMT
6.0 • Bila BB/TB masuk normal 
3.9 hati-hati malah obese
4.0
2.4
2.0
1.7
3,9+2,4= 6,3% Mencegah “kejadian stunting” 
0.0 0.0 mampu mengurangi gizi kurang
0.0
TB/U TB/U TB/U TB/U TB/U TB/U sebesar 9,7% + 2,4% = 12,1%
normal - normal - normal - pendek - pendek - pendek -
BB/TB BB/TB BB/TB BB/TB BB/TB BB/TB
gemuk normal kurus gemuk normal kurus
62
Rata-rata Tinggi Badan Anak Umur 5-18 tahun
dibanding Rujukan (WHO 2007) : 2007-2013

Laki-laki Perempuan
190.0 190.0

180.0
Beda 12,5 cm 180.0

170.0 170.0 Beda 9,8 cm


Rata2 Tinggi Badan (cm)

Rata2 Tinggi Badan (cm)


160.0 160.0

150.0 150.0

140.0 140.0

130.0 130.0

120.0 120.0

110.0 110.0

100.0 100.0
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Umur (tahun) Umur (tahun)

Rujukan 2007 2010 2013 Reference 2007 2010 2013

63
Rata-rata Tinggi Badan Anak Umur 5-18 tahun
dibanding Rujukan (WHO 2007) menurut Tempat tinggal, 2013

Laki-laki Perempuan
190.0 190.0

180.0 180.0

170.0 170.0
Rata-rata Tinggi Badan (cm)

Rata2 Tinggi Badan (cm)


160.0 160.0

150.0 150.0

140.0 140.0

130.0
Kota & Desa, 130.0
beda 2,7 cm Kota & Desa,
120.0 120.0 beda 1,7 cm
110.0 110.0

100.0 100.0
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Umur (Tahun) Umur (tahun)

Reference Kota Desa Rujukan Kota Desa

64
Besaran masalah di upaya

65
AKP AKE

Sumber : SDT 2014 66


PERLU MENAMBAH INTAKE ENERGI DAN PROTEIN PADA BUMIL

AKE < 70%

AKP < 80%

Sumber : SDT 2014


67
Gizi Ibu yang tidak Optimum menjadi penyebab utama terjadinya masalah
kurang gizi pada anak

KECENDERUNGAN NASIONAL (2010 – 2013)


PROPORSI ANGKA BBLR PROPORSI ANGKA PAJANG LAHIR
TAHUN 2013

68
PERSENTASE REMAJA PUTERI (12-18 TAHUN) MENDAPAT
DAN MENGONSUMSI TTD MENURUT TEMPAT TINGGAL

Mendapat TTD
Tidak
Tempat Mengonsumsi Mengonsumsi
Total Tidak menda
tinggal < 52 Tablet ≥ 52 Tablet
mengonsumsi pat

Perkotaan 2.096 1,7 4,9 1,7 91,7


Perdesaan 2.409 1,8 4,2 1,1 92,9
Nasional 4.505 1,7 4.5 1,4 92,4

= 18,4% dari yang mendapat TTD


(63 orang)

69
PREVALENSI ANEMIA PADA IBU HAMIL: RKD 2013, SIRKESNAS 2016

100.0%
90.0%
80.0%
Riskesdas 2013
70.0%
55.9% 54.9% Sirkesnas 2016
60.0%
53.8%
50.0% N Riskesdas 2013 = 503
36.2% 38.1% 37.1%
40.0% N Sirkesnas = 946
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Perkotaan Perdesaan Nasional

Baseline 2013 = 37,1% Target tahun 2019 = 28%


Sirkesnas 2016 = 54,9%
70
PERSENTASE IBU HAMIL KEK YANG
MENDAPATKAN MAKANAN TAMBAHAN

71
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT
TTD 90 TABLET SELAMA KEHAMILAN
BUMIL
N =7.313

Mendapat/Membeli TTD Tidak Mendapat/Membeli TTD


87,2% n=6.376 n=937

Mendapat/Membeli Mendapat/Membeli
TTD < 90 TTD ≥ 90
n = 3.755 n = 2.621
58,9% 41,1% = 35,8% dari total ibu hamil

Baseline : 82 % ; Target tahun 2015 = 82 % ; Sirkesnas 2016 : 35,8%


72
BALITA KURUS (6-59 BULAN) YANG MENDAPAT PMT DI TAHUN 2015

Sampel balita 6-59 Bulan


N = 18151

Sampel balita dengan status gizi


N = 17330

Anak balita kurus Target tahun 2015 = 70%


Sirkesnas 2016 = 28,5%
n = 1253

Mendapat PMT Tidak Mendapat PMT


28,5% 71,5%
n = 357 n = 896

73
Hasil Evaluasi PMT (kualitatif)
• Masalah Gudang Tempat Penyimpanan
• Masalah Kepatuhan Pelaksana Terhadap Pedoman (Bumil KEK dan
Balita Kurus)
• Masalah siapa yang makan setelah didistribusikan
• Masalah tingkat kepatuhan dari sasaran
• Masalah KIE kepada sasaran
• Masalah cara mendistribusikan (provider)
• Masalah makanan pendamping PMT dan keberlanjutan pangan PMT
di keluarga (ketahanan pangan keluarga dan makanan lokal)
74
JENIS PENJELASAN PETUGAS SAAT SASARAN MENERIMA PMT

bahaya kurang gizi pada 44.6


Ya balita/bumil
16.1% Tidak 55.4
Cara mencegah kurang gizi

75
Alasan menerima PMT
83.9%

Manfaat PMT 76.8

Aturan Mengonsumsi PMT 78.7

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0


Gambar 2.7. Penjelasan petugas saat
sasaran menerima PMT menurut TPG Gambar 2.8. Jenis penjelasan petugas saat
sasaran menerima PMT menurut TPG

75
KEPATUHAN BALITA TERHADAP PMT
Balita penerima PMT Tabel 3.3. Alasan balita tidak menghabiskan PMT

Alasan tidak menghabiskan PMT %

Dimakan ART lain 62,4


33.2
Anak menolak/bosan 48,9
66.8 Dimakan orang lain 15,0
Ya
Tidak
Lainnya 15,0
Jenis kurang bervariasi 10,0
Rasa tidak enak 9,3
Ada efek samping ( diare, konsipasi, alergi) 2,6
Gambar 3.1. Proporsi Balita Ibu tidak sempat memberikan 2,6
yang Menghabiskan PMT
Aroma tidak enak 2,4

76
KEPATUHAN BUMIL TERHADAP PMT
Ibu hamil penerima PMT Tabel 3.4. Alasan ibu hamil Tidak menghabiskan PMT

Alasan bumil tidak menghabiskan PMT %

Dimakan oleh ART/keluarga lain 56,4

Rasa terlalu manis 39,1

51.9 48.1 Bosan 30,9

Ya Lainnya 25,9
tidak
Aroma kurang bervariasi 6,2

Tidak suka teksturnya 5,8

Ada efek samping (diare, alergi) 1,6


Gambar 3.2. Proporsi Bumil
yang Menghabiskan PMT

77
ORANG YANG IKUT MAKAN PMT & ALASANNYA

57.9%
60.9%

41.6%
29.7% 28.2%

19.5%
15.2%
6.7%
4.3% 2.5% 1.6%

Gambar 3.7. Persentase Gambar 3.8. Persentase


Orang yang Ikut Alasan PMT Dikonsumsi
Mengonsumsi PMT Balita oleh ART Lain
78
Proporsi Balita Stunting Lintas Quintil Pendapatan
45
40.5
Data Riskesdas 40 38.9
Menunjukkan bahwa 37.2 36.8

Stunting Bukan Hanya 35 34.1

Masalah Kesmiskinan 30.3


30

25

• Edukasi (promkes) tentang 20


makanan yang kaya gizi
(penganekaragaman
15
pangan)
• Pengasuhan Balita
10
(Periode 0-6 bln: 7-24
bulan)
5
• IMD dan ASI Eksklusif
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Total
79
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Total
0
100
120

20
40
80

60
76.5

55.5

90.5

64.6

59.1

67.4

56.4

51.2

91.9

68.1

50

57.7
INPUT : SDM

85.4

99.2

77.9

63.5

84.2

94.9

91.9

87.8

88.7

96.5

75.9

89.1

79.6

65.6

92.4

85.1
Penempatan TPG sebagai NS Individual

98.9

86.2

78.8
PERSENTASE PUSKESMAS MENURUT KEBERADAAN TENAGA GIZI, RISNAKES 2017

85.8
80

73.3

49.5
INPUT : PERALATAN
PERSENTASE PUSKESMAS MENURUT KETERSEDIAAN ALAT UKUR TIMBANG BADAN BAYI,
RISNAKES 2017
105

99.7

99.7
100

100

100

100

100
99.6
99.5
99.3
99.2

99.1
98.9

98.9
98.7
98.6

98.4
98.2

99

97.9
97.8
100
97.5

97.2

97.1

96.9
96.8

96.5
96.2
97

95.8
94.8
94.4
95

92.7
90

86.6
85

80

75

Pemenuhan alat timbang badan bayi 81


INPUT : PERALATAN
PERSENTASE PUSKESMAS MENURUT KETERSEDIAAN ALAT UKUR PANJANG BADAN BAYI,
RISNAKES 2017
120

99.7
99.6

99.2

99.2
99.1

99.1

98.9
100
98.4
98.3

98.3

98.3
98.2

98.2

97.9
97.8
97.8
97.6

97.6
97.5

97.1
96.3

95.7
95.5

95.5
94.8
94.4

94.2
94.1

96
91.8
100

89.3
93

78
80

60

40

20

Pemenuhan alat ukur Panjang Badan Bayi 82


Penajaman Solusi Stunting

83
No Klp Intervensi spesifik
Sasaran Intervensi sensitif
Msl Intervensi skr Perbaikan Usulan Intervensi Baru
1. Anak UKS jalannya kurang Transformasi UKS (Selain PMT AS (Tambahan Kemendikbud: Kurikulum
Sekolah optimal Trias UKS ditambahkan protein: Susu, Telur, Gizi dan
edukasi gizi dan kesehatan Kacang Hijau) Penganekaragaman
reproduksi) pangan
Akses pendidikan
2. Remaja TTD: cakupan dan Meningkatkan cakupan dan Edukasi gizi BKKBN: Program KRR
Putri kualitas kepatuhan tingkat kepatuhan (Sedian (penganekaragaman Pramuka: SBH
rendah Fe yang menarik dan tidak pangan, citra tubuh yang Kemendag: Poskestren
bau) sehat) (Kesehatan reproduksi
Program Kesehatan Penguatan Program remaja)
Remaja blm optimal Kesehatan Remaja
(Pencegahan kehamilan di
luar nikah, perkawinan usia
dini)
3. Bumil Belum Semua Bumil Penigkatan cakupan dan PMT Buskuit pada semua Kemensos: PKH
KEK mendapat PMT kualitas Bumil (perluasan: KEK, Kementan: Program
Miskin, TB Bumil<150 cm, Pangan Lestari
Bumil SGA) PUPR:
Mikronutrient Bumil Peningkatan cakupan dan Tidak ada asap rokok • Perbaikan rumah
(TTD, Asam Folat, Vit kualitas (keluarga tidak merokok) • Air bersih
A) • Sanitasi
Kemeninfokom:
ANC belum berkualitas Peningkatan kualitas ANC • Edukasi 1000 HPK
84
Klp Intervensi spesifik
No Sasaran Intervensi sensitif
Msl Intervensi skr Perbaikan Usulan Intervensi Baru
3. Bumil • Penggunaan Buku • Buku KIA sebagai alat • Penajaman deteksi • PKH,
KIA belum optimal deteksi bumil calon SGA dengan USG • Program Pangan Lestari
• Program Kelas penghasil bayi stunting portable • Akses Pendidikan
Bumil belum cukup (SGA, bumil pendek, bumil • Penggunaan KMS • Pendidikan gizi dan
miskin) Bumil  deteksi SGA kesehatan reproduksi
4 Bayi 0-6 IMD Peningkatan cakupan dan • Kampanye melawan pada remaja
bulan dan ASI Eksklusif kualitas dari IMD dan ASI MP-ASI • Pencegahan nikah dini
Ibu Laktas Vit. A Eksklusif • Edukasi ttg makanan • Pencegahan kehamilan
kaya gizi dan stimulasi di luar nikah
bayi • Program cash for works
• PMT Ibu Laktasi (padat karya untuk
perbaikan income)
5. Baduta 7- PMT Buskuit utk Peningkatan cakupan dan • Edukasi ttg makanan • Pendampingan Ibu yang
24 bulan Baduta Kurus tingkat kepatuhan kaya gizi punya balita dan
dan Ibu • Edukasi pola asuh menjadi TKI
Pengasuh (stimulasi, cara
pemberian makan)
6 Perbaikan • Penempatan Tenaga Petugas Gizi - NS Individual
inputs • Melengkapi alat antropometri (Buku KIA dengan 3 parameter gizi, KMS Bumil, Alat ukur Panjang badan
bayi, alat timbang badan bayi)
• Pembagian pembiayaan antara Pusat, Provinsi dan Kab/Kota
7 Perbaikan • Semua Intervensi dikaitkan dengan PIS-PK
kebijakan • Penetapan indikator yang jelas terkait indikator program intervensi gizi spesifik
• Penetapan indkator yang jelas terkait indikator program intervensi gizi spesifik
• Sinergi lokus untuk intervensi spesifik dan intervensi sensitif (100 kab/kota terpilih) 85
Kesimpulan solusi
Intervensi spesifik gizi Intervensi sensitif gizi
• Remaja • Peningkatan ekonomi keluarga  cash for work
• Anak Usia Sekolah (UKS, PMT AS) (padat karya)
• Remaja Putri (PKPR, suplemen TTD/ gizi) • Program Keluarga Harapan (PKH)
• Ibu hamil
• Gizi (PMT, micronutrient, ANC berkualitas, Monitoring Ibu
• Program pangan lestari/ program mandiri pangan
pendek, penggunaan Buku KIA dg benar, Kelas Ibu hamil) • Program bedah rumah/ benah rumah
• Non gizi (cegah kawin muda, hamil tanpa nikah)
• Program akses air bersih dan sanitasi (STBM)
• Bayi 0-6 bulan & Ibu
• IMD • Program edukasi gizi dikaitkan dengan kecerdasan
• ASI eksklusif (kualitas SDM)
• Suplementasi Ibu laktasi • Akses Pendidikan (khususnya wanita)
• Stimulasi bayi
• Yankes standar (Imumisasi, akses pengobatan kalau sakit) • Pembangunan infrastruktur (akses ke fasyankes,
• Mikronutrient pada bayi (Vit A, Zinc), PMT bayi kurus
tranportasi, komunikasi, dll)
• Bayi 7-24 bulan & Ibu
• ASI bisa berlanjut
• Makanan berkualitas (volume, dan kandungan gizi)
• Stimulasi bayi
• Mikronutrient (Viat A, Zinc), PMT Baduta Kurus
86
87

Anda mungkin juga menyukai