skenario 2
2
SKENARIO 2
Seorang anak perempuan, 8 tahun, BB 26kg, TB 126cm, dibawa
orang tuanya ke poliklinik dengan keluhan utama suka mendadak
bengong di kelas sejak sekitar 3 bulan terakhir. Menurut orang tua,
satu bulan yang lalu, guru pasien melaporkan bahwa dia mulai
menyadari dalam 3 bulan terakhir ini jika si anak sering mendadak
bengong saat sedang belajar atau bermain dengan teman-temannya di
sekolah. Kedua orang tua juga baru menyadari bahwa satu buan
terakhir ini anaknya juga seperti mendadak bengong sebentar saat
sedang bermain di rumah.
3
Kata Sulit
Masalah Dasar
:- Anak perempuan
Kata umur 8 tahun
datang dengan
kunci keluhan mendadak
bengong sudah 3
bulan, keluhan
Anak perempuan 8 tahun.
sering muncul saat
Mendadak bengong sejak 3
sedang belajar dan
bulan yang lalu.
bermain.
BB 26kg.
TB 126cm.
PERTANYAAN- PERTANYAAN 4
1. Bagaimana anamnesis pada kasus diatas?
2. Pemeriksaan Fisik apa yang harus dilakukan?
3. Pemeriksaan Penunjang apa yang dilakukan?
4. Apa diagnosa kerja dan diagnosa bandingnya?
5. Bagaimana epidemiologi kasus tersebut?
6. Apa saja etiologi dan faktor risikonya?
7. Bagaimana patomekanisme yang sesuai dengan
kasus diatas?
8. Apa saja penatalaksanaan farmakologis dan
nonfarmakologis kasus ini?
9. Bagaimana komplikasi dan prognosisnya?
10. Apa saja pencegahan dan edukasi yang perlu
diberikan?
ANAMNESIS
ANAMNESIS
Riwayat penyakit
sekarang
Riwayat kebiasaan
6
KELUHAN UTAMA : MENDADAK BENGONG
KUALITAS :
APAKAH SAAT DIPANGGIL NAMANYA , DIA SADAR ?
APAKAH PASIEN MENGINGAT APA YANG IA LAKUKAN SEBELUMNYA
?
APAKAH SAAT BENGONG ADA GERAKAN PADA WAJAH ?
APAKAH MATA PASIEN MENATAP KEATAS ?
APAKAH SETELAH SERANGAN TERJADI PASIEN LINGLUNG ATAU
LANGSUNG MELAKUKAN AKTIVITAS SEPERTI TIDAK TERJADI APA-
APA ?
8
FAKTOR MEMPERBERAT DAN MEMPERINGAN:
KELUHAN LAIN ;
9
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
12
TTV GCS Pemeriksaan
(Tanda- INSPEKSI (Glasglow Neurologi :
tanda Coma Motorik
vital) Scale)
13
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan
penunjang yang paling sering dilakukan dan harus
dilakukan pada semua pasien epilepsi untuk
menegakkan diagnosis epilepsi.
16
Rekaman EEG dikatakan abnormal apabila:
1. Asimetris irama dan voltase gelombang pada
daerah yang sama di kedua hemisfer otak
2. Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang
lebih lambat dibanding seharusnya
✘ Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah
neuroimaging bertujuan untuk melihat struktur otak
dan melengkapi data EEG.
17
DIAGNOSIS
Dx ETIOLOGIS :
Epilepsi Dx TOPIS:
Idiopatik,
Tipe lena
-Klasifikasi Epilepsi-
Lena/petit mal
Parsial Kehilangan Grand mal Mioklonik
Gang. kesadaran Kontraksi
Jatuh mendadak
Kesadaran Mata menatap (dgn teriakan)
otot-otot
kosong hilangnya
Tubuh kaku
Gej.psikis tonus otot
(bengong) gej.motorik
Gang. Fungsi Gerakan (tonik-klonik)
luhur mioklonik Kesadaran hilang
saat jatuh
Sering (mata/wajah)
Disertai mulut
bercampur Otomatisme berbusa/
dgn emosi Kehilangn ngompol
Atonik
Bingung dan
tonus otot Stlh bangkitan Kehilangan
disorientasi
Pas sadar sering tidur, tonus otot
lupa segalanya tampak letih & mendadak
sakit kepala
Sblm kejang
kecemasan
BANGKITAN PARSIAL
PARSIAL
PARSIAL
KOMPLEKS
SEDERHANA
Gambaran parsial
sederhana diikuti
o motorik gangguan kesadaran
o sensorik Dg gangguan
kesadaran pd saat
o autonomik awal bangkitan
gang. Fungsi
luhur
-Dx DD-
Lena/petit mal
Parsial Kehilangan Grand mal Mioklonik
Gang. kesadaran Kontraksi
Jatuh mendadak
Kesadaran Mata menatap (dgn teriakan)
otot-otot
kosong hilangnya
Tubuh kaku
Gej.psikis tonus otot
(bengong) gej.motorik
Gang. Fungsi Gerakan (tonik-klonik)
luhur mioklonik Kesadaran hilang
saat jatuh
Sering (mata/wajah)
Disertai mulut
bercampur Otomatisme berbusa/
dgn emosi Kehilangn ngompol
Atonik
Bingung
tonus otot Stlh bangkitan Kehilangan
disorientasi
Pas sadar sering tidur, tonus otot
lupa segalanya tampak letih & mendadak
sakit kepala
Sblm kejang
kecemasan
Dx banding lainnya
Sinkop
Migren
Tic
Ketakutan malam hari
Psikogenik
Definisi epilepsi
28
SULAWESI UTARA
29
ETIOLOGI DAN
FAKTOR RISIKO
Pendahuluan
1.Trauma
2.Infeksi SSP
3.Perinatal
4.Cerebrovascular disease
5.Idiopathic
6.Tumors
7.Congential
8.Parasitic
1. Brain trauma
Yang paling penting; dan resiko
epilepsi tergantung seberapa parahnya
trauma tersebut.
2. Infeksi CNS
- Meningitis yang paling sering, dan 34
6. Penyakit degenerative:
- Alzheimer’s, salah satu
faktor resiko epilepsi
pada umur lansia
36
7. Penyakit serebrovaskular,
seperti stroke
- Stroke adalah faktor resiko
yang cukup besar dalam
epilepsi
37
8. Alkohol
- Peminum alkohol kronik
termasuk dalam faktor resiko
yang cukup besar, dan
tergantung dosis minum.
PATOMEKANISME
39
TATALAKSANA
FARMAKOLOGI
Ada 4 mekanisme aksi utama OAE yaitu:
a. Mengikat kanal Na menjadi inaktif
Contoh obat: Fenitoin, Karbamazepin, Oxcarbazepin, Zonisamid, Lamotrigin,
Topiramat, Gabapentin.
b. Memodulasi GABA, menginhibisi reuptake GABA
Contoh obat: Agonis GABAa (Benzodiazepin, Barbiturat, Topiramat); Inhibitor
reuptake (Tiagabin); GABA-transaminase (Vigabatrin); Modulasi GAD
(Felbamate).
c. Mengikat reseptor glutamat
Contoh obat: Reseptor NMDA (Felbamate) dan Reseptor AMPA/Kainat
(Topiramat).
d. Mengikat kanal Ca
Contoh obat: Ethosuksimid, Fenitoin, Karbamazepin, Oxcarbazepin, Zonisamid.
(Brodie dan Dichter, 1996; Gidal dan Garnett, 2005; Lawthorn dan Smith,
2001).
A. MENGIKAT KANAL NA MENJADI INAKTIF
Strategi Terapi
mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada kanal
ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
PRINSIP UMUM TERAPI EPILEPSI:
• monoterapi lebih baik mengurangi potensi adverse effect,
meningkatkan kepatuhan pasien, tidak terbukti bahwa politerapi
lebih baik dari monoterapi dan biasanya kurang efektif karena
interaksi antar obat justru akan mengganggu efektivitasnya dan
akumulasi efek samping dg politerapi
• hindari atau minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
toleransi, efek pada intelegensia, memori, kemampuan motorik
bisa menetap selama pengobatan
• jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-sedatif, jika
gagal baru diberi sedatif atau politerapi
• berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya
• Memperhatikan risk-benefit ratio terapi
• Penggunaan obat harus sehemat mungkin dan sedapat
mungkin dalam jangka waktu pendek
• mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan
sesuai dg kondisi klinis pasien penting : kepatuhan
pasien
• ada variasi individual terhadap respon obat antiepilepsi
perlu pemantauan ketat dan penyesuaian dosis
• jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan
pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain
(jgn politerapi)
• lakukan monitoring kadar obat dalam darah jika
mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat juga
kondisi klinis pasien
MONITORING KADAR OBAT DALAM SERUM
(TDM = THERAPEUTIC DRUG MONITORING )
Tujuan :
• Untuk mengevaluasi kepatuhan penderita
• Menilai faktor farmakokinetika dan farmakodinamika obat menelusuri
kemungkinan apabila terjadi kegagalan terapi
• Mengidentifikasi kadar obat yg efektif utk mengenali perubahan2 yg mungkin dpt
menimbulkan kejang/bangkitan atau efek samping
• Menentukan obat apa yg kemungkinan dpt menimbulkan efek toksik apabila
digunakan lebih dari satu macam obat
Kendala :
Fasilitas & biaya pemeriksaan laboratorium
PENDEKATAN MONOTERAPI
• Non farmakologi:
• Amati faktor pemicu
• Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya :
stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol,
perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
• Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi
OBAT-OBAT ANTI EPILEPSI
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
• Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
• Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
• agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh: benzodiazepin, barbiturat
• menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA meningkat
contoh: Vigabatrin
• menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA contoh:
Tiagabin
• meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien
mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool
contoh: Gabapentin
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya
Ya Sembuh ? Tidak
Ya Tidak Ya Tidak
Pertimbangkan,
Sembuh?
Ya Tidak Hentikan AED1
Atasi dg tepat Tetap gunakan Ya Tidak
AED2
Lanjutkan
terapi
lanjut
lanjut
lanjutan
• Jurnal Pediatr Neurol. th 2006 : obat2 antiepilepsi (asam valproat, carbamazepin, oxcarbazepin) dapat
menurunkan densitas tulang pada anak.
• Perlu monitoring pemakaian jangka panjang pada anak, di samping perlu dipertimbangkan pemberian
suplemen utk tulang.
PENGHENTIAN PENGOBATAN EPILEPSI
Gangguan Gangguan
Kognitif Motorik
Gangguan
Perilaku dan Kerusakan Otak
Adaptasi Sosial
Kematian
Mendadak
82
PROGNOSIS EPILEPSI
• Banyak epilepsy berprognosis baik. Remisi (periode bebas kejang)
minimal 5 tahun, dengan penggunaan obat-obatan anti epilepsy.
Sebanyak 70% penderita epilepsy dapat mengalami remisi dengan
terapi optimal, bahkan 75 % diantaranya dapat berhenti
menggunakan obat antikonvulsan tanpa kembali mengalami
rekurensi.
• Pasien dengan prognosis lebih buruk adalh pasien dengan deficit
neurologi sebelumnya (retardasi mental, palsy cerebral, riwayat
kejang neonate.
83
Pencegahan
dan Edukasi
85
86
THANK YOU
89
Any
Questions?