Anda di halaman 1dari 21

Kalimat Efektif

• Ketidakbakuan tidak hanya berupa kata, namun struktur kalimat.


• Kebakuan tidak selalu dalam tataran kata, juga dalam tataran kalimat.
Ketidakbakuan kalimat melahirkan kalimat yang tidak efektif.

• Kalimat efektif berkaitan dengan pemilihan secara tepat diksi dalam


sebuah struktur kalimat. Dengan penggunaan kata secara tepat,
diharapkan ada kesamaan penerimaan antara penulis dan pembaca.
• Kendala yang sering dialami oleh seorang penulis adalah masuknya
bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Selain itu, juga masuknya struktur
bahasa lisan ke dalam struktur bahasa tulis atau yang disebut dengan
interferensi. Kedua hal tersebut seringkali menyebabkan tidak
tersampaikannya maksud kepada pembaca. Artinya, membuat
kalimat menjadi tidak efektif.
Persyaratan Kalimat Efektif
Widdowson (1979) menyatakan terdapat dua persyaratan dalam
mewujudkan kalimat yang efektif yakni pesyaratan kebenaran struktur dan
persyaratan kecocokan konteks.

• A. Persyaratan Kebenaran Struktur


Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat
efektif dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada
hubungan antaraunsur kalimat. Perhatikan kalimat di bawah ini.
1. Saya sarankan sudah agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota
semuanya dapat hadir.
2. Saya sudah sarankan agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota
semuanya dapat hadir.
3. Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat ditunda agar semua
anggota dapat hadir.
• Pada contoh di atas, kalimat (1) merupakan contoh
kalimat yang tidak mengikuti kaidah struktur, kalimat
(2) meruapakan kalimat yang masih mengandung
kesalahan struktur, sedangkan kalimat (3) adalah
kalimat yang kaidah struktur tanpa kesalahan.

• Dari contoh tersebut diketahui bahwa terdapat


rentangan kebenaran struktur. Ada yang benar-benar
tidak berstruktur, ada yang berstruktur tetapi
mengandung kesalahan, dan ada yang berstruktur
dengan benar.
Perhatikan contoh di bawah ini.
1. Dibukanya sampul surat itu, lalu dia membaca
surat dari kekasihnya itu dengan hati berbunga-
bunga.
2. Dibukanya sampul surat itu, lalu dibacanya
surat dari kekasihnya itu dengan hati berbunga-
bunga.
3. Dia membuka sampul surat itu, lalu membaca
surat dari kekasihnya itu dengan hati berbunga-
bunga.
• Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang
unsur-unsurnya memiliki hubungan yang jelas.
Dengan hubungan fungsi yang jelas, makna yang
terkandung di dalamnya juga jelas.
• Pada tataran frasa, dapat dibedakan makna tadi pagi
dan pagi tadi, ayah almarhum dan almarhum ayah,
usulan dana dan dana usulan berdasarkan hukum D-
M. Unsur yang di depan pada setiap frasa itu menjadi
unsur inti, sedangkan unsur yang di belakang menjadi
atribut atau penjelas
(1) Kepada hadirin dimohon berdiri.
• Kalimat (1) terdiri atas tiga unsur fungsi, yakni kepada
hadirin, dimohon, dan berdiri. Ketiga hubungan unsur fungsi
itu tidak jelas karena tidak dapat dicari subjeknya, walaupun
dapat ditemukan predikatnya, yakni dimohon, dan unsur
berdiri. Dengan predikat itu, unsur kepada hadirin jelas
bukan fungsi subjek. Kepada hadirin bukanlah subjek
dikarenakan merupakan frasa preposisional bukan frasa
nomina. Dengan menghilangkan preposisi kepada, hubungan
fungsi antarunsur menjadi jelas.
(2) Hadirin dimohon berdiri!
(3) Hadirin kami mohon berdiri!

Frasa preposisional hanya dapat berfungsi sebagai


keterangan atau pelengkap penyerta, misalnya pada
kalimat (1) dan kalimat (2) berikut.

(1) Kepada hadirin, kami ucapkan terima kasih!


(2) Kami ucapkan terima kasih kepada hadirin!
B. Persyaratan Kecocokan
Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan
kalimat dalam konteks. Kalimat pada (1), (2), (3), dan (4) berikut sudah
memenuhi persyaratan kebenaran, tetapi hanya pada contoh (1) dan
(2) yang memenuhi persyaratan kecocokan.
1. Belum ada hujan di daerah yang mengalami kekurangan air itu.
Gerimis pun tak pernah ada.
2. Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak pernah ada.
3. Kemungkinan aka nada hujan bulan ini. Gerimis pun tak pernah
ada.
4. Pada musim kemarau ada satu atau dua kali hujan. Gerimis pun tak
pernah ada.
• Kecocokan tidak hanya ditentukan oleh konteks kebahasaan, yakni
konteks yang berupa kalimat sebelumnya. Konteks non-kebahasaan
juga sangat menentukan kecocokan itu.
• 1) Silakan minum, Pak!
• 2) Minumlah!
• 3) Minum!

• Pada kalimat (1), (2), dan (3) di atas terdapat konteks penggunaan
yang berbeda. Kalimat tersebut diungkapkan di depan orang yang
hubungannya dengan penutur berbeda-beda.
KALIMAT EFEKTIF
Putrayasa (2007:54) menyatakan kalimat dapat dikatakan efektif apabila
memenuhi beberapa ciri yakni 1) Kesatuan, 2) kehematan, 3) penekanan,
dan kevariasian (McCrimmon dalam Putrayasa).
• 1. Kesatuan mengandung pengertian bahwa sebuah kalimat harus
mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu kesatuan pikiran. Satu
kesatuan pikiran tersebut diwujudkan dalam struktur kalimat yang jelas.
• 2. Kehematan mengandung pengertian bahwa setiap kata yang digunakan
mampu menjelaskan makna. Jadi, kehematan bukan dalam pengertian
banyak atau sedikitnya kata, namun lebih pada nilai guna kata yang
dituangkan dalam kalimat.
• 3. Penekanan adalah upaya memberikan aksentuasi atau pemusatan
perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat. Dalam rangka
memberi aksentuasi tersebut, hal-hal yang dapat dilakukan adalah
dengan penekanan.
• 4. Kevariasian selain sebagai upaya untuk menghindarkan kesan
monoton, juga merupakan salah satu ciri kalimat aktif. Kevariasian ini
tidak akan tampak dalam sebuah kalimat, tetapi pada sebuah struktur
paragraf. Variasi tersebut meliputi; variasi dalam pembukaan kalimat,
dalam pola kalimat, dalam jenis kalimat, dan bentuk aktif-pasif.
Penyebab ketidakefektifan kalimat

• a. Kontaminasi/kerancuan adalah kalimat yang kacau sehingga sulit


ditangkap maknanya. Kerancuan berarti “kekacauan”
• b. Pleonasme adalah pemakaian kata secara berlebih-lebihan.
• c. Ambiguitas adalah kalimat yang secara tata bahasa benar, namun
memilik tafsiran makna ganda
• d. Ketidakjelasan unsur inti kalimat
• e. Kemubaziran preposisi dan kata
• f. Kesalahan logika berbahasa
• g. Ketidaktepatan bentuk kata
• h. Ketidaktepatan makna kata
• i. Pengaruh bahasa daerah
• Dalam bahasa Indonesia tidak mengenal konyugasi.
• Di sekolah kami dipelajarkan keterampilan menari.
• Para guru-guru sedang rapat.
• Anak dari Pak Haris menjadi polisi.
• Puluhan satwa langka diberitakan meninggal akibat perburuan liar di
hutan.
• Bahasa Indonesia tidak mengenal konyugasi.
• Di sekolah kami dipelajari keterampilan menari.
• Para guru sedang rapat.
• Anak Pak Haris menjadi polisi.
• Puluhan satwa langka diberitakan mati akibat perburuan liar di hutan.
KIAT PENYUSUNAN KALIMAT EFEKTIF
A. Kiat Pengulangan
• Dalam menghasilkan kalimat efektif, dapat dilakukan dengan
memperlihatkan bagian yang dipentingkan dalam kalimat.
Contoh :
• Rhonald sangat aman. Teknologi micorgrain Rhonald memberikan
perlindungan maksimum bagi lambung. Sedemikian aman hingga kita
perlu Rhonald. Ronald dapat diminum setiap saat.
Pengulangan tidak harus dengan bentuk yang sama. Pengulangan dapat
dilakukan dengan bentuk yang berbeda-beda. Variasi pengulangan selain
digunakan untuk menonjolkan informasi, digunakan pula dalam
menonjolkan informasi menjadi lebih segar. Bentuk variasi dapat berupa
kata-kata yang sinonim maupun untaian kalimat.
Contoh
a) Badan Azwar itu tinggi, kurus, kerempeng, dan bahkan teman-temannya
mengatakan ceking.
b) John Davy menuntut maskapai penerbangan Malaysian Airlines agar
membayar ongkos tes darahnya, Selasa pekan lalu. Tentara Australia ini
takut ketularan penyakit menular. Ia melakukan pernafasan buatan untuk
membantu seorang penumpang ketika jatuh pingsat dalam kabin pesawat.
B. Kiat Pengedepanan
• Pengedepanan lazim digunakan untuk menunjukkan informasi yang
dipentingkan. Hal ini dipahami untuk mendapatkan kesan peneruma
tutur akan terpusat pada bagian yang diterima pertama daripada
bagian yang lain.
• Contoh
Konidin melenyapkan batuk dengan melegakan tenggorokan Anda.
Konidin, tablet batuk dengan formulasi khusus dari Konimex untuk
meredakan batuk dengan cepat. Konidin telah terbukti kemanurannya.
C. Kiat Penyejajaran
• Penyejajaran menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan itu
penting. Hal itu dapat dipahami karena unsur yang disejajarkan itu
tampak menonjol.
Contoh :
Yang dilakukannya selama ini di kampung adalah mengurus harta
pusaka, mengerjakan sawah, menjenguk sanak family, dan
membersihkan kuburan nenek.

• Penyejajaran juga dilakukan berdasarkan konsistensi kategori dan


konsistensi struktur. Konsistensi kategori tampak paga kategori kata.
Jika penyejajaran dikenakan pada verba melirik, anggota selanjutnya
juga verba, seperti melihat, memperhatikan, dan meloloti.
Contoh :
• Penelitian dilakukan dengan tiga tahap, yakni penyusunan proposal,
pelaksanaan penelitian, dan pembuatan pelaporan.
• Penelitian dilakukan dengan tiga tahap, yakni menyusun proposal,
melaksanaan penelitian, dan membuat pelaporan.
• Penelitian dilakukan dengan tiga tahap, yakni penyusunan proposal,
pelaksanaan penelitian, dan membuat pelaporan.
D. Kiat Pengaturan Variasi Kalimat
• Variasi kalimat terbagi atas variasi struktur dan jenis. Variasi struktur
memiliki kemungkinan aktif-pasif, struktur panjang-pendek. Variasi jenis
memiliki kemungkinan jenis kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat seru.
Variasi struktur terlihat pada contoh (a) dan (b), sedangkan variasi jenis
terlihat pada contoh (c) dan (d).
• Subroto datang ke rumah Cepluk. Di sanalah dia bertemu Cepluk yang
pertama kali.
• Kemarin saya meminjam buku perpustakaan. Buku itu say abaca tadi
malam dan sekarang akan saya kembalikan.
• Anda harus mau dan berani menghadapi usaha penyelewengan. Jangan
ragu-ragu! Jangan takut-takut! Mengapa? Anda semua adalah tunas-tunas
pemimpin bangsa yang terandalkan.
• Persebaya akan bermain di Ujung Pandang. Kemenangan harus dipetik dari
pertandingan itu, sekalipun dengan risiko berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai