Anda di halaman 1dari 127

1

Asuhan Keperawatan
dan Penatalaksanaan
Pada Masa Intranatal

SUNARNI, S.ST,. M.Mkes


KALA I
PERSALINAN
PENAPISAN
IBU BERSALIN
Pengkajian Penatalaksanaan
Riwayat bedah sesar
S Riwayat persalinan yang lalu Rujuk ke fasilitas kesehatan yang
melalui seksio sesarea mempunyai kemampuan untuk
O Pada abdomen tampak melakukan bedah sesar
bekas insisi seksio sesarea Beri dukungan selama perjalanan
atau pembedahan uterus rujukan
lainnya
Perdarahan pervaginam
S: Mengeluarkan darah dari - Jangan sekali-kali melakukan
kemaluan tanpa atau disertai pemeriksaan dalam (vaginal
dengan nyeri perut toucher) sebab akan
O: Pada genetalia eksterna mengakibatkan perdarahan
tampak perdarahan semakin banyak
pervaginam yang segar - Baringkan ibu miring kiri
(tanpa bercampur lendir) - Pasang infus menggunakan
jarum no.16 atau 18. Berikan RL
atau NS (NaCl 0,9%) tetesan
sedang
- Rujuk dan damping ibu ke
fasilitas kesehatan yang dapat
Persalinan kurang bulan
S: Usia kehamilan belum mencapai - Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan
9 bulan yang memiliki kemampuan
O Hasil perhitungan usia kehamilan penatalaksanaan
<37 mgg kegawatdaruratan obstetric dan
BBL
- Damping ibu dan beri dukungan
Ketuban pecah disertai meconium kental
S: Sudah mengeluarkan air dari - Baringkan ibu miring kiri
jalan lahir yang berwarna coklat - Observasi DJJ lebih ketat
kehitaman atau keruh - Rujuk ibu kef askes yang memiliki
O - Pada genetalia eksterna kewgawatdaruratan obstetric dan
tampak air ketuban yang BBL
berwarna keruh/coklat - Damping ibu dan bawa partus set
kehitaman lengkap dengan penghisap lendir
- Pada pemeriksaan dalam De Lee, handuk/kain bersih dan
selaput ketuban telah robek ekring untuk antisipasi apabila ibu
melahirkan di perjalanan rujukan
Ketuban pecah mekoneal disertai tanda gawat janin.
Ketuban pecah >24 jam
Ketuban pecah pada usia kehamilan <37 minggu
S: - Sudah mengeluarkan air - Baringkan ibu miring kiri
dari jalan lahir yang - Berikan Oksigen 6 lt/menit bila terjadi
berwarna coklat fetal distress
kehitaman atau keruh - Observasi DJJ selama perjalanan
pada 24 jam sebelum rujukan
bertemu denngan - Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
penolong persalinan memiliki kemampuan
- Usia kehamilan <9 bulan penatalaksanaan gawatdarurat
O: - Pada genetalia eksterna obstetric dan BBL
tampak air ketuban yang - Damping ibu dan bawa partus set
berwarna keruh/coklat lengkap dengan penghisap lendir De
kehitaman Lee, handuk/kain bersih dan kering
- Pada pemeriksaan dalam untuk antisipasi apabilla ibu
selaput ketuban telah melahirkan di perjalanan rujukan
robek
- Pada auskultasu DJJ <120
atau >160 kali/menit
Terdapat tanda-tanda infeksi
S: - Badan terasa panas dan - Baringkan ibu miring kiri
menggigil - Pasang infus menggunakan jarum
- Merasa nyeri perut no.16 atau 18. Berikan RL atau NS
- Air ketuban sudah pecah (NaCl 0,9%) tetesan sedang
O: - Suhu aksiler >38o C - Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan
- Cairan ketuban berbau yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetric dan BBL
- Damping ibu
TFU >40 cm
S: Pembesaran perutnya melebihi - Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
biasa memiliki kemampuan bedah sesar
O: TFU ≥40 cm (macrosomia,
polihidramnion, gemeli) - Damping ibu
Pre-eklamsia berat (PEB)/Hipertensi
S: - Pusing/nyeri kepala - Baringkan ibu miring kiri
- Penglihatan kabur - Pasang infus menggunakan jarum no.16
- Nyeri ulu hati atau 18. Berikan RL atau NS (NaCl 0,9%)
O: - TD ≥160/110 mmHg tetesan sedang
- Proteinuria - Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV
- Dapat tampak selama 20 menit
oedema pada - Lanjutkan dengan suntikan 10 gr MgSO4
wajah atau tangan 50% (@5 gr IM pada bokong kiri dan kanan)
- Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawatdarurat obstetric dan BBL
- Damping ibu
Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
S: - Baringkan ibu miring kiri dan anjurkan untuk
O: - Palpasi dengan bernapas secara teratur
perlimaan hasil 5/5 - Rujuk ibu ke faskes yang memiliki
- Pembukaan serviks kemampuan bedah sesar
≥4 cm - Damping ibu
Gawat janin
S: - Baringkan ibu miring kiri
O: Pada auskultasi DJJ <120 - Bila perlu berikan Oksigen 6 lt/menit
atau >160 kali/menit - Pasang infus menggunakan jarum
no.16 atau 18. Berikan RL atau NS (NaCl
0,9%) tetesan sedang
- Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetric dan BBL
- Damping ibu perjalanan rujukan
Presentasi ganda/majemuk
S: - Baringkan ibu miring kiri dan anjurkan
O: Pada VT teraba bagian lain untuk bernapas secara teratur
- Rujuk ibu ke faskes yang memiliki
dari janin di sekitar bagian
kemampuan bedah sesar
terdahulu (misalnya lengan - Damping ibu
atau tangan, kaki)
Tali pusat menumbung
S: - Bila tali pusat masih berdenyut, gunakan
O: Pada VT teraba bagian sarung tangan DTT, letakkan satu
lunak dan memanjang tangan di vagina dan jauhkan kepala
(dapat berdenyut bila janin dari tali pusat yang menumbung,
bayi masih hidup, atau pindahkan posisi tali pusat sehingga
tidak berdenyut bila bayi tidak tertekan lagi. Bila tali pusat sudah
sudah meninggal) terbebas, tangan lain mendorong bayi
melalui dinding abdomen agar bagian
terbawha janin tidak menekan tali pusat
lagi. Minta keluarga untuk membantu
- Atau bantu ibu untuk mengambil posisi
bersujud dimana posisi bokong berada
di atas kepala ibu selama perjalanan
rujukan
- Rujuk ibu ke faskes yang memiliki
kemampuan bedah sesar
- Damping ibu
- Bila tali pusat sudah tidak berdenyut,
lakukan pertolongan persalinan biasa
Presentasi bukan belakang kepala
S: - Rujuk ibu ke faskes yang
O: - Palpasi terbaga bagian yang memiliki kemampuan bedah
lunak dan bulat di bagian fundus sesar
uteri (sugsang) atau - Damping ibu
- Palpasi pada sebelah kiri atau
kanan ibu teraba kepala atau
bokong (lintang
Ikterus
S: - Kulit berwarna kekuningan - Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan
- Air kencing berwarna seperti teh yang memiliki kemampuan
pekat penatalaksanaan
O: Inspeksi sklera ikterik gawatdarurat obstetric dan
BBL
- Damping ibu perjalanan
rujukan
Syok
S: - Baringkan ibu miring kiri, jika
O: - Cemas, bingung, tidak sadar, memungkinkan naikkan kedua
pucat, berkeringat dingin, kaki ibu lebih tinggi daripada
akral dingin jantungnya
- Nadi ≥110x/menit, TD sistolik - Pasang infus menggunakan jarum
<90 mmHg, pernapasan >30 no.16 atau 18. Berikan RL atau NS
menit (NaCl 0,9%). Tetesan 1 liter dalam
- Produksi urin sedikit (<30 15-20 menit pertama (guyur),
ml/jam) dilanjutkan 2 liter dalam 1 jam
pertama, kemudian 125 ml/jam
- Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan
yang memiliki kemampuan bedah
sesar
- Damping ibu
Anemia berat
S: Ibu merasa pusing dan lemah - Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
O: - Inspkesi kunjungtiva anemis, memiliki kemampuan
bibir, telapak tangan pucat penatalaksanaan gawatdarurat
- Hb <6 gr% obstetric dan BBL
- Dapat terjadi sesak napas - Pasang oksigen 6 lt/menit bila perlu
- Damping ibu perjalanan rujukan
Kehamilan ganda/gemeli
S: - Pembesaran perut melebihi - Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
usia kehamilan memiliki kemampuan
- Terasa banyak gerakan anak penatalaksanaan gawatdarurat
di banyak tempat obstetric dan BBL
- Kadang terasa sesak napas - Damping ibu perjalanan rujukan
ketika berbaring terlentang
O: - TFU melebihi usia kehamilan
- Palpasi teraba lebih dari dua
bagian besar janin
- Terdengar dua DJJ dengan
selisih minimal 10
detak/menit
PARTOGRAF
PARTOGRAF ADALAH ALAT BANTU
UNTUK MEMANTAU KEMAJUAN
KALA I PERSALINAN DAN
INFORMASI UNTUK MEMBUAT
KEPUTUSAN KLINIK Mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dengan menilai pembukaan
Tujuan utama serviks melalui pembukaa dalam
penggunaan Mendeteksi apakah proses persalinan
partograf berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara
dini kemungkinan terjadinya partus lama.

Data pelengkap yang terkait dengan


pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemanjuan proses persalinan,

membuat keputusan klink dan asuhan


atau tindakan ang diberikan dimana
semua itu dicatat secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalain dan bayi
baru lahir.
CARA MENGISI PARTOGRAF

1. Bagian identitas pasien dan keterangan waktu.


 Diisi berdasarkan imformasi yang dibutuhkan.
 Meliputi nomor registrasi, nomor puskesmas, nama,
tanggal, dan jam datang, usia, dan paritas pasien.

2. Baris untuk menuliskan waktu.


 Cara mengisi baris ini adalah dengan menuliskan jam
dilakukannya pemeriksaan dalam pertama kali,
kemudian kotak berikutnya diisi dengan penambahan
satu jam berikutnya.
Grafik DJJ.
 Hasil pemeriksaan DJJ yang dihitung selama 1 menit penuh
dituliskan dalam grafik ini dalam bentuk noktah (titik yang agak
besar).
 Penulisan notkah sesuai dengan letak skala dalam grafik dan
jam pemeriksan.
 Catat hasil DJJ setiap 1/2 jam.
 Antara notkah satu dengan yang lain dihubungkan dengan
garis tagak yang tidak terputus.
 Kisaran normal DJJ terpapar pada partrograf di antara garis
tebal pada angka 180 dan 100. Penolong harus waspada jika
frekuensi DJJ mengarah hingga di bawah 120 atau di atas 160.
Baris hasil pemeriksaan air ketuban.
 Setiap melakukan pemeriksan, hasil apapun yang berkaitan
dengan ketuban harus selalu dituliskan.
 Cara menuliskan adalah sebagai berikut.

U: kulit ketuban masih utuh.


J: selaput ketuban pecah dan air
ketuban jernih.
M: air ketuban bercampur
mekonium.
D: air ketuban bernoda darah.
K: tidak ada cairan
ketuban/kering.
Hasil dituliskan dikolom sesuai
dengan jam pemeriksaan.
 Baris hasil pemerkisaan untuk molase kepala
janin/penyusupan.
Molase adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala janin dapat menyesuaikan diri terhadap bagian
keras (tulang) panggul. Ketidak mampuan untuk
berakomodasi atau disproporasi ditunjukan melalui
derajat penyuspan atau tumpang tindih (molase) berat
sehingga tulang kepala yang saling menyusup sulit
dipisahkan.
Setiap melakukan pemeriksaan dalam, ada tidaknya
molase harus dilaporkan melalui baris ini.
Cara menuliskannya dengan lambang-lambang berikut.
 0: sutura terpisah
 1: sutura (pertmuan dua tulang tengkorak) bersesuaian.
 2: sutura tumpang tindih tapi dapat di perbaiki.
 3: sutura tumpang tindih tetapi tidak dapat diperbaiki.
 Garis waspada dan garis bertindak.
 Garis waspada dimulai dari pembukaan 4 cm dan berakhir
pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika
laju pembukaan serviks 1cm/jam.
 Garis bertindak terletak sejajar dan sebelah kanan (berjarak 4
jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks melampaui dan
berada disebelah kanan garis tindakan, maka hal ini
menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan. Sebaiknya pasien sudah berada di fasilitas
pelayanan rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
 Grafik hasil pemeriksaan dalam.
 Cara menuliskan dengan memberikan tanda silang tepat
digaris waspada (jika pembukaan tepat 4 cm) atau berada
diperpotongan antara garis waspada dan skala pembukaan
yang berada di sisi paling pingir grafik (skal 1-10), dilanjutkan
dengan menuliskan kapan atau njam berapa pemeriksaan
dilakukan pada baris waktu dibawahnya.
 Perlu diingat, hasil pemeriksaan dalamyamg dituliskan dalam
partograp adalah jika pembukaan sudah lebih dari 3 cm
atau sudah dalam fase aktif.
 Grafik hasil pemeriksaan penurunan kepala.
 Mengacu kepada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang
teraba pada pemeriksaan abdomen luar di atas simfisis pubis.
 Cara menuliskannya dengan menggunakan simbol huruf “O”
yang dituliskan dengan skala 0-5 dengan pembagian perlim
untuk setiap penurunan kepala. Contohnya, jik teraba 3/5
bagian kepala, maka di tuliskan dengan skala 3; jika berapa
4/5 bagian kepala maka di tulis di skala 4.
 Jika kepala sudah turun dan pembukaan sudah lengkap yaitu
0/5, maka di tuliskan dalam skala 0.
 Grafik hasil observasi kontraksi.
Cara menuliskannya dengan melakukan arsiran dengan bentuk
tertentu ( sesuai dengan durasi kontaksi) di kotak-kotak yang
ada dalam grafik. Skala dalam grafik 1-5, dimaksud kan
mengambarkan jumblah kontrasi dalam 10 menit serta
bagaimana kualitasnya.
Misalnya dalam 10 menit terdeteksi 2 kontraksi dengan 20-40
detik, maka yang diarsir adalah 2 kotak dengan arsiran sesuai
dengan durasi 20-40 detik.
Baris keterangan pemberian oksitosin.
 Data yang dituliskan adalah berapa unut oksitosin yang di
berikan di baris pertama.
 Jumlah tetesan/menit dalam barisan kedua.
 Barisan keterangan pemberian iv dan obat.
 Tulis jenis cairan infus dan jenis obat yang diberiakan
Grafik hasil pemeriksaan tekanan darah dan nadi.
 Tekanan darah diperiksa minimal 4 jam, yang ditulis sesuai
dengan skala yang tersedia. Nadi di periksa setap 30 menit
berpedoman dengan skala yang sama dengan skala pada
tekanan darah.
 Cara menuliskan hasil pemeriksaan.
 Tekanan darah:sistol dilambangkan dengan arah panah
ke atas yang dituliskan sesuai dengan skala pada grafik,
sedangkan diastol dilambangkan dengan arah panah
kebawah. Selanjutnya tarik garis ke bawah daripanah
sistol dan diastol.
 Nadi: hasil pemeriksaan nadi juga sama dengan
penempatan penulisannya dengan tekanan darah, yang
membedakan adalah simbolnya. Untuk nadi dtuliskan
dalam bentuk noktah menyesuaikan dengan skala yang
ada. Catatan 30-60 menit.
 Baris hasil pemeriksaan suhu.
 Hasil pemeriksaan suhu ditulis dalam baris hasil pemeriksaan
suhudengan angka nominal sesuai hasil yang didapat.
 Lakukan pencatatan setiap duajam .
 Baris hasil pemeriksaan urine.
 Setiap melakukan pemeriksan urine, hasil harus selalu dituliskan
dalam baris ini.
 Keterangan kandungan protein da aseton dalam urine, cukup
dilambangkan dengan tanda (+) atau (-).
 Volume ditulikan dengan angka nominal sesuai dengan data
yang ada, catat setia kali pasien habis berkemih.
Pendokumen
tasian kala I
• Biodata •Riwayat kesehatan

S 28
•Riwayat pasien •Status perkawinan
• Gangguan kesehatan alat •Pola pemenuhan
reproduksi kebutuhan dasar
• Riwayat kehamilan , nifas, dan KB •Data psikososial

O
• Keadaan umum
•TTV
•Head to Toe

A
• Diagnosis
• Masalah (sekarang dan potensial)
• Identifikasi kebutuhan segera

P
• Perencanaan asuhan
• Pelaksanaan asuhan
• Evaluasi
:

DATA SUBJEKTIF
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh
data melalui anamnese
1. Auto
anamnesis
2. Allo
Anamese dapat anamnesis
dilakukan dengan
cara 1. Biodata
• Nama
• Usia/Tanggal lahir
• Agama
Bagian-
• Pendidikan Terakhir
bagian
• Pekerjaan
Penting
Terdiri •Suku/Bangsa
Anamnesis
•Alamat
pada Kala I
Persalinan
2. Riwayat Pasien

3. Gangguan Kesehatan Alat Reproduksi

4.Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan KB yang lalu

6. Riwayat kehamilan sekarang

7. Riwayat kesehatan

8. Status perkawinan
9. Pola makan
10. Pola minum
11. Pola istirahat
12. Personal hygiene
13. Aktivitas seksual
14 . Respon keluarga terhadap persalinan
15. Respon pasien terhadap kelahiran bayinya
16. Respon suami pasien terhadap kehamilan ini
17. Pengetahuan pasien tentang proses persalinan
18. Adat istiadat yang berkaitan dengan persalinan
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik / Lemah
Kesadaran : Composmentis
2. TTV
a. TD
selama kontraksi, nyeri, takut, dan khawatir
(kenaikan systole 15-20 mmHg dan diastole 5-10
mmHg)
b. Nadi
c. Pernapasan
d. Suhu
Peningkatan suhu 0,5-1oC
3. Head to Toe
a. Kepala : telinga, mata, hidung, mulut.
b. Leher : kelenjar limfe, vena jugularis, kelenjar tyroid.
c. Perut :
 inspeksi : bekas SC
 TFU: Kesesuaian dengan UK
 Palpasi
 TBJ
 DJJ
 kandung kemih
d. Genetalia
 kebersihan pengeluaran pervagina
 tanda infeksi (ISK, gonorhoe, )
 pemeriksaan dalam (effacement dan dilatasi, ketuban,
perdarahan, penentuan presentasi).
e. Anus
 kebersihan
 hemoroid
f. Data penunjang
 USG
 Laboratorium : HB, Proteinuria, leukosit
35
ANALISIS
1. Interpretasi Data Dasar
Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah
pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data
satu dengan lainya sehingga tergambar fakta.
Dalam langkah kedua ini, bidan membagi interpretasi data
dalam tiga bagian:

Diagnosis Kebidanan / Nomenklatur.


Dalam bagian ini yang disimpulkan bidan antara lain:
a) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan
dengan kehamilannya (jumlah kehamilan).
Contoh cara penulisan paritas dalam interpretasi
data :
• Primigravida G1 P0 Ab0
 G1 (gravida 1) artinya adalah kehamilan yang pertama
 P0 (paritas 0) artinya belum pernah partus/melahirkan
 A0 (abortus nol) artinya tidak pernah mengalami abortus
• Multigravida G3P1001Ab1
 G1 (gravida 3) artinya adalah kehamilan yang ke-3
 P1001 artinya sudah pernah melahirkan pada usia
kehamilan aterm 1 kali, prematur tidak pernah, imatur
tidak pernah, dan sekarang jumlah anak yang hidup ada
1.
 Ab100 artinya pernah mengalami abortus 1 kali, tidak
pernah mengalami KET, dan tidak pernah mengalami
kehamilan mola.
b). Usia kehamilan (dalam minggu)
c). Kala dan fase persalinan
d). Keadaan janin
e). Normal atau tidak normal

2. Masalah
Dalam asuhan kebidanan istilah “masalah” dan
“diagnosa” dipakai keduanya karena beberapa
masalah tidak dapat didefinisikan sebagai
diagnosis. Masalah sering dihubungkan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan
terhadap diagnosisnya.
Contoh rumusan diagnosis kebidanan dan
masalah pada ibu bersalin:
NO Diagnosis Kebidanan Masalah
1. G1P0Ab0 UK 38-39 mgg T-H 1. Takut dengan gambaran rasa
dengan inpartu kala 1 fase sakit selama proses persalinan.
laten, anemia ringan. 2. Bingung dengan apa yang
harus dilakukan selama proses
persalinan.

3. Kebutuhan Pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya.
2. Merumuskan Diagnosis/Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentivikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada.
Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan siap bila diagnosis
atau masalah potensial benar-benar terjadi.

Contoh perumusan diagnosis potensial pada kala I berdasarkan


interpretasi data.
No Hasil Interpretasi Data Diagnosis Potensial
1. Anemia berat Perdarahan intrapartum

2. TD 160/100 mmHg, protein urine Eklamsi


(++)
3. Keletihan dan dehidrasi Partus lama

5. TB : 140, kepala belum masuk Persalinan tidak maju karena


panggul CPD
3. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera

Merupakan tindakan segera yang harus di lakukan


kepada pasien saat terjadi situasi darurat. Maka dari
itu, bidan harus segera melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasien dan yang harus dilakukan
adalah merujuk pasien dengan melakukan tindakan
stabilisasi prarujukan terlebih dahulu. Jika pertolongan
persalinan dilakukan di rumah sakit maka sesegera
mungkin bidan melaporkan kondisi pasien kepada
dokter.
P
E
1. Perencanaan Asuhan
N
berdasarkan pada langkah sebelumnya. Semua
A perencanaan yang dibuat harus dengan
T pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori
yang terbaru, evidence based care, serta divalidasi
A dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan
L tidak dinginkan oleh pasien.
A 2. Pelaksanaan Asuhan
K  melaksanakan rencana dengan efektif, efisien dan
S aman.

A  bidan berkolaborasi, bertugas memastikan


terlaksananya rencana asuhan.
N
 Merujuk, siapkan BAKSOKUDA.
A
A
N
5 Kebutuhan Wanita
Bersalin Menurut Lesser
1.
dan Keane
Asuhan Tubuh dan Fisik
adalah
Asuhan yang diberikan berupa:
 Menjaga kebersihan diri
 Berendam
 Perawatan mulut
 Kegunaan handuk
 Pengipasan
2. Kehadiran Seorang Pendamping
Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti :
suami, keluarga pasien atau teman dekat. Dukungan yang
dapat diberikan oleh pendamping:
 Mengusap keringat
 Menemani/membimbing jalan-jalan (mobilisasi)
 Memberikan minum
 Merubah posisi dan sebagainya
 Memijat atau menggosok pinggang
3. Penerimaan terhadap Sikap dan Perilakunya
 Pasien yang datang ke bidan sangat membutuhkan sikap
dan perilaku yang baik dari orang lain, terlebih lagi bidan
yang menolong persalinan.
 Wajah yang ramah dan selalu memberikan respon yang
positif terhadap apapun yang diungkapkan oleh pasien akan
sangat membantu dalam kualitas komunikasi dan juga akan
meningkatkan kepercayaan pihak keluarga terhadap
pelayanan yang diberikan.
4. Informasi dan Kepastian tentang Hasil Persalinan yang aman
Setiap ibu membutuhkan informasi tentang kemajuan
persalinannya, sehingga ia mampu mengambil keputusan. Ibu
juga perlu diyakinkan bahwa kemajuan persalinannya.Meliputi:
 Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan
 Jelaskan semua hasil pemeriksaan
 Pengurangan rasa takut
 Penjelasan tentang prosedur dan adanya pembatasan
Asuhan Sayang Ibu
 Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak
dengan tenang dan berikan dukungan penuh selama
persalinan dan kelahiran bayi.
 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau
anggota keluarganya.
 Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan
memberikan dukungannya.
 Waspadai tanda penyulit selama persalinan dan lakukan
tindakan yang sesuai jika diperlukan.
 Siap dengan rencana rujukan.
ASUHAN SAYANG IBU SELAMA
PERSALINAN
1. Memberikan dukungan emosional.
 Dukung & anjurkan suami & anggota keluarga lain untuk
mendampingi ibu selama persalinan & kelahiran, anjurkan
mereka utk berperan aktif dlm mendukung & mengenali
langkah-lamhkah yg mungkin akan sangat membantu
kenyamanan ibu.
 Hargai keinginan ibu utk didampingi oleh teman/ saudara yg
khusus (Enkin, et al, 2000)
2. Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk :
 Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian
kepada ibu.
 Membantu ibu bernapas pada saat kontraksi.
 Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-
tindakan bermanfaat lainnya.
 Menyeka muka ibu dengan lembut, menggunakan kain yang
dibasahi air hangat atau dingin.
 Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
3. Membantu pengaturan posisi.
 Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman
selama persalinan dan kelahiran, seperti berjalan, berdiri,
duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak.
 Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan.
Jangan membuat ibu dalam posisi telentang, beritahukan
agar ia tidak mengambil posisi tersebut.
4. Memberikan cairan dan nutrisi.
 Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan
minum air) selama persalinan dan kelahiran bayi. Anjurkan
anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering mungkin
dan makanan ringan selama persalinan.
Alasan: Makanan ringan dan cairan yang cukup selaima
persalinan akan memberikan lebih banyak energi dan
rnencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa meinperlambat kontraksi
dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang
efektif
5.Keleluasan untuk ke Kamar Mandi secara Teratur
 Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling sedikit
setiap 2 jam, atau lebih sering jika terasa ingin berkemih atau
jika kandung kemih dirasakan penuh. Periksa kandung kemih
pada saat akan memeriksa denyut jantung janin (lihat/palpasi
tepat di atas simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung
kemih penuh).
 Alasan: Kandung kemih yang penuh akan :
 Memperlambat turunnya bagian terbawah janin dan mungkin
menyebabkan partus macet.
 Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang
disebabkan atonia uteri.
 Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
 Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.
 Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan
kateterisasi kandung kemih secara rutin.
 Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih
penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri. Karena kateterisasi
menimbulkan rasa sakit, meningkatkan risiko infeksi dan perlukan
saluran kemih ibu.
 Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu merasa ingin
buang air besar saat persalinan aktif, lakukan periksa dalam untuk
memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan
oleh tekanan kepala bayi pada rektum. Jika ibu belum siap
melahirkan, perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi.
 Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma
tidak akan memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka
infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pas capersalinan, malahan
akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua
persalinan
6. Pencegahan infeksi.
 Kepatuhan dalam menjalankan praktek-praktek pencegahan
infeksi yang baik juga akan melindungi penolong persalinan,
ibu dan bayi dari infeksi.
 Anjurkan ibu untuk mandi pada awal persalinan dan pastikan
bahwa ibu memakai pakaian yang bersih. Mencuci tangan
sesering mungkin. menggunakan peralatan steril atau disinfeksi
tingkat tinggi dan sarung tangan pada saat diperlukan
Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka
sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu dan/atau
bayi baru lahir.
Alasan: Pencegahan infeksi sangat penting dalam
menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir. Upaya dan keterampilan dalam
melaksanakan prosedur pencegahan infeksi yang
baik, akan melindungi penolong persalinan
terhadap risiko infeksi.
7. Dukungan emosional
 Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain
untuk mendampingi ibu Selama persalinan dan kelahiran.
Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan
mengenali langkah-langkah yang mungkin akan sangat
membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk
didampingi oleh teman atau saudara yang khusus.
3. Evaluasi
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan asuhan,
pertimbangan:
 Tujuan asuhan kebidanan
 Evektifitas tindakan untuk mengatasi masalah
 Hasil asuhan
59
Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2007).
Sedangkan persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang
cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin
(Winknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005).
60
Kala II persalinan adalah kala pengeluaran, dimulai saat serviks
telah membuka lengkap dan berlanjut hingga bayi lahir.

Durasi Rata - Primi: 40 menit


Gejala danRata
tanda kala II: multi: 15 menit

1. Ada dorongan meneran


2. Tekanan pada anus
3. Perineum menonjol
4. Vulva membuka
61
Mekanisme Persalinan
Normal
Inti dari mekanisme persalinan normal adalah pergerakan
kepala janin dalam rongga dasar panggul untuk
menyesuaikan diri dengan luas panggul sehingga kepala
dapat lahir secara spontan. Diameter terbesar kepala
janin berusaha menyesuaikan dengan diameter terbesar
dalam ukuran panggul ibu.
Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa62
tahap gerakan kepala janin di dasar panggul yang
diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi.
 Penurunan kepala
Terjadi selama proses persalinan karena daya
dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi,
serta kekuatan meneran dari pasien.
 Penguncian (engagement)
Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal
dari kepala janin telah melalui lubang masuk
panggul pasien.
 Fleksi 63
Fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan
fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak
melalui panggul dan terus menuju dasar panggul.
 Putaran paksi dalam
Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter
anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala
menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari
panggul pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter
kanan, miring ke arah diameter PAP dari panggul tetapi
bahu tetap miring ke kiri, lalu akan berputar 45 derajat.
64
Pada umumnya rotasi penuh dari kepala
Rotasi penuh ini akan terjadi ketika kepala telah
sampai di dasar panggul atau segera
setelah itu.

Terjadi karena gaya tahanan dari dasar


panggul, dimana gaya tersebut
Lahirnya kepala membentuk lengkungan carus, yang
dengan cara mengarahkan kepala ke atas menuju
ekstensi lorong vulva. Bagian leher belakang di
bawah oksiput akan bergeser ke bawah
simfisis pubis dan bekerja sebagai titik
poros (hipomoklion).
Restitusi ialah perputaran kepala
sebesar 45 derajat baik ke kanan atau
ke kiri, bergantung kepada arah dimana
Restitusi/Putara
ia mengikuti perputaran menuju posisi
n Paksi Luar
oksiput anterior.
65
Pada saat kepala janin mencapai dasar
Putaran paksi panggul, bahu akan mengalami
luar perputaran dalam arah yang sama
dengan kepala janin agar terletak
dalam diameter yang besar dari rongga
panggul. Bahu anterior akan terlihat
pada lubang vulva-vaginal, dimana ia
akan bergeser di bawah simfisis pubis.

Putaran ini terjadi secara bersamaan


Lahirnya bahu dan seluruh anggota
badan bayi Putaran paksi
Bahu posterior akan menggembungkan luar
perineum dan kemudian dilahirkan
dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu
dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya
akan dilahirkan mengikuti sumbu carus.
simfisis pubis.
66

PENDOKUME
NTASIAN
KALA II
67
Persiapan Pertolongan
Kelahiran
Lahirnya kepala. Bayi
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala,
menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat
kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
didua tempat dan potong diantara kedua klem
tersebut.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi
luar secara spontan.
Lahirnya Bahu 68
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke
dua tangan di masing-masing sisi muka bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah
dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya badan dan tungkai 69
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan
mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke
arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan tangan bagian bawah saat
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi
keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan
yang ada di atas ( anterior ) dari punggung kearah
kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki
lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan
hati – hati membantu kelahiran kaki
70
1. Data Subjektif (S)
Pertanyaaan yang dapat diajukan pada ibu untuk
mendapatkan data subjektif yaitu:

1. Sejak kapan ibu merasakan mulas yang semakin


meningkat?
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena
seluruh ototnya berkontraksi. Proses ini akan efektif
hanya jika his bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi
di dominasi oleh otot fundus yang menarik otot
bawah rahim ke atas sehingga akan menyebabkan
pembukaan serviks dan dorongan janin ke bawah
secara alami.
71
2. Apakah ibu sudah ada perasaan ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi?Dan
Apakah ibu merasakan adanya peningkatan
tekanan pada rektum dan/atau vaginanya?

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala


janin akan menyebabkan pasien ingin meneran,
serta di ikuti dengan perinium yang menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka.
Labia mulai membuka dan tak lama kemudian
kepala janin tampak pada vulva saat ada his
72

Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi


tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan
persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses
membuat keputusan klinik untuk menentukan
diagnosis dan mengembangkan rencana atau
perawatan yang sesuai (Depkes RI, 2007).
73
2. Data Objektif (O)
Data objektif yang dibutuhkan diantaranya:
1. Keadaan Umum (K/U):
Baik/ tidak, cemas/tidak,
menggambarkan suasana fisik
dan psikologis pasien
menghadapi kala II persalinan.
2. Tanda – Tanda Vital
a. Tekanan darah:

Tekanan darah dikatakan


tinggi bila lebih dari 140/90
mmHg. Kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih, dan atau
diastolic 15 mmHg atau lebih,
74
b. Nadi: Nadi normal 60-80 kali permenit.
Denyut nadi di atas 100x/menit
dapat mengindikasikan: infeksi,
syok, dehidrasi, banyak
kehilangan darah dan juga
kecemasan.
c. Suhu tubuh:

Normalnya (36,5oC-37,5oC).
Demam ringan: 38oC.
Megindentifikasi dehidrasi
jika diikuti tanda-tanda
seperti: Bibir kering, mata
cekung, kekenyalan kulit
menurun, nafas cepat lebih
dari 20x/menit dan DJJ >
160X/menit.
e.Kontraksi uterus 75
 Durasi lebih dari 40 detik.
 Frekuensi lebih dari 3x dalam 10 menit.
 Intensitas kuat.

f. Pemeriksaan Leopold:
 Leopold I :
a) Untuk menentukan TFU dan bagian yang
teraba di fundus uteri.
b) Tanda kepala : keras, bundar, melenting
c) Tanda bokong : lunak, kurang bundar,kurang
melenting.
Leopold II : Menentukan bagian janin pada 76
kedua sisi uterus dan untuk
menentukan letak punctum maksimum
(tempat yang paling jelas untuk
mendengarkan DJJ)
Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin,
dan untuk memastikan bagian
terbawah sudah masuk PAP atau
belum.
Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa jauh
bagian terbawah masuk PAP
(seberapa jauh penurunan kepala
janin).
g. Detak Jantung Janin: 77
DJJ yang normal antara 120x/menit-
160x/menit, jika DJJ kurang dari
100x/menit dan lebih dari 180x/menit
sudah merupakan gawat janin dan
memerlukan tindakan khusus.
h. Pemeriksaan genetalia luar
 Vulva membuka, perineum menonjol, anus
membuka.
 Terdapat luka/cairan/lendir
darah/perdarahan/cairan ketuban atau tidak.
i. Pemeriksaan genetalia dalam
 Penipisan serviks, pembukaan serviks lengkap,
penurunan kepala janin, selaput ketuban
3. Analisa (A) 78

Analisa masalah atau diagnosa yang


ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan.
Untuk menginterpretasikan bahwa
pasien dalam kala II, bidan harus
mendapatkan data yang valid untuk
mendukung diagnosis.
79
Berikut ini adalah contoh rumusan diagnosis pada kasus
persalinan normal;

Diagnosis nomenklatur
Diagnosa yang didapat dari hasil analisis data subjektif dan
objektif maka ditemukan diagnosa :
G…P….A… UK….. dengan persalinan kala II.
Diagnosa janin meliputi : tunggal/jamak, hidup/mati,
intrauterine/ekstrauterin, presentasi kepala/bokong, petunjuk
ubun-ubun kecil atau sakrum.

Diagnosis atau masalah potensial


Ditegakkan berdasarkan interpretasi data pada kala
ini.Beberapa contoh diagnosis potensial yang mungkin
muncul dapat dicermati dalam table berikut ini.
Contoh diagnosis potensial berdasarkan interpretasi
80
data:
Diagnosis
NO Interpretasi data dasar
potensial
81
 Kebutuhan segera

pada setiap kasus persalinan dengan


diagnosis potensial pada kala II, rujukan
menjadi kebutuhan segera.
Perumusan diagnosis potensial bertujuan
sebagai acuan bagi bidan untuk antisipasi
serta persiapan apa saja yang harus
dilakukan sebelum merujuk.
82
4. Penatalaksanaan (P)
 Merencanakan asuhan
Pada tahap ini bidan melakukan perencanaan
terstruktur berdasarkan tahapan persalinan.
Perencanaan pada persalinan kala II adalah
sebagai berikut.
a. jaga kebersihan pasien
b. atur posisi
c. penuhi kebutuhan hidrasi
d. libatkan suami dalam proses persalinan
e. berikan dukungan mental dan spiritual
f. lakukan pertolongan persalinan
 Melaksanakan asuhan
83
Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan
yang telah dibuat, antara lain :
a. Menjaga kebersihan pasien
Pada akhir kala I, bidan membersihkan tubuh
pasien dari air ketuban dan darah, mengganti
baju dan kain, dan mengelap keringan pada
tubuh dan wajah pasien menggunakan handuk
bersih.
b. Mengatur posisi
Sebaiknya pasien sudah mengetahui pengaruh posisi
terhadap persalinan. Untuk mencapai pemahaman
ini bidan melakukan diskusi dan edukasi tentang
masing-masing alternative posisi yang
menguntungkan bagi pasien.
Pilihan posisi bersalin
84
1) Setengah duduk
2) Jongkok
3) Merangkak
4) Miring ke kiri
5) Berdiri

c. Memenuhi kebutuhan hidrasi


Biasanya pasien lebih memilih air putih dingin
daripada minuman manis hangat. Di sini peran bidan
memberikan motivasi dan penjelasan bahwa minuman
manis mengandung glukosa yang dapat menambah
tenaga bagi pasien sehingga kekuatan meneran dapat
bertambah.
d. Melibatkan suami dalam proses persalinan 85
Kehadiran orang terdekat, terutama suami akan
memberikan dorongan kekuatan tersendiri karena pada
kala II ini akan terjadi komunikasi batin yang sangat kuat
antara suami istri. Melalui pandangan mata dan
sentuhan, suami akan memberikan doa sekaligus
semangat bagi istri. Bidan harus memfasilitasi
pendampingan ini semaksimal mungkin.

e. Memberikan dukungan mental dan spiritual


Bidan memberikan dukungan mental dengan
meyakinkan pasien bahwa persalinan akan berjalan
baik dengan usaha meneran yang ia lakukan, dan
pujian sangat penting pada langkah ini karena pasien
lebih percaya diri. Berikan juga dukungan spiritual sesuai
dengan agam dan keyakinan pasien.
86
f. Melakukan Pertolongan Persalinan
Sesuai dengan kewenangannya, bidan melakukan
pertolongan persalinan normal sesuai dengan APN dengan
rincian sebagai berikut.
1) Pada saat his, bimbing ibu untuk meneran
2) Saat kepala terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm,
pasang handuk bersih di perut ibu untuk mengeringkan
badan bayi
3) Buka set partus
4) Mulai memakai sarung tangan pada kedua tangan
5) Saat kepala turun, tangan kanan menahan perineum
dengan arah tahanan ke dalam dan kebawah,
sedangkan tangan kiri menahan kepala bayi agar tidak
terjadi defleksi maksimal.
87
6. Setelah bayi lahir, bersihkan hidung dan mulut bayi
menggunakan kasa steril, lalu periksalah leher bayi
apakah ada lilitan tali pusat atau tidak. Jika ada
lilitan, kendorkan dan jepit serta gunting tali pusat.
Jika tidak ada lilitan, lanjutkan pada langkah
selanjutnya.

7. Tempatkan kedua tangan pada bitemporalis bayi


untuk melahirkan bahu dengan cara tarik kepala
kearah bawah untuk melahirkan bahu depan dan
tarik kepala kearah atas untuk melahirkan bahu
belakang.
88
7) Pindahkan tangan dominan ke bawah badan bayi untuk
menyangga kepala, leher dan badan bayi sedangkan
tangan yang lain berada diperineum untuk menjepit kedua
kaki bayi saat seluruh badan bayi telah lahir semuanya.
89
Evaluasi
Pada akhir kala II, bidan melakukan evaluasi, antara lain:
1. Keadaan umum bayi (Jenis kelamin, spontanitas
menangis segera setelah lahir, dan warna kulit.
2. Keadaan umum Ibu (tanda-tanda vital, tinggi
funfus uteri, kontraksi, perdarahan,
laserasi/robekan, dan kesadaran)
3. Kepastian adanya janin kedua.
Pendok
umen
tasian
kala III
Pengertian KALA III Persalinan

 Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang


berlangsung sejak bayi lahir sampai lahirnya
plasenta dan selaput ketuban serta
mengupayakan kala III selesai secepat mungkin
dan lahir lebih cepat
PROSES PELEPASAN PLASENTA

 Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti


penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi 
tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal
dan kemudian lepas dari dinding uterus  Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam
vagina  Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi
yang mengakibatkan penyusutan permukaan kavum uteri,
tempat implantasi plasenta  Akibatnya, plasenta akan lepas
dari tempat implantasinya.
Cara-cara Pelepasan Plasenta

 Metode Ekspulsi Schultze


Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral)
atau dari pinggir plasenta.
 Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina
apabila plasenta mulai terlepas
Tanda – tanda
pelepasan plasenta
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
2. Tali pusat memanjang.
3. Semburan darah mendadak dan singkat.
Keuntungan Manajemen Aktif
Kala Tiga

 Persalinan kala tiga yang lebih singkat


 Mengurangi jumlah kehilangan darah
 Mengurangi kejadian retensio plasenta
Manajemen Aktif Kala tiga terdiri
dari tiga langkah utama
1) Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit
utama setelah bayi lahir
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3) Masase fundus uteri
CONTOH PENDOKUMENTASIAN KALA
III
Subyektif
 -Ibu mengatakan senang karena bayinya lahir dengan selamat, dan
 -Ibu merasa mules-mules di perut.

Objektif
 Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : Baik
 TD : … mmHg
 Nadi : ....x/menit
 RR : ....x/menit
 Suhu : ….0C
 Palpasi pada daerah perut didapatkan uterus tidak teraba bulat dan
keras kontraksi baik
 TFU 1 jari diatas pusat.
 Placenta belum keluar lebih dari 30 menit.
 Vesika urinaria teraba agak menonjol.
ANALISA
 P…..A…… dalam persalinan kala III

PENATALAKSANAAN
 Mengucapkan selamat atas kelahiran bayinya.
 Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin agar
kontraksi uterus baik.
Evaluasi: ibu bersedia untuk disuntik oksitosin
 Menjepit tali pusat dengan klem tali pusat kira-kira 3 cm dari
pusat bayi, jepit tali pusat 2 cm dari klem pertama kemudian
memotong tali pusat.
Evaluasi: tali pusat sudah dipotong
 Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva, tangan lain mendeteksi di tepi atas simpisis
Evaluasi: klem sudah dipindahkan
 Melakukan peregangan dengan dorsokranial, menganjurkan meneran
sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai, kemudian keatas
mengikuti proses jalan lahir
Evaluasi: tali pusat sudah direnggangkan dan ibu bersedia meneran.

 Melahirkan plasenta dengan kedua tangan setelah plasenta muncul di


introitus uteri.
Evaluasi: plasenta sudah dilahirkan.

 Melakukan massase uterus dengan gerakan melingkar dan mengajari


ibu untuk massase
Evaluasi: massase sudah dilakukan kontraksi baik, ibu sudah mengerti.

 Memeriksa kelengkapan plasenta


Evaluasi: Selaput plasenta lengkap dan utuh

 Mengevaluasi adanya laserasi perinium dan vagina


Evaluasi: ada laserasi derajat 2 dan dilakukan penjahitan
Berdasarkan Catatan Persalinan dalam Partograf
Buku APN
20. Lama Kala III......................................menit
Untuk mengetahui kemajuan dalam kontraksi uterus yang lebih
efektif yang dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga
persalinan jika di bandingkan dengan penatalaksanaan
fisiologis
21. Pemberian oksitosin 10 IU IM
Ya, waktu..........................................menit sesudah kelahiran
Tidak, alasannya...............................................................
Untuk merangsang kontraksi uterus supaya plasenta segera
lepas
22. Pemberian ulang oksitosin (2 kali)
Ya, alasan.........................................................................
Tidak
Untuk merangsang kontraksi uterus karena pemberian oksitosin
yang pertama kontraksinya kurang adekuat.
23. Penegangan Tali Pusat Terkendali?
Ya,
Tidak, alasan....................................................................
Untuk merangsang pelepasan plasenta secara spontan
24. Masase fundus uteri?
Ya,
Tidak, alasan....................................................................
Untuk merangsang dan meningkatkan kontraksi uterus agar
pembuluh-pembuluh darah terjepit oleh serat-serat otot rahim.
25. Plasenta lahir lengkap (intact) Ya/Tidak
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan :
a.........................................................................................
b........................................................................................
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada sisa plasenta dan
untuk menghindari perdarahan karena sisa plasenta.
Kalau plasenta tidak lengkap maka rongga rahim harus
diperiksa, dan sisa plasenta dilepaskan dengan tangan.
26. Plasenta tidak lahir >30menit : Ya/Tidak
Ya, tindakan yang dilakukan:
a......................................................................................
b.....................................................................................
Kalau plassenta tidak lahir dalam 30 menit setelah anak
lahir, belum memperlihatkan gejala-gejala perlepasan,
maka dilakukan pelepasan plasenta manual.
27. Laserasi
Ya, dimana.....................................................................
Tidak
Apabila ada trauma atau luka misalnya ; robekan cervix
biasanya terjadi pada persalinan buatan, bisa terjadi di
perineum, dan didekat klitoris akibat ekstensi kepala bayi
atau tangan bayi.
28. Jika Laserasi perinium derajat 1/2/3/4
Tindakan :
Penjahitan dengan /tanpa anestesi
Tidak dijahit, alasan......................................................
Untuk derajat 1 tidak dijahit ( yang robek hanya selaput lendir
dan kulit), derajat 2 dijahit (selain selaput lendir dan kulit, juga
robek otot-otot perenium kecuali sphincter ani ), derajat 3 dan 4
dirujuk ( selaput lendir, kulit, otot-otot perenium dan spincter ani
rusak. Dinding rectum mungkin ikut robek).
29.Atonia Uteri
Ya, tindakan yang dilakukan........................................
a....................................................................................
b....................................................................................
c....................................................................................
Tidak
Apabila terjadi atonia uteri dilakukan tindakan masase selama 15
detik.
30. Jumlah Perdarahan.......................................................
Untuk mengetahui seberapa parah terjadinya
perdarahan postpartum
31. Masalah lain sebutkan..................................................
Bisa berupa perdarahan postpartum, retentio placenta,
inversio uteri
32. Penatalaksaan masalah tersebut....................
Diisi apabila terdapat masalah lain berupa
penatalaksaan mengenai masalah tersebut
33. Hasilnya .....................................
Untuk menentukan tindakan klinis selanjutnya, dengan
persalinan kala tiga yang lebih singkat, mengurangi
jumlah kehilangan darah dan mengurangi kejadian
retensio plasenta
Keuntungan Manajemen
Aktif
Kala Tiga:
 Persalinan kala tiga yang lebih singkat
 Mengurangi jumlah kehilangan darah
 Mengurangi kejadian retensio plasenta
Pendokumentasian
kala IV
Kala IV merupakan tahap pemulihan,
yaitu periode yang kritis untuk Ibu
dan bayi baru lahir. Mereka bukan
saja pulih dari proses fisik persalinan,
tetapi juga memulai suatu hubungan
baru. (Bobak,2006:347)

Kala IV dimulai setelah lahirnya


plasenta dan berakhir dua jam
setelah proses tersebut. (Reni
Saswita, 2011)
Asuhan dan
Penatalaksanaan
Pada Kala IV
a) Evaluasi uterus: konsistensi, atonia
Evaluasi bertujuan untuk membantu uterus
berkontraksi. Dapat dilakukan dengan masase agar
tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi
dengan kuat.

b) Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum


Berguna untuk mengetahui terjadinya laserasi
(adanya robekan) yang dapat diketahui dari adanya
perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir
lengkap serta adanya kontraksi uterus.
c) Pemantauan dan evaluasi lanjut

• Tanda vital • Lochea


Pemantauan tekanan Selama beberapa hari pertama
darah digunakan untuk setelah kelahiran sekret rahim
memastikan bahwa ibu (lochea) tampak merah
tidak mengalami syok (lochea rubra) karena adanya
akibat banyak eritrosit.
mengeluarkan darah.
• Kontraksi uterus • Kandung Kemih
Hal ini berguna untuk Kosongnya kandung kemih agar
memantau terjadinya uterus dapat berkontraksi
perdarahan. dengan kuat yang berguna untuk
• Perineum menghambat terjadinya
perdarahan lanjut yang
berakibat fatal bagi ibu.
d) Perkiraan darah yang hilang
Perkiraan darah yang hilang sangat penting untuk
keselamatan ibu.

e) Melakukan Penjahitan Luka Episiotomi atau Laserasi


1. Anestesi Lokal, Prinsip Penjahitan Perineum
2. Penjahitan Episiotomi atau Laserasi
setelah episiotomi dilakukan
penilaian secara hati-hati
untuk memastikan lukanya
tidak meluas dan sedapat
mungkin menggunakan
jahitan jelujur .
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KALA IV
A. Pengkajian
Diperoleh melalui anamnesa pada ibu
postpartum dan dari keluhan yang
disampaikan ibu. Bidan haruslah teliti
terutama dengan data yang kemungkinan
menyebabkan perdarahan.
1. Data Subjektif
a.Pasien mengatakan bahwa ari – arinya telah
lahir.
b.Pasien mengatakan perutnya mulas.
c.Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum
menunjukkan kondisi pasien secara umum
akibat penyakit atau keadaan yang dirasakan
pasien.
1) Penampilan umum :
• lemah, sakit akut/kronis.
• Tanda distress : merintih, berkeringat, gemetar
• warna kulit : pucat, sianosis, icterus
• Ekspresi wajah : Tegang, rileks, takut, cemas

2) Tingkat Kesadaran :
• Secara Kwantitas :Komposmetis, Apatis, Somnolen,
Delirium, Stupor, Supor-koma,Koma
• Secara kwantitas Memakai nilai GCS (Glasgow Coma
Scale) dinilai berdasarkan 3 respon pasien :
–Respon membuka mata
–Respon verbal
–Respon motorik
3) Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah
1 jam pertama dilakukan pemantauan
tekanan darah setiap 15 menit, 1 jam
kedua dilakukan setiap 30 menit. TD
normal < 140/90 mmHg, Bila TD < 90/ 60
mmHg, masalah yang timbul kemungkinan
adalah demam atau perdarahan. Sistole
dan diastole dapat meningkat sedikit
hingga 4 hari post partum.
• Suhu
Pemantauan suhu setiap 60 menit selama 2 jam
pertama pascapersalinan. Normal <38˚ C, 24 jam
pertama dapat mencapai 38˚ C karena efek
dehidrasi persalinan atau ada infeksi. S >38˚ C :
Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
• Nadi
1 jam pertama dilakukan pemantauan nadi setiap
15 menit, 1jam kedua lakukan setiap 30
menit.Setelah melahirkan, nadi < 100X / menit
karena kelelahan. Frekuensi nadi yang cepat atau
semakin meningkat >100 x/mnt dapat
menunjukkan hipovolemia karena perdarahan.
• Pernafasan
Pemantauan pernafasan setiap 60 menit
selama 2 jam pertama pascapersalinan.
Pernapasan normal, teratur,cukup dalam
frekuensi 18x/m. Fungsi pulmonal kembali ke
status sebelum hamil setelah 6 bulan post
partum.
b. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan kandung kemih
Pastikan kandung kemih kosong setiap 15 menit
sekali dalam 1 jam pertama postpartum, dan
setiap 30 menit dalam 1 jam kedua postpartum.
Jika kandung kencing penuh dengan air seni,
uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik.
• TFU
Setelah kelahiran plasenta, uterus biasanya akan
berada pada garis tengah dari abdomen kira-kira
¾ naik ke atas antara symphysis pubis dan
umbilicus.
• Kontraksi uterus :
Kontraksi yang baik adalah uterus teraba keras dan
tidak lembek dan tinggi fundus uteri berada 1-2 jari
dibawah pusat. Pemeriksaan kontraksi dilakukan 15
menit pada 1 jam pertama post partum dan 30 menit
pada 1 jam kedua post partum.

• Perdarahan :
Perdarahan dianggap terjadi apabila kehilangan darah
mencapai > 500 ml dalam 24 jam pertama post
partum. Apabila perdarahan tampak sebagai tetesan
yang terus menerus atau terlihat memancar maka
perlu dicurigai adanya laserasi vagina, serviks atau
adanya pembuluh darah yang tidak diikat pada saat
episiotomi.
B. Interpretasi Data Dasar
Diagnosis nomenklatur
Seorang P...... Ab..... dalam persalinan kala IV
Masalah yang dapat muncul pada kala IV
•Pasien kecewa karena jenis kelamin bayi
tidak sesuai keinginannya.
•Pasien tidak kooperatif dengan proses IMD.
•Pasien cemas dengan keadaannya.
C. Menentukan Diagnosis Potensial
Menentukan diagnosis potensial berdasarkan
data yang diperoleh melalui pengkajian pada kala
III serta perjalanan persalinan pasien dari awal.
Ada beberapa riwayat dan data fisik pasien yang
mendukung untuk menegakkan diagnosis
potensial.
Diagnosis potensial yang mungkin muncul pada
kala IV :
•Hipotoni sampai dengan atonia uteri.
•Perdarahan karena robekan serviks.
•Syok hipovolemik.
D. Menentukan Tindakan Antisipasi / Segera
Berdasarkan diagnosis potensial yang ditegakkan,
bidan melakukan tindakan antisipasi untuk
menyelamatkan jiwa pasien. Tapi ingat, tindakan
antisipasi harus selalu menyesuaikan batas
kewenangan bidan dan standar pelayanan
kebidanan. Langkah antisipasi yang dapat
dilakukan bidan :
•Eksplorasi sisa plasenta.
•Kompresi bimanual eksterna sampai interna.
•Pemberian infus dan uteritonika.
E. Perencanaan
Pada kala IV bidan merencanakan tindakan
sesuai dengan tahapan persalinan normal.
•Lakukan pemantauan intensif pada pasien.
•Lakukan penjahitan luka perineum.
•Pantau jumlah perdarahan.
•Penuhi kebutuhan pasien pada kala IV.
F. Pelaksanaan
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, berikut
adalah realisasi asuhan yang akan dilaksanakan terhadap
pasien.
1. Melakukan pemantauan pada kala IV
a.Luka / robekan jalan lahir : serviks, vagina, dan vulva ;
kemudian dilanjutkan dengan penjahitan luka
perineum.
b.Tanda vital
1.Tekanan darah dan nadi
2.Respirasi dan suhu
c. Kontraksi uterus
d. Lokhea
e. Kandung kemih
2. Melakukan penjahitan luka perineum.
3. Memantau jumlah perdarahan.
Jumlah darah secara pasti tidak akan terukur, maka bidan
melakukan perkiraan darah yang keluar serta melihat kondisi umum
ibu dan tanda vital sebagai indikator terjadinya syok akibat
perdarahan.
4. Memenuhi kebutuhan pada kala IV.
a.Hidrasi dan nutrisi.
b.Hygiene dan kenyamanan pasien.
c.Bimbingan dan dukungan untuk berkemih.
d.Kehadiran bidan sebagai pendamping.
e.Dukungan dalam pemberian ASI dini.
f.Posisi tubuh yang nyaman.
g.Tempat dan alas tidur yang kering dan bersih agar tidak terjadi
infeksi
G. Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal
adalah pasien dan bayi dalam keadaan baik, yang
ditunjukkan dengan stabilitas fisik dan psikologis
pasien. Kriteria dari keberhasilan ini adalah
sebagai berikut :
1.Tanda vital pasien normal
2.Perkiraan jumlah perdarahan total selama
persalinan tidak lebih dari 500cc
3.Kontraksi uterus baik
4.IMD berhasil
5.Pasien dapat beradaptasi dengan peran
barunya
12
7

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai