Anda di halaman 1dari 291

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

OLEH
USTADZ. BAHTIAR NAWIR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN {STIKES}


BAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
CURICULUM VITAE

• Nama : BAHTIAR NAWIR


• Pangakat/gol : Penata / III. C
• Tempat/Tgl Lahir : Palopo, 24 September 1968
• Jabatan : Penghulu/ Kepala Kantor
• Urusan Agama ( KUA) Kec.
• Mungkajang Kota Palopo
• Kementerian Agama RI.

• Alamat : BTN. Dea Permai Blok. E.1
• No. 8 Kel. To’ Bulung Kec.
• Bara Kota Palopo
• Pendidikan : S1 IAIN/Ushuluddin 1992
: S2 IAIN PALOPO
• Pengalaman Jabatan :
a. Pegawai kementerian Agama RI. Kota
Palopo sejak tahun 1994 s/d Sekarang
b. Ketua PMII Cabang Kota
Palopo 1989
c. Tenaga kerja Profesional
(TKPMP)Supersemar 1992
d. Penyuluh Agama Islam
Depag tahun 1994—2018.
e. Penghulu Kementerian Agama RI. Kota
Palopo Thn. 2018
f. Kepala Kantor Urusan Agama Kec.
Mungkajang Kota Palopo.thn 2019 .
g. Widyaiswara diklat Prajabnas pemda Luwu
Utara 2007-2009
h. Dosen STIKES MEGA BUANA PALOPO tahun
2009 s/d sekarang.
i. Dosen Stikes Bakti Pertiwi Luwu Raya
Palopo, 2010 s/d sekarang
• Diklat yang pernah diikuti
• 1. Basic Training HMI 1987 Palopo Dengan
• Piagam Nomor; 22/A-PAN Bastra/XI/1987
• 2. Latihan Kepemimpinan dan Keterampilan
• Pramuka Mahasiswa 1987 dengan Piagam No;
• 14/SK/LKKPM/II/IAIN/08.87
• 3. Latihan Kepemimpinan Mahasiswa LKM
• Tingkat Dasar 1990 Palopo Dengan Piagam
• no; 29/ LKM-IV/1990
• 4. Latihan Kader Dasar LDK(PMII) 1989 Palopo
• dengan Piagam No; 14/UPC-PMII/LW/C/XI/89
• 5. Latihan Karya Tulis Ilmiah 1987 Palopo
6. Pelatihan Instruktur Muballigh(PIM) 2001
• dengan Piagam No; 29/ PERSAMIL/PIM-
• KL/VIII/2001
• 7. Pelatihan Penyuluh Pencegahan HIV /AIDS
• bagi Da’I se –Sulawesi – Selatan Kerja sama
• NU dgn AUSAID. 1998
• 8. Latihan Kewiraswastaan Oleh DEPNAKER
• dalam rangka penugasan Tenaga Kerja
• Mandiri Profesional (TKPMP di Daerah IDT .
• 1994 di Makassar.
• 9. Pelatihan Program Penanggulangan
• pengangguran Pekerja terampil
• (P3T) yang ter-PHK akibat Krisis Ekonomi
• (Program Grateks)Sulawesi Selatan .
• Makassar 1999 .dengan SK
• No;30/B/PINBUK.24/II/1999.
• 10.Orientasi Kemitraan Ummat Beragama se-
• Sulawesi- selatan makassar 2005. dengan
• sertifikat No; 25/0404.4799/ Kemitraan Ummat
• Beragama /V/2005 .
• 11. Orientasi Penyuluh Agama Islam Fungsional
• se- Sulawesi selatan. Makassar 2005.
• 12. Latihan Pembibitan Calon Tenaga
• Kependidikan dalam Lingkup DEPAG .
• Makassar 2005. dengan piagam No; 019.0/25-
• 01.0/XXIII/6719/2005.
• 13. Diklat Kepenghuluan 200. jam. Calon Kepala
• Kantor Urusan Agama TK. Sul- sel. Di
• makassar , tahun 2017
MODUL
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
BAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO

BAHTIAR NAWIR
NIP: 196809242005011004

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


BAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
TA.2019/2020
DAFTAR ISI
Halaman
A. PENDAHULUAN
1. Urgensinya Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan .... 1
2. Pengertian Agama dan Motivasi Manusia beragama……… ….…… 2
3. Klasifikasi Agama…………… ………………………………………………………….4
4. Agama-agama yang Ada di Indonesia ………………………………………. 5

B. TUHAN, MANUSIA DAN ALAM SEMESTA


1. Masalah Ketuhanan …………………………… …………………………………… 6
2. Pengertian Manusia dan Kejadian Manusia …………………………….. 8
3. Manusia Menurut Agama Islam ……………………………………………….. 9
4. Alam Semesta……………………………………………………………………………11

C. GARIS-GARIS BESAR AJARAN ISLAM


1. Pengertian Islam dan Metodologi Mempelajari Islam……………… 13
2. Mengapa Dinamai Islam ? ……… ..…………………………………………… 14
a. Aqidah / Tauhid …………………………..…… …………………………………… 16
b. Fiqih, Syari’ah (Ibadah) ………………….………………………………………… 35
c. Akhlak / Tasawuf ……………………………………………………………………… 55
d. Al-Akhlaqul Mahmudah dan Al-Akhlaqul Madzmuumah..……….. 61
e. Tasawuf ……...…………………………………………………………………………… 85
D. ISLAM DAN KESEHATAN

1. Pengertian Kesehatan dan Sumber Kesehatan ……………………….. 93


2. Hub ungan Kesehatan dan Agama …………………………… …………… 95
3. Anjuran Menjaga Kesehatan dan Dampak Kesehatan pada Makanan
yang Haram …………………………………………………………………..…. …. 99
4. Berobat dan Pengobatan ……… ……………………………………………… 107
5. Kehamilan dan Pranatal Education …… ……………………………… .. 110
6. Keluarga Berencana dan Aborsi ………….………………………… ……. 123

E. KEADILAN, KEPEMIMPINAN DAN KERUKUNAN


1. Masalah Keadilan…………………………………………………… …………… 133
2. Masalah Kepemimpinan … …………………………………… ……………. 137
2. Masalah Kerukunan ………… …………………………………… ………….. 147

ii
A. PENDAHULUAN
Di dalam pembahasan pendahuluan materi kuliah Pendidikan Agama Islam, kami
akan menguraikan terlebih dahulu beberapa hal, sebelum memasuki panduan
garis besar mata ajaran. Hal tersebut adalah : Urgensinya Pendidikan Agama Islam
di lembaga pendidikan, pengertian agama dan tujuan beragama, klasifikasi agama
dan agama-agama yang diakui di Indonesia.
1. Urgensinya Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan
Sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas), pasal 37 ayat 2, berbunyi : Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
:
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Bahasa
Mata kuliah Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mewujudkan
lulusan Akademi / Perguruan Tinggi agar menjadi sarjana yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan
keluaran (output) perguruan tinggi. Oleh karena itu mata kuliah ini
mengarahkan / mengantarkan mahasiswa untuk :

1.Menguasai akan ajaran agama Islam dan mampu


menjadikannya sebagai sumber nilai dan pedoman
serta landasan berfikir dan berperilaku dalam
menerapakn ilmu dan profesi yang dikuasainya.
2. Menjadi intelektual capital yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala,
berakhlaq mulia serta berkepribadian Islami.
2. Pengertian Agama
Pengertian agama secara etimologis :
1.Agama berasal dari bahasa Sansekerta, “a” berarti tidak dan “gama” berarti kocar-
kacir atau tidak kacau balau. Adalagi yang mengatakan “a” berarti tidak, “gam” berarti
pergi. Jadi agama berarti tidak pergi, tetap di tempat, langgeng, abadi.
2.Agama dalam bahasa Arab disebut Dien dan Millah. “Diena” berasal dari kata dana
(memiliki beberapa arti) antara lain patuh, pembalasan, perhitungan, nasehat dan
agama.
3.Kolonel Irawan dari Pusroh Islam AD mengatakan agama itu berasal dari kata bahasa
Arab, diambil dari kata “qoma” yang berarti berdiri dalam hubungan kalimat
“Iqaamushsholata”, sebuah kalimat perintah yang berarti dirikan sholat. Kalimat ini
sebagai sumber asal dari mana kata agama itu diambil, di dalamnya jelas telah tercakup
pengertian kepercayaan dan peribatadan.
4.Orang Barat mengidentifikasikan agama dengan religi. Religi berasal dari bahasa Latin
yang tersusun dari dua, yaitu : “re” berarti kembali dan “ligere” berarti terkait atau
terikat. Maksudnya manusia hidup tidak bebas menurut kemauannya sendiri, tetapi
harus menurut ketentuan hukum yang mengikatnya.
Pengertian secara terminologis :
1.Menurut Emile Durkheim, mengartikan agama adalah sebagai suatu kesatuan
sistem kepercayaan dan pengalaman terhadap ia sesuatu yang sakral, kemudian
kepercayaan dan pengalaman itu menyatu ke dalam suatu komunitas moral.
2.Menurut Prof. Dr. Harun Nasution : Agama adalah sebagai ajaran-ajaran yang
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui para Rasul-Nya.
3.Kamus Besar Bahasa Indonesia, memuat istilah agama dengan ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dengan
lingkungannya.
4.Para ulama Islam mendefinisikan agama adalah sebagai undnag-undang kebutuhan
manusia dari Tuhannya yang mendorong mereka agar tercapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
Berdasarkan pengertian secara etimologis dan terminologis suatu kepercayaan bisa
dikatakan agama, mempunyai ciri sebagai yang dikatakan oleh Prof. Dr. H.A. Mukti Ali, bahwa
agama itu, punya ciri, sebagai berikut :
2
- Mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa
- Mempunyai Kitab Suci
- Mempunyai Rasul
- Mempunyai hukum sendiri bagi kehidupan para pengikutnya, berupa perintah,
larangan dan petunjuk

Adapun masalah motivasi dalam beragama, mengapa manusia wajib beragama ? Jawabnya
disini dapat disimpulkan, sebagai berikut :
1. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani dapat dicukupi dengan
makan, minum, tetapi kebutuhan rohani hanya bisa puas dengan keyakinan atau
kepercayaan atau agama.
2. Manusia diberi instink ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah timbul penyelidikan / penelitian
di berbagai bidang, baik flora, fauna, ruang angkasa dan alam sekitar lainnya. Hasil penelitian
tidak mungkin alam ini jadi dengan sendirinya. Pasti ada penciptanya. Sehingga ke depannya
ingin menganut agama sebagai manifetasi rasa syukur dan beribadah kepada Tuhan yang
menjadikan alam. Ibadah ini diatur melalui agama.
3. Manusia hidup sebagai makhluk yang mulia. Dijadikan dengan sebaik-baik bentuk, yakni
dilengkapi akal dannafsu. Untuk mengendalikan akal dan nafsu ini diperlukan agama.
Dalam beberapa poin jawaban, mengapa manusia wajib beragama ? Telah jelas, bahwa
fungsi dan tujuan hidup adalah dijelaskan oleh agama, bukan oleh penemuan akal.
Agama justru datang karena ternyata bekal-bekal yang dilimpahkan kepada manusia tidak
cukup mampu menemukan apa perlunya ia lahir ke dunia ini.

Agama diturunkan untuk mengatur hidup manusia, meluruskan dan mengendalikan akal
yang bersifat bebas. Kebebasan akal tanpa kendali, bukan saja menyebabkan manusia
lupa diri, melainkan juga membawa manusia ke jurang kesesatan.

Oleh karena itu, sesungguhnya kapanpun manusia hidup dan dimana pun ia berada,
agama tetap merupakan kebutuhan asasi. Di abad modern inipun agama tetap
diperlukan. Bahkan lebih jauh manusia mencapai kemajuan, lebih tegas perlunya agama.
Dengan tanpa agama, segala kemajuan bukannya akan memberikan kebahagiaan kepada
manusia, tetapi malah akan membinasakan manusia itu sendiri.
3. Klasifikasi Agama
Dilihat dari sumber, sifat dan tempatnya, agama dapat diklasifikasikan atas tiga kategori,
yaitu :
1.Agama wahyu dan bukan wahyu
2.Agama missionaris dan bukan missionaries
3. Agama ras geografis dan agama universal
Agama wahyu (samawi) adalah agama yang diwahyukan Allah melalui malaikat-Nya
kepada utusan-Nya untuk disampaikan kepada ummat manusia. Sedangkan agama bukan
wahyu (Ardhi) atau kebudayaan adalah agama yang bukan berasal dari Allah, tetapi
keberadaannya disebabkan oleh proses antropologis yang terbentuk dari adat istiadat
kemudian melembaga dalam bentuk agama.
Karakteristik dari kedua bentuk agama tersebut, yaitu antara lain :
Agama wahyu (samawi) berpokok pada konsep ke-Esaan Tuhan, sedangkan agama bukan
wahyu (ardhi) tidak demikian.
Agama wahyu (samawi) berikan kepada para Nabi dan Rasul, sedangkan agama bukan
wahyu (ardhi) tidak.
Bagi agama wahyu (samawi) yang dijadikan tuntunan menentukan baik dan buruk adalah
Kitab Suci yang diwahyukan, sedangkan pada agama bukan wahtu (ardhi) berbentuk
tradisi atau adat istiadat.
Sesuai dengan ajaran dan tradisi historisnya, agama wahyu (samawi) merupakan agama
missionaris, sedangkan agama bukan wahyu (ardhi) sebaliknya.
4. Agama-agama yang Ada di Indonesia
Sesuai dengan UUD 1945, sebagai berikut :
1.Pasal 29 ayat 1, UUD 1945: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
2.Pasal 29 ayat 2, UUD 1945 : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”.
Agama yang ada di Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong
Huchu. Keenam agama di atas pemeluknya yang terbanyak adalah agama Islam.
Masalah agama adalah masalah hak asasi manusia dan sensitif. Agar selalu terjaga
kerukunan, maka diprogramkanlah tri kerukunan, yaitu :
1.Kerukunan intern ummat beragama
2.Kerukunan antar ummat beragama
3.Kerukunan antar ummat beragama dengan pemerintah
Jadi jelaslah bahwa bangsa Indonesia, bangsa yang menganut paham agama dan
tidak memperkenankan adanya paham yang meniadakan agama atau Tuhan yang
lazim disebut paham komunis / Atheis. Pemerintah telah mengambil kebijaksanaan
melarang adanya penyebaran atau pengembangan paham atau ajaran Komunisme /
Marxisme – Lenisme di Indonesia. Hal ini tertuang dalam TAP MPRS Republik
Indonesia Nomor : XXV/MPRS/1996 tanggal 5 Juli 1966.
4
B. TUHAN, MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
1. Masalah Ketuhanan
Pembahasan tentang Ketuhanan ini adalah bertitik tolak pada konsep Ketuhanan
dalam Islam. Siapakah Tuhan itu ? Siapakah Tuhan kita ? Apa Tuhan itu ? Mudah-
mudahan dalam mengulas masalah ini, kita tidak melanggar rambu-rambu dari apa
yang diingatkan oleh Rasulullah Shallallahualaihi wassalam, janganlah kita
memikirkan tentang zat Tuhan atau zat Allah, tapi fikirkanlah tentang apa yang
diciptakan-Nya.
Kata Tuhan dalam bahasa Arab adalah Al-Ilaah atau Ar-Rabb. Dalam Kamus Al-
Munjid, dikatakan bahwa Tuhan sesuatu yang disembah. Dengan perkataan lain,
sesuatu yang disembah adalah Tuhan. Tak peduli apakah ia dapat dilihat, diraba
atau tidak, apakah ia hidup atau mati, apakah ia dapat membuat manusia atau
dibuat oleh manusia. Pokoknya sesiap yang disembah adalah Tuhan.
Dahulu di negeri kita, ada yang namanya Dinamisme, yaitu kepercayaan mengkeramatkan
benda, seperti pepohonan besar, batu besar dan sebagainya sebagai Tuhan mereka dan
sebagainya, sebagai Tuhan mereka. Bahkan ada lagi kepercayaan animisme, yaitu
kepercayaan orang-orang terdahulu tentang roh nenek moyang dan para leluhurnya
sebagai Tuhan.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita kembali kepada kata Ilah (mufrat) yang jama’ahnya
adalah salihatun. Secara konsep umum Tuhan itu banyak, ada Tuhan bagi penganut
animisme, ada Tuhan bagi penganut dinamisme dan ada juga Tuhan bagi penganut
politheisme. Oleh karena itu bagi penganut agama Islam hendaklah jika berkata tentang
Tuhan haruslah digandeng dengan sifat Tuhan, seperti perkataan Tuhan Yang Maha Esa,
Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini berarti yang kita maksud adalah Tuhan
Allah Subhanahu Wata’ala.
Sekarang siapa Tuhan kita, sebagai penganut agama Islam, tentu jawabnya adalah Allah,
dzat wajibul wujud, yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan dan mustahil bersifat
kekurangan. Dia Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Dia yang menjadikan langit dan
bumi. Dia bersalahan dari segalanya yang baharu (Laisa kamislihi syai’un).
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “La ilaaha illa Allah“. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan, kemudian baru diikuti dengan
penegasan, melainkan Allah“. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan
diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya
ada satu Tuhan, yaitu Allah.
Iman kepada kalimat Laa ilaaha illa Allah dapat mengangkat derajat manusia dan
menumbuhkan sifat-sifat terpuji. Menjadikan manusia terikat dengan aturan-aturan Allah
dan juga merupakan rukun asasi terpenting dari ajaran Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wasallam. Kalimat tauhid merupakan pondasi dan kekuatan Islam. Ketentuan dan
kewajiban Islam lainnya berdiri tegak di atas kalimat ini.
Kesimpulannya sudah jelas, bahwa Tuhan kita, Tuhan orang Islam bahkan
Tuhan seluruh penghuni alam ini adalah Allah Subhanahu Wata’ala. Tuhan kita
hanya satu, yaitu Allah. Allah melarang kita menyekutukan-Nya. Itu adalah
syirik, berakibat dosa besar yang tak berampun.
2. Pengertian Manusia dan Kejadian Manusia
Dalam memberikan uraian atau telaah terhadap persoalan apakah manusia itu ?
Dapat ditempuh dengan cara memberi jawaban dari eksistensi manusia itu sendiri.
Manusia adalah makhluk yang unik dalam arti ia adalah subyek dan obyek. Dirinya
berfikir untuk mempersoalkan dirinya. Pandangan ini didasarkan atas filsafat yang
menelaah manusia. Immanuel Kant menempatkan pertanyaan filsafat pada dirinya,
seperti : Apakah yang dapat saya ketahui ? Apakah yang harus saya perbuat ?
Apakah yang boleh saya harapkan ? Apakah manusia itu ? Pertanyaan pertama
adalah pertanyaan metafisika, yang kedua pertanyaan etika, yang ketika
pertanyaan religius dan pertanyaan yang keempat adalah pertanyaan
antropologi (Drs. Dwi Nugroho Hidayanto, 1988 : 15).
Drs. Alexis Carrel salah seorang sarjana terbesar dari Amerika Serikat dalam
bukunya berjudul “The Mankind Unknown” telah menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan modern sangat bodoh terhadap hakikat manusia (Drs. Syahminan
Zaini, tt, 1).
Masalah ta’rif dan hakikat manusia nampaknya agak sulit dirumuskan, jika hanya
berpegang kepada pengetahuan umum semesta. Akan tetapi Prof. Abbas Mahmud
El-Aqqad dalam bukunya “Haqaiqul Islam Wa Abathilu Khusumihi” telah
merumuskan pandangan Al Qur’an tentang manusia dengan amat baik sekali.
Al Qur’an dan As Sunnah, kata beliau mendefinisikan manusia sebagai berikut : Manusia
adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat Ketuhanan.
Definisi mengandung tiga unsur pokok, yaitu :
1.Manusia sebagai ciptaan Allah.
2.Manusia bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya yang menurut Al Qur’an akan
dipertanggungjawabkan nanti di hadapan Tuhan di akhirat.
3.Manusia diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan.
Mengenai kejadian manusia, sebagai berikut :
1.Nabi Adam Alaihissalam adalah sebagai manusia pertama yang dijadikan dari tanah.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an surah Shaad ayat 71 :
Artinya : “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah“.
1.Keturunan selanjutnya Allah jadikan manusia itu dari pertemuan sperma dan ovum.
Secara fisik materi dan non fisik materi, proses kejadian manusia ada (enam) tahap,
yaitu
nuthfah, alaqah dan mudhghah, idzam dan lahm, tahap ke-6 (enam) adalah non fisik
materi yaitu roh.
2. Tubuh jasmaniah dijadikan Allah lebih dahulu dari tubuh rohaniah. Ruh ditiupkan
setelah fisik materi berumur 120 hari.
3. Setelah Malaikat meniupkan ruh, terjadilah makhluk yang lain dari sebelumnya,
artinya telah menjadi manusia sempurna.
• Al Qur’an dan As Sunnah, kata beliau mendefinisikan
manusia sebagai berikut : Manusia adalah makhluk
yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-
sifat Ketuhanan. Definisi mengandung tiga unsur
pokok, yaitu :
1. Manusia sebagai ciptaan Allah.
2. Manusia bertanggung jawab atas segala tingkah
lakunya yang menurut Al Qur’an akan
dipertanggungjawabkan nanti di hadapan Tuhan di
akhirat.
3. Manusia diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan.
• Mengenai kejadian manusia, sebagai berikut :
• Nabi Adam Alaihissalam adalah sebagai manusia pertama
yang dijadikan dari tanah. Sebagaimana firman Allah dalam
Al Qur’an surah Shaad ayat 71 :
Artinya : “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah“.
Keturunan selanjutnya Allah jadikan manusia itu dari
pertemuan sperma dan ovum. Secara fisik materi dan non
fisik materi, proses kejadian manusia ada (enam) tahap,
yaitu nuthfah, alaqah dan mudhghah, idzam dan lahm,
tahap ke-6 (enam) adalah non fisik materi yaitu roh.

2. Tubuh jasmaniah dijadikan Allah lebih dahulu
dari tubuh rohaniah. Ruh ditiupkan setelah
fisik materi berumur 120 hari.
3. Setelah Malaikat meniupkan ruh, terjadilah
makhluk yang lain dari sebelumnya, artinya
telah menjadi manusia sempurna.
• 3. Manusia Menurut Agama Islam
• Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, sehingga
menjadi sasaran untuk dijaji, dahulu, kini dan kemudian
hari. Di dalam Al Qur’an manusia disebut antara lain bani
Adam (QS. Al-Isra, 17, 70), Basyar (QS. Al-Kahfi, 18, 110), Al-
Insan (QS. Al-Insan, 76, 1), An-Naas (QS. An-Naas, 114, 1).
• Berbagai rumusan tentang manusia telah diberikan salah
satunya berdasarkan studi Al Qur’an dan Al Hadits,
berbunyi (setelah disunting) sebagai berikut : Al-Insan
(manusia) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki
potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan
mempergunakan akalnya mampu memahami dan
mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam,
bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan
berakhlaq (N. A. Rasyid, 1983 : 19).
• Bertitik tolak dari rumusan singkat itu, menurut ajaran Islam, manusia dibanding
dengan makhluk yang lain, mempunyai berbagai ciri, antara lain :
1. Makhluk yang paling sempurna, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an
(QS. At-Thiin ayat 4) :
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya“.
• 1. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin
dikembangkan) beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah
dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di alam gaib itu
ditanyai Allah. “Alastu bi rabbikum ?” : Apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan
kalian ? Serentak dan semuanya mengaku Allah sebagai Tuhan mereka. (“Balaa
syahidnaa : Ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami“).
• 2. Manusia diciptakan Allah adalah untuk mengabdi kepada-Nya sebagaimana
firman Allah dalam Al Qur’an surah Adz-Dzaariyat ayat 56, “Wamaa kholaqtul jinna
illa liya’buduun“. Terjemahannya lebih kurang, sebagai berikut : Tidak Ku jadikan jin
dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.
• 3. Manusia dijadikan Tuhan untuk menjadi Khalifah Allah di permukaan bumi
ini. Perkataan menjadi khalifah di sini adalah wakil Tuhan dalam mengelola alam
atau memakmurkan bumi ini. Untuk dapat melaksanakan tugasnya maka manusia
diberikan akal dan kalbu, yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain.
• Dengan akal pemikirannya akan melahirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, manusia diharapkan mampu mengemban amanah.
4. Manusia disamping diberikan akal juga diberikan dengan perasaan
dan kemauan atau kehendak. Dengan akal dan kehendaknya, manusia
akan patuh dan tunduk kepada Allah atau menjadi muslim, tetapi dengan
akal dan kehendaknya juga bisa mengingkari.
5. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala
perbuatannya. Ini termaktub dalam Al Qur’an, surah At-Thuur ayat 21,
“Kullum riim bimaa kasaba rahiin“. Artinya kurang lebih sebagai berikut,
“… setiap orang (manusia) terikat (dalam arti bertanggung jawab)
terhadap apa yang dilakukannya“.
6. Berakhlak. Berakhlak ini merupakan ciri utama manusia
dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia adalah makhluk yang
diberi kemampuan oleh Allah untuk membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Dalam ajaran Islam akhlak punya kedudukan yang
penting, menjadi komponen ketiga agama Islam. Hal ini dapat kita
mengerti bahwa Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam diutus untuk
menyempurnakan akhlaq manusia. Perilaku yang dicontohkan oleh Rasul
selama hidup adalah teladan yang harus diikuti oleh umat.
• Dari uraian beberapa ciri manusia di atas manusia
menurut Islam dapat ditarik kesimpulan tentang fungsi
ganda manusia, yaitu fungsinya sebagai abdullah
(abdun), hamba yang wajib beribadah kepada Allah
dan sebagai khalifatullah untuk memakmurkan bumi
ini.
• Fungsi ganda manusia di atas dapat dilaksanakan
dengan baik dengan harapan kita akan mendapat
predikat insan kamil atau manusia sempurna menurut
Islam. Adapun ciri-ciri manusia sempurna itu adalah :

1. Jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan


2. Cerdas dan pandai
3. Rohani yang berkualitas tinggi
• 4. Alam Semesta
• Alam semesta terdiri dari dua kata, yaitu alam, diantara pengertiannya
segala yang ada di langit dan di bumi. Semesta artinya semuanya. Jadi
alam semesta adalah semua yang ada di alam ini (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
• Sesungguhnya dilihat dari sudut pandang manusia, yang ada, adalah Allah
dan Alam (semesta). Allah pencupta, sedangkan alam diciptakan. Alam
adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh Panca Indera, perasaan
dan fikiran, kendatipun samar-samar. Mulai dari partikel atau zarrah yaitu
bagian benda yang sangat kecil dan berdimensi sampai kepada jasad
(tubuh) yang besar-besar, dari yang inorganik sampai kepada yang organik,
dari yang paling sederhana susunan tubuhnya sampai kepada yang sangat
kompleks (rumit, saling berhubungan) seperti tubuh manusia. Ruang dan
waktu (space and time) adalah alam. Juga manusia termasuk alam atau
bagian alam semesta (Osman Ralliby, tt : 3-4).
• Secara i’tikad alam semesta itu adalah selain dari Allah. Allah adalah selain
dari alam. Wujud Allah tidak sama dengan wujud alam. Karena alam
diciptakan oleh Allah sedangkan Allah adalah zat wajibul wujud, yang
berdiri sendiri, tidak bepermulaan, kekal dan tidak serupa dengan sesuatu.
• Sebagai tersebut di atas, bahwa yang ada ini hanya
dua, yaitu Allah dan alam. Allah pencipta dan alam
dicipta. Dalam Al Qur’an, Allah bergelar Rabbul alamin,
artinya Tuhan alam semesta, selain kata alamien di
dalam Al Qur’an juga disebut dengan “assamaawati wal
ardh”, artinya semua langit dan bumi : atau Qur’an
menyebut dengan kalimat segala apa yang ada di langit
dan bumi.
• Alam semesta itu telah diciptakan Allah menurut
hukum yang pasti, objektif dan tetap. Artinya alam
semesta adalah suatu kosmos yang dalam bahasa ilmu
dalam suatu laws of nature, dalam Islam disebut
Sunnatullah (KH. Drs. Nazaruddin Razak, 1973 : 80).
• Hukum Allah pada makhluknya ada dua macam,
1. tertulis dan
2. tidak tertulis.
= Tertulis adalah wahtu Allah kepada para Nabi dan Rasul yang
terhimpun dalam kitab suci terakhir adalah Al Qur’an.
• Ciri daripada hukum yang tertulis ini adalah reaksi waktunya lebih
panjang, mungkin lebih panjang dari usia manusia.
• Misalnya orang beriman dan bertaqwa dinjanjikan kehidupan yang
lebih baik, sejahtera dan bahagia, sedangkan orang kafir dan
munafik diancam dengan hukuman kehinaan dan sengsara.
= Adapun hukum yang tidak tertulis, ciri khasnya adalah reaksi
waktunya sangat pendek, mungkin ia lebih pendek dari umur
manusia. Umpamanya air mendidih 100 derajat Celcius. Jika satu
liter air dimasak di atas kompor 10 sumbu, kira-kira membutuhkan
waktu 10 menit. Waktu sepuluh menit itulah reaksi waktu yang
dikatakan lebih pendek dari usia manusia.
• Sunnatullah sifat ada 3 (tiga),
1. pertama pasti (eksak),
2. kedua objektif,
3. ketiga tetap tidak berubah.
Alam semesta yang mengandung dan patuh
sepenuhnya kepada hukum, ketetapan dan
ketentuan yang disebut sunnatullah itu.
Misalnya bulan mengelilingi bumi dalam
29/30 hari. Bulan sambil mengelilingi bumi
juga matahari dalam waktu 365/366 hari dan
lain sebagainya.
• Kepatuhan alam semesta terhadap
sunnatullah, termasuk manusia adalah untuk
kesejahteraannnya.
• Umpama alam dan manusia ini tidak lagi
diatur oleh hukum gravitasi, tentu alam ini
akan kacau.
• Untuk kesejahteraan jasmani tentunya
manusia harus tunduk dengan aturan-aturan
kesehatan.
• Sebagai manusia dan hubungannya dengan alam
semesta, kejadian alam semesta ini hendaklah
menjadi bahan pemikiran.
• Misalnya Allah menjadikan langit dan bumi ini
dalam tempo 6 (enam) hari (Al Qur’an), padahal
Allah mampu menjadikannya dalam waktu,
sekejap.
• Hal ini menurut ahli tafsir, memberikan orientasi
tarbiyah / pendidikan “ agar manusia harus
hidup dengan sabar, jangan tergesa-gesa,
membuat sesuatu penuh pertimbangan dan
perencanaan, bekerja bertahap.
• C. GARIS-GARIS BESAR AJARAN ISLAM
• Sebelum pembahasan sampai kepada sub pokok,
dianggap perlu dijelaskan tentang pengertian Islam,
metodologi mempelajari Islam, mengapa dinamai
dengan Islam. Untuk jelasnya, sebagai berikut :

• 1. Pengertian Islam dan Metodologi Mempelajari


Islam
• Islam berasal dari bahasa Arab dari asal kata Aslama
yang artinya menyerah, tunduk dan patuh. Dari kata
“aslama” ini berkembang menjadi beberapa arti,
“salam” artinya keselamatan, “taslim” artinya
penyerahan, “salama” artinya memelihara, “sullami”
artinya titian dan “silm” artinya perdamaian.
• Para ulama berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah,
memberikan definisi tentang Islam, diantaranya :
• Islam berarti tunduk dan menyerah diri kepada Allah
serta mentaati-Nya yang lahir dari kesadaran dengan
tidak dipaksa karena ketundukan seperti itu tanpa
perhitungan pahala dan dosa.
• Islam adalah kumpulan peraturan yang diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam di dalamnya terkandung peraturan-peraturan
tentang akidah, akhlak, muamalat dan segala berita
yang disebut dalam Al Qur’an dan As Sunnah adalah
diperintah agar disampaikan kepada manusia.
• Memahami Islam secara menyeluruh adalah penting
walaupun tidak secara detail. Tujuannya adalah agar
menjadi pemeluk Islam yang mantap dan untuk
menumbuhkan rasa hormat bagi pemeluk agama lain.
Di samping itu untuk menghindari kesalahpahaman
dan sifat negatif terhadap Islam, maka untuk
memahami Islam secara benar adalah dengan cara
sebagai berikut :
• Islam harus dipelajari dari sumber aslinya (Al Qur’an
dan Al Hadits).
• Islam dipelajari secara integral, artinya ia dipelajari
secara menyeluruh.
• Islam dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para
Ulama Besar Islam dan sarjana-sarjana Islam. Pada
umumnya beliau memahami Islam secara baik.
• 2. Mengapa Dinamai Islam ?
• Tiap-tiap agama pada lazimnya diberi nama setelah masa berlalu orang
yang mengembangkannya. Di Persi ada agama Zoroaster diambil dari
nama pendirinya. Agama Budha diambil dari nama Shidarta Gautama
Budha. Agama Yahudi diambil dari nama negara Yuda. Agama Kristen
diambil dari pengajarnya atau orang yang dipujanya Yesus Kristus dan
pengikutnya disebut Kristen. Di dalam Al Qur’an disebut Nasrani
disandarkan atas kelahiran Yesus di Nazaret.
• Adapun Islam mempunyai perbedaan yang luar biasa dengan agama lain.
Kata Islam tidak punya hubungan dengan nama orang atau golongan atau
negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah sendiri, tersebut
dalam Al Qur’an, antara lain :
• a. Surah Ali Imran ayat 19
• Artinya : “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam“.

• b. Surah Al Ma’idah ayat 3
• Artinya : “Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu dan telah
Kucukupkan kepadamu ni’mat Ku dan telah Kuridhoi Islam itu menjadi
agamamu“.
• Adapun Islam mempunyai perbedaan yang luar biasa
dengan agama lain. Kata Islam tidak punya hubungan
dengan nama orang atau golongan atau negeri. Kata
Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah sendiri,
tersebut dalam Al Qur’an, antara lain :
• a. Surah Ali Imran ayat 19
• Artinya : “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah
Islam“.

• b. Surah Al Ma’idah ayat 3
• Artinya : “Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu
agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu ni’mat Ku
dan telah Kuridhoi Islam itu menjadi agamamu“.
• Agama Islam adalah agama yang diemban
oleh Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam diperuntukkan bagi
seluruh ummat manusia sepanjang masa dan
zaman. Oleh karena itu Islam dikenal sebagai
agama yang bersifat universal disamping itu
Islam juga punya karakteristik seperti sesuai
dengan fitrah manusia, sempurna,
mengajarkan keseimbangan, fleksibel dan
ringan serta sebagai rahmat bagi alam.
• Dalam membicarakan ajaran Islam
selanjutnya, pada dasarnya / garis besarnya
ada 3 (tiga) pokok pembidangan ajaran, yaitu :
1. Akidah/Tauhid,
• 2. Fiqih/Syari’ah/Ibadah dan
• 3. Akhlak/Tasawuf.
• Ketiga pokok pembidangan ajaran di atas
sangat berhubungan satu sama lain,
merupakan satu kesatuan yang tak boleh
dipisahkan. Namun ketiganya dapat
dibedakan.
• ketiga kerangka pokok / dasar dimaksud harus
terintegrasi dalam diri seorang muslim.
Integrasi ketiga komponen tersebut dalam
ajaran Islam ibarat
• = pohon akarnya adalah akidah / tauhid,
=sementara batang, dahan dan daunnya
syari’ah
• = dan buahnya adalah akhlaq.
• Akidah (Tauhid) adalah sebagai konsep keyakinan
yang bermuatan elemen-elemen pokok
keimanan, menggambarkan sumber dan hakikat
keberadaan agama.
• Syari’ah sebagai konsep hukum, berisi peraturan
yang menggambarkan fungsi agama.
• Sedangkan akhlak sebagai sistem etika nilai yang
menggambarkan arah tujuan yang akan dicapai
agama sedangkan
• tasawuf ialah membersihkan jiwa daripada
pengaruh benda atau alam, supaya ia mudah
menuju Tuhan Allah (Hamka)
• Muslim yang baik adalah orang yang memiliki
akidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya
untuk menjalankan syari’at yang hanya di tujuan
kepada Allah semata, sehingga tergambar akhlak
yang mulia pada dirinya. Atas dasar hubungan ini
pula, maka seseorang melakukan

• perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh akidah


dan iman, maka ia termasuk kategori kafir.
• Seseorang yang mengaku beriman, tetapi tidak
mau melaksanakan syari’at, maka ia disebut fasik.
• Sedangkan orang yang mengaku beriman dan
melaksanakan syari’at, tetapi tidak dilandasi iman
/ akidah yang lurus disebut orang yang munafik.
• Selanjutnya kita akan menguraikan ketiga pokok pembidangan
ajaran Islam dimaksud, sebagai berikut :
a. Akidah / Tauhid
• - Secara bahasa, akidah berasal dari kata
‘akada yang mengandung arti ikatan atau keterkaitan,
atau dua utas tali dalam satu buhul yang
tersambung.
- Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau
keyakinan. Akidah Islam (Akidah Islamiyah) karena itu dikaitkan
dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam.
- Iman artinya percaya, tetapi yang dimaksud iman disini adalah
= Tasdiq (membenarkan di dalam hati),
= mengikrarkan dengan lisan dan
= mengamalkan dengan perbuatan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
• Iman ini melahirkan penyerahan diri kepada
Allah dinamakan Islam. Ini dimaksud bahwa
seseorang yang menyerahkan diri kepada
Allah dan menerima segala hukum-hukumnya.
• Sesungguhnya penyerahan dan penerimaan
itu berlaku dengan dua perkara, yaitu :
1. dengan kepercayaan dan pegangan hati yang
dinamakan iman atau aqidah dan
2. juga dengan sifat-sifat lahiriyah yaitu melalui
perkataan dan amalan yang dinamakan
Islam.
• Jadi jelas tempat iman itu di hati. Firman Allah Subhanawu Wata’ala
dalam surah Al Baqarah ayat 285 :
• Artinya : “Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab Nya dan Rasul-rasul Nya (mereka mengatakan) “Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain)
dari Rasul-rasul Nya, dan mereka mengatakan : “Kami dengar dan
kami Tho’at (mereka berdo’a). Ampunilah ya Tuhan kami dan
kepada Engkaulah tempat kembali“.
• Sabda Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam : “Al-iimaanu
antu’mina billahi wamalaikatihi wakutubihi warusulihi, walyaumil
akhiri, waqodrihi khoirihi wasyarrihi minallahi ta’ala“.
• Artinya : “Iman itu bahwa kamu beriman kepada Allah, Malaikat-
Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhirat dan Qodar baik dan buruk”
(HR. Muslim).
• Disamping sebagai tersebut di atas keterkaitan antara akidah atau keyakinan
seseorang terhadap Islam terletak pada konsekuensinya, sebagai berikut :
• 1. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir diturunkan dengan syari’at-
syari’atnya menyempurnakan syari’at yang Allah turunkan sebelumnya.
• 2. Meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar di sisi Allah
Subhanahu Wata’ala. Islam datang dengan membawa kebenaran yang absolut,
guna menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya.
Firman Allah dalam Al Qur’an surah Ali Imran ayat 19 :
• Artinya : “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam“.
• Meyakini bahwa Islam sebagai agama yang universal, berlaku untuk seluruh
ummat manusia, kapan dan dimana saja ia berada. Firman Allah dalam Al Qur’an
surah Saba ayat 28 :
• Artinya : “Dan tiadalah Kami utus kamu (Muhammad) melainkan untuk semua
ummat manusia sebagai berita gembira dan peringatakn tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya“.
• 3. Meyakini bahwa Islam memiliki keseimbangan, dua orientasi hidup yaitu
kehidupan dunia dan akhirat. Firman Allah dalam Al Qur’an surah Al Qashash ayat
77 :Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) di akhirat dan jangan kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi“.
• 3. Meyakini bahwa Islam memiliki
keseimbangan, dua orientasi hidup yaitu
kehidupan dunia dan akhirat.
• Firman Allah dalam Al Qur’an surah Al
Qashash ayat 77 :
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) di akhirat dan jangan kamu
melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi“.
• Keyakinan tersebut harus dipegang dengan
teguh, mantap tak tergoyahkan, karena di abad
millenium mungkin ada pengaburan arti dan
makna.
• Jadi jelaslah pembicaraan masalah aqidah/tauhid,
pada intinya adalah membicarakan tentang rukun
iman. Setiap orang yang ingin mendapatkan
keselamatan, kebahagiaan di dunia dan akhirat,
maka ia wajib percaya kepada 6 (enam) perkara
yang disebut dengan rukun iman sebagai tersebut
terdahulu. Orang yang beriman disebut mukmin.
• Selanjutnya rukun iman sebanyak 6 (enam) perkara ini, kami coba
untuk menguraikannya, satu persatu, sebagai berikut :
• 1) Beriman kepada Allah Subhanahu Wata’ala
Dalam Islam, iman kepada Allah Subhanahu Wata’ala
menempati posisi yang sangat sentral.
Iman kepada Allah, berarti mengimani Allah dalam rububiyah,
uluhiyah, asma dan sifatNya.
= Sifat Rububiyah artinya mengimani Allah adalah Rabb sebagai
pencipta, pengatur, penguasa segala yang ada di alam ini.
= Uluhiyah artinya adalah Allah ialah satu-satunya zat yang wajib
disembah.
= Iman kepada Asma dan Sifat-Nya, berarti bahwa Allah memiliki
nama-nama yang maha indah (seperti dalam Asma’ul Husna) dan
sifat-sifat yang luhur.
Menurut faham Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, Allah memiliki sifat-sifat
yang wajib, mustahil dan harus, tergambar dalam sifat 20, yaitu ; 20
yang wajib, 20 yang mustahil dan 1 (satu) yang harus.
• Pengakuan beriman kepada Allah Subhanahu
Wata’ala, sebenarnya dapat memberikan kesan
pada kehidupan seseorang, sebagai tersebut di
bawah ini.
• a) Seseorang yang beriman kepada Allah
akan memiliki wawasan yang luas, karena ia
percaya kepada Tuhan yang menjadikan langit
dan bumi. Dia tidak akan menemui sesuatu yang
ganjil dalam alam ini, karena segala sesuatu yang
ada di dalamnya milik Allah Subhanahu Wata’ala.
Tidak ada sesuatupun juga dalam alam ini yang
dapat menghalang dan membatas rasa cinta dan
kecenderungannya.
• b) Orang yang beriman kepada Allah yakin tidak ada
jalan untuk mencapai keselamatan dan keberuntungan
kecuali dengan jiwa yang bersih dan beramal saleh.
Kesadaran itu timbul karena ia beriman kepada Allah Yang
Maha Kaya dan Maha Adil, bergantung harap segala
sesuatu kepada-Nya.
• c) Orang yang beriman tidak mudah dihinggapi rasa
putus asa, pesimis dan hilang harapan dalam keadaan
apapun, karena ia adalah orang yang beriman.
• d) Iman kepada Allah Subhanahu Wata’ala mendidik
manusia dengan kekuatan yang besar, bulat, tekad, berani,
sabar, tabah dan tawakkal ketika menghadapi peristiwa /
perkara besar di dunia ini demi mengharap keridhaan Allah
Subhanahu Wata’ala.
• e) Perkara paling penting dalam hubungan ini ialah
iman kepada Allah menjadikan manusia terikat dan patuh
kepada undang-undang / peraturan Allah.
Untuk memperlengkap pembahasan, disini akan
diuraikan tentang tanda-tanda orang yang beriman,
sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an, sebagai
berikut :
• a) Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar
dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf
memorinya, serta jika dibacakan ayat Al Qur’an, maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (Al-
Anfal : 2). Dia akan memahami ayat yang tidak ia
pahami.
• b) Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras
berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan do’a,
yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
dan Sunnah Rasul (Ali Imran : 120, Al-Maidah : 12, Al-
Anfal : 2, At-Taubah : 52, Ibrahim : 11, Mujadalah : 10,
dan At-Taghabun : 13).
• c) Tertib dalam melaksanakan sholat dan selalu
menjaga pelaksanaannya (Al-Anfal : 3, dan Al-
Mu’minun : 2, 7). Bagaimana sibuknya, jika sudah
masuk waktu sholat, dia segera sholat untuk membina
kualitas imannya.
• d) Menafkahkan rezki yang diterimanya (Al-Anfal :
3, dan Al-Mu’minun : 4). Hal ini dilakukan sebagai suatu
kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak
terjadi ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin.
• e) Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat
dan menjaga kehormatan (Al-Mu’minun : 3, 5).
Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang
berstandar ilmu Allah, yaitu Al Qur’an menurut sunnah
Rasulullah.
• f) Memelihara amanah dan menepati janji
(Al-Mu’minun : 6). Seorang mukmin tidak akan
berkhianat dan ia akan selalu memegang amanah
dan menepati janji.
• g) Berjihad di jalan Allah dan suka menolong
(Al-Anfal : 74), berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran
Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki,
maupun dengan nyawa.
• h) Tidak meninggalkan pertemuan sebelum
meminta izin (An-Nur : 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang
mukmin, orang yang berpandangan dengan
ajaran Allah menurut sunnah Rasul.
• Menurut Abul A’la Maududi, ulama besar dari Pakistan,
menyebutkan tanda orang beriman, sebagai berikut :

• a) Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.


• b)Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
• c) Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
• d) Senantiasa jujur dan adil.
• e) Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi segala
persoalan dan situasi.
• f) Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan
optimisme.
• g)Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar
menghadapi risiko, bahkan tidak takut kepada maut.
• h)Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
• i) Patuh, taat dan disiplin dalam menjalankan peraturan Ilahi.
• Dalam rangka menambah / mempertebal iman kita
kepada Allah, manusia diperintahkan mempelajari
alam semesta, ia adalah laksana kitab penuh khazanah
dan hikmah penuh terbuka di hadapan kita, menjadi
“Aayatun bayyinah” bukti-bukti yang terang benderang
tentang ke-Esaan dan Kekuasaan Allah Subhanahu
Wata’ala.
• Manusia dilarang memikirkan hakikat zat Allah.
Demikian penegasan agama, tetapi logika juga
memahaminya. Sabda Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wasallam : “Tafakkaruu fii kholqillahi walaa
tafakkaruu fii dzaatihi fatahlikuu“.
• Artinya : “Berfikirlah kamu tentang makhluk Allah dan
jangan kamu berfikir tentang zat-Nya, niscaya kamu
celaka“.
• 2) Beriman kepada Malaikat-Malaikat
• Iman kepada Malaikat adalah masalah akidah
yang kedua sesudah iman kepada Allah
Subhanahu Wata’ala. Para Malaikat itu adalah
hamba Allah yang dimuliakan. Mereka adalah
makhluk yang tak pernah membantah atau
meninggalkan segala yang diperintah Allah.
Malaikat ini tidak membutuhkan makan, minum,
tidak laki-laki dan tidak perempuan. Jumlahnya
banyak sekali, tetapi yang wajib diketahui
sebanyak 10 orang. Para Malaikat
dimaksud adalah :
• a) Jibril, tugasnya membawa wahyu, semenjak Nabi
Adam Alaihissalam sampai kepada Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam, Malaikat Jibril adalah sebagai
kepala seluruh Malaikat. Malaikat Jibril disebut juga Namus,
Ruhul Amin, Ruhul Kudus.
• b) Mikail, tugasnya mengatur peredaran benda-benda
angkasa, termasuk pula menurunkan hujan.
• c) Isrofil, tugasnya meniup terompet.
• d) Izrail, tugasnya mencabut nyawa dan juga sering
disebut dengan Malaimat Maut.
• e) Mungkar dan Nakir, tugasnya menanyai mayit di
dalam kubur.
• f) Raqib, tugasnya mencatat kebaikan hamba Allah.
• g) Atid, tugasnya mencatat keburukan hamba Allah.
• h) Malik, tugasnya menjaga neraka.
• i) Ridwan, tugasnya menjaga surga.
• Masih banyak lagi tugas-tugas Malaikat yang telah ditentukan Allah
kepadanya, yang sama sekali tidak bersangkut paut dengan urusan
materi dan perihal hidup dan kehidupan insan di dunia. Malaikat
dinyatakan sebagai makhluk Allah yang kuat, memiliki sayap-sayap
yang banyak, sehingga dengan demikian memungkinkan mereka
untuk melakukan gerakan yang paling cepat. Dalam Al Qur’an ada
sebuah simbol kecepatan yang digambarkan tentang daya gerak
Malaikat, yaitu kecepatan sehari bari Malaikat sama dengan 50.000
tahun lamanya di dunia ini.
• Iman kepada para Malaikat sangat besar nilainya dalam hidup dan
kehidupan sebagai manusia yang selalu penuh dengan berbagai
persoalan, maka seorang muslim haruslah selalu optimis, tidak
boleh ragu dan gentar dalam menghadapi masalah apa saja, baik di
kala seorang diri sebatang kara, maupun di waktu bersama-sama,
karena ada iman bahwa Allah mempunyai petugas-petugas
bernama Malaikat yang selalu siap untuk memberikan pertolongan
dan bantuannya.
• 3) Beriman kepada Kitab Suci
• Beriman kepada kitab suci atau kitab-kitab Allah, artinya
membenarkan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu
Wata’ala telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada Nabi
dan Rasul-Nya. Kitab itu merupakan wahyu dari Allah serta
mengandung semua hukum-Nya dan segala berita dari-Nya.
Rasul-rasul yang menerima wahyu-wahyu itu adalah
manusia-manusia pilihan Allah diantara kelompok-
kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri khas dan
karakteristik dalam segi-segi rohaniah dan jasmaniah.
Wahyu-wahyu yang diterima oleh para Rasul itulah yang
dinamai Shuhuf atau Kitab. Setiap Rasul yang diutus Allah
kepada manusia dipersenjatai dengan Kitab. Kitab itulah
yang menjadi pedoman pemimpin baginya, dan Kitab itulah
menjadi kamus atau Undang-Undang buat manusia yang
dipimpinnya.
• Adapun kitab yang diturunkan oleh Allah Subhanahu
Wata’ala itu, adalah :
• a) 10 Shuhuf diturunkan kepada Nabi Adam
Alaihissalam.
• b) 60 Shuhuf diturunkan kepada Nabi Syist
Alaihissalam.
• c) 30 Shuhuf diturunkan kepada Nabi Idris
Alaihissalam.
• d) 30 Shuhuf diturunkan kepada Nabi Ibrahim
Alaihissalam.
• e) 10 Shuhuf diturunkan kepada Nabi Musa
Alaihissalam.
• Untuk para Nabi / Rasul penerima kitab adalah :
• a) Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
Alaihissalam.
• b) Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud
Alaihissalam.
• c) Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa Alaihissalam.
• d) Kitab Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam.
• Para Rasul mendakwahkan wahyu itu kepada ummatnya,
mengajak mereka kembali ke jalan yang benar, menyembah
kepada Allah dan menjauhkan dari perbuatan syirik.
• Kitab Taurat ditulis dalam bahasa Ibrani untuk
syari’at dan hukum. Isi kitab Taurat, isi pokok
adalah 10 firman Allah bagi bangsa Israil. Di
dalam kitab Taurat terdapat beberapa syari’at dan
hukum agama yang sesuai dengan tempat dan
kondisi masa itu. Taurat menerangkan akidah-
akidah yang benar, janji-janji Allah dan ancaman-
ancaman-Nya. Dalam Taurat juga ada keterangan
yang tegas tentang akan datangnya Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sebagai
kunci para Nabi dan Rasul, untuk menggantikan
ajaran-ajaran sebelumnya.
• Kitab Zabur isinya mengandung beberapa do’a, zikir,
pengajaran dan hikmat. Hukum agama dan syari’at
tidak ada di dalamnya, karena Nabi Daud Alaihissalam
dalam sejarah kenabian, mengikut dan menurut hukum
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
Alaihissalam.
• Kitab Injil bertujuan menerangkan beberapa hukum
dan mengajak manusia kembali kepada Aqidah Tauhid
(Monotheisme) dan Injil bertugas mengadakan
perbaikan agama Bani Israil yang telah kacau dan
nyeleweng. Injil pun menerangkan tentang hal
kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam kelak. Kitab ini mengikuti Taurat Nabi Musa
Alaihissalam.
• Kitab suci Al Qur’an adalah kitab yang oleh Rasul Allah
Shallallahu alaihi wasallam sebagai “Ma’dubatullah”
(hidangan Ilahi). Hidangan ini membantu manusia
untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan
tentang Islam dan merupakan pelita bagi ummat Islam
dalam menghadapi persoalan hidup.
• Al Qur’an sebagai mu’jizat, berisi petunjuk yang
menjadi sentral wacana ideologi manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidup. Karena itu Al Qur’an
juga disebut seperti Al Kitab (pedoman), Adz Dzikir
(peringatan), At-Tibyan (penjelas), Al-Furqan
(pembeda), Asy-Syifa (penyembuh) dan lain-lain
mengisyaratkan bahwa ia bukan sekedar kitab ilmu
pengetahuan, namun sebagai petunjuk, pengarah dan
pembimbing keseimbangan potensi rasional dan
emosional yang sarat dengan nuansa Islami.
• Dalam Al Qur’an ada firman Ilahi yang menegaskan
kebenaran bahwa Al Qur’an itu benar-benar diwahyukan
Tuhan Allah Subhanahu Wata’ala dan Allah Subhanahu
Wata’ala juga yang memeliharanya. Pada surah Al-Isra /
Bani Israil (ayat 105) firman Allah yang terjemahannya, kira-
kira : “Dengan kebenaran (Kami) (Allah) telah menurunkan
(Al Qur’an) dan dengan (membawa) kebenaran ia telah
turun (!)“. sementara ahli tafsir menterjemahkan kalimat
kedua daripada rentetan ayat tersebut : “Dan pada tempat
yang benar ia (Al Qur’an) telah turun (!)“. Dalam surah Al-
Hijr ayat 29 didapati pula firman Ilahi (terjemahannya) :
“Sesungguhnya Kami (Allah) yang telah menurunkan
peringatan (Al Qur’an) itu, dan sesungguhnya Kamilah
penjaganya (!)“.
• Tidak perlu kiranya seorang manusia harus menjadi seorang filusuf
terlebih dahulu untuk dapat memahami ketegasan makna firman Ilahi
tersebut di atas. Akan tetapi dengan fikiran sederhana saja dapatlah kita
mengetahui dan meyakini 4 (empat) faktor utama yang terkandung dalam
ayat-ayat qur’aniyah dimaksud :
• a) Kitab suci Al Qur’an adalah benar-benar wahyu Ilahi yang
diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
• b) Kitab suci Al Qur’an itu berisi kebenaran mutlaq daripada Allah yang
Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.
• c) Turunnya Al Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam adalah benar dan tepat, selaku penerima pertama dan
pemegang amanat Allah yang akan menyampaikannya kepada manusia.
• d) Kitab suci Al Qur’an itu senantiasa dipelihara keasliannya dan
keutuhannya dari tangan-tangan yang hendak merusak keaslian dan
keutuhannya, serta kekekalannya sepanjang kurun zaman sampai datang
waktunya Iradat Ilahiyyah akan mengangkaynya kelak di akhir zaman,
menjelang pergantian kehidupan duniawi yang fana dengan hari akhirat
yang kekal abadi.
• 4) Beriman kepada Rasul-Rasul
• Beriman kepada Rasul-Rasul Allah ialah percaya bahwa
Allah telah pilih Rasul-Rasul buat menyampaikan
petunjuk, perintah dan larangan-Nya untuk kebaikan
dunia akhirat. Kita wajib beriman / percaya kepada
Rasul-Rasul itu dan sebagai Rasul terakhir adalah Rasul
Allah Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.
• Mengenai jumlah Rasul / Nabi tidaklah diketahui secara
pasti. Sebagian ulama berkata Rasul itu berjumlah 313
orang dan Nabi berjumlah 124.000 orang. Adapun Nabi
dan Rasul yang nama-namanya tersebut dalam Al
Qur’an sebanyak 25 orang. Seluruh para Rasul dan nabi
maka Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
adalah sebagai penghulu dari segala Nabi dan Rasul.
• Ada yang mencatat keistimewaan Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dari
segala Rasul terdahulu, adalah :
• a) Beliau adalah Rasul terakhir dan risalah
yang sempurna.
• b) Beliau Rasul internasional, risalah
universal, berlaku untuk seluruh manusia dan
sepanjang zaman.
• c) Beliau adalah semulia-mulia Nabi dan
Rasul, bahkan sebagai penghulu segala Nabi dan
• Rasul (Sayyidul anbiya wal mursalin).
• Ada juga catatan perbedaan antara Rasul dan Nabi, sebagai berikut :
• a) Nabi : “Insaanun dzakarunhurrun uuhiya ilaihi bissyar’in lil
amali khoshshoh“.
• Artinya : Nabi manusia laki-laki merdeka yang diwahyukan
kepadanya dengan hukum syara untuk diamalkannya sendiri.
• b) Rasul : “Insaanun dzakarun hurrun uuhiya ilaihi bisyar’in lil
amali wattabligh“.
• Artinya : Manusia laki-laki merdeka yang diwahyukan kepadanya
dengan hukum syara untuk diamalkannya sendiri serta disampaikan
kepada orang lain.
• Semua Rasul yang pernah diutus Allah sepanjang sejarah manusia,
sesungguhnya mereka adalah manusia biasa (tetapi pilihan). Selaku
manusia, memiliki sifat-sifat kemanusiaan yang umum, seperti
makan, minum, tidur, berumah tangga, hidup bergaul dengan
masyarakat.
• Jadi Rasul itu tidak pernah dari jenis Malaikat, bangsa Jin bahkan
Rasul itu tidak ada dari golongan manusia perempuan.
• 5) Beriman kepada Hari Kemudian / Hari Akhir
• Sebagai rangkaian dari rukun iman, iman kepada
Hari Kemudian / Hari Akhir selalu dirangkai erat
dengan ayat. Ayat dan hadits Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam banyak menyebut
nama Allah dan hari akhir.
• Iman kepada hari akhir ialah mengi’tikadkan
dengan kesungguhan, bahwa hari akhir itu benar-
benar ada dan bakal tiba atau pasti terjadi. Hari
akhir merupakan mata rantai lokasi waktu yang
pasti diinjak dan dialami oleh setiap orang.
• Suatu fakta yang tak bisa dibantah, bahwa dengan mata
kepala kita saksikan, manusia ini sudah ada 3 (tiga) alam
yang dilaluinya. Tiada seorangpun mampu mengelak dari
qodrat itu, sekalipun ia orang yang berkuasa (kaisar / raja)
ataupun konglomerat kelas tinggi. Tiga alam yang telah kita
saksikan dengan kepala dan mata hati itu ialah :
• a) Alam rahim / alam kandungan selama 9 bulan 9 hari.
• b) Alam syahadah (alam dunia) selama hidup yang
relatif sama dengan lokasi yang disandangnya yaitu antara
1 – 100 tahun.
• c) Alam qubur selama hayat habis sampai qiamat.
• Fase pertama sungguh singkat, disusul fase kedua agak sementara
dan alam ketiga agak lama. Kemudian disusul dengan hari akhir /
hari kemudian.
• Beriman kepada hari akhir / hari kemudian berarti juga mengimani
akan adanya hidup kedua sesudah hidup di dunia ini. Adapun
hikmah beriman kepada hari akhir itu antara lain :
• a) Dapat menseimbangkan usaha akhirat dengan duniawi.
• b) Merupakan motivasi (dorongan) bagi muttaqin. Beriman
kepada hari akhir,
• menumbuhkan harapan positif bagi orang yang bertaqwa.
• c) Dapat mengarahkan tujuan hidup (ultimate gole) yang benar.
Dengan meyakini kehidupan akhirat, seseorang dapat menentukan
tujuan hidup ini ? Apakah hanya untuk berfoya-foya yang sifatnya
sementara. Dengan pimpinan ajaran agama Islam, kita dapat
menentukan tujuan hidup yang benar.
• d) Menumbuhkan harapan (optimisme). Orang yang tidak
beriman kepada hari akhir pada hakikatnya sudah kehilangan
harapan.
• Secara ilmu pengetahuan (sains modern) dunia inipun
pasti hancur. Karena apa sumber kehidupan adalah
berpangkal pada sinar matahari. Dengan cahaya yang
dipancarkannya ke bumi, maka ia menjadi penyebab
berlangsungnya kehidupan seluruh makhluk hidup di
bumi ini. Cahaya panas matahari itulah yang
menyebabkan peredaran angin, pergantian musim dan
turunnya hujan. Oleh para ahli telah diperkirakan,
bahwa garis tengah matahari 1.400.000 kilometer,
sedangkan temperatur atau panas di permukaannya
6.000 derajat Celcius dan panas di dalam matahari
5.000.000 derajat celcius dan panas intinya 20.000.000
derajat celcius.
• Untuk memperlengkap uraian tentang hari akhir / qiamat perlu juga diketahui tentang tanda-tanda
qiamat. Sudah menjadi sunnatullah bahwa kejadian apa saja baik kecil atau besar apalagi kejadian
besar seperti qiamat didahului dengan tanda-tanda. Tanda-tanda akan terjadinya qiamat itu, antara
lain :
• a) Munculnya Dajjal.
• b) Turunnya Nabi Isa Alaihissalam dan Imam Mahdi.
• c) Timbulnya fitnah bergelombang-gelombang, seperti gelombang laut.
• d) Matahari timbul di Barat.
• e) Setiap orang yang lalu melewati kuburan, berdo’a agar lekas mati, lalu masuk kubur.
• f) Terlalu banyak wanita dan terlalu sedikit laki-laki dengan perbandingan 1 : 50.
• g) Pengaruh tidak tahu untuk apa ia membunuh, si terbunuh tidak mengetahui apa sebab
• ia dibunuh.
• h) Lenyap ilmu pengetahuan, timbul kebodohan (yang dimaksud di sini ilmu pengetahuan
• tentang ke-Islaman).
• i) Menghebat perzinahan dan minuman keras yang memabukkan.
• j) Timbul perang antara kaum muslimin dan Yahudi dan peperangan ini dimenangkan oleh
• kaum muslimin.
• k) Di bumi ini tidak ada lagi yang menyebut nama Allah.
• Selanjutnya dalam membicarakan tentang beriman kepada hari
akhir, perlu juga pembahasan dengan hal yang berkaitan seperti
alam barzah, makhsyar, hisab, syorga, dan neraka.
• = Alam barzah pengertian secara istilah adalah suatu alam yang
menjadi batas antara alam dunia dan alam akhirat, dengan kata lain
disebut juga dengan alam kubur.
= Sedangkan makhsyar adalah suatu tempat berkumpulnya seluruh
manusia sejak Nabi Adam Alaihissalam (zamannya) hingga akhir
(qiamat) setelah manusia bangkit dari kubur guna mendapat
putusan hakim.
• = Hisab dari segi bahasa, artinya perhitungan. Sedangkan menurut
pengertian hisab yaitu penelitian amal, yaitu ditetapkan banyak
sedikitnya yang baik atau yang buruk. = Sedangkan syurga dan
neraka adalah tempat bagi orang yang beroleh nikmat (syurga) dan
tempat orang yang beroleh siksa (neraka).
• Sebagai orang yang beriman, percaya akan adanya hari kemudian /
hari akhirat itu adalah suatu kewajiban yang keterangan akan
terjadinya sudah jelas baik secara dalil Aqli dan dalil Naqli.
• 6) Beriman kepada Qodho dan Qodar
• Beriman kepada qodho dan qodar berarti percaya akan
segala sesuatu yang sudah terjadi, sedang terjadi dan yang
akan terjadi adalah telah ditentukan oleh Allah Subhanahu
Wata’ala pada zaman azali. Apa yang telah ditentukan oleh
Allah tidak akan berubah dan tetap demikian jadinya.
• Umur dan rizki manusia semuanya telah ditentukan oleh
Allah. Manusia hanya berusaha dan berikhtiar menjalankan
apa-apa yang ditakdirkan dan manusia tidak tahu apa yang
telah ditakdirkan kepadanya, karena itu Islam melarang
keras kepada ummatnya pasrah kepada takdir. Kepada
ummat Islam diwajibkan untuk berusaha dan bekerja keras
dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Setelah berusaha
dengan sungguh-sungguh barulah manusia berhak untuk
bertawakkal dan berserah diri kepada takdir.
• Qodho berarti keputusan Allah dan
• Qodar adalah ukuran atas ketentuan Allah.
• Umat Islam mengimani kemuthlakan Allah dalam
menentukan qodho dan qodar. Maka sikap yang
seharusnya dilakukan sebagai wujud keimanan
kepada qodho dan qodar, antara lain :
1. istiqomah, yaitu taat asas dalam menempuh
jalan Allah Subhanahu Wata’ala.
2. Sabar dengan jalan bertahan terhadap berbagai
cobaan dalam berjuang di jalan Allah.
3. Tawakkal berarti berserah diri pada keputusan
Allah Subhanahu Wata’ala atas usaha yang telah
dilaksanakan.
• Di dalam buku Tauhid dalam Pendekatan Fisika
Modern, pengarang buku tersebut Drs. Abdullah
Afif, BSc, telah memberikan contoh tentang
takdir, sebagai berikut :
a) Takdir yang bersifat muthlaq dan manusia tinggal
menerima tanpa syarat, misalnya :
• Manusia dilahirkan menjadi anak tukang becak.
• Manusia dilahirkan menjadi anak Presiden.
• Manusia dilahirkan dengan indera yang lengkap.
• Manusia dilahirkan dengan indera yang cacat.
b)Takdir yang timbul, karena adanya hukum
sebab akibat, misalnya :
• Tidak lulus ujian karena malas belajar.
• Kecelakaan di jalan raya, karena lengah
mengendarai sepeda motor.
• Menderita sakit sebab tidak memperhatikan
kesehatan.
• Mendapat musibah karena kurang hati-hati.
c) Takdir yang akan dialami, namun sebabnya telah diketahui,
misalnya :
• Mendapat bahagia di syurga sebab menta’ati ajaran agama.
• Mendapat siksa di neraka sebab banyak berbuat maksiat
dan mungkar.

d) Takdir akan terjadi sesuatu, namun tidak berlaku secara


umum, misalnya :
• -Rumah di tepi jalan, tiba-tiba ditabrak motor.
• -Rumah yang tiba-tiba hancur sebab kejatuhan meteor.
• -Hutan yang tiba-tiba terbakar di musim kemarau.
• -Seseorang yang tiba-tiba mendapat musibah sebab malam
itu kedatangan tamu tak diundang (pencuri).
e) Takdir yang terjadi pada seseorang namun
sebabnya seakan berlawanan dengan
kenyataan, misalnya :
- Meskipun belajar dengan giat, namun ujian
tetap tidak lulus.
- Meskipun usaha maksimal, namun tetap
tidak berhasil.
-Tampaknya usaha begitu saja, namun tiba-
tiba usahanya berhasil memuaskan.
• Menutup uraian tentang qodho dan qodar ini,
disini perlu dinukilkan kembali ceritera khalifah
Umar Ibnul Khattab dengan rombongan yang
ingin masuk kampung, tetapi beliau menerima
laporan, bahwa di kampung itu sedang berjangkit
penyakit menular yang sangat membahayakan.
Setelah mendengar kabar itu Khalifah Umar Ibn
Khattab lalu mengajak rombongannya kembali.
Tapi salah seorang berkata kepada beliau :
“Takutkah engkau (Tuan) dari takdir Allah”.
Khalifah Umar Ibn Khattab akhirnya menjawab,
“Kita lari dari takdir Allah menuju ke takdir Allah”.
• Jadi jelaslah dalam hal memahami masalah takdir
ini, kita jangan dahulu pasrah saja dengan takdir
sebelum berusaha dan setelah berusaha barulah
bertawakkal. Tidak salahnya kita berusaha segiat-
giatnya dalam bekerja, supaya jangan menjadi
miskin, tetapi dapat hidup berkecukupan. Giat
belajar agar jangan sampai bodoh, tetapi berilmu
banyak dan bermanfaat, senatiasa menjaga
kesehatan, supaya jangan menjadi sakit, tetapi
senantiasa sehat dan sebagainya. Orang yang
enggan berikhtiar itu pada akhirnya akan
sengsara sendiri, karena Allah tidak akan
mengubah nasib seseorang atau golongan, jika
manusia / golongan itu tidak suka berusaha untuk
mengubah nasibnya.
• Orang yang punya keyakinan terhadap qodho dan qodar ini
punya daya bimbing positif. Secara garis besar hikmah
beriman kepada qodho dan qodar adalah :
a) Sebagai motivasi ikhtiar.
b) Tidak mudah putus asa, bila usaha belum berhasil. Orang
beriman dalam berusaha tidak harus kenal istilah gagal,
begitu juga dalam menghadapi kesulitan hidup.
c) Menumbuhkan jiwa tawakkal.
d) Menjauhkan diri dari watak hypokrol (nifaq). Orang yang
punya landasan iman pada qodho dan qodar selalu mohon
pada Allah dengan tawadhu’ baik dalam keadaan senang
atau dalam keadaan bencana.
e) Dapat menahan diri dari sifat tergesa-gesa.
f) Menerima sesuatu kesudahan dengan hati rela.
• b. Fiqih / Syari’ah (Ibadah)
• Fiqih secara bahasa artinya tahu dan faham. Orang
yang mengetahui atau ahli dalam bidang fiqih
dinamakan Faqih, jamaknya Fuqaha. Menurut fuqaha,
fikih itu adalah ilmu yang menerangkan tentang
hukum-hukum syara atas perbuatan orang mukallaf
yang diperoleh dalil-dalilnya yang tafsili. Objek fikih itu
adalah wajib, haram, sunnah, makruh, mubah, sah dan
batal.
• Syari’ah pada asalnya bermakna jalan yang lempang.
Para fuqaha memakai kata syari’at sebagaimana bagi
hukum yang ditetapkan Allah untuk para hambanya
dengan perantaraan Rasul. Supaya para hamba
melaksanakannya dengan dasar iman, baik hukum itu
mengenai amaliyah alhiriyah, maupun mengenai
akhlak dan i’tikad.
• Secara simpel syari’at itu adalah seperangkat
norma Ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia
dengan manusia lainnya dalam hal kehidupan
sosial, hubungan manusia dengan benda dan
alam lingkungan hidupnya. Antara fikih,
syari’ah dan ibadah berhubungan erat. Karena
ibadah kepada Allah, Allah sebagai hubungan
vertikal dan hubungan antar sesama manusia
dan lingkungannya (horizontal) telah diatur
secara hukum syari’ah.
• Sebelum diuraikan masalah iabdah-ibadah khusus dan
ibadah umum (ibadah sosial) yang kaifiat dan dasar
hukumnya dibahas dalam fikih atau syari’at Islam, maka
patut sekali diuraikan lebih dahulu tentang pengertian
ibadah, macam-macam ibadah, dasar hukum, hubungan
niat dengan pengamalan ibadah, sebagai berikut :
• 1) Pengertian ibadah secara etimologis (lughawi) dan
pengertian ibadah secara terminologi (istilah).
= Secara etimologis, ibadah berarti mematuhi, tunduk,
berdo’a (Ensiklopedi Islam yang diterbitkan Depag RI, 1993 :
2, 385).
= Secara terminologis, ibadah berarti kepatuhan / ketundukan
kepada dzat yang memiliki puncak keagungan Tuhan yang
Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan
(perbuatan dan perkataan) yang dilakukan oleh setiap
mukmin muslim dengan tujuan mencari keridhaan Allah.
• 2) Dasar Hukum
• Hukum ibadah didasarkan pada firman Allah
Subhanahu Wata’ala dalam Al Qur’an surah Al Baqarah
ayat 21 :
• Artinya : “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang
telah mencipta kamu dan orang-orang yang sebelum
kamu, agar kamu bertaqwa” (Al Baqarah ayat 21).
• Di dalam Al Qur’an malah terdapat penjelasan bahwa
penciptaan manusia oleh Allah tidak mengandung
maksud lain, kecuali supaya mereka menyembah Allah
/ beribadah kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam Al
Qur’an surah Adz-Dzariyat ayat 56 :
• Artinya : “Dan Aku tidak menjadikan Jin dan Manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku (beribadah
kepada-Ku)” (Adz-Dzariyat ayat 56).
• 3) Macam-macam Ibadah
• Ibadah dapat dibagi kepada empat macam berdasarkan :
(1) khusus – umum,
• (2) pelaksanaan,
• (3) kepentingan pribadi dan masyarakat, dan
• (4) bentuk dan sifatnya.
AD. 1;Dari segi khusus dan umumnya, ibadah terbagi kepada :
a) Ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah
ditetapkan oleh Nash Al Qur’an atau Al-Hadits, seperti
sholat, puasa, haji. Ibadah yang terkategori ibadah
khusus tidak menerima penambahan dan
Pengurangan.
b) Ibadah umum, yaitu semua perbuatan baik / terpuji
yang dilakukan oleh manusia muslim-muslim dengan
niat ibadah dan diamalkan semata-mata karena Allah.
AD. 2; Ditinjau dari segi pelaksanaannya, ibadah
terbagi kepada :
a).Ibadah jasmaniyah dan ruhaniyah, yaitu ibadah
yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani
dan ruhani, seperti sholat dan puasa.
b) Ibadah ruhaniyah dan maaliyah, yaitu ibadah
yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani,
ruhani dan harta sekaligus seperti zakat.
c) Ibadah jasmaniyah, ruhaniyah dan maaliyah,
yaitu ibadah dilaksanakan dengan menggunakan
jasmani, ruhani dan harta sekaligus, seperti haji.
AD. 3 ; Ditinjau dari segi pribadi dan masyarakat,
ibadah terbagi kepada :
a) Ibadah fardi, yaitu ibadah yang dapat
dilaksanakan secara perorangan, seperti
sholat dan puasa.
b)Ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang dilaksanakan
dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan
sosial kemasyarakatan, seperti zakat dan haji.
AD. 4; Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah
terbagi kepada :
• a) Ibadah yang terdiri dari atas perkataan atau ucapan
lidah seperti berdzikir, bertasbih, bertahmid, bertahlil,
bershalawat dan lain sebagainya.
• b) Ibadah yang sudah terinci perkataan dan
perbuatannya, seperti sholat, zakat, puasa dan haji.
• c) Ibadah yang tidak ditentukan teknik pelaksanaannya,
seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri,
mendirikan madrasah, masjid, rumah sakit dan sebagainya.
• d) Ibadah yang pelaksanaannya dalam bentuk menahan
diri, seperti puasa, ihram, i’tikaf.
• e) Ibadah yang sifatnya menggugurkan haq, seperti
membebaskan seseorang dari kewajiban membayar
hutangnya kepada kita, memaafkan kesalahan orang lain
kepada kita dan sebagainya.
• 4) Hubungan Niat dengan Pengamalan Ibadah
• Niat secara umum, berarti qashad (maksud,
kesengajaan, kesadaran) hati untuk melaksanakan
suatu perbuatan baik.
• Sedang niat secara khusus, berarti qashad hati untuk
melaksanakan amal (ibadah atau perbuatan baik
lainnya) yang bergandengan dengan amal itu.
• Jadi niat sholat adalah qashad hati yang bergandengan
dengan awal sholat.
• Niat puasa adalah qashad hati yang bergandengan
dengan awal puasa. Akan tetapi, berbeda dengan niat
untuk ibadah lainnya. Niat puasa dapat diqashadkan
pada malam hari _____ kapan saja _____ sejak dari
saat magrib sampai waktu menjelang fajar subuh.
• Niat amat berperan dalam memberi makna
dan hukum bagi pelaksanaan suatu amal
atau perbuatan. Ia adalah faktor penentu
bagi menetapkan suatu perbuatan baik.
Apakah ia termasuk ibadah atau tidak.
• Niat itulah yang membedakan antara adat
dan ibadat. Bahkan ibadah mahdhah pun
seperti sholat, puasa, zakat dan haji, jika
dilakukan tanpa berniat, maka hukumnya
terhitung tidak sah.
• Suatu perbuatan baik yang dilakukan misalnya
dalam bentuk memberi uang, pakaian dan
sebagainya, dengan niat beribadah.
Sedangkan perbuatan jahat, seperti mencuri,
membunuh, berjudi dan minum yang
memabukkan dan sebagainya, meskipun
dilakukan dengan niat ibadah, tidak akan
berubah menjadi ibadah.
• Sebaliknya suatu perbuatan baik yang dilakukan tidak
dengan niat beribadha, maka betapapun baiknya
perbuatan itu tidaklah terhitung sebagai ibadah.
Bahkan mungkin sekali perbuatan baik itu terkategori
maksiat yang berdosa.
• Misal dari perbuatan semacam itu cukup banyak.
Seorang cukong, misalnya menolong seorang gadis
cantik dengan cara memberinya uang, pakaian dan
perhiasan dan berbagai hadiah menarik lainnya dengan
niat setelah jinak akan dijadikan simpanan atau
menjualnya kepada bandot kaya yang hidung belang,
maka perbuatan baik semacam itu terhitung maksiat
dan mendapat dosa besar.
• Ringkasnya untuk semua ibadah, mahdhah
dan ammah, niat itu sangat menentukan.
Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam,
bersabda mengenai itu, sebagai berikut :
• “Innamal a’maalu binniiati wainnama likulim
riim maa nawa”.
• Artinya : “Segala perbuatan (akan sah)
menurut niatnya. Dan bagi setiap orang (akan
mendapat) apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari
Muslim dari Umar).
• 5) Pokok-pokok Ibadah
• Ibadah yang dimaksud disini adalah ibadah yang
telah dirumuskan dalam rukun Islam (Arkanul
Islam). Sedangkan arkanul Islam sendiri boleh
dikatakan akidah dan ibadah telah tercakup
semuanya yang unsur yang pertama adalah
Syahadatain, baru kemudian disusul dengan
ibadah-ibadah pokok lainnya.
• Pokok-pokok ibadah yang diwajibkan adalah
sholat lima waktu, zakat, puasa, dan naik haji
serta iabdah yang merupakan muthlaq lainnya
sebagai penyerta adalah ibadah bersuci
(Thaharah).
• Sebagai awal pembahasan dari pokok-pokok
ibadah ini terlebih dahulu diuraikan tentang :
• a) Thaharah yang meliputi pengertian,
macamnya, dasar hukum dan alat
thaharah.
• (1) Pengertian Thaharah
• Thaharah (suci) merupakan miftah (alat
pembuka) pintu memasuki ibadah sholat.
Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan
terbuka. Artinya tanpa thaharah, ibadah
sholat baik fardhu ataupun sunnat tidak sah.
• Thaharah secara lughawi (semantik) adalah
suci.
• Menurut istilah (terminologi) ahli fikih,
thaharah adalah : menghilangkan sesuatu
yang menjadi kendala bagi sahnya ibadah
tertentu. Kendala-kendala tersebut ada yang
sifat dan bendanya nyata sehingga dapat
diketahuiu melalui indra, seperti najis (benda-
benda najis). Tetapi ada juga yang sifatnya
abstrak (tidak nyata), seperti hadast-hadast.
• Benda-benda najis adalah kotoran-kotoran yang
wajib disucikan (dibersihkan) oleh setiap muslim,
jika benda itu mengenai badan, pakaian dan
tempat. Jika tidak, bukan saja badannya,
pakaiannya, lingkungannya tidak cusi (kotor)
melainkan juga sholat yang didirikan tidak sah.
• Diantara benda-benda najis itu adalah : nanah, air
kencing, air besar, air madzi, air liut anjing,
khamar, darah haid, darah nifas, darah istihadah
dan darah yang keluar dari badan (manusia dan
hewan), bangkai binatang darat yang berdarah,
kecuali bangkai manusia, anjing dan babi. Benda-
benda najis tersebut jika terkena badan, pakaian
dan tempat, wajib disucikan (dibersihkan).
• Adapun hadast adalah keadaan tidak suci.
Dengan kata lain, orang-orang yang tidak suci
dikatakan berhadast yang menyebabkannya
tidak boleh sholat, tawaf dan yang
semacamnya. Seorang muslim yang batal
wudhunya sudah berada dalam kondisi
berhadast. Jika ia segera berwudhu maka ia
suci kembali dan oleh karenanya ia boleh
sholat, tawaf dan amal lainnya yang
bersyaratkan wudhu.
• Hadast terbagi dua :
• (1) hadast kecil dan
• (2) hadast besar.
• -Hadast kecil terjadi karena kita batal wudhu, -
-sedang hadast besar muncul karena terjadi
sesuatu yang menyebabkannya, misal
berhubungan dengan isteri dan sebab lainnya
yang menyebabkan mandi.
• (2) Macam-macam Thaharah
• (a) Thaharah (bersuci) dari najis
• (b) Thaharah (bersuci dari hadats)
• Bersuci dari hadast dengan cara berwudhu,
tayamum dan mandi.
• (3) Dasar Hukum Thaharah dan Alat Thaharah
• Dasar hukum thaharah adalah :
• (a) Firman Allah yang berbunyi : “Wa inkuntum
junuban faththahharu“. Artinya : … jika kamu (dalam
keadaan junub) maka mandilah.
• (b) Hadist Rasul Shallallahu alaihi wasallam
“Miftahushsholat aththuhuut“. Artinya : Alat pembuka
(pintu) sholat adalah bersuci.
• Para ulama menjelaskan bahwa ayat di atas dan hadist
memberikan penegasan bahwa thaharah itu hukumnya
wajib, tidak saja bagi seorang muslim untuk mendirikan
sholat melainkan juga wajib dalam semua keadaan,
terutama bersuci dari najis dan hadast besar.
• Masalah alat thaharah itu, adalah : air dan tanah.
• (4) Cara membersihkan Najis
• Membersihkan najis sebagai berikut :
• (a) Najis Mukhaffah (enteng) seperti kencing
kanak-kanak laki-laki yang belum makan makanan
selain dari susu. Kaifiat membersihkannya
memadai memercikkan air atas benda itu
meskipun tidak mengalir.
• Adapun kencing kanak-kanak perempuan yang
belum makan selain susu, maka kaifiat
mencucinya hendaknya dibasuh sampai mengalir
air di atas benda yang kena najis itu dan hilang
zat najis dan sifat-sifatnya, seperti membersihkan
kencing orang dewasa.
• (b) Najis Mutawashshithah (pertengahan), yaitu najis
yang terbagi kepada dua bagian :
• - Najis hukmiah, yaitu yang kita yakini adanya tetapi
tidak ada zatnya, baunya, rasanya dan warnanya, seperti
kencing yang sudah lama kering, sehingga sifat-sifatnya
telah hilang, cara mencucinya cukup mengalirkan air di atas
benda yang kena najis itu.
• - Najis ainiyah, yaitu yang masih ada zat, warna, rasa
atau baunya; terkecuali warna atau bau yang sangat sukar
menghilangkannya, sifat ini dimaafkan. Cara mencuci najis
ini hendaklah dengan menghilangkan zat, rasa, warna, dan
baunya.

• (c) Najis mughallazhah (tebal) yaitu anjing. Cara


membersihkannya, hendaklah dibasuh tujuh kali, satu kali
daripadanya hendaklah airnya dicampur dengan tanah.
• (5) Istinja
• Apabila keluar kotoran daripada salah satu
dua pintu, wajib istinja dengan air atau
dengan tiga buah batu; yang lebih baik mula-
mula dengan batu atau sebagainya, kemudian
diikuti dengan air. Batu disini ialah tiap-tiap
yang keras, suci dan kasat, seperti kayu,
tembikar dan sebagainya (Fiqh Islam, H.
Sulaiman Rasyid). Adapun benda yang licin
seperti kaca, tidak syah buat istinja, karena
tidak dapat menghilangkan najis.
• Syarat istinja dengan batu dan yang seumpamanya,
hendaklah sebelum kotoran kering; dan kotoran itu
tidak mengenai tempat lain selain tempat keluarnya.
Jika kotoran itu sudah kering atau mengenai tempat
lain selain tempat keluarnya, maka tidak syah lagi
istinja dengan batu, tetapi wajib dengan air.
• Masalah istinja ini harus benar-benar diperhatikan
karena ia dalam rangka menghilangkan najis.
• Pernah diriwayatkan Rasul Allah Shallallahu alaihi
wasallam, melewati dua kubur, ketika itu beliau berkata
: “Kedua orang yang ada dalam kubur ini disiksa. Yang
seorang disiksa karena mengadu-adu orang dan yang
seorang lagi disiksa karena tidak mengistinja
kencingnya”.
• Untuk melengkapi masalah istinja ini, disini dinukilkan
tentang adab buang air, sebagai berikut :
• (a) Sunnat mendahulukan kaki kiri ketika masuk
kakus (WC) dan mendahulukan kaki kanan ketika
keluar. Karena sesuatu yang mulia hendaklah dimulai
dengan yang kanan, sebaliknya tiap-tiap yang hina
dimulai dengan yang kiri.
• (b) Janganlah berkata-kata selama dalam kakus, atau
membawa barang yang ada tulisan yang sifatnya
dzikrullah, karena apabila Rasul Allah Shallallahu alaihi
wasallam akan masuk kakus, beliau mencabut cincin
beliay yang berukir Muhammad Rasul Allah.
• (c) Hendaklah memakai sepatu atau terompah atau
seumpamanya, karena Rasul Allah Shallallahu alaihi
wasallam apabila masuk kakus beliau memakai sepatu.
• (d) Hendaklah jauh dari orang sehingga bau
kotoran tidak sampai kepadanya, supaya
jangan mengganggu orang itu.
• (e) Jangan buang air di air yang tenang,
kecuali air tenang itu besar seperti tebat.
• (f) Jangan buang air di lubang-lubang
tanah, karena kemungkinan ada binatang yang
akan mendapat kesakitan dalam lubang itu.
• (g) Jangan buang air di tempat perhentian,
karena mengganggu orang yang berhenti di
sana.
• Di atas telah diuraikan sebagai mukaddimah dari
pelaksanaan ibadah pokok yaitu Thaharah (bersuci),
sampailah uraian selanjutnya masalah ibadah pokok /
ibadah mahdhah : sholat, puasa, zakat, dan gaji, sebagai
berikut :
• a) Sholat
• Sholat secara etimologis, berarti do’a. Adapun sholat secara
terminologis, adalah perkataan dan perbuatan yang
dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan
takbir dan disudahi dengan salam. Sebagai rukun Islam
yang kedua sholat juga sebagai tiang agama (siapa yang
mendirikan sholat berarti ia mendirikan agama /
menegakkan agama dan siapa yang meninggalkan sholat ia
meruntuhkan agama). Sholat adalah sebagai amal yang
pertama-tama dihisab pada hari pembalasan. Sholat
sebagai ibadah yang langsung diterima Rasulullah sewaktu
peristiwa Isro dan Mi’raj.
• Sholat itu sebenarnya modal hidup bagi setiap
muslim / mukmin di dunia ini. Masalah sekarang
bagaimana memfungsikan shalat itu agar benar-
benar dapat berperan sebagai modal hidup ?
Bagaimana, agar dengan modal sholat itu, kita
dapat hidup lebih sejahtera, makmur dan bahagia
? Jawabnya terletak pada :
• (1) Sholat itu harus didirikan (dilaksanakan)
secara tetap dan baik. Dimaksud tetap dan baik
adalah tidak akan meninggalkannya dalam
kondisi, situasi serumit apapun dan dikerjakan
sesempurna-sempurnanya sesuai dengan contoh
dari Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam.
• (2) Shalat harus diamalkan dengan penu
kekhusyuan dan keikhlasan.
• (3) Sholat itu harus diamalkan dengan
memenuhi segala persyaratannya, seperti
wudhu yang sempurna, serta badan, pakaian
dan tempat yang bersih.
• (4) Pada waktu mendirikan sholat secara
berjama’ah, maka tata tertib sholat
berjama’ah dan tata cara do’a di dalam sholat
berjama’ah harus dilakukan setertib-tertibnya
sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam.
• b) Puasa
• Puasa dalam bahasa Arab disebut Shiam atau
Shaumu yang artinya menahan diri dari sesuatu.
Kedalam pengertian ini termasuk menahan diri
dari berbicara dengan orang lain. Kuda yang diam
dalam bahasa Arab disebut Sha’im (menahan).
Demikian juga angin yang dalam keadaan tenang
dan matahari yang sedang berada di titik
kulminasinya disebut shaum (menahan).
• Pengertian puasa menurut terminologi syar’i
adalah menahan hawa nafsu makan, minum dan
hubungan seksual sejak dari terbit fajar sampai
terbenam matahari.
• Secara hukum puasa itu ada yang wajib dan yang
sunnat, makruh dan haram. Puasa wajib adalah
puasa Ramadhan, puasa nazar, puasa mengkodho
dan puasa kifarat. Puasa sunnat banyak
macamnya : puasa 6 hari di bulan Syawal, puasa
Senin Kamis, puasa Arafah dan lainnya. Puasa
makruh ialah puasa setiap hari Jum’at saja, atau
pada hari Sabtu saja. Sedang puasa yang haram
adalah puasa pada dua Hari Raya dan pada Hari
Tasyrik yakni pada 11, 12, 13 Dzulhijjah.
• c) Zakat
• Secara bahasa zakat dapat berarti nama’ (tumbuh, subur,
tambah besar), Thaharah (suci), barakah (berkat) dan
tazkiyah (pembersihan, penyucian). Secara istilah
(terminologi syar’i) zakat berarti memberikan sesuatu yang
wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu kepada
golongan-golongan tertentu yang berhak menerimanya.
• Di dalam Al Qur’an terdapat istilah-istilah lain yang
mengandung pengertian zakat, diantara istilah itu adalah :
• (1) Shadaqah, seperti terlihat dalam QS. 9 At-Taubah :
103.
• (2) Nafaqah, seperti terlihat dalam QS. 9 At-Taubah : 34.
• (3) Haq, seperti terlihat dalam QS. Al-An’am : 161.
• (4) Afwu, seperti terlihat dalam QS. 7 Al-A’raf : 199.
• Akan tetapi di dalam masyarakat berkembang
pengertian yang sesungguhnya tidak salah, bahwa
zakat itu sedekah wajib. Sedangkan sedekah tanpa
kaitan dengan wajib adalah perbuatan menolong yang
hukumnya sunnat baikpun dengan harta, tenaga dan
lainnya.
• Sebagai ibadah wajib, zakat mempunyai manfaat ganda
yang dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan,
misalnya :
• (1) Dari segi hubungan manusia dengan Tuhannya.
• (2) Dari segi hubungan manusia dengan dirinya.
• (3) Dari segi hubungan manusia dengan
masyarakatnya.
• (4) Dari segi hubungan manusia dengan hartanya.
• Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima.
Oleh karena itu, setiap muslim yang memiliki
harta yang nisabnya sudah cukup dan haulnya
telah sampai wajib menunaikan zakat
hartanya itu. Dasar hukum wajibnya tersebut,
terdapat juga dalam forman Allah dalam Al
Qur’an surah Al Baqarah ayat 43 :
• Artinya : “Dan dirikanlah sholat dan
tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama-sama
orang ruku“.
• Sebagai salah satu ibadah yang tergolong Maliyah,
maka tujuan zakat tidak berbeda dari tujuan ibadah
pada umumnya. Setiap muslim yang menunaikan zakat
harus mempunyai satu tujuan, yaitu beribadah,
mendekatkan diri dengan keikhlasan yang penuh
kepada-Nya. Jika pun ada maksud lain dalam berzakat
itu maksud tersebut tidak boleh kecuali mencari
keridhaan Allah.
• Di dalam ibadah zakat, karena akan diberikan kepada
manusia, terkandung jua tujuan duniawi yang tidak
salah, yaitu mendapat keridhaan manusia. Memang di
dalam ajaran agama Islam dan pengamalan Islami tidak
pernah dapat terpisahkan secara muthlaq antara
tujuan-tujuan duniawi dan ukhrawi.
• Akan tetapi, tujuan beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah serta mendambakan keridhaan-
Nya adalah tujuan yang tertinggi yang dengannya
tercapai tujuan duniawi. Oleh karena itu setiap
muslim, ketika menunaikan zakatnya, tidak perlu
terselip di dalam hatinya tujuan-tujuan lain. Ia
harus membulatkan tekad dan meluruskan hati,
bahwa menunaikan zakat ini semata-mata dalam
rangka beribadah, mendekatkan diri kepada Allah
dan mengharap ridho-Nya.
• Berpijak kepada hal manfaat dan tujuan zakat,
maka zakat sebagai kewajiban agama yang
bersifat kemasyarakatan harus benar-benar
dipahami. Artinya zakat tidak asal ditunaikan,
melainkan harus menggunakan ilmu
pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya.
Zakat harus mampu memberantas kemiskinan
dan menciptakan kemakmuran. Zakat juga
mampu menjembatani hubungan
persaudaraan si kaya dan si miskin.
• Zakat harus mampu merubah kehidupan ummat yang
tadinya penerima zakat menjadi pemberi zakat (Muzakki).
Dengan begitu cara pelaksanaan zakat yang sifatnya
tradisional perlu diadakan perubahan. Sistem tradisional,
pelaksanaan langsung, diam-diam kurang dapat mencapai
tujuan. Zakat hendaknya dikumpulkan dan didayagunakan
dengan memperhatikan kondisi si penerima zakat, agar
tidak berkepanjangan hidup dalam kemiskinan.
• Setelah merenungkan dan memahami makna, hikmah dan
tujuan zakat, disamping memang suatu kewajiban bagi
muzakki untuk menunaikannya. Tetapi yang tak kalah
pentingnya adalah semangat, kegairahan berzakat dalam
rangka mensucikan harta, diri dan sekaligus rasa senang
untuk menolong orang lain sangat perlu dilestarikan dan
dikembangkan di masyarakat.
• Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq) ada 8
(delapan) golongan, yaitu :

• (1) Faqir, dalam persoalan zakat ialah orang yang tidak


mempunyai barang yang berharga dan tidak mempunyai kekayaan
dan usaha, sehingga dia sangat perlu ditolong keperluannya.
• (2) Miskin, dalam persoalan zakat ialah orang yang mempunyai
barang yang berharga atau pekerjaan yang dapat menutup sebagian
hajatnya akan tetapi tidak mencukupinya, seperti orang
memerlukan sepuluh dirham tapi hanya memiliki tujuh dirham saja.
• (jadi dengan kaidah di atas, bahwa faqir itu lebih parah dari pada
miskin)
• (3) Amil, ialah orang yang ditunjuk untuk mengumpulkan zakat,
menyimpannya, membaginya kepada yang berhak dan mengerjakan
pembukuannya.
• (4) Muallaf, ini terbagi kepada 4 (empat), yaitu :
• (a) Muallaf muslim ialah orang yang sudah masuk Islam tapi
niatnya atau imannya masih lemah, maka diperkuat dengan diberi
zakat.
• (b) Orang yang telah masuk Islam dan niatnya cukup kuat dan ia
terkemuka di kalangan kaumnya. Ia diberi zakat dengan harapan
kawan-kawannya akan tertarik masuk Islam.
• (c) Muallaf yang dapat membendung kejahatan orang kafir yang
disampingnya.
• (d) Muallaf yang dapat membendung kejahatan orang yang
membangkang membayar zakat.
• Muallaf ketiga dan keempat, diberi zakat sekiranya diperlukan,
misalnya karena mereka kita beri zakat, maka tidak usah
menyediakan angkatan bersenjata guna menghadapi kaum kafir
atau pembangkang zakat yang biayapun akan lebih besar. Adapun
golongan pertama dan kedua kita beri zakat tanpa syarat.
• (5) Riqab, artinya mukatab ialah budak belian yang
diberi kebebasan usaha mengumpulkan kekayaan agar
ia dapat menebus dirinya untuk merdeka.
• (6) Gharim, masalah gharim ini ada tiga macam,
yaitu :
• (a) Orang yang meminjam guna keperluan
menghindarkan fitnah atau mendamaikan pertikaian /
permusuhan.
• (b) Orang yang meminjam guna keperluan diri
sendiri atau keluarganya untuk hajat yang mubah.
• (c) Orang yang meminjam karena tanggungan,
misalnya para pengurus masjid, madrasah atau
pesantren menanggung pinjaman guna keperluan
masjid, madrasah atau pesantren itu.
• (7) Sabilillah,
• ialah jalan yang dapat menyampaikan sesuatu karena ridha
Allah baik berupa ilmu maupun amal.
• Jumhur ulama mengartikan Sabilillah disini dengan perang.
Bagian dari zakat untuk Sabilillah itu diberikan kepada
Angkatan Bersenjata yang lillahi ta’ala, artinya tidak
mendapat gaji dari pemerintah. Pada zaman ini yang paling
penting bagian Sabilillah itu ialah guna membiayai para
muballig Islam dan mengirim mereka ke negara-negara non
Islam guna penyiaran agama Islam oleh lembaga-lembaga
Islam yang cukup teratur dan terorgaisasi.
• Termasuk Sabilillah ialah
- nafkah para guru-guru sekolah yang mengajarkan ilmu
syari’at dan ilmu-ilmu lainnya yang diperlukan oleh
masyarakat…
• (8) Ibnu Sabil, ialah mereka kehabisan biaya dalam
perjalanan baik karena tidak mencukupi, karena kehilangan
atau diramoas.
• Selanjutnya sampailah kepada uraian tentang macam-
macam zakat. Dalam garis besarnya zakat itu hanya terbagi
dua, yaitu :
• (1) Zakat al-mal, misalnya emas, perak, hewan ternak,
hasil tumbuh-tumbuhan (termasuk biji-bijian) harta
perniagaan.
• (2) Zakat an-nafs (zakat diri) dalam masyarakat Indonesia
populer dengan istilah zakat fitrah, yaitu zakat diri yang
wajib ditunaikan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan.
• Untuk lebih terperinci masalah macamnya zakat, haul,
nisab, kadar zakat bisa dilihat dalam lampiran (Tabel Zakat).
• d) Haji
• Secara bahasa Al-Hajju berarti menyengaja atau menuju atau
mengunjungi. Secara istilah Al-Hajju berarti mengunjung Ka’bah untuk
beribadah kepada Allah dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta
beberapa kewajiban tertentu dan melaksanakannya dalam waktu tertentu.
• Haji adalah rukun Islam yang kelima, oleh karenanya wajib dilaksanakan
oleh setiap muslim yang mampu. Orang yang mengingkari hukum
wajibnya adalah kufur dan murtad dari agama Islam.
• Sedangkan umroh artinya berziarah, secara istilah berziarah mengunjungi
Ka’bah untuk beribadah kepada Allah dengan syarat dan rukun tertentu
dan wajib-wajibnya. Tetapi berbeda dengan ibadah haji, karena umrah
boleh dilaksanakan sepanjang tahun, baik di musim haji atau di luar
musim haji.
• Kembali kepada persoalan haji, bahwa haji itu dilaksanakan bagi orang
Islam yang mampu / kuasa (Istitho’ah), sebagaimana firman Allah dalam Al
Qur’an surah Al-Haj 27 :
• Artinya : “Siarkanlah (khabar) diantara manusia tentang (wajib) Haji” (QS.
Al-Haj : 27).
• Firman Allah lagi dalam Al Qur’an pada surah Ali
Imran 97 :
• 37
• Artinya : “Karena Allah, wajib atas manusia
mengerjakan haji ke Baitullah (yaitu) siapa yang
mampu pergi ke sana” (QS. Ali Imran : 97).
• Berdasarkan dua ayat Al Qur’an tersebut
nyatalah, bahwa haji itu diwajibkan oleh Allah
atas kita, dan wajibnya adalah atas orang yang
mampu pergi kesana itu tentulah orang cukup
belanja dan sehat badan.
• Istilah mampu (istitho’ah) disini para ulama menafsirkannya dengan
membagi pada 4 (empat) kategori, sebagai berikut :
• (1) Sehat badannya. Jika ia tidak sanggup menunaikan haji disebabkan
tua, cacat, atau karena sakit yang tidak dapat diharapkan sembuhnya,
hendaklah diwakilkan kepada orang lain, jika ia mempunyai harta. Jika
tidak mempunyai harta, tetapi mempunyai anak yang patuh dan mampu
melakukan haji untuknya, ia wajib memerintah anak itu untuk
melakukannya.
• (2) Tersedianya bekal untuk perjalanan pergi dan kembali serta selama
berada di tanah suci.
• (3) Tersedianya kendaraan, baik dengan memiliki ataupun menyewa
dengan harga dan sewa yang pantas.
• (4) Aman di perjalanan, artinya tidak ada ancaman yang berarti
terhadap jiwa, kehormatan dan harta. Khusus untuk perempuan,
diperlukan orang yang mendampinginya : suami, mahram, atau beberapa
perempuan lainnya. Namun bila perjalanan betul-betul aman, perempuan
pun dibenarkan berhaji tanpa teman.
• (5) Memungkinkan melakukan perjalanan : artinya setelah seorang
mendapatkan biaya, masih tersedia cukup waktu untuk melakukan
perjalanan haji.
• Adapun wajib haji itu sekali saja, dengan dalil dari Sabda
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam :
• “Alhajju marrotan, faman zaada fahuwa tathawwu’un“.
• Artinya : “Haji itu (wajib) sekali saja; dan barang siapa
tambah, maka yaitu jadi sunat” (H.S.R. Ahmad).
• Mengingat wajib haji itu hanya sekali seumur hidup bagi
orang mampu dan sunnat saja beribadah haji dalam
beberapa kali. Maka kiranya, seyogialah bagi kita yang
mampu / kaya mencukupkan naik haji itu sekali saja, kecuali
dengan dalih ingin membawa isteri, anak perempuan dan
orang tua yang masih belum haji. Karena apa masih banyak
kewajiban-kewajiban kita dalam hal urusna ummat, seperti
mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan dan lain-lainnya.
• Pelaksanaan ibadah haji dapat dilakukan dengan
salah satu dari tiga cara, ialah :
• 38
• (1) Ifrad ialah mengerjakan haji lebih dahulu,
baru mengerjakan umrah. Cara ini tidak wajib
membayar dam.
• (2) Tamattu, ialah mengerjakan umrah lebih
dahulu, baru mengerjakan haji. Cara ini wajib
membayar dam nusuk (ibadah). Bagi jamaah haji
Indonesia kebanyakan menggunakan cara ini.
• (3) Qiran, ialah mengerjakan haji dan umrah di
dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus.
Cara ini juga wajib membayar dam nusuk
(ibadah).
• Bagi jama’ah yang memgambil Haji Ifrad dan
Haji Qiran disunnatkan mengerjakan tawaf
Qudum. Tawaf Qudum bukan tawaf umrah
dan bukan tawaf haji. Tawaf qudum ini boleh
disambung dengan sa’i dan boleh tidak. Tetapi
apabila disambung dengan sa’i, maka sa’inya
sudah termasuk sa’i haji. Oleh sebab itu,
waktu tawaf ifadah dia tidak perlu lagi
melakukan sa’i.
• Dalam melaksanakan ibadah haji, haruslah
betul-betul Lillahi Ta’ala. Artinya bukan karena
yang lain, seperti ingin menambah nama di
depannya dengan sebutan haji atau hajjah
atau ingin merobah songkok hitam menjadi
putih dan bisa pakai surban atau ingin
berdagang / pelesiran. Tetapi harus benar-
benar karena Allah.
• Sebagaimana kita ketahui dalam syari’at Islam 2 (dua)
bentuk hubungan, yaitu ibadah dan muamalah yang
bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah. Adapun
muamalah yang dimaksud adalah hubungan antara
manusia dengan manusia dan manusia dengan alam
sekitarnya. Inilah yang disebut dengan kemasyarakatan.
• Sehubungan dengan muamalah itu, Islam telah mempunyai
konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,
kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian, sosial politik
dan lain sebagainya yang erat hubungannya dengan
pergaulan dan hubungan antar manusia.
• Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa ajaran Islam itu lengkap, tinggi,
sempurna, integral dan universal dan mampu memecahkan
segala persoalan hidup sehingga Islam sebagai way of life
(pandangan hidup).
• Oleh karena itu barang siapa yang memilih
agama selain dari agama Islam, sungguh dia
rugi dunia dan akhirat. Dan rugi di negeri
akhirat adalah rugi yang paling besar atau rugi
yang sebenar rugi, karena tempat kediaman
adalah api neraka.
• c. Akhlak
• Dalam pembahasan masalah akhlak ini, kita mencoba
menguraikan mulai dari pengertian akhlak, tujuan
akhlak, dasar-dasar akhlak dan akhlak mahmudah serta
akhlak madzmuumah, sebagai berikut :
• 1) Pengertian Akhlak
• Akhlak, jama’ dari pada khuluq artinya perangai, tabiat,
rasa malu dan adat kebiasaan. Secara definisi ada
berbagai pendapat.
• a) Ibnu Maskawaih
• Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong
(mengajak) untuk melakukan perbuatan-perbuatan,
tanpa dipikir dan dipertimbangkan lebih dahulu.
• b) Imam Al-Gazali
• Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa daripadanya
lahirlah perbuatan-perbuatan yang mudah dan gampang
tanpa perlu dipikirkan dan dipertimbangkan lagi.
Selanjutnya Imam Gazali mengatakan : Apabila sifat itu
sekiranya melahirkan perbuatan baik dan terpuji menurut
akal dan syara’ itu dinamakan akhlak yang baik. Dan apabila
menimbulkan perbuatan-perbuatan tercela, sifat yang
menjadi sumbernya dinamakan akhlak yang buruk. Disini
ada 4 faktor yang harus diketahui :
• - Perbuatan baik dan buruk
• - Kriterianya
• - Mengetahuinya
• - Sifat yang cenderung kepada satu dari dua hal yang
berbeda dan menyukai salah satu diantara keduanya,
adakalanya itu kebaikan atau keburukan.
• c) Drs. H. Abu Ahmadi
• Akhlak ialah kualitas tingkah laku, ucapan, dan
sikap seseorang yang punya nilai utama dan
hina atau nilai tinggi dan rendah.
• (Dalam kata lain halus kasarnya perasaan yang
tercermin pada tutur kata dan sikap
seseorang).
• Apabila seorang mukmin kurang
memperhatikan perilakunya, terutama dalam
bergaul dengan kelompok masyarakat lain
akan berakibat kesan negatif terhadap
Islamnya.
• Iman dan akhlak sangat erat hubungannya.
Ukuran iman dan ibadah itu yang hanya dapat
menyaksikan hanyalah intern umat Islam
sendiri, sedangkan akhlak oleh siapa saja.
• 2) Tujuan Akhlak
• Tujuan akhlak adalah agar manusia dapat menjadi baik
dan terbiasa dengan pada yang baik itu. Baik akhlaknya
dapat mempermudah membiasakan kebaikan-kebaikan
yang lain. Secara terperinci tujuan akhlak sebagai
berikut :
• a) Untuk dapat menghormat Allah dengan
semestinya. Hal ini terangkum pada pengertian Ihsan,
Sabda Rasul Allah :
• “Al-ihsaanu anta’budallaha kaanaka taraahu, faillam
takun taroohu fainnahu yarooka“.
• Artinya : “Ihsan itu bahwa engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat Dia, maka bilamana
tidak, Dia melihatmu” (HR. Muslim)
• b) Meniru perilaku Rasul Allah Shallallahu alaihi
wasallam. Sebab Rasul Allah adalah suri teladan utama.
• “Kaana Rasulullah Shallallahu alaihi wassallama
ahsanannaasi khuluqun“.
• Artinya : “Adalah Rasul Allah Shallallahu alaihi wassallam
itu sebaik-baik manusia budi pekertinya” (HR. Bukhari
Muslim).
• c) Memperbaiki akhlak sangat menentukan beratnya
timbangan amal baik. Lantaran akhlak baik / bagus dapat
menentukan bobot amal baik (mizan). Sabda Rasul Allah
Shallallahu alaihi wasallam :
“Maamin syaiin filmiizaani atsqolu min khusnul khuluqi“
• Artinya : “Tak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya
daripada kebaikan budi pekerti” (HR. Abu Daud).
• d) Sebagai konsekuensi kelengkapan
potensi fisik dan moral. Hal ini sesuai dengan
isi do’a yang selalu dibaca oleh Nabi
Shallallahu alaihi wasallam yang artinya
sebagai berikut :
• “Ya Allah Tuhan kami, sebagaimana Engkau
telah baguskan kejadian kami, maka
baguskanlah perangai kami“.
• e) Mengurangi, meniadakan perangai
buruk. Karena perangai / akhlak yang buruk
sangat merugikan baik diri sendiri, keluarga
atau masyarakat.
• 3) Dasar-dasar Akhlak
• Mendidik akhlak hampir setiap orang dapat
melakukan. Apalagi jika diidentikkan dengan istilah
morality. Melatih membiasakan dan mendidik akhlak
sama halnya dengan mendidik (mengajarkan) ilmu
yang lain.
• Hanya saja menemukan dasar-dasar moral (akhlak)
tidaklah mudah. Ahli pendidikan dari Barat
mengatakan : mengajar moral itu mudah, tetapi
menemukan dasar-dasar moral adalah sangat sulit (to
teach a morality is easy, but to find foundation of
morality is hard). Bagi orang Islam tidaklah sulit sebab
pedoman hidup orang Islam adalah Al Qur’an dan di
dalam Al Qur’an segala-gala ada. Bahkan akhlak
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah Al Qur’an.
• Jadi akhlak Nabi Shallallahu alaihi wassallam
adalah manifestasi dari keseluruhan isi Al Qur’an,
karena fondasinya Al Qur’an. Karena akhlak Nabi
Shallallahu alaihi wasallam adalah manifestasi
dari kandungan Al Qur’an, maka derajat akhlak
Nabi dapat mencapai tingkatan tertinggi.
• Firman Allah Subhanahu Wata’ala :
• “Wa innaka la’alaa khuluqin a’dhiimin“.
• Artinya : “Sesungguhnya kami benar-benar
berbudi pekerti yang agung“.
• Dengan 2 (dua) alasan di atas maka dasar
akhlak bagi kita ummat Islam, berupa :
• a) Al Qur’an Karim
• b) Perbuatan, pernyataan dan ucapan
Nabi Shallallahu alaihi wasallam.(Hadits}
• Adapun produk-produk yang mendasari
akhlak sebagai berikut :
• Adapun produk-produk yang mendasari akhlak sebagai berikut :
• a) Firman Allah
• Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiamat dan dia banyak
menyebut Allah” (Al-Ahzab : 21).
• b) Dalam ucapan tutur kata (keteladanan) Rasul diterangkan
juga dalam Al Qur’an ayat 6 surah Al-Mumtahanah :
• Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian ma’af lebih baik
daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
perasaan si penerima, Allah Maha Kaya lagi Penyantun” (Al-
Baqarah : 263).
• c) Tiap kepala keluarga (orang harus mendidik akhlak anak-
anaknya), sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam :“Akrimuu
aulaadakum waahsinuu aadaabahum“
• Artinya : “Muliakan anak-anakmu semua dengan menjadikan baik
adab (sopan santun) mereka” (R. Anas).
• d) Dasar bersikap
• Firman Allah :
• Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia, (karena sombong) dan
janganlah kamu kerjakan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang membanggakan dirinya” (QS.
Luqman : 18).
• e) Dasar sifat amanah
• Firman Allah :
• Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya” (QS. Annisa : 58).
• d. Al-Akhlaqul Mahmudah dan Al-Akhlaqul Madzmuumah
• Dalam menguraikan tentang Akhlaqul Mahmudah dan Akhlaqul
Madzmuumah ini, dimulai dengan pembicaraan :
• 1) Akhlaqul Mahmudah, diantaranya adalah :
a) Ash-Shidqatu (Ash-Shiddiq) artinya jujur
dan benar
• Jujur atau benar adalah alat untuk mencapai keselamatan dan
keberuntungan serta kebahagiaan. Dengan jujur dan benar orang akan
memperoleh popularitas, selalu dipercaya, dijadikan teladan
• bagi orang lain, banyak teman dan sahabat, perintahnya selalu diturut dan
segala perkataannya tidak sia-sia. Semua orang akan senang dan puas
berhadapan dan bergaul dengan orang jujur, sebab mereka tidak khawatir
akan dikhianati, dizhalimi dan terpedaya.
• Dengan jujur orang akan menempuh kehidupan dengan selamat, sahabat
yang baik adalah kejujuran, sebab ia berdaya membawa kita kepada
kebahagiaan.
• Karena itu wajiblah berikhtiar agar memiliki sifat jujur, jangan mencoba
untuk berdusta, sebab jujur suatu jalan menuju syurga, sedangkan dusta
adalah suatu sebab menjerumuskan kepada neraka.
• b) Ash-Shabru (Shobar) artinya sabar
• Keadaan yang terjadi di dunia ini terbagi dua, yaitu : yang
menyenangkan sesuai keinginan kita dan yang kedua yang
menyakitkan yaitu yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Dan
yang kedua inilah tempatnya bersabar diri.
• Secara negatif disebut tahan menderita, secara positif disebut
berhati-hati atau selektif dalam bertindak, sebelum bertindak
segala akibatnya difikirkan lebih dahulu.
• Kebahagiaan, keuntungan, keselamatan, hanya dapat dicapai
dengan usaha secara tekun, terus menerus dengan penuh
kesabaran, keteguhan hati, sebab sabar adalah asas untuk
melakukan segala usaha, tiang untuk mencapai segala cita.
• Sabar bukan berarti menyerah tanpa syarat, tetapi sabar adalah
terus berusaha dengan hati yang tetap, berikhtiar, sampai cita-cita
dapat berhasil dan di kala menerima cobaan dari Allah Subhanahu
Wata’ala, wajiblah ridha dan hati yang ikhlas.
• Sabar dalam beribadah kepada Allah Subhanahu
Wata’ala, melalui tiga tahapan, yaitu :
• Tahap pertama, sabar sebelum beribadat, dengan
niat yang benar, ikhlas, tidak ingin dipuji orang.
• Tahap kedua, sabar ketika beramal, tidak lupa
kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sempurna
adab dan caranya dari awal sampai akhir.
• Tahap ketiga, sabar sesudah selesai beramal,
tidak riya, tidak ingin dipuji, menjauhi segala
sesuatu yang akan menghapuskan nilai amal.
• c) Al-Ihsaan (berbuat baik)
• Ihsaan adalah berbuat baik dalam ketaatan terhadap Allah, baik dari
jumlah perbuatan, seperti mengerjakan yang sunnat. Di dalam
hadist, Ihsan itu, sembahlah akan Allah seakan-akan melihat Dia,
jika anda tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihat anda..
Kita wajib yakin, bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
• d) Al-Amaanatu (Amanah) = dapat dipercaya
• Seorang mukmin hendaklah selalu berlaku amanah, jujur dengan
anugerah Allah Subhanahu Wata’ala kepada dirinya, menjaga
anggota jasmaniah dan rohaniah (lahir dan batin) dari maksiat serta
mengerjakan perintah Allah dengan sempurna, dimana pada
gilirannya nanti baik kawan atau lawan akan menghormati dan
menghargai, menaruh respect dan simpati yang baik.
• Hartawan hendaklah menyampaikan / memberikan hak kepada
orang lain dari harta yang kita miliki, pemimpin hendaklah berbuat
dan bertindak sesuai dengan tugas kewajiban yang diamanahkan.
• e) Al-Khairu (Khair) = kebaikan (baik)
• Dalam hidup ini kita tidak saja disuruh berbuat baik sesama
manusia, tetapi juga terhadap makhluk lain ciptaan Allah seperti
binatang, tumbuh-tumbuhan, lingkungan sekeliling. Sebab setiap
kebaikan, walaupun kecil, Allah akan membalas dengan seadil-
adilnya.
• Sudah barang tentu tidak layak kita hanya pandai menyuruh orang
berbuat kebaikan, sedangkan kita tidak mengerjakannya. Oleh
karena itu mulailah dengan diri kita lebih dahulu.
• f) Al-Khusyuu’u artinya pemusatan tujuan dengan tekun
• Khusyu dalam perkataan, jika ibadat yang berpola perkataan,
hendaklah dibaca dengan baik dan benar dan tertuju kepada Allah
semata, tekun sambil menunjukkan diri dan pemusatan tujuan yang
terbit dari hati.
• Mengerjakan ibadah dengan merendahkan diri, menunjukkan
perasaan hati, tekun dan tetap senantiasa bertasbih, bertahmid,
bertakbir dan bertahlil memuji-muji Allah, hati tertuju kepada-Nya.
Lebih khusus lahi dalam sholat.
• g) Al-Aliefah artinya disenangi
• Hidup dalam masyarakat yang beraneka ragam, memang tidak
mudah, sebab anggota-anggota
• masyarakat itu, bermacam-macam sifat, watak, kebiasaan dan
kesenangan yang berbeda satu sama lain.
• Orang yang bijaksana tentu dalam menyelami aspirasi / kehendak
yang hidup di tengah masyarakat. Peka dan menaruh perhatian
kepada segenap situasi dan senantiasa mengikuti setiap fakta dan
keadaan yang selalu berubah.
• Pandai mendudukkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya,
bijaksana dalam sikap dan tindak, perkataan dan perbuatan. Pribadi
yang demikian akan disenangi oleh anggota masyarakat.
• h) Al-Afwu artinya pema’af
• Manusia ini tidak sunyi dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena
itu jika ada orang yang berbuat kekhilafan dengan kita. Hendaklah
kita lemah lembut menyikapinya dan terus memberikan maaf atas
kekhilafannya.
• i) Annisatun (Aniesah) artinya manis muka
• Bermanis muka adalah tuntunan agama. Bersikap bijaksana dalam
menghadapi isu miring / negatif, menerima berita fitnah yang
menjelekkan nama baik, hendkalah disambut dengan senyum dan
bermuka manis. Banyak orang pandai mempunyai sikap bermanis muka,
sehingga selalu memperoleh sukses dan mencapai kemenangan dalam
diplomasi.
• j) Adh-Dhiyaafah artinya menghormati tamu
• Tamu adalah orang yang datang ke rumah kita, baik datang dari dekat
maupun dari jauh. Dengan bertamu bertambah rapatlah rasa
persaudaraan dan menyambung silaturahmi. Menghormati tamu adalah
ciri orang yang benar-benar beriman kepada Allah. Termasuk dalam arti
menghormati tamu adalah menyediakan makan minum dan tempat tidur
selama tiga malam jika ia bermalam (maksudnya tiga hari tiga malam).
• k) Al-Hayaa’u artinya perasaan malu
• Perasaan malu jika melakukan perbuatan pelanggaran agama, khususnya
malu kepada Allah.. Orang yang mempunyai sifat ini terhindar dari
perbuatan yang hina. Karena setiap ingin berbuat yang menyimpang, ia
ingat Allah dan malu kepada Allah.
• l) Al-Hukmu bil Adli artinya menghukum dengan adil
• Adil dalam setiap sikap, artinya memberi hak kepada yang mempunyai. Adil
terhadap sesama manusia dalam perkataan dan perbutan, adil dalam hal
memutuskan hukum. Menegakkan keadilan harus tegas, berani, teguh pendirian
dan konsekuen menjalankan kebenaran karena Allah semata-mata.
• Adil adalah sikap tegak lurus, tanpa memihak ke kanan dan ke kiri. Tanpa
memandang hubungan famili dan teman karib.
• Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam, pernah bersabda : “Jika sekiranya anakku
Fathimah puteriku mencuri, maka akan saya potong tangannya”.
• m) Al-Ikhoo’u artinya persaudaraan
• Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah persaudaraan. Maka perbaikilah
hubungan sesama mukmin dengan sebaik-baiknya. Persaudaraan Islam tidak
terbatas pada kebangsaan, kesukuan, tetapi sifatnya universal (menyeluruh).
Apabila mengaku beriman kepada Allah dan melaksanakan ajaran Islam, maka
kedudukan adalah sama. Apakah kaya atau miskin, berpangkat, rakyat biasa, kulit
hitam atau kulit putih adalah sama pada sisi Allah. Tidak kelebihan satu sama lain,
kecuali taqwanya.
• Demikian hendaknya di setiap dada seorang mukmin terpatri rasa persaudaraan,
solidaritas terhadap yang lain. Senang sama tertawa, susah sama menangis.
Persaudaraan yang hakiki adalah yang terbit dari perasaan, satu Tuhan, satu Rasul,
satu kiblat dan satu Kitab Suci.
• D. ISLAM DAN KESEHATAN
• 1. Pengertian Kesehatan dan Sumber Kesehatan
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa kesehatan
itu artinya keadaan (hal) sehat, kebaikan keadaan (badannya
dsbnya). Kesehatan berasal dari kata sehat yang salah satu artinya
adalah baik seluruh badan dan bagian-bagiannya (bebas dari
sakit).1
• Drs. Kaelany HD, MA dalam bukunya Islam dan Aspek-aspek
Kemasyarakatan, bab Prinsip Islam dalam Masalah Kesehatan,
mengatakan,
“ kesehatan itu berasal dari kata sehat yang ditransfer dari bahasa
Arab “Suhhah” artinya sehat, tidak sakit, selamat.
# Pengertian baku dapat dilihat dari rumusan WHO yang menyatakan
bahwa sehat itu adalah
“keadaan fisik, mental dan sosial yang baik, tidak saja karena
tidak ada penyakit dan cacat.2
• Berdasarkan rumusan diatas, dapat ditarik
satu kesimpulan betapa indah dan dalamnya
pengertian sehat itu, ia mencakup berbagai
aspek, seperti fisik, mental, sosial, tidak cacat
dan tidak mengidap penyakit.
• Dari pengertian itu juga, kita tahu bahwa arti
sakit adalah lawan dari sehat, yaitu gangguan
fisik, mental, sosial serta penyakit dan
kecacatan.
• Adalagi pendapat, kata sehat digandeng
dengan kata afiat, sehingga menjadi sehat wal
afiat. Ini artinya “ sehat jasmani dan rohani.
Sehat berhubungan dengan fisik / jasmani
(raga) sedangkan afiat berhubungan dengan
segala bentuk perlindungan Allah kepada
hamba-Nya dari segala musibah, bencana dan
tipu daya. Jadi
• Menurut MUI dalam putusannya tahun 1983,
merumuskan tentang kesehatan itu, adalah
“ ketahanan jasmaniah dan ruhaniah, serta
sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia
Allah yang wajib untuk disyukuri dengan
mengamalkan, memelihara dan
mengembangkannya.3
• Selanjutnya berbicara tentang masalah sumber
kesehatan para pakar kesehatan, tidak berbeda
dengan pandangan ajaran Islam, yaitu
kebersihan, bahkan Islam sejak awal
menegaskannya. Kebersihan adalah faktor utama
dan agama Islam mempertegas bahwa
kebersihan sebagian dari iman.
• Jadi jelaslah dapat diambil kesimpulan
• “ kebersihan adalah pangkal kesehatan dan
kekotoran adalah sumber penyakit.
Mengutamakan kebersihan adalah tindakan
preventif, agar terhindar dari segala penyakit
yang diakibatkan karena kotor.
• 2. Hubungan Kesehatan dan Agama
• Hubungan kesehatan dan agama sangat jelas
sekali, artinya agama juga berbicara tentang
kesehatan. Islam adalah sebagai agama yang
ajaran adalah menyangkut masalah duniawi dan
ukhrowi. Tidak hanya terbatas pada hubungan
vertikal (antara hamba dengan Allah) tetapi juga
hubungan horizontal. Dengan demikian Islam
adalah satu-satunya agama yang juga berbicara
masalah politik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, termasuk juga masalah
kedokteran, pengobatan dan kesehatan
masyarakat. Pada saat ini disebut dengan istilah
At-Tibbul Wiqo’i.
• sebagai berikut :
• Sanitation and personal hygiene (kesehatan lingkungan dan
kesehatan perorangan) meliputi kebersihan badan, tangan, gigi,
kuku dan rambut. Demikian juga kebersihan lingkungan, jalan,
rumah, tata kota, saluran irigasi, sumur serta tebing-tebingnya.
• Epidemiologi (preventif penyakit menular). Cara ini melalui
karantina, preventif kesehatan, tidak memasuki daerah yang
terjangkit wabah penyakit, tidak lari dari tempat itu, mencuci
tangan sebelum menjenguk orang sakit dan sesudahnya, berobat ke
dokter dan mengikuti semua petunjuk preventif dan terapinya.
• Memerangi binatang melata, serangga dan hewan yang menularkan
penyakit kepada orang lain. Oleh karena itu diperintahkan untuk
membunuh tikus, kalajengking dan musang serta membunuh
serangga yang berbahaya seperti cecak, kutu, lalat serta
diperintahkan untuk membunuh anjing liar dan anjing gila.
Sedangkan babi mutlak masuk kategori binatang yang haram.
• Nutrition (kesehatan makanan)
• Adapun masalah-masalah pokok yang terkandung dalam syari’at
Islam tentang kesehatan, sebagai berikut :
• Sanitation and personal hygiene (kesehatan lingkungan dan
kesehatan perorangan) meliputi kebersihan badan, tangan, gigi,
kuku dan rambut. Demikian juga kebersihan lingkungan, jalan,
rumah, tata kota, saluran irigasi, sumur serta tebing-tebingnya.
• Epidemiologi (preventif penyakit menular). Cara ini melalui
karantina, preventif kesehatan, tidak memasuki daerah yang
terjangkit wabah penyakit, tidak lari dari tempat itu, mencuci
tangan sebelum menjenguk orang sakit dan sesudahnya, berobat ke
dokter dan mengikuti semua petunjuk preventif dan terapinya.
• Memerangi binatang melata, serangga dan hewan yang menularkan
penyakit kepada orang lain. Oleh karena itu diperintahkan untuk
membunuh tikus, kalajengking dan musang serta membunuh
serangga yang berbahaya seperti cecak, kutu, lalat serta
diperintahkan untuk membunuh anjing liar dan anjing gila.
Sedangkan babi mutlak masuk kategori binatang yang haram.
• Nutrition (kesehatan makanan)
• Nutrition (kesehatan makanan)
• Masalah ini terbagi kepada tiga bagian, yaitu :
• 1) Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti
tumbuh-tumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu
yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu, dan semua yang bergizi.
• 2) Tata makanan, maksudnya cara makan. Islam melarang berlebih-lebihan
dalam hal makan atau makanan, makan bukan karena lapar hingga kekenyangan,
diet ketika sedang sakit, memerintahkan berpuasa agar usus dan perut besarnya
dapat beristirahat dan tidak berbuka dengan berlebihan atau melampaui batas.
Pakar kesehatan mengatakan, apabila seseorang makan dan minum yang
berlebihan dapat menyebabkan berisiko obesitas (kegemukan). Berbagai penyakit
penyerta akan muncul bila seseorang keadaan obesitas, salah satu diantaranya
yaitu diabetes tipe II, diabetes ini juga sebagai penyebab impotensi. Impotensi ini
berakibat infertilitas (kemandulan) bagi isteri.
• Infertilitas sering menjadi masalah besar dalam keluarga, terutama untuk kaum
wanita, karena mereka takut dicerai atau dimadu, seterusnya bisa berakibat stres.
Jika ditarik akar masalahnya adalah berpangkal tata makan yang menyimpang atau
salah. Tepat sekali ajaran Islam menganjurkan untuk makan dan minum, tetapi
janganlah berlebihan atau melampaui batas.
• 3) Mengharamkan segala sesuatu yang membahayakan bagi kesehatan seperti
bangkai, darah, daging babi, khamar / minuman keras dan narkoba.
• Infertilitas sering menjadi masalah besar dalam
keluarga, terutama untuk kaum wanita, karena
mereka takut dicerai atau dimadu, seterusnya
bisa berakibat stres. Jika ditarik akar masalahnya
adalah berpangkal tata makan yang menyimpang
atau salah.
• Tepat sekali ajaran Islam menganjurkan untuk
makan dan minum, tetapi janganlah berlebihan
atau melampaui batas.
• 3) Mengharamkan segala sesuatu yang
membahayakan bagi kesehatan seperti bangkai,
darah, daging babi, khamar / minuman keras dan
narkoba.

• 1. Sex Hygiene (kesehatan seks)
• Dimaksud kesehatan seks ini adalah meliputi hal sepert
embrio dan perkembangannya, pendidikan seks, cara
memilih isteri, bahkan program pendidikan tentang
hubungan seks yang aman.
• Demikian pula tentang kebersihan seks, seperti mandi
setelah berhubungan, istinja setelah kencing dan berak,
tidak berhubungan ketika isteri sedang haid,
diharamkan zina, homoseks dan masturbasi (onani).
2. Body built (binaraga)
Islam mendorong untuk memiliki keterampilan dan
olahraga, seperti menunggang kuda, renang,
memanah, gulat dan segala macam olahraga yang
bermanfaat dengan catatan tidak melanggar syari’at.

3. Mental and Psychic Hygiene (kesehatan mental dan
jasmani)
• Agama Islam mengajarkan percaya kepada Allah dan
bersabar dalam menghadapi berbagai penyakit yang kritis.
• # Oleh karenanya haruslah kita saling tolong menolong,
kasih mengasihi antara sesama untuk meringankan
bebannya dalam kehidupan ini.
# islam melarang segala sesuatu yang merusak tatanan
kehidupan masyarakat, seperti judi, riba dan yang
menimbulkan keributan.
# Di samping itu Islam juga melarang semua benda yang
menimbulkan kelemahan dan menghilangkan kesadaran,
seperti khamar, minuman keras dan narkoba (narkotika dan
obat-obat terlarang).
4. Occupational Medicine (kesehatan kerja)
• Para pekerja, apakah ia petani, buruh, nelayan
dan lainnya, seperti pembantu rumah tangga,
ia haruslah dijaga dari hal-hal yang
membahayakan dalam bekerja, mengganti
kerugian terhadap musibah (kecelakaan) kerja,
termasuk proses pengobatan, penyembuhan,
tempat tinggal yang sehat, batas jam kerja,
uang lembur dan memberikan upah sebelum
keringatnya kering.
5. Geriatris (memelihara manula)
• Geriatris adalah merupakan salah satu cabang
ilmu kedokteran modern.
• Sebenarnya masalah ini, kedokteran Islam yang
pertama kali mempromosikannya.
• Banyak ayat Al Qur’an dan hadist yang
memerintahkan agar kita memelihara ayah dan
ibu, nenek dan orang yang lanjut usia (jompo),
menghormati kekurangan mereka, sabar
terhadap mereka terlebih jika mereka dalam
keadaan sakit. Orang yang pertama yang menulis
dan membahas masalah ini adalah Ibnu Sina
dalam karyanya “Al-Qanun”.
6. Maternal and Child Healt (kesehatan ibu dan anak)
• Kesehatan ibu dan anak diatas, maksudnya adalah
pemeliharaan kesehatan secara umum,
• ibu yang sedang hamil atau menyusui anaknya,
tidaklah semestinya ia diberikan beban dan tugas-tugas
yang berat.
• Islam menganggap menyusui anak merupakan suatu
perjuangan, bahkan perempuan yang mati ketika
melahirkan termasuk kategori mati syahid.
• Oleh karena itu dalam rangka kesehatan ibu dan anak,
seorang wanita yang hamil atua menyusui dibolehkan
untuk tidak puasa dengan catatan :
• catatan :
• 1) Wanita yang hamil dan menyusui, jika keduanya merasa
khawatir dirinya menjadi mudhorot dalam berpuasa, maka ia wajib
mengqhodo puasanya.
• 2) Wanita yang hamil dan yang menyusui, jika keduanya
khawatir akan anaknya mudhorot kalau berpuasa, maka ia wajib
mengqhodo dan membayar fidyah.
• (Terjemah Fathul Qorib oleh Drs. Imron Abu Amar dan Fiqh Islam
oleh H. Sulaiman Rasyid).
• 3) Ada juga pendapat bahwa wanita hamil dan menyusui, jika
tidak berpuasa, cukup membayar fidyah saja.
• (A. Hassan dalam bukunya Pengajaran Sholat bab Wajib Puasa
Ramadhan, Adil bin Yusuf Al-Azazi dalam bukunya Hamil Siapa
Takut ?)
• Demi kesehatan anak dan ibu sekaligus, metode untuk
menjarangkan kelahiran adalah menyusui anak sepanjang dua
tahun penuh.

• 1. Peraturan-peraturan untuk Melayani
Kesehatan dan Dispensasi Pelayanan
• Islam adalah sebagai agama yang pertama
memerintahkan agar tidak menyerahkan perawatan
kesehatan kecuali kepada yang ahlinya (profesional).
• Barang siapa yang merawat kesehatan sedang ia bukan
ahlinya, tidak menguasai ilmunya, maka ia disalahkan
dan harus bertanggung jawab atas kesalahannya.
• Islam menghendaki keahlian, mendorong untuk
mengutamakan ilmu medis, pengobatan dan dokter
serta tidak membatasi dengan do’a untuk
menyembuhkan penyakit.
• 2. Metode Teologis untuk Menciptakan Masyarakat
yang Sehat
• Islam adalah agama yang menciptakan dan yang
pertama melaksanakan metode teologis ini, tetapi
kemudian justru diambil alih oleh masyarakat Cina dan
dianggap khazanah budayanya.
• Dengan metode ini Cina berhasil menjadi negara
pertama dalam kemajuan kebersihan dan kesehatan di
dunia.
• Metode teologis merupakan metode yang
menghubungkan antara pendidikan kesehatan dengan
akidah ummat, memanfaatkan pengaruh akidah dan
ketaatan seseorang serta mengharap pengorbanan
mereka tetap konsisten mengikuti perintah kesehatan.

• 3. Anjuran Menjaga Kesehatan dan Dampak
Kesehatan pada Makanan yang Haram
• Anjuran Islam dalam menjaga kesehatan /
kebersihan dapat dirumuskan dalam bentuk-
bentuk, sebagai berikut :
• a. Bersuci dari Hadast
• Bersuci dari hadast adalah seperti mandi wajib,
karena sebab-sebab yang mewajibkannya (hadast
besar) dan wudhu jika masih mengandung hadast
untuk mengerjakan sholat dan tawaf.
• b. Membersihkan badan dan tempat dari najis.
• 1) Firman Allah :
َ َ‫• َوثِيَا بَ َك ف‬
‫ط ِ ِّهر‬
• Artinya : “Dan bersihkanlah pakaianmu” (QS. 56 : 4).
• 2) Ketika A’rabi (orang desa) kencing dalam masjid,
Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam berkata,
“Tuangi olehmu kencing itu dengan setimba air”
• (HR. Buchari dan Muslim).
• 3) Istinja (Cebok)
• Istinja adalah membasuh saluran kencing dan
anus setelah kencing dan berak.
• Cara yang baik dan menurut / mengikuti
sunnah adalah menggunakan air untuk
menghilangkan najis terlebih dahulu,
kemudian dikeringkan dengan sesuatu yang
bersih dan kering walaupun dengan keRtas.
Sebelum diperkenalkan kertas, umumnya
orang menggunakan batu yang kering.
• Kebiasaan ini banyak memberikan manfaat bagi
kesehatan utamanya dalam kondisi sakit.
• Air kencing pada penderita penyakit gula atau kencing
manis, mengandung kimia yang banyak dari gula. Jika
bekas air kencing itu dibiarkan saja melekat di bagian
organ jasmani setelah kencing maka akan
menyebabkan jamur, lalu menjadi bakteri dan
berpindah kepada orang lain, ketika orang itu kencing
dan selanjutnya menyebabkan bengkak (pada alat
kelamin).
• Dari bakteri inilah kemudian banyak yang berpindah
kepada isteri ketika berhubungan dengan
mengakibatkan inflammantio pada faraj dan rahim,
bahkan dapat menyebabkan kemandulan.
• Seorang muslim dilarang istinja (membasuh
dubur dan qubul) dengan tangan kanan, tetapi
harus dengan tangan kiri, karena tangan kanan
dipakai untuk makan dan bersalaman dengan
orang lain. Begitu pula jika kita masuk ke
tempat buang air (WC) dianjurkan pakai
sandal atau alas kaki, supaya bakteri penyakit
tidak masuk melalui telapak kaki. Ini adalah
hikmah syari’at Islam yang sangat
memperhatikan kebersihan.

• 4) Anjuran untuk Membersihkan Gigi
• Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam, jika hendak tidur,
ketika bangun malam dan ketika hendak sholat senantiasa
menggosok giginya.
• Syara/AGAMA melarang seseorang melakukan sholat
sedang pada mulutnya masih terdapat sisa-sisa makanan
melainkan lebih dahulu dibersihkan dan berkumur tiga kali.
Gigi-gigi dibersihkan dan sisa makanan yang tertinggal
dikeluarkan, karena sisa-sisa makanan yang tertinggal di
dalam mulut akan membusuk dan apabila masuk ke sela-
sela gigi akan menimbulkan infeksi yang pada gilirannya
disebut dengan sakit gii.
• Itulah hikmahnya Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam
mendorong kita untuk menggunakan siwak (sikat gigi).
• Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :
ِّ ‫ضاة ٌ ِل ب‬
ِ ِّ ‫لر‬ َ ‫اك َمط َه َرة ٌ ِللفَ ِم َمر‬ ُ ‫س َو‬ِّ ِ ‫• اَل‬
• Artinya : “Siwak itu adalah membersihkan
mulut dan mendapat keridhaan Tuhan“.
• Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam :
َ ‫اك ِعْ ََ ُُ ِِّل‬
‫صالَة‬ ِ ‫س َو‬ ِّ ِ ‫علَى ا ُ بمتِى َالَ َمرت َ ُهم ِبال‬َ ‫ش بق‬ ُ َ ‫• لَوالَ اَن ا‬
• Artinya : “Jika tidak memberatkan bagi
ummatku, tentu aku akan memerintahkan
mereka bersiwak setiap hendak sholat“.

• 5) Disunnahkan membersihkan tangan,
berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung dan
sebagainya ketika berwudhu. Membersihkan
tangan dan berkumur-kumur ini sudah jelas
untuk kebersihan tangan dan mulut.
• Adapun memasukkan air ke hidung adalah
memiliki nilai medis, sebab penyakit-penyakit
seperti influenza, poliemmyclitis, difteri dan lain-
lain yang disebabkan oleh bakteri dan virus bisa
dibasuh atau dikeluarkan melalui memasukkan
air ke hidung, kemudian mengeluarkannya.
• c. Allah mencintai orang bersih, sebagaimana
firman Allah dalam Al Qur’an (QS. 2 : 222) yang
artinya :“Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang selalu bertaubat dan mencintai
orang-orang yang selalu membersihkan diri“.


• d. Perintah menyamak kulit dan
Membersihkan bejana.
• “Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhu, berkata :
telah bersabda Rasul Allah Shallallahu alaihi
wasallam “Apabila disamak kulit binatang,
maka menjadi suci” (HR. Muslim).
• “Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu, berkata :
telah bersabda Rasul Allah Shallallahu alaihi
wasallam “Bersihnya bejana kalian apabila
dijilat anjing ialah dengan mencuci tujuh kali
dan salah satu diantaranya dengan tanah” (HR.
Muslim).
• Dampak kesehatan pada makanan yang haram.
• Ajaran Islam telah memberikan patokan kepada
manusia agar memakan makanan yang halal dan
baik yang ada di permukaan bumi ini. Firman
Allah dalam Al Qur’an (QS. 2 : 168) :
• Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syetan, karena sesungguhnya syaithan itu adalah
musuh yang nyata bagimu“.
• ada 4 (empat) jenis makanan yang diharamkan yaitu ;
• 1. bangkai,
• 2.darah,
• 3. daging babi dan
• 4. binatang disembelih disebut (nama) selain Allah.
• Sedangkan dalam Al Qur’an (QS. 5 : 3) dinyatakan yang
haram itu ada lebih empat jenis yaitu seperti
• 1. bangkai,
• 2. darah,
• 3. daging babi,
• 4. daging hewan yang disembelih selain nama Allah,
yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk
dan yang diterkam binatang buas serta yang
disembelih untuk berhala
• Drs. Kaelany HD, MA menjelaskan bahwa baik
yang terpukul, tercekik, ditanduk, maupun
diterkam binatang buas seluruhnya termasuk
bangkai. Begitu juga binatang yang disembelih
untuk berhala adalah semakna dengan
binatang yang disembelih selain nama Allah.
Jadi garis besarnya makanan yang
diharamkan itu ada empat jenis dan jika
diperinci lebih itu.
• Menurut Sulaiman bin Shalih Al-Khurasyi
dalam bukunya Kamus Halal Haram 86
Binatang, masih banyak lagi binatang yang
diharamkan diantaranya seperti
• 1. burung hantu,
• 2. musang,
• 3.tikus dan lainnya (dapat dilihat pada
bukunya).
• DAMPAK MAKANAN HARAM
• makanan yang haram ini jelas sekali punya dampak terhadap
kesehatan seseornag. Oleh karena itu makanan yang diharamkan
haruslah kita jauhi. Dalam kajian ilmiah mengapa diharamkan ?
Ulama diantaranya, sebagai berikut :
• a. Bangkai
• Bangkai adalah hewan yang mati tanpa disembelih, baik disebabkan
oleh suatu penyakit, maupun peristiwa lain, misalnya terjatuh,
tercekik dan lain-lain. Suatu penyakit bisa saja membuat seekor
hewan ke alam maut. Sesudah itu tinggallah bibit penyakit tersebut
dalam darahnya, jika bangkai itu dimakan orang ini sangat
berbahaya, karena dalam darahnya ada racun dan bibit penyakit.
Hewan apabila telah mati maka terjadilah perubahan seperti aliran
darah berhenti dan mengering, kemudian otot-ototnya kaku, akibat
terbentuknya asam-asam tertentu, terus terjadi pembusukan dan
berproseslah bibit penyakit. Jadi bangkai adalah daging yang
berbahaya, selain rupanya menjijikkan dan agama Islam
mengharamkan untuk memakannya.
• b. Darah
• Maksud darah disini adalah darah yang tertumpah. Darah adalah
cairan merah padam yang mengalir pada saluran-saluran tubuh,
baik itu pembuluh nadi (arteri), pembuluh balik (vena), maupun
pipa kapiler.
• Sel-sel darah itu ada dua macam, sel darah merah dan sel darah
putih yang tugasnya adalah menolak bibit penyakit dari tubuh. Akan
tetapi darah juga merupakan tempat paling subur bagi
pertumbuhan bibit penyakit.
• Hewan yang disembelih saja ia masih bisa menjadi sasaran
tersebarnya bibit penyakit. Jika darahnya diminum ataupun
dimakan artinya ia makan / minum sumber penyakit. Sementara ini
telah terbukti bahwa darah sulit dicerna. Apabila binatang sakit
biasanya bakteri-bakteri berkembang biak di dalam darahnya.
• Dari karena itu, Islam mewajibkan penyembelihan secara syar’i yang
akan memelihara darah binatang itu setelah disembelih.
• c. Daging Babi
• Daging babi adalah pemindah penyakit yang
terburuk, penyakit itu :
• 1) Berupa cacing yang hanya mau tinggal di
usus, yaitu cacing pita.
• 2)Berupa gelembung-gelembung yang tampak
di berbagai tempat di tubuh manusia.
• Jadi jelasnya dalam tubuh babi mengandung
cacing pita. Cacing pita panjangnya dua
meter, tiga meter, bahkan kadang-kadang ada
yang sampai delapan meter panjangnya.
• d. Binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas.
• Kiranya masuk akal dan logis, jika makhluk hidup dicekik akan
terhalang masuknya oksigen ke dalam paru-paru, berakibat
membekunya karbondioksida dalam tubuh yang akan
teracuni.
• Sedangkan hewan yang mati dipukul, yakni hewan yang
dipukul hingga mati, juga akan merusak sel-sel dalam tubuh
dan urat-uratnya.
• Demikian pula binatang yang ditanduk, hewan mati karena
tabrakan atau jatuh dari tempat yang tinggi, juga akan
merusak dagingnya, sebagaimana yang mati terpukul. Hewan
yang diterkam binatang byas termasuk yang diharamkan,
sebab binatang-binatang darat ini kemungkinan menderita
penyakit yang terlihat dari mulut dan air liurnya. Jika bekasnya
pada bekas gigitannya, maka akan menimbulkan penyakit bagi
yang memakan dagingnya.
• Islam mengharamkan daging yang disembelih
atas nama selain Allah. Hal ini dimaksudkan
untuk memuliakan dan tidak menyiksa
binatang tersebut.
• Disamping itu memakan hewan yang
disembelih atas nama selain Allah, bagi
seorang muslim akan diartikan mencampur
adukkan antara akidah dengan syirik.
• e. Khamar
• Menurut medis dilihat dari segi komposisinya khamar
adalah segala sesuatu yang mengalir yang mengandung
alkohol dalam kadar tertentu dan sangat sedap rasanya
dalam minuman. Alkohol dalam bir tidak lebih dari 3%
dan pada minuman-minuman yang lebih keras lagi
kadar alkohol lebih 25% atau 50% pada jenis minuman
yang spesial kenikmatannya.
• Khamar dalam pengertian agama adalah setiap benda
yang memabukkan atau yang menyebabkan
kecanduan, walaupun bukan khamar. Termasuk dalam
hal ini minuman keras (minuman keras disingkat
dengan miras). Sedangkan narkoba sebagian ulama
menyamakannya dengan khamar berdasarkan dalil :
“Akan datang suatu zaman dimana manusia
menamakan khamar dengan nama lain” (HR. Baihaqi).
• Pernah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam telah ditanya tentang minuman yang
dibuat dari madu atau dari jagung dan
gandum yang diperas sampai pekat. Namun
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
telah dianugerahi kemampuan untuk
mengucapkan kata-kata yang bersifat umum,
beliau bersabda :
‫• ُُ ُّل ُمس ُِر خَم ٌر َو ُُ ُّل خَمر َح َرا ٌم‬
• Artinya : “Setiap yang memabukkan itu
khamar dan setiap khamar itu haram“.
• Apabila Islam mengharamkan khamar, maka
pengharaman itu bukanlah tidak beralasan.
Haramnya khamar itu dapat dibuktikan secara
sains modern. Bahwa di dalamnya terkandung
bahaya-bahaya bagi seluruh organ tubuh
manusia.
• Akibat khamar manusia jadi binasa, keluarga jadi
berantakan dan masyarakat jadi rusak. Khamar
adalah zat alkohol yang tidak saja merusak jasad /
jasmani, tetapi juga bahaya psychologis,
• antara lain :

• 1). Lumpuh alkohol (paralysys alkoholic) dibarengi
dengan getaran pendengaran, yaitus eolah-olah ada
suara-suara, ada kegaduhan entah dari mana asalnya.
• 2) Gila alkohol (hangover), menyerupai apa yang
dinamakan tidak utuhnya kepribadian.
• 3) Cemburu buta (delirium) yang sering membawa
orang melakukan pembunuhan.
• 4)Sedih alkohol (drug addiction) dan sering berakhir
dengan bunuh diri.
• 5) Radang saraf akibat alkohol yang dibarengi dengan
terjadinya kondisi-kondisi abnormal pada ingatan
(mental illness) dan penghamburan.
• 6) Mabuk dibarengi dengan berputar-putar biji
mata secara liar dan bicaranya tidak karuan-karuan.
• 4. Berobat dan Pengobatan
• Berobat asal katanya adalah obat
• (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia)
artinya bahan untuk mengurangi,
menghilangkan penyakit atau menyembuhkan
seseorang dari penyakit. Mendapat awalan
“ber” menjadi berobat yang artinya
menggunakan obat.
• Dalam rangka mempertahankan kesehatan disamping
tindakan preventif, Islam menganjurkan agar penderita
untuk berobat.
• Keharusan untuk berobat ini sesuai dengan anjuran
Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana
yang diceriterakan oleh Usamah bin Syarik, ia berkata
yang artinya :
• “Pada waktu saya bersama Rasul Allah Shallallahu
alaihi wasallam datanglah beberapa orang Badui
(pegunungan) lalu mereka berkata : Ya Rasul Allah,
apakah kita mesti berobat ? Maka beliau menjawab,
wahai hamba Allah, berobatlah kamu, karena Allah
tidak menurunkan penyakit melainkan juga Dia
menurunkan obatnya, kecuali suatu penyakit. Mereka
bertanya lagi, penyakit apakah itu ? Beliau menjawab,
tua” (HR. Ahmad).
• Pengobatan artinya, proses, cara, perbuatan
mengobati. Pengobatan yang baik hendaknya
pula didukung oleh para ahli pengobatan
(dokter), paramedis, bidan dan rumah sakit-
rumah sakit tempat perawatan pengobatan serta
apotik dan apoteker yang menyediakan obat-
obatan.
• Dalam hal berobat, ajaran Islam menganjurkan
untuk berobat kepada para ahlinya (dokter), hal
ini sesuai dengan sabda Rasul Allah Shallallahu
alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh ;
• Amar bin Dinar dari Hilal bin Yasar :
• sabda Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam yang
diriwayatkan oleh ; Amar bin Dinar dari Hilal bin Yasar
‫سلَ ُم َعلَى ا‬ َ ‫صلبى للاُ َعلَي ِه َو‬ َ ‫للا‬ ِ ‫سو ُل‬ ُ ‫ ََ َخ َل َر‬: ‫سارقَا َل‬
َ َ‫• َعن ِهالَ ِل ب ِن ي‬
‫ت ت َقُو ُل َذا ِل َك يَا‬
َ َْ‫ فَقَا َل قَائِ ُل َوا‬,ِّ‫ط ِبي‬ َ ِ‫ اَر ِسلُوا ا‬: ‫ض يَعُو َُهُ فَقَا َل‬
َ ‫لى‬ ِ ‫َم ِري‬
.ً‫للا َع بن َو َج بل لَم ليُْ ِِل ََاً اِالب اََِْ َل لَهُ ََ َوا‬ َ ‫ اِ بن‬.‫ َْعَم‬: ‫سو َل للا ؟ قَا َل‬ ُ ‫َر‬
• Artinya : “Dari Hilal bin Yasar, ia berkata : Rasul Allah
Shallallahu alaihi wasallam mengunjungi orang sakit
yang telah dibesuknya, lalu beliau berkata : Kirimkan
(bawalah) dia (si sakit) kepada dokter. Maka seorang
berkata : Engkaukah yang mengatakan demikian, ya
Rasulullah ? Nabi menjawab : ya. Sesungguhnya Allah
Azza wa jalla tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
Dia menurunkan pula obat penyakit tersebut” (HR.
Amar bin Dinar.
• Hadist ini menunjukkan keharusan berobat
dan berobat itu sedapat-dapatnya kepada
orang yang ahlinya. Keharusan berobat ini
sudah merupakan ketetapan baik ditinjau dari
segi syara’, rasio (akal) maupun fitrahnya.
• Islam tidak memberikan uraian secara terperinci
bagaimana cara pengobatan mesti dilakukan,
perkembangan sistem pengobatan mulai dari
sistem tradisional sampai modern dengan
peralatan teknologi canggih didorong oleh Islam
yang menyatakan urusan kebudayaan manusia
(dunia), kita diberi kebebasan untuk berkembang
: “Antum a’lamu bi umuri dunyakum” (kamu lebih
tahu tentang masalah dunia kamu) demikian
sabda Rasul Allah Shallallahu alaihi wasallam.
Akan tetapi perlu diperhatikan masalah
pengobatan ini adalah jangan berobat dengan
barang yang haram. (Fa tadaawau walaa
tadaawau bilharam) berobatlah tapi jangan
berobat dengan yang haram.
• Sistem pengobatan yang dilakukan Rasul Allah
Shallallahu alaihi wasallam, menurut riwayat
ada 3 (tiga) cara :
• 1. Dengan pengobatan alamiah
• 2. Dengan pengobatan kerohanian, yaitu
dengan do’a dan bacaan tertentu disebut
dengan ruqiyyah
• 3. Penggabungan kedua cara di atas
• Sistem pengobatan yang dilakukan Rasul Allah
Shallallahu alaihi wasallam, menurut riwayat
ada 3 (tiga) cara :
• 1. Dengan pengobatan alamiah
• 2. Dengan pengobatan kerohanian, yaitu
dengan do’a dan bacaan tertentu disebut
dengan ruqiyyah
• 3. Penggabungan kedua cara di atas
• Untuk melengkapi penjelasan tentang berobat dan
pengobatan ini, kami anggap perlu menjelaskan hal-hal
sebagai berikut :
• a. Mengadukan Sakit dan Berobat
• Orang yang sakit diperkenankan oleh Islam untuk
mengadukan sakitnya kepada teman atau kerabatnya,
barangkali mereka mempunyai obat yang telah mereka
alami kemanjurannya, atau untuk mendapatkan petunjuk-
petunjuk buat memakai obat ataupun pantangan-
pantangan. Semua itu boleh dikerjakan asal saja tidak
disertai dengan kemarahan, kejengkelan dan kekesalan
ditambah dengan perasaan cemas yang berlebihan. Karena
hal ini bertentangan dengan sifat shabar dan tabah yang
diperintahkan Allah kepada orang yang sakit. Lebih
ditekankan lagi pengaduan ini ditujukan kepada ahlinya
(dokter, paramedis dan bidan).
• b. Berobat kepada Dokter Non Muslim
• Orang yang sakit dianjurkan oleh Islam agar berobat kepada
dokter yang ahli dan berpengalaman dan si sakit tidak
boleh membiarkan saja penyakitnya menjalar dalam
tubuhnya karena semata-mata bersandar kepada takdir
Ilahi padahal ia mampu untuk berobat. Jika sakit itu
termasuk takdir Ilahi, maka berobat itu pun termasuk takdir
Ilahi juga, maka takdir sakit ditolak dengan takdir
pengobatan, yaitu dengan memilih dokter yang ahli dan
pandai mengobati tanpa memandang kebangsaan dan
agamanya.
• Jika seandainya ada dua dokter, yang satunya ahli dan
berpengalaman dari yang lainnya tetapi ia non muslim,
maka memilih yang non muslim adalah suatu keharusan.
Kalau kedua dokter itu sama-sama ahli dan mahir, maka
lebih utama berobat kepada dokter yang muslim.

Anda mungkin juga menyukai