Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR

KETUHANAN DALAM
ISLAM

OLEH: TIM DOSEN MKU AGAMA ISLAM


Capaian Pembelajaran:
“Mahasiswa menganalisis konsep
ketuhanan menurut Barat dan Islam”
PETA KONSEP

Konsep Tuhan
menurut barat dan
Islam

Kelompok Teologi
Makna Iman
Islam

Beriman Kepada
Pondasi muslim
Allah Melalui Sifat-
Iman dan Takwa
sifat dan Asmanya
Siapakah Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan
(dianggap penting ) oleh manusia sedemikian rupa,
Tuhan sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-

itu? Nya.

Ibnu Taimiyah:
Tuhan ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan
hati, tunduk kepada-Nya, merendahan diri
dihadapannya, takut dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdo’a dan bertawakkal kepadanya untuk
kemashlahatan diri, meminta perlindungan dari
padanya, menimbulkan ketenangan di saat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
Konsep Konsep Ketuhanan menurut pemikiran
Tuhan manusia adalah konsep yang didasarkan
Menurut atas hasil pemikiran baik melalui
Barat
pengalaman lahiriah (penelitian) maupun
pengalaman batiniah.
Sejarah
Dalam literatur sejarah agama di kenal
Pemikiran
Manusia Teori evolusionisme dari Max Muller &
tentang E. B. Taylor (1877), yaitu teori yang
Tuhan menyatakan proses kepercayaan yang
amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna.
Konsep Tuhan menurut Teori Evolusionisme

Dinamisme Animisme
Mempercayai adanya roh yang terdapat pada benda
Manusia sejak zaman yang dianggap baik. Roh akan senang apabila
primitif telah mengakui kebutuhannya dipenuhi, seperti saji-sajian pada dukun
kekuatan yang
berpengaruh dalam Politeisme
kehidupan. Seperti benda Mempercayai adanya dewa yang mempunyai tugas
yang memiliki pengaruh dan tanggung jawab sesuai bidangnya
positif dan negatif.
Kekuatan yang ada pada Henoteisme
benda disebut dengan Penyeleksian dewa menjadi satu Dewa yang disebut
nama yang berbeda-beda Tuhan (nasional)
seperti mana
(Melanesia), tuah
(Melayu) dan syakti
Monoteisme
(India) Mempercayai adanya dewa atau Tuhan
(Internasional)
KONSEP TUHAN MENURUT ISLAM

Informasi tentang asal usul kepercayaan terhadap Tuhan :


1. Q.S. Al-Anbiya: 92
ِ ‫ِإ َّن َه ِذ ِه أ ُ َّمت ُ ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬
ِ ‫اح َدة ً َوأَنَا َربُّ ُك ْم فَا ْعبُد‬
‫ُون‬
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku.

Ayat di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa tidak ada


perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu
hingga sekarang
Pembuktian Wujud Tuhan

1. Metode Pembuktian Ilmiah


Tantangan zaman modern
terhadap agama terletak dalam
Masalah metode pembuktian. Metode ini
mengenal hakikat melalui percobaan
dan pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam
di luar indera, yang tidak dilakukan percobaan) (agama didasarkan
pada analogi dan induksi)
2. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan

Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya


yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada
sesuatu
kekuatan yang telah
menciptakannya. Jika
percaya tentang
eksistensi alam, maka
secara logika harus percaya
tentang adanya pencipta
alam.
KONSEP IMAN
Beriman kepada Allah ialah mempercayai dengan hati, tanpa
ragu-ragu akan adaya Allah Swt. Beriman kepada Allah ta’ala
meliputi beriman kepada dzat-Nya, sifat-sifat-Nya dan asma-
asma atau-nama-namaNya.
Dalil dan Bukti Adanya Allah Swt menurut Ibn Rusyd (1126-1198)
berkata: Untuk membuktikan wujud Allah ada dua cara:
1) Dalil al-Inayah” (the proof of providence); kesempurnaan
struktur susunan alam semesta menunjukkan bahwa alam
memiliki tujuan tertentu. Alam tidak mungkin terbentuk
dengan sendirinya, pasti ada hikmah yang terkandung dibalik
ciptaan Allah Swt.
2) Dalil al-Ikhtira” (the proof of creation), yaitu segala yang ada di
alam ini merupakan makhluk ciptaan Allah
DALIL BERIMAN KEPADA ALLAH SWT
َ‫اب َّألذي َن َّز َل‬ َ ْ َ ُ ‫َ َ ُّ َ َّ َ َ َ ُ َ ُ َّ َ َر‬
ِ ْ َ ِ ‫ت‬ َ ‫ك‬ ِ ‫أل‬ ُ ‫و‬ َ َ
‫ه‬ ِ ‫ل‬ ِ ‫و‬ ‫س‬ ‫و‬َ َ
‫اّلل‬
ِ َ َ
‫ب‬ِ ‫وأ‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫أ‬ ‫وأ‬‫ن‬‫م‬
َّ َ ْ َ ُ َ َ َ‫أ‬ َ
‫ين‬ ‫ذ‬
ِ ‫أل‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫أ‬ ‫ا‬‫ي‬
َّ‫اّلل‬ ْ ُ َ
َِ ً َ ‫ن َي َّك ف َر ِب‬ ْ َ
َ ‫ل َ وم‬ َ َ ‫ن قب‬ْ ْ َ ْ
ََ ْ ‫اب أل ِذي َأ ْنز َل ِم‬ َ ِ ‫عل َى رسو ِل ِ َه وأل ِك ت‬
‫ل ضَل َل‬ َ َ ْ َ ْ
َ ‫َو َمَل ِئك ِت ِ َه وك ت ِب ِ َه ورس َِل ِهَ وأليو ِ َم أل ِخ َِر فق َد ض‬
َ َ ُ ُ َ ُ ُ َ َ
ً‫َب ِعيدأ‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang
itu telah sesat sejauh-jauhnya. Q.S. An-Nisa: 136
BERIMAN KEPADA ALLAH SWT
MELALUI SIFAT-SIFAT-NYA
Akal manusia tidak mampu memikirkan dan menggambarkan
bagaimana hakikat zat Allah itu. walaupun demikian,
manusia masih bisa mengenal Allah swt melalui pengenalan
terhadap sifat-sifat-Nya.
Seorang ulama besar Imam Abi Abdillah Muhammad as-
Sanusi dalam kitabnya Ummul Barahin, menjelaskan sifat-sifat
Allah Swt dalam Karya beliau. Dan hal ini didukung oleh
para ulama-ulama berikutnya.
Sifat-sifat Allah yang wajib menurut beliau ada 20, dan yang
mustahil juga 20, dan yang jaiz (harus) hanya satu.
Sifat 20 dan mustahil bagi Allah
MUKHALAFATUHU LIL HAWADITS QIYAMUHU BINAFSIHI (
QIDAM (AWAL)
WUJUD (ADA) BAQA (KEKAL) (BERBEDA DENGAN CIPTAANNYA) BERDIRI SENDIRI)
Mustahil
Mustahil Mustahil Mustahil Mustahil
HUDUTS (ADA YANG
ADAM (TIADA) FANA (MUSNAH) MUMATSALATU LIL HAWADITSI IHTIYAJU LIGHAIRIHI
MENDAHULUI) (ADA YANG MENYAMAI) (PERLU YANG LAIN)

WAHDANIAT QUDRAT
(TUNGGAL) IRADAT (BERKEHENDAK) ILMU (MENGETAHUI) HAYAT (HIDUP)
(BERKUASA)
Mustahil Mustahil Mustahil Mustahil
TA’ADUD
Mustahil
KARAHAH (TERPAKSA) JAHLUN (BODOH) MAUTUN (MATI)
(BERBILANG) AJZUN (LEMAH)

KALAM (BERKATA-
SAMA’(MENDENGAR) BASHAR (MELIHAT) KAUNUHU QADIRAN (KEADAAN BERKUASA )
KATA)
Mustahil Mustahil Mustahil
Mustahil KAUNUHU ‘AJIYAN (ZAT LEMAH)
SHAMAMUN (TULI) AMA (BUTA)
BAKAMUN (BISU)

KAUNUHU ‘ALIMUN (KEADAAN


KAUNUHU MURIDAN (KEADAAN
MENGETAHUI) KAUNUHU HAYYUN (KEADAAN HIDUP)
BERKEHNDAK)
Musahil Mustahil
Mustahil
KAUNUHU JAHILAN (ZAT YANG MAYYITAN (ZAT YANG MATI)
KAUNUHU KARIHAN (ZAT TERPAKSA)
BODOH)

KAUNUHU SAMI’UN (KEADAAN KAUNUHU BASIRUN (KEADAAN KAUNUHU MUTAKALLIMUN (KEADAAN BEKATA-
MENDENGAR) MELIHAT) KATA)
Mustahil Mustahil Mustahil
KAUNUHU ASHAMMA (ZAT YANG KAUNUHU ‘AMA (ZAT YANG BUTA) KAUNUHU ABKAMA (ZAT YANG BISU)
TULI)
Beriman kepada Allah Swt.
Melalui Asma-Nya
Allah Swt mempuyai nama-nama agung atau
yang terindah yang lazim dikenal dengan asma
al-husna yang berjumlah 99 nama.
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-
nama yang baik). (Q.S. Thaha: 8)
Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan
nama, yaitu seratus dikurangi satu. Barang siapa yang
menghafalnya akan masuk surga. Sesungguhnya itu witir
(tidak genap). Dia menyukai witir itu. (HR. Muslim)
IMAN PONDASI DALAM HIDUP
1. Seseorang yang mantap imannya akan membuktikan
pengakuan iman mereka dengan perbuatan,
sehingga apabila disebut nama Allah bergetar getar
hatinya karena kekuasaan dan keagungan-Nya.
2. Apabila dibacakan kepada firman Allah ta’ala,
maka aka menambah iman serta terbuka wawasan
dan cahaya hati.
3. Jiwa seorang muslim yang diliputi rasa ke-
MahaBesaran Allah dan rasa takut akan
menjadikannya terdorong untuk beramal dan taat.
TAKWA SEBAGAI CIRI PRIBADI YANG
BERKUALITAS
1. Makna Takwa ialah melaksanakan segala perintah Allah Swt dan
menjauhi apa yang dilarang-Nya.
2. Kata takwa merupakan ungkapan tentang mengikuti perintah dan
meninggalkan larangan Allah ta’ala.
3. Dasar dari takwa yaitu takut kepada Allah, dan hal ini termasuk
amal hati karena dinisbahkan kepada takwa dalam hati.
4. Orang yang bertakwa berarti beriman, karena takwa merupakan
buah dari seseorang yang beriman. Sedangkan orang yang
beriman saja belum tentu dia adalah bertakwa.
5. Takwa merupakan pengamalan dari seseorang yang meyakini
wujud Allah sebagai Tuhan semesta alam.
PEMIKIRAN TUHAN DALAM ISLAM
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu tauhid, Ilmu
Kalam atau Ilmu ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul
sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar,
ada aliran yang bersifat liberal, tradisional dan ada
diantara keduanya.

Aliran Aliran
Liberal Tradisional

Pendekatan Pendekatan
Kontekstual Tekstual
Kelompok-kelompok Teologi dalam
Islam
Istilah teologi digunakan untuk persoalan yang
berkenaan dengan Tuhan, namun kemudian menjadi
cakupan teologi bukan hanya tentang Tuhan saja,
tetapi semua yang sifatnya kepercayaan atau
keyakinan dalam agama. Apabila disebut teologi
Islam, maka yang dimaksud adalah ilmu yang
membicarakan tentang segala yang sifatnya
kepercayaan atau keyakinan dalam agama Islam.
Konsep Pemikiran Ketuhanan dalam Islam

1. Khawarij

2. Syiah (Imamiya)

3. Murjiah

4. Qodariah dan Jabariah

5. Mu’tazilah (Rasionalis)

6. Asy’ariyah (Sunni)
PEMIKIRAN TEOLOGI KHAWARIJ
Khawarij ialah orang-orang yang keluar atau memisahkan
diri dari kelompok Ali bin Abi Thalib. Mereka merupakan
pendukung Ali sebagai Khalifah pada saat itu. Kemudian
keluar dari kelompok Ali pasca perang shiffin, yaitu perang
yang terjadi antara pihak Ali dengan pihak Mu’awiyah ibn
Abi Sufiyan, yang berakhir dengan tahkim (arbitrase) yang
merugikan bagi pihak Ali.
Kaum khawarij keluar dari kelompok Ali karena
menganggap Ali telah bersalah. Mereka menuduh Ali
bersalah karena mau menerima tahkim, dan kemudian
ternyata tahkim bersebut dilaksanakan tidak berhukum
dengan al-Qur’an. Tidak berhukum dengan Al-Qur’an berarti
sama dengan tidak berhukum dengan hukum Allah.
PEMIKIRAN TEOLOGI SYIAH

Kata “syiah” berarti pengikut, golongan. Pengertian syiah


di sini adalah pengikut Ali bin Abi Thalib, atau golongan
Ali. Kaum syiah ialah orang-orang yang menjadi pengikut
Ali bin Abi Thalib. Sebutan Syiah berasal dari ‫شيعة على‬
(pengikut/ golongan Ali). Akan tetapi yang lebih popular
sebutan syiah saja, namun yang dimaksud tetap golongan
atau pengikut Ali bin Abi Thalib.
Kaum syiah sebenarnya lebih menonjol sebagai golongan
berupa gerakan politik, bukan golongan teologi. Mereka
menjadikan masalah imamah (kepemimpian) sebagai
bagian dari iman menjadi sebab aspek ini mereka masuk
pada wilayah teologi
PEMIKIRAN TEOLOGI MURJI’AH

Kata Murji’ah berasal dari kata arja’a atau arja yang


berarti menangguhkan atau memberi pengharapan.
Murji’ah berarti menangguhkan atau yang memberi
harapan. Maksud dari murji’ah ialah orang-orang
yang tidak mau ikut terlibat dalam mengkafirkan
terhadap sesama Islam seperti yang dilakukan kaum
Khawarij yang mengatakan semua yg ikut tahkim
adalah kafir, dan mengatakan bahwa orang Islam
yang berdosa besar adalah kafir
PEMIKIRAN TEOLOGI QADARIYAH
DAN JABARIAH
Kata qadariah beradal dari kata qadar. Kata ini adalah
bentuk masdar dari fi’il madhinya qadara yang berarti kuasa
atau mampu. Qadariyah dari segi bahasa berarti kekuasaan
atau kemampuan. Pemahaman qadariah menyatakan bahwa
manusia kuasa atau mampu dalam melakukan perbuatan.
Kata Jabariyah berasal dari kata jabar. Kata ini bentuk
masdar, dan fi’il madinya adalah jabara yang berarti
memaksa. Dengan demikian, kata jabariyah dari segi bahasa
berarti pemaksaan. Adapun yang dimaksud jabariyah di sini
ialah paham yang menafikan (meniadakan) perbuatan bagi
manusia secara hakiki, dan menyandarkan perbuatan
manusia bersifat majbur, artinya terpaksa atau dipaksa
PEMIKIRAN TEOLOGI MU’TAZILAH
Asal usul nama Mu’tazilah ialah informasi yang
mengatakan bahwa nama atau sebutan
Mu’tazilah berasal dari kata “I’tazalah, yang
berarti mengasingkan diri.
Nafy al-Sifah. Pengertian nafy al-Sifah adalah
meniadakan sifat-sifat, yang berkaitan dengan
meniadakan sifat-sifat Allah
Mereka berpendapat bahwa Tuhan satu-satunya
yang qadim, dan menurut mereka Al-Qur’an
diciptakan.
PEMIKIRAN TEOLOGI ASY’ARIYAH

Asy’ariyah berasal dari nama pendiri aliran tersebut yaitu


Abul Hasan Al-Asy’ari
Itsbat Al-Sifat. Arti dari Itsbat Al-Sifat artinya menetapkan
sifat-sifat, maksudnya yaitu menetapkan sifat-sifat bagi
Allah. Paham Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan memiliki
sifat. Tuhan mengetahui diri-Nya sendiri melalui
‘ilm(pengetahuan)
Menurut mereka Al-Qur’an itu tidak diciptakan. Pendapat
mereka ini kelihatannya sejalan dengan paham teologi
mereka yang menetapkan sifat bagi Tuhan. Kalau zat Tuhan
itu qadim, maka sifat-Nya juga mesti qadim. Dengan
demikian oleh karena Al-Qur’an itu kalam Allah, berarti juga
qadim yang berarti tidak diciptakan

Anda mungkin juga menyukai