Anda di halaman 1dari 4

BAB II

MEMURNIKAN TAUHID
Pengantar
Menurut Ibn Taimiyah, Ilah (Tuhan) adalah yang dipuja penuh
kekcintaan hati. Atau dapat dipahami bahwa “tuhan” itu bisa
berbentuk apa saja yang dipentingkan oleh manusia, seperti tahta,
harta dan popularitas.
Misi islam yang dibawa oleh para Nabi adalah mengajarkan
tauhid. Tauhid mengajarkan kesatuan akidah dengan ikrar yang
sama aku rela Allah Tuhanku, Islam agamaku, Muhammad Nabiku,
Al-Quran pedomanku, dan Ka’bah kiblatku. Konsep tauhid
dibedakan menjadi 3 cabang, yaitu, tauhid rububiyah, tauhid
uluhiyah, dan tauhid mulkiyah.
Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah berintikan pada penegasan atas keesaan Allah
dalam af'al-Nya, dalam penciptaan dan pemeliharaan semesta dan
menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Allah menciptakan
alam dan segala makhluk, serta menjamin rezekinya.
Tauhid rububiyah mengantarkan manusia pada visi kemakmuran
berupa keyakninan bahwa Allah Yang Maha Pemurah menciptakan
bumi yang bisa menopang segala kebutuhan ciptaan-Nya. Tauhid
rububiyah membantah asumsi hukum kelangkaan yang disuarakan
para ekonom sekuler dengan alasan penting.
Pertama, secara teologis, Tuhan sudah menjamin rizki makhluk-
Nya.
Kedua, kenyataan alamiah, bahwa tanaman dan hewan jauh lebih
subur daripada manusia.
Ketiga, populasi (angkatan kerja) merupakan unsur penting bagi
kemajuan ekonomi. Populasi yang besar akan meningkatkan stok
pengetahuan dan pekerja yang terlatih. Asal dikelola dengan baik,
bumi Allah mampu menyediakan sumberdaya yang bisa memenuhi
kebutuhan penduduk yang semakin bertambah. Kelangkaan terjadi
akibat segolongan manusia yang tidak dapat menahan hawa
nafsunya yang berpusat pada ekonomi dan kebutuhan berkeluarga.
Mereka tersesat dalam ideologi materialisme, baik kapitalisme
maupun komunisme. Dalam sejarah agama segolongan penganut
kapitalisme seperti Qarun, Fir’aun, Haman, dan Tsa’labah yang
tenggelam dan diperbudak dunia.

Anda mungkin juga menyukai